Senin, 31 Mei 2021

KOTAK PERALATAN ALLAH

Bacaan: 2 Timotius 3:13-17

NATS: Segala tulisan ... diilhamkan Allah ... dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:16,17)

Teman saya adalah seorang tukang yang berbakat, namun selama bertahun-tahun ia tak dapat mengembangkan bakat-bakatnya. Alasannya sederhana: Ia tidak memiliki peralatan yang tepat. Jadi pada hari ulang tahunnya saya memberinya sebuah kotak peralatan yang jika dibuka mirip sebuah buku besar, berisi alat-alat dasar yang dibutuhkan seorang tukang. Ketika mengamati setiap peralatan, matanya bersinar-sinar.

Setelah menyelesaikan pekerjaan yang berikutnya, teman saya berkata dengan sangat gembira, “Saya merasa sangat puas setelah memiliki peralatan yang tepat untuk pekerjaan saya.” Lalu, dengan menerapkan pemikiran itu dalam kehidupan rohaninya, ia menambahkan, “Aku tahu di mana aku bisa mendapatkan peralatan yang tepat untuk semua pekerjaan--dalam Alkitab!”

Rasul Paulus, seorang ahli pembuat tenda dan seorang “ahli bangunan” dalam kerajaan Allah (1 Korintus 3:10), tahu bahwa ia membutuhkan peralatan-peralatan rohani yang tepat. Ia mengerti bahwa kotak peralatan yang paling praktis untuk memenuhi kebutuhan rohani adalah firman Allah. Dalam 2 Timotius 3, ia menyatakan bahwa segala tulisan [Alkitab] diilhamkan oleh Allah (ayat 16). Alkitab sangat diperlukan untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik, dan memperlengkapi orang-orang percaya untuk setiap perbuatan baik.

Bukalah dan manfaatkanlah “kotak peralatan Allah” setiap hari. Nikmati kepuasan yang mendalam saat Anda menemukan peralatan yang tepat untuk setiap tugas rohani yang harus dilakukan. Di situ terdapat segala sesuatu yang Anda perlukan. Pakailah! --JEY

ALKITAB MENYEDIAKAN SEGALA SESUATU YANG HARUS KITA KETAHUI SEHINGGA KITA BISA MELAKUKAN SEMUA YANG ALLAH KEHENDAKI

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 30 Mei 2021

PANDANGAN YANG PENUH BELAS KASIHAN

Bacaan: Matius 9:9-13

NATS: Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan (Hosea 6:6)

Seorang anggota baru sering datang terlambat di kelas Sekolah Minggu untuk orang dewasa. Wanita itu tidak berpakaian rapi, wajahnya tegang dan kurang bersahabat, dan selalu pulang saat pimpinan Sekolah Minggu memulai doa penutup. Tak lama kemudian sang pimpinan bahkan mendengar desas-desus yang bernada menghakimi mengenai wanita itu.

Suatu kali, pimpinan tadi meminta orang lain memimpin doa penutup sehingga ia dapat berbicara dengan wanita itu saat akan keluar. Dari situ ia tahu bahwa suami wanita tersebut sering menyiksanya, bahkan meninggalkan dirinya dan kedua anak mereka. Ia meninggalkan sejumlah utang tanpa memberi alamatnya yang baru. Karena putus asa, ia berusaha mencari Allah.

Sang pimpinan tersebut kini mulai melihatnya dengan cara pandang baru, pandangan yang penuh belas kasihan, dan ia pun meminta anggota Sekolah Minggu lainnya untuk mau memahami wanita tadi. Sebagian dari mereka membuka hati baginya dan dengan cara yang praktis. Tak lama kemudian ia mulai tenang dan lebih bersahabat. Ia pun segera berpaling kepada Yesus, satu-satunya pribadi yang sangat ia butuhkan.

Mari kita minta pertolongan Allah agar dapat memandang orang lain dengan cara pandang Allah. Dengan cara pandang kita sendiri, kita dapat menjadi tidak peka, penuh prasangka, dan menghakimi dengan kejam. Kita perlu memohon kepada Allah agar kita diberi hati yang penuh kemurahan dan belas kasihan, seperti hati yang dimiliki Allah terhadap setiap kita. Dengan melakukan hal yang demikian, kita akan melihat orang lain dengan cara pandang-Nya yang penuh dengan belas kasihan --DCE

KITA DAPAT BERHENTI MENUNJUKKAN BELAS KASIHAN KEPADA ORANG LAIN
BILA KRISTUS BERHENTI MENUNJUKKAN BELAS KASIHAN KEPADA KITA

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 29 Mei 2021

Apakah Jiwamu Terasa Gusar? Tanya Tuhan dan Jangan Berasumsi!

Mazmur 32: 3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari…

Kita semua pasti punya satu hari dimana kita lebih emosional dari biasanya, dan mungkin ada banyak alasan dari perubahan suasana hati tersebut. Hal itu bisa saja disebabkan oleh kondisi tidur kita yang gak baik di malam sebelumnya. Atau bisa juga karena kita mengkonsumsi makanan tertentu yang menurunkan kadar gula darah dan membuat mood kita berubah.

Saat merasa lebih emosional, sebenarnya itu adalah kondisi biasa dan gak perlu kita kuatirkan. Kalau suamiku mengalami suasana hati semacam ini di suatu hari, dia malah gak pernah memikirkannya terlalu mendalam. Dia hanya bilang, “Ini pun akan berlalu.”

Ada kalanya kita punya masalah emosional yang perlu diselesaikan dan ditangani dengan baik. Tapi kita seringkali merasa bersalah karena mencampuradukkan banyak hal dalam diri kita yang justru tidak menyelesaikan masalah tersebut.

Kalau kamu adalah orang yang cenderung menghindari konfrontasi atau perdebatan, kamu hanya akan menyimpan banyak masalah yang belum selesai dalam dirimu. Aku ingat suatu malam dimana aku gak bisa tidur, gak seperti biasanya. Tiba-tiba aku teringat satu hal di hari sebelumnya. Rupanya aku melakukan sesuatu, bersikap kasar kepada seseorang. Saat itu aku bahkan tidak segera minta maaf kepadanya dan juga tidak minta ampun ke Tuhan.

Tanpa menunggu, aku pun tergerak untuk menyelesaikan masalah itu. Tindakanku jelas sudah menganggu ketenangan jiwaku. Karena itulah aku segera minta ampun ke Tuhan dan mengambil keputusan untuk meminta maaf kepada orang tersebut.

Setelah mengikuti langkah itu, aku akhirnya bisa tidur nyenyak. Menakjubkan bukan?

Kalau kamu merasa sedih atau seolah-olah kamu memikul beban berat yang gak bisa kamu pahami, tanyalah ke Tuhan apakah ada sesuatu yang salah yang sudah kamu lakukan. Jangan pernah berasumsi tentang hal-hal lain. Karena solusinya hanya akan selesai saat kita meminta petunjuk Tuhan dan bersedia untuk menerima kenyataan apapun yang diungkapkan-Nya tentang tindakan kita.

Kadang kita merasa emosional karena tindakan orang lain kepada kita atau keadaan gak menyenangkan yang terjadi dalam hidup kita. Tapi di lain waktu kita merasa seperti itu karena sesuatu yang kita lakukan salah dan kita mengabaikannya.

Sekali lagi mari ingatkan dirimu: Jangan berasumsi! Sebaliknya, carilah Tuhan dan tanyakan apa hal yang membuat suasana hatimu berubah dan kehilangan ketenangan.

Bapa, bantu aku untuk melihat dan mengetahui apa yang membuatku merasa emosional dan bantu aku untuk menghadapi kebenaran apapun yang Engkau ungkapkan kepadaku. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin

Sumber: Hak cipta Joyce Meyer, disadur dari Joycemeyer.org

Jumat, 28 Mei 2021

Buruh yang Berdoa

Bacaan: 1 TIMOTIUS 2:1-7

Yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (1 Timotius 2:4)

Konon, di Inggris pernah ada seorang buruh yang merasa tidak bisa melakukan apa pun untuk melayani Tuhan, lalu datang kepada gembala gerejanya. Sang gembala memberinya sebuah buku, kemudian memintanya menuliskan nama orang-orang yang ingin didoakan agar menerima keselamatan dan kapan mereka bertobat. Ia pun menerima buku itu, mulai mencatat nama-nama itu dan mendoakan dengan tekun. Setelah orang ini meninggal, tanpa sengaja buku catatan itu ditemukan, dengan lebih dari dua puluh ribu nama yang bertobat sebagai buah dari ketekunan doanya!

Doa syafaat bagi jiwa-jiwa yang belum bertobat menjadi kebutuhan yang mendesak, terlebih jika kita mencermati keadaan dunia saat ini. Namun, berapa banyak orang percaya masih konsisten melakukannya, bahkan bagi orang terdekat yang mereka kenal, bagi mereka yang tinggal serumah atau bagi kerabat dekat? Firman Tuhan mengingatkan agar kita tekun mendoakan semua orang, karena Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan dan mengetahui kebenaran. Memang soal bertobat atau diselamatkan, itu tergantung karya Tuhan dan bagaimana pribadi orang itu meresponsnya. Namun dengan berdoa, kita dapat melihat karya Roh Kudus secara nyata dalam menjamah dan mengubahkan kehidupan, melalui doa-doa kita!

Jangan pernah meremehkan kuasa doa, terutama doa bagi jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan dan belum diselamatkan. Bagaimana dengan isi doa-doa kita hari-hari ini? Masihkah di sana ada pokok doa bagi mereka yang belum diselamatkan, terutama mereka yang dekat dengan hati kita? --GHJ/www.renunganharian.net

DOA, SEKALIPUN TAK TERLIHAT,
TETAPI KUASANYA DAPAT TERLIHAT SECARA NYATA.

Kamis, 27 Mei 2021

MATI TAK BERARTI

Bacaan: Galatia 5:13-26

NATS: Jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan (Galatia 5:15)

Saya sedang meluncur di sepanjang jalan raya dengan kecepatan kira-kira 100 km per jam ketika tiba-tiba di depan saya tampak dua burung gereja sedang bertarung sengit di tepi jalan. Bulu-bulu mereka sudah rontok hingga beterbangan, namun mereka masih saling menyerang dengan dahsyatnya.

Manakala mobil saya semakin mendekat, mereka tampak semakin seru bertarung. Tiba-tiba mereka terbang bersama-sama dan mengepakkan sayap membabi buta menuju mobil saya. Lalu dengan suara keras mereka membentur kaca mobil, dan mati dengan meninggalkan lumuran darah dan bulu. Mereka sedemikian asyik bertarung sehingga tidak melihat bahaya yang lebih besar di depannya. Pertikaian itu harus dibayar dengan nyawa.

Betapa seringnya kita berlaku seperti kedua burung itu! Kita lupa bahwa dalam suatu perkelahian tidak ada yang menang. Keduanya adalah sama-sama pihak yang kalah. Saat menyimpan dendam, kemarahan kita meledak-ledak. Saya tidak tahu apa yang diributkan kedua burung itu, tetapi yang jelas kematian mereka tidak berarti. Begitu juga dengan pertikaian-pertikaian kita.

Petiklah pelajaran berharga dari kedua burung gereja itu. Lupakan keluhan-keluhan Anda, bersiaplah untuk memaafkan, dan mengakulah bila Anda memang bersalah. Mintalah agar Roh Allah memberi Anda “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (ayat 22-23).

Jika Anda sedang terlibat pertikaian, ingatlah pada kedua burung gereja yang mati itu! -- MRD

MENGUMBAR KEMARAHAN KEPADA ORANG LAIN HANYA AKAN MENYAKITI DIRI SENDIRI

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 26 Mei 2021

Begitu Saja Tidak Bisa

Bacaan: 2 Korintus 3:1-6

Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. (2 Korintus 3:5)

Apakah ungkapan seperti judul di atas kerap kita dengarkan, terima, atau ucapkan? Dahulu terkadang saya mengucapkannya. Namun, pemahaman saya berubah karena suatu pengalaman sederhana. Ketika bermain basket, dalam posisi tanpa penjagaan, saya mencoba memasukkan bola dari jarak dekat. "Pasti masuklah!" pikir saya yakin. Namun, yang terjadi di luar dugaan saya. Bola bukannya masuk, melainkan berputar dan keluar menjauhi ring basket. Sejak itu saya belajar untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah berkata, "Begitu saja tidak bisa!" kepada siapa pun, dalam berbagai situasi kehidupan.

Siapa pun pernah melakukan kesalahan, termasuk saat melakukan hal yang paling mudah sekalipun. Itulah sebabnya, tak ada alasan untuk kita meninggikan diri atau merasa lebih hebat daripada orang lain. Itulah pemahaman yang juga dimiliki oleh para rasul terkait segala aktivitas pelayanan mereka, yang diakui lewat perkataan: "Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah." Atas dasar itulah mereka melayani Tuhan, sambil memastikan agar hati mereka tetap terjaga dari setiap kebanggaan diri atau merasa lebih hebat dari orang lain.

Memahami bahwa segala kesanggupan kita adalah pekerjaan Allah, bukan berarti menghilangkan kesungguhan kita dalam melakukan sesuatu. Upaya maksimal tetap diperlukan, tetapi tidak lagi ada keinginan untuk meninggikan diri-bukankah segala yang kita lakukan adalah untuk memuliakan Tuhan? Jadi, mari teladani semangat para rasul dalam setiap bidang kehidupan yang kita jalani, dan tetaplah rendah hati! --GHJ/www.renunganharian.net

HIDUP YANG DISANDARKAN PADA KASIH KARUNIA TUHAN AKAN TERHINDAR DARI KESOMBONGAN.

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 25 Mei 2021

Hidup dalam Firman Tuhan

Bacaan: Mazmur 119:1-16

Kita hidup di dalam dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. Kapan pun dan di mana pun, kita menemukan ada begitu banyak godaan yang dapat membuat kita jatuh. Karena itu, hampir mustahil untuk bisa tetap hidup kudus di hadapan Tuhan.

Pemazmur menyatakan bahwa orang yang berbahagia adalah yang memegang firman Tuhan dalam hidupnya, yang artinya melakukan firman (1-3). Tidak mungkin bisa tetap hidup kudus jika tidak menghidupi firman Tuhan, sebab kekuatan dan hikmat untuk menghadapi dunia hanya dapat diperoleh dalam firman. Bagi pemazmur, saat ia hidup dalam firman, ia tidak akan mendapat malu (6).

Pemazmur tidak menganggap firman Tuhan hanya sesuatu yang sambil lalu dalam hidupnya, juga bukan hanya direnungkan saat diperlukan. Ia rindu akan firman Tuhan. Ia menyimpan dan menjaganya dengan baik di dalam hatinya sehingga itulah yang menuntun jalan hidupnya setiap hari (11). Baginya, firman Tuhan bukanlah beban, melainkan pembawa sukacita. Pemazmur tidak menyimpan firman itu untuk dirinya sendiri; ia membagikannya dan mengajarkannya kepada orang lain (12).

Bagaimana agar kita dapat tetap hidup dalam firman-Nya? Pertama, menyediakan waktu untuk membaca dan mempelajari firman-Nya. Kedua, belajar untuk menghafal ayat-ayat firman Tuhan. Ketiga, mempraktikkan firman yang telah dipelajari dan mengingatnya dalam langkah hidup setiap hari. Firman yang telah dipelajari dan diingat itu akan berakhir sia-sia jika tidak pernah diterapkan dalam kehidupan. Tindakan mengingat firman-Nya diperlukan supaya firman itu benar-benar menguasai seluruh pikiran, sehingga mengalir keluar dalam setiap perkataan maupun tindakan yang kita lakukan.

Oleh sebab itu, mari kita senantiasa mempelajari, mengingat, dan melakukan firman-Nya. Marilah kita hidup dalam firman-Nya agar kita mampu menghadapi dunia ini, dan menjaga kekudusan hidup sampai kita bertemu kembali dengan Tuhan kita di surga kelak dalam kekudusan dan kemuliaan-Nya. [STG]

Sumber: Santapan Harian

Senin, 24 Mei 2021

KEKUATAN SEDIKIT ORANG

Bacaan: Hakim-hakim 3:31; 7:19-23

NATS: Samgar...menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel (Hakim-hakim 3:31)

Allah seringkali mengerjakan hal-hal yang besar dan hebat melalui sejumlah kecil orang-orang yang lemah. Dengan cara itu, Dia dimuliakan dan kita menjadi rendah hati. Kemenangan-kemenangan yang diperoleh hanyalah berkat kuasa dan pimpinan Allah.

Misalnya, Samgar. Ia tidak memiliki sesuatu apa pun yang dapat diandalkannya kecuali tongkat penghalau lembu dan Tuhan. Tongkat itu panjang, dan ujungnya digunakan untuk menghalau lembu. Namun ia tidak berkecil hati dengan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dengan penuh kepercayaan kepada Allah ia maju berperang dan meraih kemenangan yang menakjubkan dengan menewaskan 600 orang Filistin.

Seseorang menulis demikian: "Selama Nuh membangun bahtera, ia hanya seorang diri tetapi ia menang. Ketika Yusuf dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya, ia hanya seorang diri, namun ia menang. Gideon dengan 300 orang pengikutnya, sambil membawa buyung yang dipecahkan dan obor, mampu mengalahkan orang Midian. Mereka berada dalam jumlah sedikit, namun mereka mampu meraih kemenangan."

Begitu juga dengan Anda. Meski hanya seorang diri, Anda dapat menjadi kekuatan dahsyat yang membawa kebaikan. Mungkin Anda merasa tidak memiliki banyak hal, tetapi Dia dapat memakai Anda apabila Anda menyerahkan diri kepada kehendak dan Roh-Nya.

Janganlah berputus asa atau merasa bahwa Anda memiliki posisi dan talenta yang tak berarti. Ingatlah, hal-hal yang luar biasa dilakukan oleh orang-orang yang bergantung pada kekuatan Allah --HGB

KEMAMPUAN KITA YANG TERBATAS
DAPAT DIPAKAI UNTUK MENUNJUKKAN KEKUATAN ALLAH YANG TAK TERBATAS

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 23 Mei 2021

BALOK DAN SELUMBAR

Bacaan: Matius 7:1-6

NATS: Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu (Matius 7:5)

Kadangkala Yesus memakai humor untuk menyampaikan kebenaran. Renungkanlah hal serius yang terdapat dalam gambaran-Nya yang bernada humor pada bacaan Alkitab hari ini. Dia berkata bahwa para pemimpin agama itu seperti orang yang memiliki balok besar di mata namun menawarkan diri untuk menyingkirkan selumbar kecil di mata saudaranya (Matius 7:1-6). Betapa menggelikan!

Kita sering kali sulit melihat kesalahan diri sendiri, tetapi mudah melihat kesalahan orang lain yang terkecil sekalipun. Dengan demikian kita memiliki dua tongkat pengukur yang berbeda--satu untuk diri sendiri dan satu untuk orang lain.

Kita selalu memiliki pasangan istilah. Bila orang lain marah, kita menyebutnya "mudah marah;" sedangkan bila kita marah, kita menyebutnya "kemarahan yang pada tempatnya." Kita menyebut orang lain "kikir;" namun bila kita sendiri yang berlaku demikian, kita menyebutnya "pola hidup sederhana."

Kita juga cenderung menimpakan kesalahan kepada orang lain meski kitalah yang bersalah. Sepasang suami-istri yang telah menikah selama 20 tahun sedang mengendarai mobil. Sang istri tiba-tiba berkata, "John, kamu tidak lagi seperti pada tahun-tahun awal pernikahan kita--romantis, penuh cinta, dan mesra. Biasanya kita duduk berdekatan saat bepergian naik mobil, tapi sekarang kamu duduk begitu jauh dariku." Sang suami menjawab lembut, "Mary, aku duduk tepat di tempat saya selalu duduk bila mengemudi."

Marilah kita berhati-hati terhadap sikap suka mengkritik. Sikap ini tidak hanya membutakan kita terhadap kesalahan diri sendiri, tetapi juga bisa menjadi bumerang bagi diri kita --MRD

SESEORANG YANG MEMILIKI JIWA KEKRISTENAN YANG BENAR, TIDAK AKAN MERASA SENANG KETIKA MELIHAT KESALAHAN ORANG LAIN

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 22 Mei 2021

Adakah yang Mustahil bagi Tuhan?

Baca: 2 Raja-Raja 3:9-27

"Dan itupun adalah perkara ringan di mata TUHAN; juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu." (2 Raja-Raja 3:18)

Ketika Yoram (raja Israel), Yosafat (raja Yehuda) dan raja Edom bersepakat untuk menempuh perjalanan jauh dengan maksud hendak berperang melawan Moab, di tengah-tengah perjalanan sesuatu yang tak diinginkan terjadi, seperti tertulis: "...sesudah mereka berkeliling tujuh hari perjalanan jauhnya, maka tidak terdapat air untuk tentara dan untuk hewan yang mengikuti mereka." (ayat 9). Saat dalam kesukaran ini segeralah mereka menemui nabi Tuhan (Elisa), atas saran dari pegawai raja Israel, untuk meminta petunjuk dan pertolongan dari Tuhan. Awalnya Elisa sampai menolak, "Apakah urusanku dengan engkau? Pergilah kepada para nabi ayahmu dan kepada para nabi ibumu." (ayat 13a), tetapi karena di situ ada Yosafat (raja Yehuda), akhirnya hati Elisa pun menjadi luluh dan kemudian ia mengabulkan permintaan mereka "...jika tidak karena Yosafat, raja Yehuda, maka sesungguhnya aku ini tidak akan memandang dan melihat kepadamu." (ayat 14).

Atas petunjuk Tuhan, Elisa memerintahkan mereka untuk memanggil pemetik kecapi: "Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia." (ayat 15). Memainkan kecapi (alat musik) ini berbicara tentang pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Ketika puji-pujian dinaikkan, hati Tuhan disenangkan dan hadirat-Nya akan turun melawat umat-Nya, sebab "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4); dan di mana ada lawatan Tuhan, sesuatu yang besar dan ajaib pasti dinyatakan di tengah-tengah umat-Nya.  Sementara kecapi dimainkan, Tuhan menyatakan kehendak-Nya, "Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit," (ayat 16), meski secara kasat mata "Kamu tidak akan mendapat angin dan hujan, namun lembah ini akan penuh dengan air, sehingga kamu serta ternak sembelihan dan hewan pengangkut dapat minum." (ayat 17), bahkan mereka mendapatkan berkat ganda dari Tuhan, "...juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu." (ayat 18b).

Pergumulan hidup apa yang sedang Saudara alami? Apa pun keadaan kita saat ini, jangan pernah menyerah! Tuhan selalu punya jalan keajaiban. Dia sanggup mengubahkan segala sesuatu, dari keterpurukan menjadi kemenangan, dari masalah menjadi berkat, dari tidak ada menjadi ada. Tak ada masalah yang tak terselesaikan bila kita mau menyerahkannya kepada Tuhan. Masalah terkadang diijinkan terjadi agar kita belajar berserah kepada Tuhan, tidak mengandalkan kekuatan sendiri dan tidak membatasi kuasa Tuhan dengan keterbatasan kita. Kita punya Tuhan yang kuasa-Nya tak terbatas, Dia yang menyertai kita senantiasa.

Sekalipun masalah yang kita alami sepertinya tidak ada jalan keluar, di mata Tuhan itu perkara yang teramat ringan, karena Dia Mahasanggup dan Mahakuasa!

Sumber: Renungan Kristen

Jumat, 21 Mei 2021

ANDA SERING KUATIR?

Bacaan: Matius 6:25-34

NATS: Janganlah kamu kuatir akan hari besok .... Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Matius 6:34)

Kekuatiran adalah dosa. Kekuatiran disebabkan oleh kurangnya iman, atau tidak adanya keyakinan akan firman Allah. Meski sudah menyadari hal ini, namun banyak orang Kristen sulit mengatasi dosa ini.

Renungkanlah sejenak hal-hal yang pernah Anda kuatirkan. Berapa banyak yang betul-betul terjadi? Dan, berapa banyak hal yang terjadi namun tak pernah terpikirkan sebelumnya? Kita cenderung mencemaskan apa yang mungkin akan terjadi namun tidak pernah terjadi.

Saya pernah membaca tentang seorang peterjun payung dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat yang telah melakukan lebih dari 50 kali penerjunan dengan sukses tanpa pernah mengalami cedera yang serius. Namun pada hari pertamanya di rumah setelah dipensiunkan dari Angkatan Bersenjata, ia tersandung sebuah karpet, kemudian jatuh menubruk meja sehingga empat tulang rusuknya patah! Ia sangat menguatirkan penerjunannya, namun tak sesuatu pun terjadi. Malah apa yang tak pernah ia kuatirkan justru terjadi, yakni tersandung karpet.

Jadi untuk apa kita kuatir? Yesus berkata bahwa kuatir itu sia-sia, karena kekuatiran tidak akan mengubah apa pun (Matius 6:27). Kita harus ingat bahwa Bapa surgawi tahu betul keadaan kita dan selalu menjagai kita (ayat 28-34). Kita harus yakin bahwa Dia akan memenuhi semua kebutuhan kita apa pun yang terjadi esok. Jadi, jauh lebih baik bila kita berlaku bijak dan percaya kepada Tuhan.

Ingat, kekuatiran tidak pernah menyelesaikan masalah! Jadi, janganlah menjadi orang yang suka kuatir!--MRD

KEKUATIRAN TIDAK MEMPERBAIKI MASA DEPAN KEKUATIRAN HANYA MERUSAK MASA KINI

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 20 Mei 2021

POPCORN BERLAPIS GULA

Bacaan: Mazmur 119:97-104

NATS: Lebih indah daripada emas, bahkan daripada banyak emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah (Mazmur 19:11)

Saya tak tahu apakah saya mulai memasuki fase kanak-kanak yang kedua atau bagaimana, namun akhir-akhir ini saya begitu menginginkan sekotak Cracker Jack, yaitu popcorn berlapis gula dengan kotak bergambar Jack sang Pelaut. Saya teringat pada slogannya: "Semakin banyak Anda memakannya, Anda semakin menginginkannya!"

Popcorn ini sangat nikmat, tetapi ada yang jauh lebih baik. Daud menyebutnya "lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah" (Mazmur 19:11). Kenikmatan yang ditawarkannya senikmat rasa popcorn tersebut, "semakin banyak Anda memakannya, Anda semakin menginginkannya." Semakin sering Anda membaca Alkitab, semakin besar kerinduan Anda untuk terus membacanya. Kerinduan ini akan bertumbuh saat Anda membaca Firman Allah, dan Firman Allah akan terus dibaca sementara kerinduan ini bertumbuh.

Pemahaman Alkitab adalah kebiasaan yang harus dibentuk; seperti kebiasaan minum teh atau kopi. Salah satu aktivitas pertama yang saya lakukan di pagi hari adalah menjerang air. Ini menjadi kebiasaan, karena saya ingin minum kopi. Lalu, saya duduk membaca Alkitab sambil menikmati secangkir kopi. Jika membaca Alkitab dijadikan aktivitas pertama yang dilakukan di pagi hari, hal itu dapat menjadi kebiasaan yang sangat baik bagi Anda. Bila Anda tidak akan bekerja tanpa sarapan lebih dulu, akankah Anda menghabiskan waktu sepanjang hari tanpa menyantap makanan rohani lebih dulu?

Jadikanlah pembacaan Alkitab di pagi hari sebagai suatu kebiasaan dan lakukanlah terus-menerus hingga Anda tidak dapat lagi meninggalkannya. Bacalah Alkitab Anda! --MRD

ORANG YANG HANYA MENCICIPI ALKITAB TIDAK AKAN PERNAH MENIKMATI RASA YANG SESUNGGUHNYA

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 19 Mei 2021

Kenyang

"Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu ...." (Ulangan 8:11)

Sejarawan Yahudi, Yuval Noah Harari, mencatat fakta bahwa pada 2010 ada satu juta manusia di dunia mati akibat kombinasi antara kelaparan dan kekurangan gizi. Ironisnya, pada tahun yang sama, ada tiga juta orang di dunia mati akibat kegemukan-terlampau banyak mengkonsumsi makanan atau makan terlalu berlebih. Fakta membuktikan, rupanya, baik kelaparan maupun kekenyangan bisa hadir sebagai ancaman bagi manusia. Bahkan kekenyangan justru memiliki daya merusak yang lebih mematikan!

Kitab Ulangan mengisahkan, sebelum bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan, Musa menyampaikan nasihat terakhir kepada mereka. Salah satunya, nasihat supaya mereka mewaspadai kesejahteraan atau kemakmuran. Sebab kondisi berkelimpahan serba kenyang mengandung bahayanya sendiri, yaitu bisa membuat mereka melupakan Tuhan (ay. 10-14). Lupa, di padang gurun dulu mereka pernah lapar. Sekaligus lupa akan kebaikan Tuhan pada saat mereka lapar dulu. Kenyang bukan jaminan mereka bersyukur dan ingat akan Tuhan. Harus ada peringatan untuk bahaya tersebut.

Secara fisik orang yang terlalu kenyang mudah terserang rasa kantuk. Akibatnya, secara mental ia cenderung kurang waspada. Secara sosial, ia bisa kurang peka dan tidak peduli sekitar karena gampang tergoda untuk membuang-buang makanan. Secara rohani, ia bisa menjadi pongah, merasa tak punya alasan untuk membutuhkan Tuhan, lalu melupakan Dia. Sudah banyak bukti, apabila tak waspada, kelimpahan justru menjauhkan seseorang, sebuah keluarga, atau masyarakat, bahkan suatu bangsa dari Tuhan. Jadi, peringatan untuk mewaspadai kemakmuran memang sangat beralasan, bukan? --PAD/www.renunganharian.net

KRISIS IMAN TAK SELALU MASUK LEWAT PINTU KEKURANGAN,  TAPI BISA JUGA MENYUSUP LEWAT PINTU KELIMPAHAN.

Selasa, 18 Mei 2021

PENYANYI BOHONG

Bacaan: Amsal 12:13-22

NATS: “Ya Tuhan, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu” (Mazmur 120:2)

Ada banyak cara untuk berbohong. Sebagian orang yang mengaku tidak pernah berdusta akan tercengang jika mau menghitung banyaknya dusta yang mereka nyanyikan setiap Minggu di gereja.

Bertahun-tahun lalu saya pernah membaca sebuah artikel yang ditulis seorang pengarang tak dikenal, “Baru saja kita menyanyi ‘Sweet Hour Of Prayer’ (Jam Doa yang Indah) namun pada kenyataannya kita sudah merasa cukup hanya dengan 10-15 menit berdoa setiap hari. Kita menyanyi ‘Onward Christian Soldiers’ (Maju Laskar Kristus), namun kita cenderung menunggu ditarik dan dipanggil untuk bergabung dalam pelayanan. Kita juga ikut melantunkan ‘O For A Thousand Tongues To Sing’ (Seribu Lidah Menyanyi), namun dalam hidup sehari-hari kita tidak memakai lidah kita untuk memuliakan Dia.

“Kita sering menyanyikan ‘There Shall Be Showers Of Blessing’ (Akan Ada Berkat Tercurah) dengan penuh semangat dalam cuaca cerah, namun ketika Tuhan menurunkan sedikit hujan, kita sudah merasa mustahil untuk pergi ke gereja. Kita menyanyikan ‘Blest Be The Tie That Binds’ (Diberkatilah Ikatan yang Menyatukan), namun kita membiarkan sakit hati merusak ikatan persaudaraan yang berharga. Kita pun menyanyikan ‘Serve The Lord With Gladness’ (Layanilah Tuhan Dengan Sukacita), namun kita terus-menerus mengeluh tentang semua yang harus kita lakukan.”

Ingat, dusta tetaplah dusta, baik dalam bentuk perkataan ataupun nyanyian. Lain kali jika Anda membuka buku nyanyian, pastikanlah bahwa Anda bersungguh-sungguh dengan nyanyian yang keluar dari mulut Anda.

Jangan menjadi penyanyi bohong -- HGB

DARI SEMUA YANG PERNAH KITA KATAKAN ADA BEGITU BANYAK YANG TIDAK KITA LAKUKAN

Sumber: Renungan Harian

Senin, 17 Mei 2021

Allah Sumber Segala Penghiburan

Allah menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan. –2 Korintus 1:4

Ayat Bacaan & Wawasan:
2 Korintus 1:3-7

Seekor anak kucing yang diberi nama Radamenes pernah dilepas pemiliknya di tempat penampungan hewan, karena kondisinya yang sakit dianggap sudah tidak bisa dipulihkan lagi. Namun, anak kucing itu berhasil dirawat sampai sembuh dan diadopsi oleh dokter hewan yang merawatnya. Ia kemudian menjadi penghuni tetap di tempat penampungan hewan tersebut dan sekarang menghabiskan hari-harinya “menghibur” para kucing dan anjing—yang baru saja dioperasi atau dalam masa pemulihan setelah sakit—melalui kehadirannya yang hangat dan dengkuran lembutnya.

Itulah gambaran sederhana yang melukiskan karya Allah yang penuh kasih bagi kita—dan apa yang dapat kita lakukan bagi orang lain sebagai balasannya. Dia memelihara kita saat kita berada dalam penderitaan dan pergumulan, serta menenangkan kita dengan kehadiran-Nya. Dalam surat 2 Korintus, Rasul Paulus menyebut Allah kita sebagai “Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan” (1:3). Ketika kita berkecil hati, tertekan, atau teraniaya, Dia hadir untuk kita. Ketika kita berpaling kepada-Nya dalam doa, Dia “menghibur [kita] dalam segala penderitaan [kita]” (ay.4).

Namun, ayat 4 tidak berakhir di sana. Paulus, yang pernah mengalami penderitaan hebat, melanjutkan, “sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” Allah Bapa menghibur kita, dan setelah kita mengalami penghiburan-Nya, kita dimampukan untuk menghibur orang lain.

Juruselamat kita yang penuh belas kasihan dan menderita sengsara bagi kita sangat sanggup menghibur kita di tengah penderitaan dan kesusahan kita (ay.5). Dia menolong kita melewati masa-masa yang sulit dan memperlengkapi kita untuk melakukan hal yang sama bagi orang lain.

Renungkan dan Doakan
Kapan Anda merasakan penghiburan Allah pada masa-masa sulit? Pernahkah Anda meneruskan penghiburan itu kepada orang lain?

Ya Allah, terima kasih atas kehadiran-Mu yang menghiburku di tengah penderitaan dan kesedihan yang aku alami. Tolonglah aku untuk kemudian dapat menghibur orang lain juga.

Sumber: Santapan Rohani

Minggu, 16 Mei 2021

Autokritik

Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladan bagimu. (Filipi 3:17)

Mana yang lebih mudah dilakukan? Memberi kritik kepada seseorang atau menerima kritik dari orang lain? Sejujurnya, lebih mudah bagi kita untuk mencari kesalahan seseorang lalu mengkritiknya. Sebaliknya kita sangat tersinggung dan marah saat seseorang mengkritik diri kita. Sebab itu, orang yang mampu melakukan "autokritik" (kritik atas diri sendiri) adalah seorang yang memiliki kebesaran jiwa.

Rasul Paulus adalah seorang yang berjiwa besar, rela melakukan autokritik. Ketika mendapati jemaat di Filipi mulai menyimpang dari ajaran sehat, ia tidak segan menegur dan mengingatkannya. Namun demikian, secara terbuka ia pun berani mengkritik dirinya sendiri! Dengan jujur Paulus mengakui bahwa ia pun pernah menaruh kepercayaan pada hal-hal lahiriah. Ia mengakui bahwa dirinya pun pernah melakukan tradisi-tradisi yang diakui orang-orang Yahudi. Namun pengenalan akan Kristus telah mengubah hidupnya. Atas dasar itulah Paulus ingin agar jemaat Filipi belajar dan mengikuti teladan hidupnya.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Setiap orang pernah menyimpang dari ketetapan firman Tuhan. Tidak sedikit orang mungkin memiliki masa lalu yang kelam. Seperti Rasul Paulus, kita belajar untuk mau mengakui semua itu supaya kita bertumbuh menjadi seorang yang selalu rendah hati. Bersyukur kepada Kristus yang telah mengubah hidup kita sehingga kita dapat menjadi teladan yang mengarahkan setiap orang kepada kasih Kristus. Bukankah orang yang mengenal Kristus itu akan saling menegur, memberi nasihat, menghibur dan menguatkan? Kiranya hati kita pun terbuka untuk setiap teguran yang mengoreksi kesalahan kita. --SYS/www.renunganharian.net

ORANG YANG AUTOKRITIK ADALAH ORANG YANG MEMPUNYAI KEBESARAN HATI UNTUK MENGAKUI KESALAHAN DAN MEMPERBAIKINYA.

Sabtu, 15 Mei 2021

PENGKHOTBAH HEBAT

Bacaan: 1 Petrus 1:1-9

NATS: Ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan (Yakobus 1:3)

Khotbah-khotbah terbaik yang pernah saya dengar ternyata malah bukan dari mimbar, melainkan dari ranjang-ranjang orang sakit. Kebenaran yang paling dalam dari firman Allah sering kali justru diajarkan oleh jiwa-jiwa yang rendah hati, yang telah mengalami tempaan penderitaan.

Orang-orang paling bahagia yang pernah saya temui, dengan sedikit perkecualian, ternyata justru adalah mereka yang paling sedikit menikmati kegembiraan dan yang paling banyak mengalami kepedihan dan penderitaan dalam hidup mereka. Orang-orang yang paling bersyukur yang pernah saya kenal bukanlah mereka yang bebas pergi ke mana saja, melainkan justru mereka yang hidup terkurung di rumahnya, bahkan beberapa di antaranya tergolek di atas ranjang, namun yang telah belajar mengandalkan Allah.

Sebaliknya, kaum pengeluh biasanya justru mereka yang paling sedikit menemui hal-hal yang patut dikeluhkan. Orang-orang yang paling gembira dan yang paling penuh syukur atas berkat Allah Yang Mahakuasa sering kali adalah mereka yang telah melalui ujian-ujian hidup yang terberat.

Alkitab menyatakan bahwa jika kita menghadapi ujian kehidupan dengan sikap yang benar, hal itu akan menghasilkan ketekunan dan kedewasaan rohani (Roma 5:3-5, Yakobus 1:3,4). Kita harus ingat bahwa penderitaan kita sekarang ini “hanyalah untuk sementara” dan bahwa penderitaan tersebut dipakai Allah untuk kebaikan kita dalam kekekalan (2 Korintus 4:17,18).

Tabahlah, hai engkau yang menderita. Suatu hari nanti Anda akan menyadari bahwa semua penderitaan itu tidaklah sia-sia (1 Petrus 1:7) -- MRD

SEBAGIAN PELAJARAN TERPENTING DALAM KEHIDUPAN DIPELAJARI DI SEKOLAH PENDERITAAN

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 14 Mei 2021

MENDERITA BAGI SAYA

Bacaan: Yesaya 53:4-12

NATS: Ia tertikam oleh karena pemberontakan kita, ia diremukkan oleh karena kejahatan kita (Yesaya 53:5)

Ketika Anda mencermati lukisan tentang penyaliban yang digambar oleh pelukis terkenal dari Belanda, Rembrandt, maka pertama kali perhatian Anda akan tertuju pada salib dan pada Yesus. Kemudian, saat Anda melihat kerumunan orang di sekitar salib, Anda akan melihat wajah-wajah yang terlibat dalam kejahatan besar penyaliban Anak Allah. Dan akhirnya, mata Anda akan tertuju ke sudut lukisan dan menangkap sosok lain yang nyaris tersembunyi di balik bayang-bayang. Konon, sosok itu adalah potret diri Rembrandt, yang mengakui bahwa karena dosanya ia juga telah ikut menyalibkan Yesus di sana!

Seseorang yang tersentuh saat melihat lukisan ini berkata, "Seringkali kita mudah berkata bahwa Kristus mati untuk menebus dosa dunia. Namun terkadang kita sulit berkata bahwa Kristus mati untuk dosa saya! Mungkin enak rasanya menyudutkan mereka yang menyalibkan Yesus, tetapi ngeri rasanya bila merenungkan bahwa saya sendiri ternyata juga acuh tak acuh seperti Pilatus, licik seperti Kayafas, tak berperasaan seperti para prajurit Romawi, kejam seperti gerombolan orang banyak, atau pengecut seperti murid-murid-Nya. Jadi, bukan perbuatan mereka saja, tetapi saya pun terlibat saat Yesus dipaku di kayu salib. Saya turut menyalibkan Kristus. Saya ikut andil dalam penghinaan itu!"

Renungkan kembali apa yang tergambar dalam lukisan Rembrandt. Jika Anda melihat lebih cermat, Anda akan melihat diri Anda juga berdiri dengan tangan berlumuran darah di balik bayang-bayang itu, karena Kristus menanggung hukuman akibat dosa Anda! Dan Anda akan berkata, "Dia menderita untuk saya" --HGB

SALIB DI KALVARI MENUNJUKKAN KEBENCIAN MANUSIA KEPADA ALLAH
DAN KASIH ALLAH KEPADA MANUSIA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 13 Mei 2021

Orang-Orang Menjengkelkan

Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. –Amsal 15:1

Ayat Bacaan: Amsal 15:1-7, 18

Lucy Worsley adalah seorang sejarawan dan pembawa acara TV di Inggris. Seperti kebanyakan tokoh masyarakat, adakalanya Lucy menerima surat bernada kasar—salah satunya mempersoalkan gangguan bicara ringan yang diderita Lucy, yang membuatnya sulit mengucapkan huruf “r”. Seseorang pernah mengirimkan pesan berikut, “Lucy, terus terang saja, tolong perbaiki cara bicaramu yang asal-asalan, atau hilangkan saja semua huruf “r” dalam teks yang perlu kaubaca—saking kesalnya, aku tidak tahan menonton siaranmu. Salam, Darren.”

Bagi sebagian orang, komentar yang tidak sopan seperti ini bisa memancing balasan yang sama pedasnya. Namun, Lucy membalasnya demikian: “Darren, saya rasa Anda memanfaatkan dunia maya yang anonim untuk leluasa mengucapkan hal-hal yang tidak mungkin Anda katakan secara langsung di hadapan saya. Silakan renungkan kembali perkataan Anda yang tidak sopan itu! Lucy.”

Jawaban Lucy yang tenang itu membuahkan hasil. Darren meminta maaf dan berjanji tidak akan mengirim pesan seperti itu lagi kepada siapa pun.

“Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman,” kata Amsal, “tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah” (15:1). Seorang pemarah suka memicu pertengkaran, tetapi orang sabar memadamkan perselisihan (ay.18). Ketika kita dikritik oleh rekan sekerja, dikomentari sinis oleh kerabat, atau mendapat tanggapan pedas oleh orang asing, kita punya pilihan: mengeluarkan kata-kata penuh amarah yang bisa menyulut api pertikaian atau mengucapkan perkataan lemah lembut yang dapat memadamkannya.

Kiranya Allah menolong kita mengucapkan kata-kata yang meredakan kemarahan—bahkan mungkin menolong orang-orang menjengkelkan itu untuk berubah (Sheridan Voysey)

Renungkan dan Doakan
Pikirkan waktu Anda bersikap defensif terhadap seseorang. Mengapa Anda bereaksi demikian? Bagaimana Anda dapat memberikan respons yang berbeda dengan pertolongan Allah?

Allah Mahakasih, mampukanlah aku untuk menanggapi orang-orang yang suka bertengkar, dengan kesabaran dan perkataan yang lembut.

Sumber: Santapan Rohani

Rabu, 12 Mei 2021

Rode, Si Hamba Perempuan

Bacaan: KISAH PARA RASUL 12:1-19

Ketika ia mengetuk pintu gerbang, datanglah seorang hamba perempuan bernama Rode untuk mengetahui siapa yang mengetuk itu. (Kis. Pr. Rasul 12:13)

Nama Rode hanya sekali disebutkan dalam Alkitab. Sebelum kisah yang melibatkan Petrus, yang baru saja dibebaskan oleh malaikat Tuhan dari penjara, maupun sesudahnya, nama Rode tidak lagi disebutkan. Namun, perbuatannya tak bisa diabaikan begitu saja karena jika perannya tak cukup penting, maka namanya tentu tidak tertulis dalam Alkitab sebagaimana sosok-sosok anonim lainnya yang pernah disebutkan oleh para penulis Alkitab.

Hari itu ada ketukan di pintu ketika para murid Tuhan berkumpul di rumah Maria untuk berdoa. Rode lantas mendekati pintu gerbang untuk mencari tahu siapakah sosok di balik pintu. Begitu mendengar suara Petrus, saking girangnya Rode tidak membukakan pintu, tetapi memberitahukan kepada orang-orang di rumah Maria. Akhirnya, mereka bersama-sama membukakan pintu supaya Petrus bisa masuk, lalu mendengar bagaimana Petrus bisa berada di hadapan mereka (ay. 14-17). Keluarnya Petrus dari penjara juga tak lepas dari doa yang mereka daraskan di hadapan Tuhan, yang mungkin tak pernah disangka bahwa jawaban doa itu datang begitu cepat (ay. 5).

Rode, seorang hamba perempuan, bisa dianggap orang pertama yang mengetahui datangnya jawaban doa mereka, karena dialah yang mendengar suara Petrus pertama kali-meski saat menyampaikan, ia sempat dikira mengigau. Itulah cara kerja Tuhan yang sering kali tak dapat kita duga. Jika Allah berkehendak, Ia bisa memakai siapa pun untuk menyampaikan sesuatu yang baik kepada orang lain, bahkan menjadi jawaban doa. Maukah kita dipakai Allah seperti Rode? --GHJ/www.renunganharian.net

ALLAH DAPAT MEMAKAI SIAPA PUN UNTUK MENJADI ALAT-NYA.

Selasa, 11 Mei 2021

MILIKI KEHAUSAN AKAN TUHAN UNTUK MENDAPAT KEPUASAN SEJATI

Yesaya 58:11 Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan

Rasa haus adalah gejala yang kita rasakan ketika tubuh kekurangan cairan. Bayangkan jika kita tidak pernah merasa haus, kita bisa mati karena dehidrasi. Para pakar kesehatan menganjurkan kita untuk minum sedikitnya dua liter air setiap hari. Selain dapat mengurangi risiko serangan jantung, air juga membuat kulit sehat berkilau, dan membantu mengurangi berat badan. Kita pun harus minum lebih banyak air ketika berolahraga atau kalau berada di suhu yang panas dan kering. Bahkan meskipun tidak haus, kita tetap harus minum air.

Berapa banyak dari kita yang mulai kehilangan rasa haus akan Allah? Kita hanya melaksanakan ibadah yang formal, seperti pergi ke gereja pada hari Minggu, serta berdoa sebelum makan dan tidur. Tentu ini gejala yang tidak normal. Sering kali kita tidak menyadari atau mengakui hal ini. Bahkan ketika ada persoalan, kita cenderung menghibur diri dengan nonton film, jalan-jalan, makan-makan, dan sebagainya. Namun, yang kita dapati hanya kepuasan sementara. Setelahnya kita akan kembali merasakan kekosongan. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa kehausan kita untuk mengisi kekosongan hati kita dengan keinginan-keinginan dunia, tidak akan membuat kita terpuaskan sepenuhnya.

Hanya ada satu kehausan yang dapat membuat kita terpuaskan sepenuhnya, yaitu kehausan akan Tuhan. Kehausan kita akan Allah bahkan lebih bermanfaat lagi. Pada saat kita mengalami kekeringan rohani, kita akan rindu mendengar Tuhan melalui firman-Nya, dan kita akan mencari setetes pengetahuan akan Dia. Rasa haus dan lapar itu mendorong orang mendapatkan lebih banyak lagi dari Tuhan. Kita akan memiliki kerinduan yang begitu dalam kepada Tuhan, bukan sekedarnya; kita pun menyediakan waktu bersekutu, menyukai firman-Nya dan sangat antusias terhadap perkara-perkara rohani. Pada akhirnya, kita pun akan terpuaskan dan mendapatkan kekuatan baru dari Tuhan. (RDF)

RENUNGAN
Hanya ada satu kehausan di dunia yang bisa mendapatkan KEPUASAN SEJATI, yaitu KEHAUSAN AKAN TUHAN.

APLIKASI
1. Kapan terakhir kali Anda merasa haus akan Tuhan? Mengapa demikian?
2. Menurut Anda, mengapa kehausan akan Tuhan dapat memberikan kepuasan sejati kepada kita?
3. Setelah membaca renungan hari ini, langkah-langkah apa yang akan Anda ambil untuk dapat terus memiliki kehausan akan Tuhan? Tuliskan.

DOA UNTUK HARI INI
“Ýa Tuhan yang baik, sungguh kami mengucap syukur memiliki Tuhan yang begitu luar biasa baik. Hanya dekat kepada-Mu saja, ya Tuhan, kami merasa tenang dan damai. Ajar kami untuk senantiasa dapat memiliki rasa haus akan Engkau, karena kami yakin hanya di dalam-Mu saja kami memperoleh kepuasan sejati. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.”

Sumber: Renungan GBI Keluarga Allah

Senin, 10 Mei 2021

SIAPA YANG SALAH?

Bacaan: Kejadian 43:1-10

NATS: Jika aku tidak membawa dia kepadamu dan menempatkan dia di depanmu, maka akulah yang berdosa terhadap engkau untuk selama-lamanya (Kejadian 43:9)

Yehuda bersedia memikul tanggung jawab untuk membawa pulang kembali saudaranya, Benyamin, dari negeri Mesir (Kejadian 43:9). Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Benyamin, Yehuda bersedia disalahkan. Ini merupakan sifat manusia yang langka, karena kita biasanya lebih suka menimpakan kesalahan kepada orang lain.

Pada suatu malam terjadi tabrakan di depan rumah saya. Saya pergi keluar dan menyaksikan kedua pihak yang bertabrakan sedang berdebat sengit mengenai siapa yang bersalah. Pengemudi yang satu berseru, “Anda berada di jalur yang salah dan mengemudi terlalu cepat!” Pengemudi yang kedua menjawab, “Tidak, Andalah yang harus disalahkan. Anda tidak memberi isyarat untuk membelok, dan lampu jauh Anda menyala!” Setelah 30 menit, polisi datang dan perdebatan itu pun terulang kembali.

Salah satu hal yang paling sulit dipelajari adalah belajar untuk mengakui kesalahan dan berkata, “Saya salah.” Mengapa demikian? Ini terjadi bukan hanya karena seseorang sengaja tidak mau jujur. Namun alasan yang sebenarnya adalah bahwa kita hanya memandang masalah itu dari sudut pandang kita sendiri. Jika kita juga dapat memandang masalah itu dari sudut pandang orang lain, keadaannya mungkin akan sangat berbeda.

Dalam segala hal selalu ada dua sisi. Anda baru akan dapat melihat keduanya bila Anda berhenti menuduh dan mulai mau mendengarkan orang lain dengan rendah hati. Untuk menyelesaikan suatu konflik, Anda harus bersedia mengaku bila Anda memang salah -- MRD

AGAR SESUATU BERJALAN BENAR
BERSEDIALAH UNTUK MENGAKU BILA ANDA SALAH

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 09 Mei 2021

SEBERAPA BERSYUKURKAH ANDA?

Bacaan: Mazmur 107:1-9

NATS: Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya (Mazmur 107:1)

Ibu saya adalah orang yang senantiasa bersyukur meski hampir di sepanjang kehidupan pernikahannya ia hidup miskin. Namun, ia tidak pernah berhenti memuji Tuhan. Ayah saya, seorang pembuat sepatu yang tidak pernah mendapat lebih dari 12 dollar per minggu, adalah seorang Kristen yang suka memuji Tuhan.

Sungguh merupakan warisan yang sangat berharga! Sungguh merupakan kenangan yang indah! Tampaknya tanpa banyak perlengkapan, kemewahan, dan perabot rumah tangga, orangtua saya jauh lebih bersyukur daripada kita yang hidup pada masa kini. Sebelum makan, kami selalu memohon berkat Tuhan dan membaca satu bagian dari Alkitab, dan sesudah makan kami menaikkan ucapan syukur. Sungguh berbeda dengan masa sekarang. Saat ini kita jarang berdoa, dan ketika kita berdoa, sering kali kita menaikkan banyak permohonan dan sangat sedikit ucapan syukur!

Selama Perang Dunia II, banyak gereja terbuka 24 jam sehari agar orang-orang dapat datang dan berdoa untuk orang yang mereka kasihi di medan perang. Penjaga di salah satu gereja memperhatikan seorang anak laki-laki yang selalu datang setiap hari dan berdoa selama 10 menit. Suatu hari beberapa minggu kemudian, anak itu datang dan berlutut lebih lama dari biasanya. Sang penjaga yang memperhatikannya bertanya mengapa ia berdoa sangat lama. Ia menjawab, "Setiap hari saya berdoa di sini selama beberapa menit untuk meminta agar Allah mengantar ayah saya pulang dengan selamat. Pagi ini ia pulang, maka saya bergegas ke sini untuk bersyukur kepada Tuhan yang telah menjawab doa saya."

Seberapa bersyukurkah diri kita? -MRD

DUA BAGIAN TERPENTING DARI DOA ADALAH PERMOHONAN DAN UCAPAN SYUKUR

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 08 Mei 2021

HIDUP DAMAI

Bacaan: Roma 12:14-21

NATS: Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:18)

Seorang pria yang bermasalah dengan tetangganya terpaksa harus membela diri melalui jalur hukum atas tindakan tetangganya yang tak dapat dibenarkan dan tidak jujur. Ia berkomentar, "Saya telah berusaha menaati Roma 12:18, namun pada situasi seperti ini saya bersyukur atas 'kelonggaran' yang Tuhan berikan dalam ayat ini. Ayat ini tidak berkata bahwa kita harus hidup berdamai dengan orang lain dalam situasi seperti apa pun juga, karena Tuhan tahu bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan terhadap orang-orang tertentu."

Sayangnya, begitu banyak orang kemudian tidak berusaha melakukan segala hal yang dapat dilakukan untuk hidup damai. Ini mengingatkan saya akan kisah seorang anak lelaki yang bertanya kepada ayahnya, "Ayah, bagaimana asal mula terjadinya Perang Dunia I?" Sang ayah menjawab, "Begini, Nak. Perang Dunia I bermula karena Jerman menyerang Belgia." Tiba-tiba istrinya menyela, "Katakan kepadanya apa yang sesungguhnya terjadi. Perang itu bermula karena ada seseorang yang dibunuh." Suaminya dengan cepat menjawab, "Siapa sih sebenarnya yang harus menjawab pertanyaan, kamu atau aku?" Si istri pun segera meninggalkan ruangan dan membanting pintu sekeras mungkin. Ketika getaran di ruangan itu sudah berhenti, keheningan mulai menyebar di ruangan tersebut. Lalu anak itu berkata, "Baiklah, Ayah tidak perlu menceritakan kepada saya bagaimana suatu perang bermula. Sekarang saya sudah tahu!"

Adakah Anda mudah untuk membalas dendam atau sudahkah Anda melatih diri untuk hidup damai dengan orang lain? Yesus sendiri berdoa bagi musuh-musuh-Nya. Bagaimana dengan Anda? Hari ini, cobalah untuk hidup damai dengan orang lain --HGB

MEMBALAS DENDAM MEMBUAT ANDA SAMA BURUKNYA DENGAN ORANG YANG MENYAKITI ANDA

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 07 Mei 2021

TETAP CINTA

[[Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. ]] (Ibrani 12:6)

Dalam pemikiran anak kecil, bila orangtua marah atau memukul, itu berarti orangtua tidak cinta. Itu juga yang ada di benak anak saya. Oleh karena itu, saya acapkali berkata kepadanya, “Kalau Mama memukul atau marah, itu karena Mama sayang kepadamu. Meskipun Mama marah, Mama tetap sayang.” Suatu kali ketika si sulung bertengkar dengan adiknya dan saya menegurnya, ia meniru perkataan saya, “Aku marah, tapi tetap sayang sama adik.” Akhirnya, ia mengerti bahwa marah atau memukul bukan tanda tidak sayang.

Sebagai orang dewasa, kadang-kadang kita berpikir seperti anak kecil: Kalau Tuhan menghajar atau menghukum, itu berarti Tuhan tidak sayang dan meninggalkan kita. Firman Tuhan mengingatkan bahwa justru karena kita adalah anak-anak-Nya, maka Dia mendisiplinkan kita jika kita melanggar aturan-Nya. Justru karena kita dikasihi, maka Dia menghajar kita ketika kita sengaja tidak menaati-Nya. Hajaran adalah tanda kasih, salah satu wujud kasih seorang bapa yang membimbing anaknya.

Jika saat ini ada kesulitan, kegagalan, atau bahkan penderitaan yang jelas Anda ketahui diakibatkan oleh dosa atau ketidaktaatan Anda pada firman-Nya, jangan keraskan hati dan membenci-Nya. Tuhan bersedih melihat segala pemberontakan dan kedegilan kita, tetapi Dia tetap memilih untuk menghajar daripada melihat kita menghancurkan diri sendiri. Sambutlah kasih-Nya, terimalah didikan-Nya, dan tinggalkanlah dosa itu. Tangan-Nya siap menyambut dan memulihkan hidup Anda. (Lin Natalie)

Sumber: Amsal  Hari Ini 

Kamis, 06 Mei 2021

Roma 8:28-29 (TB)  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 


Bagaimanakah keadaan kita saat ini? Apa yang telah dan akan Tuhan ajarkan lwt masa atau keadaan kita saat ini?

Mari kita belajar dr apa yg terjadi pada tokoh2 di dlm Alkitab


1. Ayub. 

Mgkn kita adalah org yg saleh, setia dan taat melakukan apa yg diperintahkan Tuhan. Tp saat ini kita mengalami kesulitan baik dlm keuangan atau hubungan dgn keluarga atau yg lain, ingatlah akan Ayub. Ayub mengalami smua itu bukan krn dosa atau kesalahannya tp dia diuji agar kualitas atau imannya semakin bertumbuh dan naik kelas. Dlm keadaan spt ini, Ayub tetap setia dan mengarahkan pandangannya kpd Tuhan dan akhirnya Tuhan mengembalikan keadaan Ayub spt semula bahkan memberkati Ayub dgn lbh baik lg. 


2. Yusuf. 

Anggaplah ketika kita membaca kisah Yusuf, kita blm tahu cerita pd akhirnya. Pasti kita akan berpikir, kasihan sekali Yusuf. Mslh dan penderitaan silih berganti. Dimasukkan ke dlm sumur, dijual sbg budak. Msk penjara krn difitnah. Dilupakan oleh juru minuman raja shg ga bs klr dr penjara. Bertubi2 penderitaan yg dialami oleh Yusuf tp sll dikatakan dlm FT bhw Tuhan menyertai Yusuf. Sy yakin walaupun dlm keadaan spt itu dia tetap setia kpd Tuhan. Akhir cerita ternyata Yusuf sdg dipersiapkan Tuhan utk menjadi penguasa di Mesir. Dan Tuhan mempersiapkan Yusuf lbh dr 10 thn. Jd apabila kita merasa mslh terus dtg silih berganti, ingatlah Yusuf, mgkn Tuhan jg sdg menyiapkan kita utk rencanaNya yg besar bg kita di wkt yg akan dtg asal kita tetap setia kpdNya. 


3. Yunus.

Mgkn saat ini kita dlm "perut ikan" spt yg dialami Yunus. Sangat tidak enak dan sangat tdk nyaman. Kl kita dlm keadaan spt ini, ingatlah Yunus. Yunus dibentuk oleh Tuhan krn dosa dan ketidaktaatannya tp percayalah spt Yunus, apabila kita mengakui dosa kita, smuanya akan berlalu dan kita akan dipulihkan serta kembali dan taat melakukan apa yg Tuhan kehendaki. 


4. Salomo.

Ada juga org2 yg saat ini dlm kondisi baik. Kl kita dlm kondisi ini, ingatlah Salomo. Salomo diberi ketenangan dan keamanan di seluruh negeri shg dia bs membangun Bait Suci. Tp setlh itu dikatakan Salomo jatuh ke dlm penyembahan berhala. Hati2lah dgn ZONA NYAMAN krn itu bs membuat kita lengah dan hub dgn Tuhan akan menjauh. 


5. Paulus. 

Mgkn saat ini kita sdh bertahun2 mengalami mslh dan penderitaan tp smuanya ga kunjung slsai. Ingatlah Paulus. Paulus meminta utk melepaskan duri dlm daging tp Tuhan mengatakan dlm kelemahanmulah, kuasaKu menjadi sempurna. Mslh atau penderitaan blm slsai tp Tuhanlah yg akan memberi kekuatan dan menyertai kita dlm menjalani smuanya itu. 


Terlepas dr pelajaran yg kita bs ambil dr bbrp tokoh di atas, tokoh yg paling utama di dlm Alkitab dan hrs kita ikuti teladannya adalah YESUS KRISTUS 


Yohanes 13:15 sebab Aku (Yesus) telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.


Mari kita belajar untuk percaya dgn iman bhw apapun yg terjadi, Tuhan bekerja dlm sgl sst utk mendatangkan kebaikan SUPAYA kita semakin serupa dgn gambaran AnakNya yaitu Yesus Kristus. Amin. 

MELIHAT SEGALA ARAH

Bacaan: Mazmur 139:1-13

NATS: Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh (Mazmur 139:2)

Mengapa orang seringkali berpikir bahwa mereka dapat bebas berbuat sesuatu yang buruk bila tak ada orang lain yang melihatnya? Adakah kita lupa bahwa ada Dia yang melihat dan mendengar setiap perilaku dan tutur kata kita? Apabila kita tidak menghendaki orang lain mengetahuinya, bagaimana mungkin kita bisa mengabaikan fakta bahwa Allah mengetahui semua yang kita lakukan?

Dalam Mazmur 139 Daud mengutarakan pengakuannya, "TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku. Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh...segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN" (Mazmur 139:1-4).

Seorang ayah dan anak lelakinya mengendarai mobil ke sebuah desa dan melihat sebidang tanah yang ditanami semangka tidak jauh dari jalan raya. Sang ayah berkata kepada anak lelakinya, "Berjaga-jagalah di sini, Nak, Ayah akan memetik buah semangka dari kebun itu." Dengan segera ia menyelinap masuk ke kebun yang tak dijaga tersebut dan memilih buah semangka yang diinginkannya. Lalu, ia memanggil anaknya, "Adakah orang yang datang? Coba, tengoklah ke kanan dan ke kiri!" Anak itu dengan kepolosannya menjawab, "Tetapi Ayah, tidakkah kita juga harus melihat ke atas?"

Benar, melihat ke atas adalah yang paling penting. Bagaimana Anda berperilaku tatkala tak seorang pun melihat Anda kecuali Allah? Ujilah diri Anda dengan menggunakan prinsip ini --MRD

KARAKTER KITA DIUKUR DARI APA YANG KITA KERJAKAN TATKALA TAK SEORANG PUN MELIHAT

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 05 Mei 2021

ANGGOTA JEMAAT YANG BAIK

Bacaan: Roma 15:1-13

NATS: Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya (Roma 15:2)

Seorang pengkhotbah besar bernama Phillips Brooks (1835-1893), meminta kepada petugas dari sebuah persewaan kuda setempat agar dipilihkan kuda yang terbaik. Brooks menjelaskan, "Saya akan mengajak istri saya bepergian, dan saya ingin perjalanan ini menjadi saat yang paling menyenangkan." Ketika orang itu memasangkan kuda pesanan itu pada kereta beroda empat, ia berkata, "Hewan ini sesempurna yang Anda harapkan. Ia manis, lembut, pintar, terlatih, taat, penurut, cepat tanggap pada setiap perintah, tidak pernah menyepak, mogok, atau menggigit, dan ia hidup hanya untuk menyenangkan penunggangnya." Dengan tenang Brooks menjawab, "Menurut Anda, dapatkah kuda ini menjadi anggota gereja saya?"

Benar, betapa kokohnya gereja kita apabila kita dapat memiliki semua ciri-ciri di atas! Kita cenderung hanya memikirkan hasrat serta harapan pribadi, dan melupakan kepentingan orang lain. Dalam Roma 15:2 Paulus mengatakan, "Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya."

Semakin lama kita bertumbuh dalam anugerah, kita akan semakin peka untuk berpikir tentang kebutuhan orang lain. Dalam kehidupan bergereja, kita tidak boleh memikirkan diri sendiri saja, tetapi juga harus bersedia mengurbankan kepentingan diri sendiri demi kepentingan semua orang. Teladan kita adalah Kepala Gereja kita, yaitu Yesus Kristus, yang "tidak mencari kesenangan-Nya sendiri" (ayat 3).

Anggota jemaat macam apakah Anda? --MRD

AKAN MENJADI SEPERTI APAKAH GEREJA SAYA APABILA SEMUA JEMAATNYA SEPERTI SAYA?

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 04 Mei 2021

GELOMBANG UJIAN

Bacaan: Kolose 3:1-8

NATS: Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi (Kolose 3:2)

Seorang anak laki-laki pergi ke sebuah kolam untuk melepaskan perahu mainan yang baru saja dibuatnya. Selagi ia memainkannya, tiba-tiba perahu itu hanyut dan lepas dari jangkauan tangannya. Dalam kepanikannya ia minta tolong kepada seorang anak yang lebih tua. Tanpa mengucapkan sepatah kata, anak yang lebih tua itu mengambil beberapa batu dan mulai melemparkannya ke arah perahu.

Anak kecil itu menjadi gusar, karena ia mengira orang yang ia mintai tolong malah bertindak jahat. Namun, dengan segera ia menyadari bahwa batu-batu tadi tidak diarahkan ke perahu, tetapi ke belakang perahu sehingga timbul riak-riak kecil yang mendorong perahu ke tepi kolam. Setiap lemparan batu tersebut ternyata telah direncanakan dan diperkirakan begitu rupa, hingga akhirnya mainan kesayangan itu kembali ke tangannya.

Kadang kala sepertinya Allah membiarkan berbagai situasi yang membahayakan, yang tanpa alasan atau rencana, masuk dalam hidup kita. Meskipun demikian kita harus yakin bahwa gelombang ujian yang datang dalam kehidupan kita dimaksudkan untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya, serta mendorong kita untuk memusatkan pikiran pada “perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kolose 3:2). Karena kita cenderung untuk “hanyut” menjauhi Dia, maka Tuhan terpaksa mendisiplin kita agar kembali ke jalan yang benar (Ibrani 12:9-11).

Bagaimana Anda menanggapi kesulitan-kesulitan hidup? Timbulnya kesulitan bisa jadi merupakan cara Allah untuk menarik Anda lebih dekat kepada-Nya -- HGB

ALLAH MEMAKAI GELOMBANG UJIAN UNTUK MEMBAWA KITA LEBIH DEKAT KEPADA-NYA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 03 Mei 2021

Jangan Tendang Galah

Kisah Rasul 26:12-23; Mazmur 103:21

”Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani : Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku ? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.” (Kisah Rasul 26:14)

Apa artinya “menendang ke galah rangsang"? Orang Yahudi biasanya menggunakan lembu untuk membajak tanah. Dan orang yang berada di belakangnya biasanya menggunakan bambu yang ujungnya telah diruncingi untuk mengendalikan lembu tersebut. Jika lembu itu tidak mau diatur atau dikendalikan, maka ia akan menendangi galah rangsang atau bambu runcing tersebut, namun tindakan itu justru membuat binatang itu makin menderita, bahkan berdarah-darah. Dan Kristus menggunakan peribahasa ini, dengan maksud mengatakan, bahwa bila Paulus terus melanjutkan perjalanan dan menganiaya Dia dan umat-Nya, menentang Injil-Nya... ia akan menemukan dirinya sendiri... lebih menderita lagi oleh karenanya.

Dan kenyataannya banyak orang yang sekarang ini sedang menendang ke galah rangsang. Mereka tidak peduli dengan peringatan Tuhan dan selalu melawan Tuhan. Mereka mendengarkan khotbah-khotbah yang keras, dan khotbah-khotbah menyakitkan mereka, karena memang galah rangsang itu harus ditusukkan untuk meluruskan jalan hidup mereka pada Kehendak Tuhan. Namun mereka terus menendang khotbah-khotbah tentang hukum Allah, yang menghakimi mereka sebagai orang berdosa. Dan mereka telah menendang teguran Roh Kudus yang menginsafkan, ketika la datang kepada mereka untuk menginsafkan mereka akan dosa-dosa mereka. Mereka telah meremehkan dan menghalau karya penginsafan Roh Kudus dengan menendang dan menentang Dia, ketika la mendorong hati nurani mereka untuk menunjukkan kepada mereka tentang pemberontakan mereka.

Tetapi orang yang mau ditegur dan diperbaiki hidupnya akan menikmati berkat Tuhan yang luar biasa. Paulus yang mengalami hal ini akhirnya pasrah kepada kehendak Tuhan. la mau disadarkan. la mau diluruskan. la mau menerima firman Tuhan dengan lemah lembut dan taat kepada firman itu. Ia tidak mau terus menerus menendang galah rangsang yang justru akan membuatnya semakin menderita.


Renungan :

Apakah kita sedang menendang ke galah rangsang? Apakah berkali-kali Roh Kudus mencoba menginsyafkan kita, namun kita masih saja tidak mau berbalik? Jangan menendang ke galah rangsang, itu pasti akan membuat kita semakin menderita.

Semakin kuat menendang galah rangsang, semakin berat penderitaanmu.

Sumber: Renungan Bethany Graha

Minggu, 02 Mei 2021

Mendekat Kepada Allah

Bacaan Alkitab hari ini:
Mazmur 56

Walaupun Daud adalah pahlawan yang gagah perkasa, dia adalah seorang manusia biasa yang bisa merasa takut. Saat berada di medan peperangan untuk membela bangsanya dan membela nama Tuhan Allahnya, dia tidak mengenal rasa takut. Akan tetapi, saat dia melarikan diri dari kejaran Raja Saul, keberaniannya hilang. Saat orang Filistin di Gat mengenali Daud sebagai seorang pahlawan Israel dan hendak menangkap dia, ia merasa ketakutan, lalu ia berpura-pura gila agar tidak ditangkap (56:1-3; bandingkan dengan 1 Samuel 21:10-15). Akan tetapi, saat dia merasa ketakutan, ia tetap memercayai Allah, sehingga ketakutannya hilang (Mazmur 56:4-12). Perasaan yang dialami Daud ini manusiawi! Dia terombang-ambing di antara merasa ketakutan saat mengingat bahaya yang mengancam dengan merasa tenang saat mengingat bahwa Allah melindungi dirinya.

Pengalaman Daud itu serupa dengan pengalaman banyak orang beriman. Saat mata kita memperhatikan berbagai masalah yang kita hadapi dan kita mengingat orang-orang yang berniat jahat terhadap diri kita, kita merasa ketakutan. Akan tetapi, saat mata kita tertuju kepada Tuhan yang mengasihi dan melindungi kita, ketakutan kita hilang dan kita menjadi tenang. Relasi kita dengan Tuhan menentukan apakah kita akan merasa ketakutan atau kita merasa tenang. Bila kita terlalu sibuk dan terlalu memusatkan pikiran dan perhatian kita kepada masalah yang kita hadapi, sangat mungkin terjadi bahwa berangsur-angsur kita mulai mengabaikan relasi dengan Allah, dan tanpa sadar kita semakin jarang membaca firman Tuhan dan berdoa. Saat kita menjauh dari Tuhan, kita akan terjerat oleh kekhawatiran dan ketakutan. Akan tetapi, bila kita mendekat kepada Allah dan terus-menerus mengingat bahwa Allah yang Mahakuasa itu mengasihi kita dan bersedia menolong kita, kekhawatiran dan ketakutan kita akan berangsur-angsur menghilang, dan kita akan bisa berkata-kata seperti Daud, “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (56:4-5). Bagaimana keadaan Anda saat ini: Apakah situasi pandemi yang kita hadapi saat ini membuat Anda merasa takut dan khawatir? Apakah Anda tetap memercayai Allah? Apakah Anda tetap mendekat kepada Allah? [GI Purnama]

Sumber: Renungan GKY

Sabtu, 01 Mei 2021

Mekanisme Pertahanan Diri

Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian. (Amsal 29:23)

Saya pernah membenci seorang saudara, karena dia menegur saya. Dia melihat ada perbuatan saya kepada ibu mertua yang menurutnya tidak baik. Saya membantah ucapannya. Saya sebutkan semua perbuatan baik yang pernah saya lakukan pada ibu mertua. Saya mengatakan dia tidak tahu apa-apa dunia orang menikah, karena dia lajang, jadi tidak mengerti seperti apa rasanya punya mertua. Belakangan saya sadar, saya sombong, membela diri dan membenarkan perilaku saya yang tidak benar.

Musuh terbesar kita adalah diri sendiri. Kita punya mekanisme pertahanan diri yang luar biasa. Hanya kita yang bisa merobohkannya, dengan mau rendah hati. Mekanisme pertahanan diri bisa membuat kita merasa lebih baik. Tapi, mekanisme ini membuat kita tetap pada sikap dan praktik yang dapat menimbulkan masalah bagi kita dan orang lain, sekarang dan kemudian hari. Kenapa Saul merasa sudah melakukan perintah Tuhan? Karena sombong. Hal ini dibuktikan dengan dia tidak merasa berdosa waktu Samuel bertanya (ay. 14). Saul mengajukan pembelaan diri untuk membenarkan tindakannya (ay. 15, 20, 21, 24 dan 25). Saul akhirnya memang mengaku dosa, tetapi itu demi mendapatkan kehormatan di depan para tua-tua bangsa dan di depan orang Israel (ay. 30).

Mari kita miliki sikap rendah hati, sehingga kita bisa menyadari dan mengakui dosa kita. Kalau ada orang menunjukkan dosa atau kesalahan kita, mari belajar untuk memikirkan kata-katanya dan mengoreksi diri. Kita selamanya tidak berubah, kalau tidak mau rendah hati dan mengoreksi diri. --RTG/www.renunganharian.net

KERENDAHAN HATI MEMAMPUKAN KITA MENERIMA TEGURAN, SADAR DIRI, MENGAKU DOSA, DAN BERUBAH.