Kamis, 19 Juni 2025

Cara Mendapatkan Kuasa dari Tuhan

Bacaan Hari ini:
1 Korintus 4:20 “Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa.”

Untuk dapat menjalani hidup yang sepenuh, Anda harus hidup di dalam kuasa Tuhan.

Alkitab berkata dalam 1 Korintus 4:20, “Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa."

Anda tidak pernah dirancang untuk menjalani kehidupan yang sepenuh dan berlimpah dengan mengandalkan diri sendiri. Tuhan menggunakan dan memberkati mereka yang bergantung pada-Nya dan berserah kepada-Nya. Dan Dia mampu melakukan lebih dari yang dapat Anda bayangkan!

Namun, pertama-tama Anda harus hidup dengan kuasa-Nya. Efesus 3:20 mengatakan, "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa  yang bekerja di dalam kita.” Lantas, bagaimana Anda mendapatkan kuasa Tuhan dalam hidup Anda? Ada tiga cara:

Anda mendapatkan kuasa Tuhan dengan berdoa.

Jika Anda tidak memiliki kuasa dalam hidup Anda, itu boleh jadi karena Anda tidak berdoa. Doa dan kuasa saling berjalan beriringan. Yakobus 5:16 “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”

Anda mendapatkan kuasa Tuhan dengan berani mengambil risiko menaati Tuhan.

Ketika Anda berani menanggung risiko melakukan apa yang Tuhan perintahkan—meskipun itu berat atau tidak populer, meskipun itu merugikan Anda, meskipun itu tidak masuk akal, atau meskipun tidak ada seorangpun yang melakukannya—Tuhan akan mencurahkan kuasa-Nya dalam hidup Anda.

Anda mendapatkan kuasa Tuhan dengan cara tidak menyerah.

Jangan menyerah! Untuk menumbuhkan iman Anda, Tuhan biasanya akan mengujinya terlebih dahulu. Ketika Anda mengalami kesulitan, penundaan, keputusasaan, atau berkecil hati, Tuhan sedang mengajarkan Anda untuk percaya kepada-Nya. Bertahanlah, Tuhan akan memberkati Anda. 

Tuhan dapat melakukan lebih banyak hal dalam hidup Anda dalam satu minggu daripada yang bisa Anda lakukan seumur hidup Anda. Itulah sebabnya tidak ada kata terlambat untuk berserah kepada Tuhan. Anda mungkin berkata, "Saya sudah terlalu tua. Saya punya terlalu banyak masalah! Saya sudah melakukan terlalu banyak kesalahan." Tidak. 

Renungkan hal ini: 
- Bagaimana Anda pernah mengalami kuasa Tuhan dalam kehidupan doa Anda?
- Pernahkah Anda mengalami bahaya karena menaati Tuhan? Bagaimana Dia memberkati Anda karena telah melangkah dengan iman yang berani?
- Apakah ada bagian dalam hidup Anda yang membuat Anda merasa ingin menyerah? Bertahanlah! Tuhan akan memberkati Anda jika Anda tidak menyerah.

Tidak ada kata terlambat untuk kembali kepada Tuhan dan mulai hidup dengan kuasa-Nya. Dia hendak memberikannya pada Anda!

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Rabu, 18 Juni 2025

Renungan Pagi

Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau. [Mazmur 55:22]

Kekuatiran, meskipun terhadap hal-hal yang sah, jika berlebihan, mempunyai sifat dosa di dalamnya. Pedoman untuk mencegah kekuatiran berlebihan sudah ditanamkan oleh Juruselamat kita, lagi dan lagi; diulangi lagi oleh para rasul; dan ini adalah satu hal yang tidak dapat kita abaikan tanpa melakukan pelanggaran: sebab esensi utama dari kekuatiran adalah menganggap diri kita lebih bijaksana dibandingkan Allah, dan memaksakan diri kita berada di posisi Allah untuk melakukan bagi Dia apa yang telah Dia sanggupi untuk melakukannya bagi kita. 

Kita mencoba berpikir Dia lupa akan apa yang kita sukai; kita berjerih lelah memikul beban berat kita, seakan-akan Dia tidak dapat atau tidak mau memikulnya untuk kita. Nah, tidak patuh pada pedoman-Nya yang lugas, tidak percaya pada Firman-Nya, sok tahu dalam mengambil alih tanggung jawab-Nya, semua ini merupakan dosa. 

Dan lebih dari itu, kekuatiran sering memimpin kepada perbuatan dosa. Dia yang tidak dapat dengan tenang menyerahkan urusan-urusannya ke tangan Allah, dan membawa bebannya sendiri, sangat mungkin tergoda menggunakan cara-cara yang salah untuk menolong dirinya sendiri. Dosa ini membuat kita tidak menganggap Allah penasihat kita, dan beralih kepada hikmat manusia. Ini berarti pergi ke “kolam yang bocor” bukan ke “sumber air;” [Yeremia 2:13] yaitu dosa yang dilakukan Israel zaman dulu. 

Kekuatiran menyebabkan kita meragukan kasih setia Allah, dan menyebabkan cinta kita kepada-Nya menjadi dingin; kita curiga, sehingga mendukakan Roh Allah, sehingga doa kita menjadi renggang, teladan kita rusak, dan hidup kita mementingkan diri. Jadi kurangnya keyakinan pada Allah menuntun kita menjauh dari-Nya; tetapi jika melalui iman yang sederhana akan janji-Nya, kita menyerahkan kepada-Nya setiap beban kita setiap kali ia datang, dan “tidak kuatir tentang apa pun juga“ [Filipi 4:6] karena Dia menyanggupi untuk merawat kita, hal itu menjadikan kita lebih dekat kepada-Nya, dan menguatkan kita di dalam banyak pencobaan. “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." [Yesaya 26:3]

Sumber: Renungan Pagi (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon)

Selasa, 17 Juni 2025

IMAN KOTAK SURAT

Bacaan: Ibrani 11:1-6

NATS: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1)

Setiap kali berkirim surat, saya merasa bahwa itu merupakan suatu latihan untuk percaya. Berikut saya jelaskan maksud saya. Ketika saya menulis surat untuk seorang sahabat jauh, saya tidak mungkin mengirimkannya sendiri. Saya memerlukan jasa pelayanan pos. Namun, sebelumnya, saya harus memasukkan surat itu ke kotak surat. Saya tidak dapat memegang erat-erat surat itu. Saya harus melepaskan surat tersebut. Kemudian, saya harus mempercayai pihak pos untuk mengambil alih surat tersebut dan mengantarnya kepada sahabat saya. Meski saya tidak dapat melihat apa yang terjadi dengan surat itu, saya yakin pihak pos akan membawa surat saya ke tempat tujuan dalam keadaan baik sama seperti sewaktu saya poskan.

Demikian pula halnya bila kita dihadapkan pada sebuah persoalan. Saat itu, iman kita diuji. Kita tahu bahwa mustahil bagi kita untuk memecahkan semua permasalahan seorang diri, dan kita harus mengakui bahwa kita membutuhkan pertolongan Allah. Namun pertama-tama kita harus datang kepada-Nya dalam doa. Saat itu kita mungkin masih memegang erat masalah kita, meski kita tahu situasi tidak akan berubah bila kita tidak melepaskannya dan menyerahkannya ke dalam tangan Allah. Saat kita menyerahkannya kepada Allah, biarkan Dia mengambil alih sampai masalah itu diselesaikan menurut cara-Nya. Meskipun kita tidak dapat melihat dengan jelas apa yang sedang dikerjakan-Nya, iman kita adalah "bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1), dan jaminan bahwa pekerjaan-Nya selalu dikerjakan dengan sempurna.

Sudahkah Anda belajar untuk mempercayai-Nya hari ini? --JEY

MEMPERCAYAI ALLAH
BERARTI MENGUBAH SEBUAH MASALAH MENJADI SUATU KESEMPATAN

Sumber: Renungan Harian

Senin, 16 Juni 2025

Harapan yang Diperbarui

Hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. –1 Tesalonika 5:14

Ayat Bacaan & Wawasan :
1 Tesalonika 5:4-15

Thia sedang bingung. Mengapa anak laki-lakinya yang berusia 18 tahun akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu di perpustakaan? Anaknya yang autis dan jarang berkomunikasi dengan orang lain itu biasanya langsung pulang ke rumah setelah sekolah. Apa yang berubah? Setelah didesak, anak itu akhirnya menjawab: “Belajar dengan Navin.”

Ternyata Navin adalah teman sekelas yang menyadari kesulitan belajar yang dialami anak Thia dan mengajaknya untuk belajar bersama. Teman pertama anak Thia itu sangat menguatkan sang ayah yang sempat tawar hati dan kehilangan harapan bahwa anaknya akan memiliki seorang teman.

Harapan diperbarui karena seseorang menunjukkan kepeduliannya dengan mendampingi orang lain yang membutuhkan pertolongan. Dalam pelayanan Paulus kepada jemaat mula-mula, ia tahu bahwa hal itu juga berlaku bagi pengharapan kita akan keselamatan. Agar para pengikut Yesus dapat “berjaga-jaga dan sadar” (1 Tes. 5:6), dan hidup dalam pengharapan akan kedatangan-Nya kembali, mereka harus saling membangun (ay. 11), terutama menolong mereka yang berada dalam pergumulan.

Inilah alasannya mengapa orang-orang percaya yang sudah hidup dalam kasih yang berkenan di hadapan Allah itu (4:1,10) tetap diingatkan Paulus: “Hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah” (5:14). Saat kita menyadari ada saudara seiman yang sedang takut, cemas, atau putus asa, kita dapat mendampingi mereka—baik untuk mendengarkan, memberikan kata-kata semangat, atau duduk bersamanya dalam keheningan. Allah dapat memakai kita untuk memberi mereka kekuatan dan keberanian untuk tetap berpegang teguh pada pengharapan mereka di dalam Yesus.

Oleh:  Jasmine Goh

Renungkan dan Doakan
Siapa orang di dalam komunitas Anda yang dapat Anda dampingi minggu ini? Apa yang dapat Anda lakukan untuk menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada mereka?

Ya Allah, tolonglah saya untuk mempedulikan mereka yang tawar hati dan lemah, agar pengharapan mereka di dalam Yesus dapat diperbarui.

Sumber: Our Daily Bread

Minggu, 15 Juni 2025

NILAI PENGORBANAN

Bacaan: Ibrani 11:23-29

NATS: Musa...menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah (Ibrani 11:24-25)

Setiap kali surat-surat itu membuat saya tertegun. Bulan demi bulan kami menerima surat permohonan doa yang menyedihkan dari teman-teman yang menjadi utusan Injil dan melayani di negara-negara Afrika. Di sana penyakit, terutama AIDS, menewaskan beribu-ribu orang. Ketika menceritakan tragedi yang terus berlanjut itu, mereka membicarakan orang-orang yang mereka kenal dan kasihi.

Teman-teman kami itu tidak mengeluh tentang bahaya yang mereka hadapi atau pergumulan mereka dalam membangun keluarga di tengah-tengah kesulitan. Sebaliknya, mereka selalu mengingatkan kami akan jiwa-jiwa yang ada di negara itu, yang beberapa di antaranya meninggal dalam pelukan mereka.

Surat-surat mereka membuat saya berpikir tentang penderitaan Kristus dan perlunya kita rela menderita bagi Dia. Betapa seringnya kita merasa cemas akan hal-hal yang tidak perlu! Betapa banyak dari kita yang hidup memanjakan diri! Betapa sulitnya kita menyangkal diri demi kebaikan orang lain!

Penulis kitab Ibrani menunjuk Musa sebagai teladan dalam hal penyangkalan diri. Musa memilih untuk berpihak pada Allah dan turut menderita bersama umat pilihan Allah, meskipun sesungguhnya ia dapat menikmati "kesenangan dari dosa" dan "semua harta Mesir" (11:25-26).

Hidup kita harus diisi dengan melayani Tuhan, betapa pun besarnya pengorbanan yang harus kita berikan. Kita mungkin harus memberi pengorbanan yang besar agar orang lain dapat mengenal Yesus. Apa yang dapat kita korbankan demi orang-orang yang rindu mengenal-Nya? --JDB


So send I you to labor unrewarded,
To serve unpaid, unloved, unsought, unknown,
To bear rebuke, to suffer scron and scoffing --
So send I you to toil for Me alone. --Clarkson

KASIH TAK PERNAH BERTANYA,
"SEBESAR APAKAH PENGORBANAN YANG HARUS SAYA BERIKAN?"

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 14 Juni 2025

Beda Tipis

Bacaan: 3 YOHANES 1:1-4

Sebab, aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan bersaksi tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran. (3 Yohanes 1:3)

Di zaman media sosial saat ini, sangat tipis bedanya seseorang menunjukkan kebaikan atau keberhasilannya dengan meninggikan dirinya atau ingin dipuji ketika menampilkan sesuatu di akun media sosialnya. Motivasilah yang membedakannya, tetapi sesungguhnya godaan untuk ingin meninggikan diri dan mendapatkan pujian selalu ada, setiap akan memosting sesuatu.

Yohanes bersukacita karena Gayus hidup dalam kebenaran. Gayus tidak menyebar-nyebarkan tentang semua kebaikannya, bagaimana ia hidup benar di setiap aspek hidupnya dan bagaimana ia menolong dan memberi tumpangan orang-orang dalam perjalanan untuk kebenaran (3Yoh 1:6). Walaupun ia bisa menyampaikan atau menyaksikan semua itu, ia tidak melakukan karena bisa saja ia jatuh kepada motivasi yang salah untuk mendapatkan pujian. Gayus tentunya tidak memikirkan bagaimana ia dikenal oleh banyak orang, ia hanya menjalani hidup dan pelayanannya yang unik dengan benar dengan apa adanya dan setulusnya. Namun, orang yang mengalami kasih, perhatian, dan pelayanannya yang tulus, tidak bisa untuk tidak menyaksikan kebaikannya kepada Yohanes dan jemaat. Semua itu bukan untuk meninggikan Gayus tapi membawa sukacita dalam jemaat dan kemuliaan nama Tuhan.

Kadang banyak hal baik dan keberhasilan yang ingin kita perlihatkan dan saksikan kepada orang lain, tetapi rasanya berat karena takut salah motivasi. Mari tetap lakukan semua hal baik itu dan biarlah bukan kita, tetapi orang-orang di sekitar kita yang melihat semua itu dan teberkati, kemudian menyaksikan kepada banyak orang bagi kemuliaan Tuhan. --ANT/www.renunganharian.net

APA MOTIVASI KITA KETIKA MENUNJUKKAN KEBAIKAN
ATAU KEBERHASILAN KITA?

Jumat, 13 Juni 2025

KITA BUTUH KASIH

Bacaan: 1 Yohanes 4:7-15

NATS: Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Roma 5:8)

Sejak lahir hingga akhir hayat, kita selalu butuh kasih. Hal ini dilukiskan secara jelas oleh Anna B. Warner (1824-1915) lewat lagunya “Jesus Loves Me” (Yesus Sayang Padaku). Ia dan saudara perempuannya, Susan, adalah novelis yang sangat berbakat. Selain itu, Anna juga menulis banyak puisi. Lirik “Jesus Loves Me” ditulis pada tahun 1860 sebagai puisi penghiburan bagi seorang anak yang hampir mati dalam salah satu cerita yang ditulis Susan. Saat ini puisi tersebut telah digubah menjadi lagu dan dinyanyikan oleh anak-anak dan orang dewasa di seluruh dunia.

Suatu ketika tatkala seorang teolog ternama mengunjungi sebuah seminari terkemuka di Amerika Serikat, seorang siswa bertanya, “Apakah pemikiran terhebat yang pernah terlintas di benak Anda?” Karena menduga sang teolog akan menjawab secara teologis, para siswa di kelas menunggu jawabannya sambil menahan napas. Teolog tersebut menundukkan kepala sambil berpikir, lalu perlahan mengangkat kepalanya dan berkata, “Yesus sayang padaku; Alkitab mengajarku.”

Mengapa kasih Yesus begitu penting? Karena kasih-Nya bukanlah kasih yang sentimental, bukan pula kasih yang mudah diberikan kepada para pendosa. Kasih-Nya adalah kasih penuh pengorbanan yang membebaskan kita dari segala kesalahan dan belenggu dosa tatkala Dia wafat di kayu salib bagi kita (Roma 5:8). Kasih-Nya begitu penting sebab Dia adalah Allah yang bersedia turun ke dunia dan menjadi manusia. Hanya Dia yang dapat memenuhi kebutuhan kita yang terdalam--kebutuhan akan kasih seumur hidup--DJD

SALIB YESUS ADALAH BUKTI UTAMA KASIH ALLAH--Oswald Chambers

Sumber: Renungan Harian