Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya
kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di
dalam pelbagai kebajikan
(2 Korintus 9:8)
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus
(Filipi 4:19)
Adalah baik kalau kita membandingkan kedua ayat
tersebut di atas:
“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kamu supaya kamu senantiasa
berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai kebajikan.” dan
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus
Yesus.”
Di ayat pertama, yang ditujukan kepada jemaat di
Korintus, Paulus menegaskan akan keberadaan
Tuhan yang sanggup mencukupi jemaat. Di ayat kedua, yang
ditujukan kepada jemaat di Filipi, Paulus menegaskan akan kemauan Tuhan
mencukupi jemaat. Jelas di sini ada perbedaan mendasar dari kedua penegasan
Paulus tersebut, yaitu informasi tentang kesanggupan Tuhan dan janji
tentang kemauan Tuhan.
Bukan mengada-ada kalau Paulus menyatakan hal yang berbeda untuk pesannya
tersebut. Alasannya sangat
masuk akal dan sangat alkitabiah, yaitu sesuai dengan hukum tabur tuai.
masuk akal dan sangat alkitabiah, yaitu sesuai dengan hukum tabur tuai.
Jemaat di Korintus adalah jemaat yang enggan,
tidak sepenuh hati di dalam
memberi. Sudah satu tahun mereka berjanji untuk memberi, tetapi mereka tidak pernah sepenuh hati
melakukannya, sehingga janji
mereka “terbengkalai” dan belum selesai dipenuhi. Maka kepada mereka, Paulus tidak berani berjanji bahwa Tuhan akan mencukupi kebutuhan mereka. Namun, untuk mendorong mereka memenuhi janjinya,
Paulus menegaskan bahwa Tuhan sanggup mencukupi mereka, bukan hanya untuk kebutuhan pribadi, tetapi juga untuk kebutuhan dalam memberi. Dengan informasi ini, diharapkan jemaat di Korintus tergugah semangat
dan imannya untuk menyelesaikan janji mereka dalam hal memberi.
Sementara itu, jemaat di Filipi adalah jemaat yang rela memberi sepenuh hati. Paulus sudah merasakan pemberian mereka. Apa yang dikatakan Paulus disini bukan semata-mata untuk “membalas budi” mereka,
tetapi ini adalah kebenaran. Baik di PL (U1 15:7-11) maupun di PB (Mat 6:1-4) ditegaskan bahwa Tuhan memang akan membalas perbuatan baik seseorang. Tuhan tidak pernah berhutang kepada siapapun, Tuhan akan
memberkati orang yang sudah menjadi berkat bagi sesamanya. Maka, layaklah kalau jemaat di Filipi menerima kecukupan dari Tuhan.
mereka “terbengkalai” dan belum selesai dipenuhi. Maka kepada mereka, Paulus tidak berani berjanji bahwa Tuhan akan mencukupi kebutuhan mereka. Namun, untuk mendorong mereka memenuhi janjinya,
Paulus menegaskan bahwa Tuhan sanggup mencukupi mereka, bukan hanya untuk kebutuhan pribadi, tetapi juga untuk kebutuhan dalam memberi. Dengan informasi ini, diharapkan jemaat di Korintus tergugah semangat
dan imannya untuk menyelesaikan janji mereka dalam hal memberi.
Sementara itu, jemaat di Filipi adalah jemaat yang rela memberi sepenuh hati. Paulus sudah merasakan pemberian mereka. Apa yang dikatakan Paulus disini bukan semata-mata untuk “membalas budi” mereka,
tetapi ini adalah kebenaran. Baik di PL (U1 15:7-11) maupun di PB (Mat 6:1-4) ditegaskan bahwa Tuhan memang akan membalas perbuatan baik seseorang. Tuhan tidak pernah berhutang kepada siapapun, Tuhan akan
memberkati orang yang sudah menjadi berkat bagi sesamanya. Maka, layaklah kalau jemaat di Filipi menerima kecukupan dari Tuhan.
Kita sudah mendengar dan membaca banyak ayat di
Alkitab yang menjelaskan
tentang kesanggupan Tuhan memberkati umat-Nya. Namun, apa yang kita dengar dan baca itu bisa menjadi
sekadar informasi saja, jika
kita enggan memberi. Di sekitar kita banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Juga banyak hamba-hamba Tuhan sepenuh waktu yang hidup di dalam keterbatasan ekonomi. Mari kita membuka perasaan, hati,
dan tangan kita untuk memberkati mereka. Dengan demikian kita tidak perlu khawatir akan kebutuhan pribadi kita, maupun untuk memberi kepada sesama, sebab pengharapan kita kepada Tuhan menjadi tidak sia-sia
adanya.
kita enggan memberi. Di sekitar kita banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Juga banyak hamba-hamba Tuhan sepenuh waktu yang hidup di dalam keterbatasan ekonomi. Mari kita membuka perasaan, hati,
dan tangan kita untuk memberkati mereka. Dengan demikian kita tidak perlu khawatir akan kebutuhan pribadi kita, maupun untuk memberi kepada sesama, sebab pengharapan kita kepada Tuhan menjadi tidak sia-sia
adanya.
Disalin dari renungan Manna Sorgawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar