Di Indonesia ini, sudah lazim kita
mendengar, melihat dan mengalami, orang yang bersalah bisa berteriak lebih
kencang dari pada orang yang benar karena orang yang bersalah tersebut merasa
lebih berkuasa atau lebih kuat dari pada orang yang benar, Mulai dari rakyat
kecil yang menghimpun orang banyak untuk melakukan demo dan mengklaim tanah
tertentu adalah hak mereka. Mereka berpikir dengan pengerahan jumlah massa yang
banyak mereka pasti menang dan menjadi benar, sekalipun secara hukum mereka
salah. Di dalam keseharian, kita bisa menjumpai orang yang menabrak mobil kita
malah marah-marah dan minta ganti rugi. Orang yang punya hutang malah
marah-marah dan mengancam ketika ditagih. Atau, karyawan yang di-PHK karena
melakukan sesuatu yang merugikan perusahaan, malah balik menuntut perusahaan
karena merasa kuat jika serikat buruh berada di pihaknya. Para pejabat dan
penguasa yang korup, menudingkan tangan mereka kepada orang lain, sehingga
orang lainlah yang dijebloskan ke penjara.
Seroang penumpang pesawat Lion Air jurusan
Jakarta – Yogya jam 06.15, terkejut ketika di kursinya dan kursi temannya telah
diduduki oleh seorang anggota DPR dan istrinya. Setelah dicek, ternyata tiket
anggota DPR tersebut adalah untuk penerbangan pukul 07.40, bukan 06.15. “Tapi
dia ngotot nggak mau turun, pakai bawa-bawa nama Direktur Lion Air segala,”
tulis penumpang pesawat tersebut. Awak Lion Air pun dibuat bingung, sehingga
pada akhirnya Captain pun turun tangan dengan mengatakan ia tidak mau
menerbangkan pesawat jika orang yang punya tiket sah jam 06.15 tidak bisa ikut
terbang dengan pesawat itu. Ketegangan berakhir setelah petugas bandara turun
tangan membujuk anggota DPR itu untuk turun dari pesawat. Bagusnya, anggota DPR
tersebut mau turun dan masih sempat minta maaf walaupun disambut sorak dan
tepuk tangan dari para penumpang.
Sifat mau menang sendiri seperti anggota DPR
ini, dan memaksakan kesalahan menjadi kebenaran karena merasa berkuasa,
merupakan salah satu sifat jelek Yerobeam: salah tapi tidak mau ngaku salah,
malah menunjuk orang lain dan mulai menggunakan kekuasaan yang dia miliki untuk
menekan atau membungkam orang yang menentang atau menunjukkan kesalahannya.
Yerobeam sudah salah dengan membuat anak lembu emas, membangun bukit
pengorbanan, mengangkat imam, dan bertindak sebagai imam. Tapi ia tidak mau
disalahkan, malah sebaliknya ia menyuruh untuk menangkap nabi dari Yehuda itu.
Jika saat ini kita dikaruniai kekuasaan,
entahkah itu sebagai ketua kelompok, gembala sidang, pemilik usaha, pejabat
pemerintah, pengurus gereja atau badan kristiani lainnya, mari belajar
menghargai kebenaran dan bukan memaksakan untuk merubah kesalahan kita menjadi
kebenaran dengan berbagai cara. Jangan suka menyalahkan orang lain dan mau
menang sendiri dengan menggunakan kekuasaan atau wewenang yang kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar