Rabu, 23 Oktober 2013


Memberi Dengan Sukacita

Salah satu jalan keluar bagi masalah keterikatan dengan harta adalah dengan cara memberi. Harta kita bisa kita salurkan secara langsung kepada orang yang membutuhkan bantuan atau melalui gereja yang menyalurkan dana untuk menolong orang miskin. Masalahnya, apakah kita rela membagi sebagian harta kita kepada mereka? Harta selalu menarik untuk dimiliki, bukan untuk diberikan. Memberi adalah tindakan mulia, sekaligus ujian besar terhadap ketaatan.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus agar mereka memberi persembahan dengan kerelaan dan dengan penuh sukacita. Memberi tidak boleh menjadi suatu yang dipaksakan atau menjadi beban yang sangat berat yang mengakibatkan kesedihan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (9:7). Ada dua hal yang terjadi ketika jemaat Korintus memberikan persembahan mereka bagi jemaat Yerusalem yang sedang mengalami wabah kelaparan (1 Korintus 16; 2 Korintus 8:6-9) dan sedang membutuhkan uluran tangan.

Pertama, Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada mereka, supaya mereka senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan (9:8).

Kedua, dari pihak penerima, yaitu jemaat Yerusalem, pemberian itu bukan hanya mencukupkan kebutuhan mereka, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah (9:12-15).

Jika kita memberi dengan sukacita dan kerelaan hati, ada dua hal yang sekaligus terjadi. Bagi pihak kita yang menjadi pemberi, Allah akan memberi kecukupan, bahkan akan mencurahkan berkatnya bagi kita. Bagi pihak penerima, pemberian itu menjadi berkat yang mendatangkan ucapan syukur kepada Allah. [Souw]

2 Korintus 9:12
“Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.”

Sumber: Renungan Gereja Kristus Yesus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar