Minggu, 17 Januari 2021

Belajar Seperti Kristus

”Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata : Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. . . . . Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.” 
(Yohanes 11:47, 53)

Tuhan adalah hakim yang adil. Setiap kali kita disakiti dan diperlakukan tidak adil, pasti keadilan Allah akan ditegakkan. Itu sebabnya, ketika kita merasa disakiti dan diperlakukan tidak adil, Tuhan lebih tertarik melihat reaksi kita, daripada ketidakadilan itu sendiri. Masalah keadilan, itu adalah hak Tuhan untuk melakukannya. Tetapi masalah reaksi terhadap ketidakadilan, itu adalah hak kita untuk menyikapinya.

Problem yang sesungguhnya, sebenarnya tidak berasal dari luar diri kita. Problem tidak berasal dari apa yang dikatakan atau dilakukan orang terhadap kita. Problem berasal dari dalam, dari hati dan pikiran manusia. Dari, bagaimana reaksi kita menghadapi penolakan dan omongan yang menyakitkan perasaan.

Problemnya adalah, kita tidak cukup kuat untuk tidak bereaksi terhadap tindakan yang tidak bersahabat itu. Hal ini tidak bermaksud, bahwa kita harus menjadi manusia robot yang tidak berperasaan. Tetapi, bagaimana kita meresponinya dengan cara seperti yang Tuhan inginkan.

Seseorang yang memiliki buah Roh Kudus di dalam dirinya, akan menggunakan kesempatan itu, untuk menghasilkan buah Roh Kudus. Bagaimana kita menghadapinya dengan kasih, sukacita, panjang sabar, kelemahlembutan, penguasaan diri, dan sebagainya. Itu adalah PR yang senantiasa harus dikerjakan sepanjang hidup ini.

Seringkali kita menyanyikan lagu, “Ku mau seperti Mu Yesus, disempurnakan selalu". Tahukah saudara, bahwa perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan orang lain terhadap diri kita adalah bagian dari proses untuk menjadi seperti Yesus ? Yesus dimusuhi oleh sebagian besar tokoh masyarakat dan pemuka agama. Mereka bahkan bersepakat hendak membunuh Yesus. Bagaimana reaksi Yesus menghadapinya? Yesus memilih menghindar dan pergi ke Efraim.
 
Renungan :
Manusia batiniah akan memunculkan sikap, melabrak dan meminta pertanggungjawaban, ketika diperlakukan secara tidak menyenangkan. Manusia rohaniah yang dipimpin Roh Kudus, akan menyerahkan semuanya pada keadilan Tuhan. Akhirnya, kita dibentuk menjadi seperti Yesus.

Penguasaan diri timbul dari sikap yang senantiasa berusaha memunculkan karakter Kristus.

Sumber: Renungan Bethany Graha

#Bacaan hari ini 2 Timotius pasal 2#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar