Jumat, 22 Oktober 2021

Jangan Buru-Buru Menghakimi

Suatu hari seorang pemuda bertamu ke rumah kawannya untuk pertama kalinya.

Di sana ia terkejut melihat cara ibu kawannya itu berbicara dengan seorang tetangga. Ibunya berbicara dengan suara keras dan terkesan membentak-bentak.

"Wah, kasar betul ibu ini," pikir pemuda itu. Meskipun agak sungkan, karena penasaran ia pun memberanikan diri bertanya pada kawannya apakah gaya bicara ibunya memang seperti itu.

Kawannya hanya tertawa. Ia pun menjelaskan, ibunya berbicara seperti itu karena pendengaran tetangganya itu terganggu.

Saat ada seseorang melakukan satu hal yang tidak kita sukai, menurut kita kurang pantas, atau kesannya jahat, alangkah baiknya kita mencoba memahami dulu kenapa ia berlaku seperti itu. Belajarlah memahami, bukan buru-buru menghakimi. Penghakiman adalah bagian Tuhan, bukan bagian kita. Alih-alih menghakimi orang lain, patutlah kita mengoreksi diri sendiri. Bisa saja karakter atau kedewasaan rohani kita malah jauh lebih buruk daripada orang yang kita pikir berlaku buruk.

Kita tidak bebas dari salah. Hanya karena kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya, dan kelapangan hati-Nya, kita mendapatkan pengampunan. Kalau kita selalu berharap Tuhan dan sesama mau memahami kita, kita pun harus mau memahami orang lain.

Setiap kali kita mau menuding orang lain begini dan begitu, bertanyalah pada diri sendiri, "Kalau saya berada di posisinya, apa yang saya perbuat?" Jangan hanya menilai dari apa yang nampak, tetapi cobalah mencari tahu apa yang sebetulnya terjadi. Kita pun akan bisa memberikan penilaian yang tepat dan merespons dengan cara yang benar.

"Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama." (Roma 2:1)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar