Sabtu, 30 Oktober 2021

TIDAK MEMBATASI KUASA TUHAN

[[Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu, dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku. ]] (2 Raja-raja 5:11b)

Seorang ibu bingung ketika diundang pesta oleh kerabatnya karena lokasinya jauh dan ia tidak terbiasa pergi seorang diri. Ia berdoa, jika ada saudara yang menawarkan untuk berangkat bersama, berarti Tuhan ingin ia hadir. Sampai hari-H, tidak ada yang mengajaknya sehingga ia menyimpulkan Tuhan tidak mengizinkannya pergi. Masalahnya, ketidakhadirannya di pesta itu memicu konflik dalam keluarga besarnya yang merasa tidak dihargai. Benarkah keputusannya itu karena kehendak Tuhan?

Manusia cenderung membatasi cara kerja Tuhan. Naaman, panglima perang Aram, melakukannya. Ia pergi ke Israel dengan harapan seorang nabi di Samaria akan menyembuhkan penyakit kustanya. Tetapi, ketika Elisa menyuruh bujangnya untuk mengatakan agar Naaman mandi di sungai sebanyak tujuh kali, ia sangat kecewa dan marah. Ia membayangkan cara penyembuhan yang berbeda (ayat 11-12). Barulah ketika ia menuruti cara yang tak diharapkannya itu, ia sembuh dari kustanya. Bukan hanya itu, ia juga percaya kepada Allah Israel.

Pernahkah kita membatasi kuasa dan cara kerja Tuhan? Tuhan dapat memakai keadaan apa pun untuk menyatakan kehendak-Nya kepada kita. Ia memiliki banyak cara untuk menyatakan kuasa-Nya. Bagian kita adalah menjalin relasi yang dekat dengan-Nya sehingga kita makin peka dalam menangkap pesan Tuhan melalui setiap peristiwa. Bukan justru memaksa Tuhan untuk mengikuti cara kita. Cara Tuhan pasti lebih sempurna dan ajaib. Dan juga, cara Tuhan adalah cara terbaik untuk pertumbuhan iman kita.
 (Helen Aramada)

Sumber: Amsal Hari Ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar