Selasa, 04 Januari 2022

RENDAH HATI

Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. (Mazmur 131:2)

Suatu saat saya berada di acara reuni. Banyak yang sudah berubah. Yang pasti, umur makin tua. Di samping statusnya berubah, juga kelakuannya. Dulu ia baik, sekarang bicaranya sombong sekali. Dulu nggak punya apa-apa, sekarang makin nggak punya apa-apa, tetapi kelakuannya seperti punya segalanya. Dulu hidup sederhana, sekarang jadi tukang pamer karena menikah dengan orang kaya. Mengapa mereka berubah?

Tidak demikian halnya dengan Daud. Walaupun ia dulunya gembala dan kini menjadi raja, ia tidak sombong, tetapi tetap rendah hati. Ia merefleksikan keberadaan dirinya di hadapan Allah. Melalui hal itu, ia menyadari bahwa dirinya seperti seorang anak kecil yang masih menyusu dan bergantung penuh pada ibunya. Demikian seharusnya ia bersandar hanya kepada Allah. Pemazmur kemudian mengajak bangsanya untuk merendahkan diri dan berharap kepada-Nya, dengan tidak menyombongkan diri, tetapi berserah kepada Allah. 

Jika kita diberkati oleh Tuhan, Sang Pemberi Kehidupan, janganlah sombong, tetaplah rendah hati. Rendah hati bukan saja merupakan kualitas moral, tetapi ungkapan sikap iman di hadapan Tuhan. Kerendahan hati seorang Kristen melambangkan sikap hatinya di hadapan manusia dan Tuhan. Di hadapan manusia ia tidak merasa diri lebih baik atau lebih tinggi, di hadapan Tuhan ia tunduk pada kedaulatan dan hikmat-Nya. Orang yang bersandar pada Tuhan mendapatkan kekuatan dan kemenangan karena Tuhan pasti akan membelanya.
 (Eddy Nugroho)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar