Kamis, 16 Juni 2022

PRIA ANEH DI GEREJA

Ketika Pendeta Clark akan memasuki ruang kebaktian, seorang pengurus gereja melapor kepadanya.

"Pak, ada seorang pria aneh duduk di bangku tengah. Kostumnya mirip penyihir. Ia memakai anting-anting besar. Berwajah seram. Bagaimana jika ia mengacau ibadah? Apa yang harus kita lakukan?" ucap pengurus gereja itu dengan tergesa-gesa.

Dengan tenang sang pendeta berkata, "Sambutlah dia. Tunjukkan bahwa kita mengasihinya. Jangan berprasangka buruk. Belum tentu ia ingin mengacau."

Pagi itu Pendeta Clark mengajak jemaat bersalaman dengannya. Bahkan seusai ibadah, ia mengajak si pria aneh minum kopi bersama. Ternyata pria itu banyak bertanya tentang Injil.

Merasa diterima, pria itu terus datang lagi, sampai akhirnya dibaptiskan!

Kristus meminta kita menjadi orang yang membawa pengaruh dalam hidup sesama. Bagai garam yang memberi rasa. Bagai terang yang membuat orang bisa melihat seperti apa Yesus itu.

Namun, terang dalam diri kita bisa pudar jika hati kita dipenuhi prasangka buruk. Prasangka menciptakan ketakutan. Rasa takut membuat kita menutup diri. Membangun tembok. Itulah yang membuat terang kita tak dapat bercahaya di depan orang. Akibatnya, mereka tak bisa melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa di sorga.

Apakah kita sering berprasangka buruk terhadap orang lain? Di sekitar kita banyak "orang aneh", yakni mereka yang "berbeda" dengan kita. Belum tentu mereka seburuk yang kita bayangkan. Justru sebenarnya banyak dari mereka membutuhkan sentuhan kasih dari kita.

Jadi, belajarlah berprasangka baik! Bangunlah jembatan, bukan tembok. Kita akan mampu menjadi garam dan terang!

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar