Senin, 18 Juli 2022

KEBENARAN VERSUS HARGA DIRII

[[“Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis ….” Lalu ... karena sumpahnya ... diperintahkannya juga untuk memberikannya. ]] (Matius 14:8b-9)

Ketika Pak Chandra pulang dari Cisarua, ia membawa sesisir pisang Ambon yang dibelinya seharga Rp25.000,00 dari harga Rp35.000,00 yang ditawarkan. Sesampai di rumah, istrinya menerima pisang itu sambil berkata, “Wah, kamu pintar memilih! Berapa harganya? Lima belas ribu ya?” Pak Chandra berpikir cepat antara jujur atau mendapat pujian, dan akhirnya menjawab, “Iya, lima belas ribu!” “Hebat deh, suamiku pintar menawar!” puji istrinya. Namun, kebohongan itu membuat Pak Chandra tidak tenang. Akhirnya ia mengaku, dan minta maaf kepada istrinya karena sudah berbohong.

Kita kerap berada dalam suatu momen yang mengharuskan kita berpikir cepat. Tidak cukup waktu untuk mempertimbangkan risikonya. Tetapi, momen-momen ini dapat membekas seumur hidup! Lihat saja Herodes. Dengan spontan ia menawarkan kepada putrinya untuk meminta hadiah apa pun darinya. Ia tidak menyangka bahwa kesempatan itu akan tercatat dalam sejarah sebagai ketidakmampuannya untuk menyatakan keinginan hati yang sesungguhnya. Ia tidak ingin membunuh Yohanes Pembaptis. Namun, ia terlanjur bersumpah dan disaksikan oleh para tamunya. Akhirnya, kepala Yohanes Pembaptis dipenggal.

Milikilah keberanian dalam menyatakan kebenaran melebihi pertimbangan akan harga diri. Tuhan tidak menciptakan kita untuk mengumpulkan pujian dan kebanggaan diri, tetapi untuk menyatakan kebenaran-Nya! Jangan anggap sepele setiap kebohongan “kecil”. Mulailah menyatakan kebenaran sekalipun tidak mudah, sebab untuk itulah kita dipanggil dan diutus. (Helen Aramada)

Sumber: Amsal Hari Ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar