Kamis, 28 Juli 2022

Membandingkan atau Menjadi Puas?

Bacaan Hari ini:
Pengkhotbah 6:9 “Lebih baik melihat saja dari pada menuruti nafsu. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.”

Langkah pertama untuk menjadi orang yang puas ialah dengan berhenti membandingkan diri Anda dengan orang lain. Tetapi masalahnya membandingkan adalah hobi favorit kita! Kita melakukannya setiap saat.

Ketika Anda masuk ke rumah seseorang, hal pertama yang Anda lakukan ialah membuat perbandingan: “Saya suka lantai marmer ini! Lihat gorden itu! Wow, televisi yang canggih!” Anda berpikir, “Kenapa rumah saya tidak seperti ini!” Atau Anda berpapasan dengan seseorang dan berpikir, “Saya suka tatanan rambutnya; rambut saya terlihat jelek sekali hari ini.”

Anda terus-menerus membandingkan, dan itu membuat Anda frustrasi. Anda harus menghentikannya!

Anda juga harus belajar mengagumi tanpa harus memiliki. Anda perlu belajar untuk bersukacita atas kemakmuran orang lain tanpa harus merasa iri dan merasa membutuhkannya juga.

Inilah prinsip hebat yang tidak dipahami banyak orang: Anda tidak harus memilikinya untuk menikmatinya! Mungkin Anda suka berlibur ke pegunungan. Mengapa Anda harus punya sebuah vila di atas gunung apabila Anda hanya perlu menyewa atau bahkan meminjam vila teman Anda sekali setahun ketika Anda berlibur ke sana? Kepemilikan bukanlah satu-satunya cara untuk menikmati sesuatu.

Tidak membuat perbandingan bukan hanya sebuah ide yang bagus—itu perintah Tuhan. Keluaran 20:17 mengatakan, “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

Iri hati adalah kehendak yang tidak terkendali untuk mendapatkan. Ini merupakan dosa yang sangat perlu dihindari, karena termasuk dalam Sepuluh Perintah Allah. Kata “iri” dalam bahasa Yunani berarti menggenggam sesuatu dengan teramat erat sehingga Anda tidak bisa melepaskannya. Jika Tuhan  memberikan Anda sesuatu dan Dia menyuruh Anda untuk memberikannya tetapi Anda tidak mau, berarti Anda tidak memilikinya—benda itulah yang menjadi tuan Anda.

Itu bukan berarti Tuhan menyuruh Anda untuk tidak boleh mengingini apapun. Keinginan itu tidak salah. Faktanya, banyak keinginan Anda berasal dari Tuhan. Tetapi ketika keinginan itu menjadi tidak terkendali, itu menjadi iri hati; Anda membandingkan diri Anda dengan orang lain dan berpikir Anda harus punya lebih banyak. Keinginan yang tidak terkendali akan sesuatu yang bukan milik Anda adalah dosa dan akar dari segala macam masalah.

Sejatinya keinginan tidak selalu negatif. Malah, tidak akan terjadi apa-apa apabila Anda tidak punya keinginan untuk berbuat sesuatu. Anda tidak bisa semakin seperti Kristus tanpa ada keinginan untuk menjadi semakin seperti Kristus. Anda tidak bisa menjadi orang yang lebih mengasihi tanpa ada keinginan untuk mengasihi. Anda tidak bisa menjadi orang yang lebih dermawan tanpa keinginan untuk menjadi orang yang lebih murah hati.

Kehidupan yang seperti Kristus ini, kepuasan hidup ini hanya akan terwujud apabila Anda belajar untuk tidak membandingkan. Ketika Anda membandingkan, itu membuat Anda iri hati, dan ketika Anda menjadi iri, Anda tidak bisa puas dengan apa pun.

Kitab Pengkhotbah menyimpulkan ini dengan baik: “Lebih baik melihat saja dari pada menuruti nafsu. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin” (Pengkhotbah 6:9).

Renungkan hal ini:
- Bagaimana cara Anda untuk mengubah perspektif Anda tentang harta Anda supaya Anda dapat bersukacita melihat kemakmuran orang lain?
- Menurut Anda apa yang Tuhan ingin Anda isi ke dalam hidup Anda ketimbang harta?
- Orang Kristen banyak membahas tentang Tuhan memberikan apa yang menjadi kehendak-Nya atas mereka. Menurut Anda, kehendak seperti apa yang Tuhan ingin berikan kepada Anda?

Jika Anda ingin belajar untuk puas dalam hidup, maka Anda harus berhenti membandingkan hidup Anda dengan orang lain.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar