BUKAN MILIK KITA
[[“TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” ]] (Ayub 1:21)
“Tuhan, Engkau telah meminjamkan dirinya kepada kami, dan kami sungguh merasa bahagia karena pernah memilikinya. Tapi sekarang, Engkau mengambilnya dari kami. Kami menyerahkannya kembali kepada-Mu tanpa protes walau hati kami terkoyak sedih!” Doa itu diucapkan oleh sepasang suami istri yang anaknya—anak satu-satunya, berusia tujuh tahun—meninggal dunia karena tertabrak mobil yang dikendarai oleh sopir mabuk.
Ada kesedihan yang mendalam di sana, tetapi sekaligus penyerahan diri kepada Tuhan. Hampir sama dengan doa Ayub ketika satu per satu miliknya hilang—harta bendanya, anak-anaknya, bahkan kesehatannya. Jauh dari mengumpat dan marah-marah, Ayub menghadapi kenyataan pahit itu dengan iman dan penyerahan diri kepada Tuhan, “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” demikian doanya.
Ada saatnya kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup. Bagaimana menyikapinya bergantung pada cara kita memandang apa yang hilang itu. Bila kita memandangnya sebagai milik pribadi, kita akan menyikapi dengan kemarahan yang meluap. Dan bisa-bisa kita akan kehilangan yang lainnya. Namun, bila kita memandangnya sebagai kepunyaan Tuhan, itu berarti apa yang hilang itu kita anggap telah kembali kepada Pemiliknya yang sejati. Kita hanya dititipi sehingga kita dapat menghadapi fakta itu dengan tetap berpengharapan. Kesedihan tetap ada, tetapi itu tidak akan membuat kita undur dari iman kita. Seperti pasangan suami istri di atas. Seperti Ayub.
(Ayub Yahya)
Sumber: Amsal Hari Ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar