Kamis, 22 September 2022

MENGAPA SAYA?

Bacaan: Lukas 17:11-19

NATS: Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring (Lukas 17:15)

Beberapa tahun yang lalu, seorang pemuda bernama Edi (bukan nama sebenarnya) yang penampilannya jauh dari rapi, bertobat dan percaya kepada Kristus dalam suatu acara kebangunan rohani. Beberapa hari kemudian, meskipun dengan penampilan yang masih berantakan -- namun sudah dibasuh oleh kasih Kristus -- Edi dikirim ke rumah saya agar saya dapat mencarikan gereja untuknya. Sejak saat itulah ia menjadi anggota gereja saya.

Meskipun Edi membutuhkan dan telah dibantu dalam hal kerapian diri dan tatakrama yang dasar, tetapi ada satu sifat yang tetap tidak terubahkan, yakni kasihnya yang belum terarah kepada Kristus.

Suatu hari Minggu sesudah kebaktian, Edi tiba-tiba muncul di samping saya dan tampaknya agak bingung. Ia mengeluh, "Mengapa saya? Saya tak habis pikir, mengapa saya?" Wah, celaka, pikir saya. Ia kini telah menjadi orang Kristen pengerutu. Namun kemudian, dengan tangan terentang ia terus berkata, "Dari begitu banyak manusia yang ada di dunia ini, yang jauh lebih hebat dan pintar daripada saya, mengapa Tuhan justru memilih saya?" Ia kemudian menepuk tangannya dengan sukacita.

Selama bertahun-tahun saya telah mendengar banyak orang Kristen, termasuk saya sendiri, mengucapkan pertanyaan yang sama, "Mengapa saya?" terutama pada saat kesukaran datang dalam hidup. Namun Edi adalah orang pertama yang saya dengar mempertanyakan hal itu justru dalam konteks pembicaraan tentang anugerah Allah. Banyak orang yang juga bertobat pada malam yang sama dengan Edi, tetapi saya bertanya-tanya, berapa dari mereka yang dengan rendah hati bertanya, "Mengapa saya? Mengapa Tuhan memilih saya?" Marilah kita lebih sering mempertanyakan hal itu -- JEY

UCAPAN SYUKUR HARUS MENJADI SIKAP YANG BERKESINAMBUNGAN TIDAK HANYA DILAKUKAN SEKALI-SEKALI

Sumber: Renungan Harian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar