Senin, 17 Oktober 2022

MENETAP DI HATI

[[Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setianya. ]] (Mazmur 118:1)

Melinda Beck, dalam artikel di The Wall Street Journal pada tanggal 23 November 2010, menyimpulkan hasil riset bertahun-tahun tentang dampak rasa bersyukur bagi kesehatan emosi dan tubuh. Menurutnya, orang dewasa yang bersyukur lebih mempunyai energi, lebih optimistis, lebih terlibat di dalam relasi sosial, dan lebih berbahagia daripada mereka yang tidak bersyukur. Anak-anak yang bersyukur juga mendapatkan nilai yang lebih baik; menetapkan target yang lebih tinggi; merasa puas dengan keluarga, rekan, dan sekolah. Baik orang dewasa maupun anak-anak yang bersyukur lebih jarang mengeluh sakit kepala dan sakit perut.

Pemazmur mengajak umat Tuhan untuk bersyukur atas kebaikan-Nya. Kebaikan Tuhan itu tidak datang dan pergi, tetapi berlangsung terus-menerus. Pemazmur ingin menegaskan bahwa landasaan untuk bersyukur adalah karakter atau sifat Tuhan yang penuh dengan kebaikan, bukan apa yang kita rasakan dan kita alami. Jika ungkapan syukur itu kita landaskan pada apa yang kita rasakan dan kita alami, rasa syukur itu akan datang dan pergi. Tidak menetap di hati.

Tak selamanya di dalam kehidupan ini kita dapat melihat dan merasakan bukti kebaikan Tuhan. Masalah, sakit penyakit, dan pergumulan hidup dapat membuat kita bertanya-tanya tentang kehadiran dan kebaikan-Nya. Dalam kondisi seperti ini, dapatkah iman kita pada kasih dan kebaikan Tuhan tetap membuat kita mengucapkan syukur? Rasa syukur yang menetap di hati.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar