BEBAS DARI DOSA?
[[Adakah orang yang bisa berkata, “Hatiku bersih, aku sudah bebas dari dosa?”]] (Amsal 20:9—BIS)
Di tengah kegelapan malam, saya dan rekan-rekan berjalan di pematang sawah. Kami kurang beruntung pada waktu itu karena bukan saja kegelapan terasa begitu pekat, tetapi juga pematang sawah itu licin sekali. Kami pun berulang kali terjatuh. Setiap kali berdiri lagi, kami berusaha membersihkan diri sebisa mungkin. Kami merasa kotoran yang melekat itu telah lenyap. Namun, makin kami mendekati base camp yang penuh dengan nyala lampu, makin kami sadar ada begitu banyak kotoran yang masih melekat.
“Adakah orang yang bisa berkata, ‘Hatiku bersih, aku sudah bebas dari dosa?’” (Amsal 20:9—BIS). Adakah manusia yang bebas dari dosa? Ada orang-orang tertentu yang merasa demikian, atau setidaknya merasa tidak seburuk orang lain. Ada sebuah paradoks terkait kesadaran diri sebagai orang berdosa dalam relasi dengan Tuhan. Makin dekat seseorang dengan Tuhan, makin peka ia menyadari keberdosaan dan ketidaklayakannya. Makin jauh seseorang dari Tuhan, makin ia tidak mampu melihat keberdosaannya.
Menyadari keberdosaan adalah awal yang baik. Awal untuk melangkah lebih dekat kepada Tuhan yang sudah berlari lebih dulu untuk mendapatkan diri kita. Hanya di dalam kasih dan anugerah-Nya, kita menemukan kekuatan untuk meninggalkan dosa. Hanya di dalam kasih dan anugerah-Nya, kita mampu melangkah lebih dekat dan lebih mantap di dalam kehendak-Nya.
(Wahyu Pramudya)
Sumber: Amsal Hari Ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar