Rabu, 31 Mei 2023

Apakah Anda Bertingkah Laku Sama di Muka Umum dan Saat Sendiri?

Bacaan Hari ini:
Matius 5:8 “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”

Apakah Anda sedang berusaha membangun hidup Anda di atas nilai-nilai yang kekal selamanya? Jika ya, berarti Anda perlu belajar untuk hidup dengan integritas.

Alkitab berkata dalam Matius 5: 8, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”

“Melihat Allah” berarti mengalami hadirat Allah. Orang percaya yang hatinya suci dapat merasakan kuasa Allah. Mereka mengalami pengampunan Allah. Mereka tahu tujuan Allah atas hidup mereka. Mereka menjalani hidup dalam damai sejahtera Allah.

Apakah Anda ingin menjadi salah satu dari orang-orang tersebut? Di hari-hari ini, kita jarang membicarakan tentang menjadi seseorang dengan hati yang suci, sebaliknya kita menggunakan suatu kata yang serupa—“integritas.”

Menjadi orang yang berintegritas bukan berarti Anda sempurna, sebab apabila demikian, maka tak ada seorang pun dari kita yang memilikinya! Lalu, apa yang dimaksud memiliki integritas?

Integritas ialah suatu kesatuan yang utuh.

Banyak orang menganggap hidup mereka bagaikan sebuah kue pai, dan bagian-bagian berbeda dari kehidupan mereka ialah potongan-potongan kue itu. Seseorang mendeskripsikan hidupnya seperti ini:

“Potongan kue ini adalah karier saya. Ini kehidupan pekerjaan saya. Ini kehidupan rohani saya. Ini kehidupan berkeluarga saya. Ini kehidupan sosial saya. Yang terakhir, ini adalah kehidupan rahasia saya—kehendak saya, adiksi saya, dan hal-hal yang tidak diketahui orang lain.”

Ketika Anda membagi-bagi hidup Anda seperti itu, Anda disebut kurang berintegritas sebab hidup Anda tidak lagi utuh. Integritas berarti Anda adalah orang yang sama di mana pun, dan dengan semua orang—sama di dalam ucapan, tindakan, dan memotivasi Anda—terlepas dari bagian kehidupan mana pun yang sedang Anda jalani.

Integritas adalah motivasi yang jujur dan murni.

Ketika Anda mempunyai integritas, Anda akan melakukan hal-hal yang benar, dan Anda melakukannya untuk alasan yang benar. Anda mempunyai rencana yang murni. Anda tulus dan lugas dalam setiap bidang kehidupan Anda dan kepada semua orang. Anda berdoa supaya dapat berbicara dengan Allah, bukan supaya dapat membuat orang lain terkesan.

Alkitab berkata, “Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya” (Amsal 11:20).

Kita, manusia, lebih tertarik pada citra, tetapi Allah lebih tertarik pada integritas. Kita tertarik dengan reputasi, tetapi Allah tertarik pada karakter. Reputasi berkaitan dengan pendapat semua orang tentang Anda; integritas menunjukkan siapa diri Anda sebenar-benarnya. Reputasi Anda berkaitan dengan citra diri Anda di depan umum; integritas berkaitan dengan siapa Anda saat Anda sendirian bersama Allah.

Apakah Anda lebih mementingkan citra diri dan reputasi Anda ketimbang karakter dan integritas Anda?

Renungkan hal ini:
- Akankah orang-orang di setiap bidang kehidupan Anda—rekan kerja, teman sekelas, tetangga, anggota keluarga, dan teman Anda—semuanya menggunakan kata-kata yang sama untuk mendeskripsikan Anda? Mengapa atau mengapa tidak?
- Pikirkan tentang seseorang dalam hidup Anda yang menjadi teladan integritas dengan baik. Apa satu kebiasaan khusus yang bisa Anda pelajari dari orang itu?
- Kapan Anda paling tergoda untuk menjaga dan melindungi reputasi Anda, alih-alih karakter Anda? Mengapa?

Buatlah komitmen untuk menjadi seseorang yang berintegritas hari ini.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Selasa, 30 Mei 2023

Mensyukuri Kemampuan

Bacaan: MATIUS 4:18-22

Yesus berkata kepada mereka, "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19)

Menarik, sejak awal Petrus dan Andreas dipanggil menjadi murid, Tuhan menghargai kemampuan yang mereka miliki selama ini yaitu soal menjala ikan. Hanya, sekarang Tuhan mengganti objek jalanya dari ikan menjadi manusia. Tuhan pun tidak berusaha mengubah mereka untuk menjadi orang lain, tetapi justru menguatkan dan memakai kemampuan mereka itu untuk perkara yang lebih besar.

Apa kemampuan yang Tuhan telah taruh dalam diri kita? Ada yang pintar membuat kue. Jago menggunting rambut. Pintar menjual mobil. Cerdas mengajar. Ahli menawarkan produk. Hebat memasak. Mahir pembukuan. Percayalah, Tuhan telah memberi bakat atau kemampuan unik dalam diri setiap kita. Salah kalau ada orang yang mengasihani diri beranggapan ia tidak punya kemampuan apa-apa. Sebiasa apa pun dirinya, minimal pasti ada satu kemampuan yang Tuhan telah taruh.

Jangan pernah kita kecil hati atau tidak mensyukuri kemampuan yang kita miliki karena sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Ingat, setiap orang sudah diberi jatah porsi masing-masing dalam rencana Tuhan yang indah. Daripada sibuk iri melihat kemampuan orang lain, lebih baik kita sibuk mengembangkan diri dan mempersembahkannya kepada Tuhan.

Karena seperti kisah Andreas dan Petrus tersebut, ketika kita mau menjawab panggilan Tuhan dan menyerahkan setiap kemampuan kita kepada-Nya, Dia akan bertindak menjadikannya untuk perkara-perkara besar yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. --HTN/www.renunganharian.net

TIDAK ADA KEMAMPUAN YANG TERLALU KECIL UNTUK DIPAKAI BAGI KEMULIAAN TUHAN.

Sumber: Renungan Harian

Senin, 29 Mei 2023

Berkenan Di Hati Tuhan

Bacaan: 1 Samuel 13:14

Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu.” - 1 Samuel 13:14

Saya pernah mendengar beberapa julukan disematkan kepada seseorang, misalnya “Beruang”, “Minion”, “Batu” atau “Sultan”. Orang-orang biasanya memberikan julukan dengan melihat fakta kehidupan, baik itu yang positif atau negatif. Misalnya, seorang dengan ciri-ciri fisik kurang ideal dijuluki beruang atau minion. Orang yang keras kepala dipanggil kepala batu. Atau yang lain punya kekayaan melimpah dijuluki sultan. Daftar julukan ini akan sangat panjang jika diteruskan. Intinya, julukan tidak bisa diberikan kepada seseorang tanpa terlebih dahulu mengetahui kisah hidupnya.

Menarik jika mengamati julukan yang disematkan kepada Daud. Ia dijuluki sebagai seorang yang berkenan di hati Allah, dalam bahasa Inggris, “a man after God’s own heart”. Jika diterjemahkan secara bebas dapat berarti seseorang yang dekat atau ada di hati Allah. Dari sekian banyak tokoh Alkitab dan berbagai karya hebat yang menjadi kisah hidup mereka, hanya Daud yang mendapat julukan yang menggambarkan keintiman relasi dengan Allah yang begitu luar biasa.

Berbeda dari cara umum sebuah julukan diberikan, “orang yang berkenan di hati Tuhan” adalah julukan yang diucapkan Nabi Samuel sebelum ia tahu kisah hidup Daud. Julukan ini adalah bagian dari nubuatan yang disampaikan Samuel kepada Saul terkait akan berakhirnya kepemimpinannya sebagai raja. Julukan ini bukan dari Samuel, melainkan firman Allah. Julukan ini bukan berasal dari penilaian Samuel atas hidup Daud, melainkan dari Tuhan. Allah dalam kemahatahuan-Nya mengetahui kisah hidup Daud dari awal hingga akhir dan Dia menilai kehidupan Daud.

Bagaimana dengan kehidupan kita? Tuhan Yesus mengetahui awal dan akhir kisah hidup kita. Dia tidak pernah berhenti untuk melihat dan menilai kehidupan kita. Kita mungkin bisa menutupi kisah hidup kita dari sesama, tetapi tidak di hadapan Tuhan. Sesama kita mungkin bisa memberi julukan bagi kita, entah positif atau negatif, tapi ingat! Julukan dari Tuhan adalah yang paling benar dan yang paling penting untuk kita ketahui. Renungkan kehidupan Anda hari ini. Kira-kira, apa julukan yang Allah akan berikan kepada Anda?

Refleksi Diri:
Apa alasan Allah memberikan julukan “orang yang berkenan di hati Tuhan” kepada Daud berdasarkan penyelidikan Anda di sepanjang Alkitab?

Apa julukan yang ingin Anda dapatkan dari Allah yang bisa menjadi komitmen hidup Anda ke depan?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Minggu, 28 Mei 2023

Anda Didengar

Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku. –Mazmur 116:2

Ayat Bacaan & Wawasan:
Mazmur 116:1-7

Dalam buku Physics, Charles Riborg Mann dan George Ransom Twiss bertanya, “Ketika sebatang pohon tumbang di suatu hutan yang sepi, dan tidak ada binatang di dekat situ yang mendengarnya, apakah pohon itu mengeluarkan suara?” Bertahun-tahun pertanyaan tersebut telah melahirkan diskusi filosofis dan ilmiah mengenai suara, persepsi, dan eksistensi. Namun, sejauh ini, belum pernah ada jawaban pasti.

Suatu malam, saat sedang merasa sedih dan sendirian memikirkan persoalan yang tidak saya ceritakan kepada siapa-siapa, saya teringat pada pertanyaan tadi. Pikir saya, Ketika tak ada yang mendengar seruan saya meminta tolong, apakah Allah mendengar?

Saat dihadapkan pada ancaman kematian dan dikuasai perasaan putus asa, penulis Mazmur 116 mungkin merasa telah ditinggalkan. Maka, ia pun berseru kepada Allah—tahu bahwa Dia mendengarkan dan akan menolongnya. “Ia mendengarkan suaraku,” tulis sang pemazmur, “dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku” (ay. 1-2). Ketika tak seorang pun mengetahui penderitaan kita, Allah tahu. Saat tak seorang pun mendengar tangisan kita, Allah mendengar.

Karena tahu bahwa Allah akan menunjukkan kasih dan pemeliharaan-Nya atas kita (ay. 5-6), kita bisa tetap tenang dalam saat-saat sulit (ay. 7). Kata Ibrani manoakh yang diterjemahkan sebagai “tenang” itu menggambarkan tempat yang teduh dan aman. Kita dapat mengalami damai sejahtera, karena dikuatkan oleh kepastian akan kehadiran dan pertolongan Allah.

Pertanyaan Mann dan Twiss memang memicu banyak kemungkinan jawaban. Namun, jawaban dari pertanyaan, Apakah Allah mendengar? hanya satu: Ya! (Karen Huang)

Renungkan dan Doakan
Apa yang Anda lakukan saat merasa sendirian atau ditinggalkan? Apa yang akan Anda minta dari Allah, yang peduli dan mendengarkan setiap seruan Anda?

Ya Bapa, terima kasih, Engkau selalu mendengar seruan hatiku. Pertolongan dan kehadiran-Mu adalah sumber ketenanganku.

Sumber: Our Daily Bread

Sabtu, 27 Mei 2023

Bagaimana Cara Saya Mengemudi?

2 Raja-raja 15-16Yohanes 3:1-18
Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. –Yakobus 1:19-20

Ayat Bacaan & Wawasan:
Yakobus 1:19-26

“ARRRGH!” teriak saya saat truk bengkel itu tiba-tiba menyalip jalan saya. Lalu saya melihat pada truk itu sebuah kalimat bertuliskan: “Bagaimana Cara Saya Mengemudi?” lengkap dengan nomor telepon. Saya langsung mengambil ponsel dan menghubungi nomor itu. Seorang wanita menanyakan alasan saya menelepon, dan saya menumpahkan semua uneg-uneg saya. Ia mencatat nomor truk itu, lalu dengan nada lelah berkata, “Tahukah Anda, Anda juga bisa menelepon untuk memberitahukan bahwa pengemudi kami mengemudikan mobilnya dengan baik.”

Aduh. Kata-katanya itu langsung menohok sikap saya yang ingin menang sendiri. Perasaan malu membanjiri saya. Saking bersemangatnya menuntut “keadilan”, saya gagal untuk mempertimbangkan bagaimana kegusaran saya dapat mempengaruhi wanita itu dalam pekerjaannya yang sulit. Terputusnya hubungan antara iman dan tindakan saya—saat itu—membuat saya sedih.

Kesenjangan antara tindakan dan keyakinan kita menjadi fokus Kitab Yakobus. Dalam Yakobus 1:19-20, kita membaca, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” Lalu Yakobus menambahkan: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (ay. 22).

Tak satu pun dari kita yang sempurna. Terkadang cara kita “mengemudi” dalam kehidupan ini membutuhkan bantuan, diawali dengan pengakuan dan kerelaan untuk memohon pertolongan Allah—mempercayai-Nya untuk terus mengikis sisi buruk dari karakter kita - Adam Holzz.

Renungkan dan Doakan
Mengapa kata-kata yang dilontarkan dengan cepat dan dalam keadaan marah dapat menimbulkan masalah?

Bagaimana Anda dapat mempraktikkan lebih baik apa yang sungguh Anda yakini?

Bapa, terkadang amarah menguasaiku, hingga aku melontarkan kata-kata menyakitkan. Tolonglah aku untuk berubah dalam sikapku ini.

Sumber: Our Daily Bread

Jumat, 26 Mei 2023

Belajar dari Kisah Hidup Jean-Dominique Bauby

​​​​​​Rasanya kita semua tidak kenal dengan orang yang bernama Jean-Dominique Bauby, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia adalah pemimpin redaksi Elle.

Tahun 1997 ia meninggal dalam usia 44 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang "ditulisnya" secara sangat istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Bubble and the Butterfly). Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh.

Ia mengalami apa yang disebut "locked-in syndrome", kelumpuhan total yang disebutnya "seperti pikiran di dalam botol". Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah caranya berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya. Mereka menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya.

Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barangkali kita harus menangis dulu berhari-hari. Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal 3 hari setelah bukunya diterbitkan. Jadi, bagaimanapun problem dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!

Apa yang ia ditulisnya di memoarnya itu? "I would be the happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently invades my mouth." Bayangkan, menelan ludah pun ia tak mampu. Jadi, kita yang masih bisa makan seharusnya sudah berbahagia 100 kali lipat dibanding si Jean. Kita bahkan senantiasa mengeluh, setiap hari, sepanjang tahun.

Apalagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita "locked-in syndrome" untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi "bintang film" alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya. Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama.

Jadi, betapa pun kemelutnya keadaan dan hidup kita saat ini, mereka yang sedang stres berat, mereka yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, mereka yang jalannya masih terpincang-pincang karena baru saja terinjak paku, mereka yang sedang di-PHK, setidaknya kita masih bisa menelan ludah; hal yang tidak bisa dilakukan Jean, tetapi dia tidak menyerah dalam hidupnya.

Semoga kita semua tidak terus menjadi pengeluh dan menjadi manusia yang sukar puas.

"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18)

Sumber: Renungan Kristen

Kamis, 25 Mei 2023

TIGA PAHLAWAN DAUD

[[Lalu ketiga pahlawan itu menerobos perkemahan orang Filistin, mereka menimba air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang, mengangkatnya dan membawanya kepada Daud. ]] (2 Samuel 23:16)

Pemimpin dan pengikut saling membutuhkan. Pemimpin butuh dukungan dan kepercayaan pengikutnya. Pengikut butuh keteladanan dan ketegasan pemimpinnya. Kerja sama yang baik antara pemimpin dan pengikut akan menghasilkan sebuah tim yang kuat. Inilah salah satu rahasia kepemimpinan Daud yang berhasil menyatukan bangsa Israel.

Suatu ketika Daud mengutarakan keinginannya untuk minum air dari perigi Betlehem dekat pintu gerbang. Air dari perigi Betlehem tidak mudah didapat karena harus melintasi perkemahan Orang Filistin, musuh besar Israel. Dengan gagah berani tiga orang dari pengikut Daud mempertaruhkan nyawa mereka untuk membawa air dari perigi Betlehem. Tindakan ini menunjukkan betapa mereka mencintai dan mendukung Daud.

Ternyata Daud tidak mau meminum dan menikmati jerih payah pengikutnya. Ia mempersembahkan air itu sebagai korban curahan kepada Tuhan. Inilah cara Daud untuk menghargai tindakan para pengikut yang telah mempertaruhkan nyawa. Ketika dukungan pengikut bertemu dengan penghargaan pemimpin, maka terciptalah kepercayaan kuat yang mengikat sebuah tim.

Pemimpin dan pengikut dapat saling tunjuk kekurangan. Pemimpin mengeluhkan pengikutnya, dan pengikut mencerca pemimpinnya. Masing-masing mungkin merasa puas setelah mengungkapkan kekurangan pihak lain, tetapi kinerja tim tidak akan berkembang maksimal. Jadi, daripada saling tunjuk, bukankah lebih baik saling introspeksi diri. Sebagai pemimpin atau pengikut, apakah saya sudah melakukan tugas dan tanggung jawab?
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Rabu, 24 Mei 2023

Bagaimana agar Tetap Lapar akan Tuhan

Bacaan Hari ini:
1 Petrus 2:2 “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.”

Apakah Anda lapar akan Tuhan?

Adalah mungkin untuk memelihara rasa lapar jiwa Anda akan Tuhan sepanjang hidup Anda. Berikut ini lima caranya:

1. Ingatkan diri Anda betapa Tuhan mengasihi Anda.

Semakin Anda memahami betapa Tuhan mengasihi Anda, semakin Anda akan mengasihi-Nya. Alkitab berkata dalam Efesus 3:18-19, “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”

2. Berhenti mengisi pikiran Anda dengan junk food.

Anda adalah makhluk spiritual dengan lubang berbentuk Tuhan di hati Anda yang hanya dapat diisi oleh Tuhan. Ketika Anda mencoba mengisinya dengan gaji, status, kesuksesan, hasrat, harta kekayaan, kekuasaan, prestise, atau apa pun itu, selain Tuhan, itu tak akan memberikan Anda kepuasan. 

Amsal 15:14 mengatakan, “Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk dengan kebodohan.”

3. Jadikan mengenal Allah sebagai tujuan utama Anda.

Kebahagiaan merupakan bonus dari mengenal Allah. Yesus berkata dalam Matius 6:33, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

4. Nikmatilah Firman Tuhan setiap hari.

Alkitab ialah makanan bagi jiwa Anda. Makan hanya satu kali seminggu tak akan membuat tubuh Anda sehat. Demikian pula, Anda perlu memberi makan Firman Tuhan setiap hari.

“Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan” (1 Petrus 2: 2).

5. Kelilingi diri Anda dengan orang percaya lainnya.

Jika Anda bergaul dengan orang-orang yang hanya peduli pada politik, Anda akan peduli pada politik. Jika Anda bergaul dengan orang-orang yang hanya peduli dengan olahraga, Anda akan peduli dengan olahraga. Tapi jika Anda bergaul dengan orang-orang yang fokus mengenal Allah, itu akan menjadi fokus Anda juga.

Itulah mengapa Anda harus bergabung dengan kelompok kecil orang Kristen untuk memberikan Anda sokongan—sebab apa pun yang Anda bicarakan ketika bersama orang lain ialah apa yang akan yang membuat Anda lapar. Amsal 2:20 mengatakan, “Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar.”

Renungkan hal ini: 
- Apa artinya menjadi lapar akan Tuhan?
- Bagaimana Anda bisa mengingatkan diri Anda sepanjang hari tentang kasih Tuhan?
- Apa hal-hal yang paling sering Anda bicarakan dengan teman, pasangan, atau anggota keluarga lainnya? Seberapa baik percakapan Anda tersebut mengenyangkan rasa lapar rohani Anda? 

Perasaan hampa dalam hati dan jiwa Anda hanya dapat dipuaskan oleh kasih Tuhan.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Selasa, 23 Mei 2023

Tanah yang Baik

Bacaan: MATIUS 13:1-23

"Sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Matius 13:8)

Benih ditaburkan pada empat jenis tanah: tanah di pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah penuh semak duri dan tanah yang baik. Tanah di pinggir jalan amat keras sehingga benih tidak dapat bertumbuh, malah habis dimakan burung. Benih pada tanah berbatu-batu dan tanah penuh semak duri berperilaku serupa. Tumbuh sebentar, kemudian mati. Hanya benih di tanah yang baik yang bertumbuh, dan berbuah. Ada yang 100 kali lipat, 60 kali lipat dan 30 kali lipat.

Dikatakan "tanah yang baik" bukan karena tanah itu berkualitas sempurna. Hanya pada tanah itu tidak terdapat hal-hal yang berpotensi menggagalkan pertumbuhan tanaman. Tanah itu tidak keras, tidak penuh batu dan semak duri. Hati seumpama tanah, sedangkan benih ialah firman Tuhan. Agar firman Tuhan bertumbuh, dan berbuah, tidak harus kita memiliki kualitas hati sempurna (murni tanpa ada satu pun sifat dosa). Mustahil kita manusia berdosa memiliki kualitas hati sedemikian. Hanya kita perlu membersihkan hati dari hal-hal yang berpotensi menggagalkan pertumbuhan firman Tuhan.

Apa saja hal-hal itu? Pertama adalah kekerasan hati. Tidak boleh hati kita menjadi keras (tidak bersedia ditegur, diajar atau dinasihati). Sekiranya pada hari ini kita mendengar suara Tuhan, jangan keraskan hati (lih. Ibr 3:15). Terima didikan firman Tuhan, lalu praktikkan dalam kehidupan sehari-hari! Selanjutnya adalah batu dan semak. Perlu kita membersihkan hati dari penghambat iman, seperti ketakutan, kecemasan, keraguan dan kebimbangan. Maka tentu firman Tuhan akan bertumbuh, dan berbuah. Semakin hari kita mendapati diri semakin serupa dengan Yesus. --LIN/www.renunganharian.net

JAGALAH HATIMU DENGAN SEGALA KEWASPADAAN,
KARENA DARI SITULAH TERPANCAR KEHIDUPAN (AMSAL 4:23)

Senin, 22 Mei 2023

Alat Pemulihan Bagi Orang Lain

Ayat Renungan:
1 Tesalonika 4: 9, "Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah."

Ibrani 13: 1-2, "Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat."

Saat kita membantu orang lain membangun iman, kita dapat menjadi alat pemulihan Tuhan bagi mereka. Ada banyak orang di sekitar kita yang sedang berjuang dengan berbagai masalah dalam hidup mereka, baik itu masalah kesehatan, masalah finansial, masalah hubungan, atau masalah lainnya. Sebagai orang percaya, kita memiliki tanggung jawab untuk membantu mereka meresponi setiap keadaan dengan iman yang teguh di dalam Tuhan.

Tapi kadang kita enggan membantu orang lain karena kita tidak tahu apa yang harus kita katakan atau bagaimana cara membantu mereka. Kita takut salah bicara atau membuat mereka semakin merasa buruk. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak abai dengan keadaan orang lain. Seperti disampaikan dalam Ibrani 13: 1-2, “Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." Menolong orang lain bisa kita lakukan hanya sesederhana berbagi tentang pengalaman iman saat ditolong oleh Tuhan dab berharap itu bisa jadi alat untuk menguatkan iman orang lain.

1 Tesalonika 4: 9 menyampaikan, "Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah." Jika Tuhan memberi kita kesempatan hari ini bisa menguatkan dan mendukung orang-orang yang dilanda situasi buruk dan membuat imannya goyah, ini waktunya untuk bergerak. Bagikan ayat firman penguatan dan kata-kata penghiburan yang mereka butuhkan.

Action: Pilihlah satu nama yang Tuhan taruhkan di dalam hati Anda, lalu kirimkan satu pesan singkat berupa firman Tuhan atau kata-kata motivasi untuknya.

Ayat Hafalan: Roma 1:16
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.

Sumber: Jawaban.com

Minggu, 21 Mei 2023

HANYA PAJANGAN

Bacaan: Matius 23:1-12

NATS: Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang (Matius 23:5)

Terjadi peningkatan pembelian buku antik bersampul kulit. Orang membeli karena sampulnya, bukan isinya. Perancang interior membeli buku seperti itu berdasar keselarasan ruang dan memanfaatkannya untuk menciptakan nuansa klasik yang hangat di rumah klien-klien mereka yang kaya. Yang terpenting adalah apakah buku-buku itu pas dengan dekorasi ruangan atau tidak. Seorang pengusaha kaya membeli 13.000 buku antik yang tak akan pernah ia baca. Ia hanya ingin membuat tampilan seperti perpustakaan sebagai pajangan di rumahnya yang telah direnovasi.

Mementingkan penampilan luar memang baik dalam hal mendekorasi rumah, tetapi justru menjadi cara hidup yang berbahaya. Yesus menegur banyak pemimpin agama di zaman-Nya karena mereka tak melakukan apa yang mereka khotbahkan. Mereka senang menerima pujian dan menganggap diri penting. Alih-alih membuka kerajaan surga untuk sesama, mereka terang-terangan menutup pintu surga di hadapan sesama dengan perilakunya. Tentang mereka Yesus berkata, "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang" (Matius 23:5).

Tuhan memanggil kita demi menjadi orang yang memiliki rohani berkualitas, tak hanya secara lahiriah. Kita harus menyatakan kehadiran-Nya dalam diri kita dengan sikap rendah hati. "Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (ayat 11).

Jika kita hidup bagi Yesus, "isi" kita jauh lebih penting daripada "sampul" luarnya. Kita ada di sini tak hanya untuk menjadi pajangan --DCM

APABILA ALLAH
MENGENDALIKAN ANDA DARI DALAM ANDA AKAN TAMPAK MURNI DARI LUAR

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 20 Mei 2023

PERMOHONAN MULIA

Bacaan: Kisah Para Rasul 9:1-9

NATS: Maka gemetarlah ia dan keheranan, katanya, "Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan?" (Kisah Para Rasul 9:6)

Ketika masih menjadi mahasiswa seminari, saya sering terkesan oleh kisah-kisah orang kristiani yang telah melakukan pekerjaan besar bagi Allah. Maka saya memohon kepada Tuhan untuk mengaruniakan wawasan dan kekuatan rohani seperti yang mereka miliki. Kelihatannya itu permohonan yang mulia. Tetapi suatu hari saya menyadari bahwa itu sebenarnya doa yang egois. Maka, bukannya meminta Tuhan untuk menjadikan saya seperti orang lain, saya justru mulai meminta Tuhan untuk menunjukkan apa yang Dia ingin saya lakukan. 

Ketika Saulus dari Tarsus bertobat sewaktu ia dalam perjalan ke Damaskus, ia mengajukan dua pertanyaan. Pertama, "Siapakah Engkau, Tuhan?" Dan karena menyadari bahwa ia berada di hadirat Allah yang hidup, maka hanya ada satu pertanyaan lagi yang penting: "Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan?" (Kisah Para Rasul 9:5,6). Ia menyadari bahwa ketaatan kepada kehendak Allah merupakan fokus utama sepanjang sisa hidupnya. 

Permohonan akan kesehatan, kesembuhan, keberhasilan, dan bahkan kekuatan rohani tidaklah salah, tetapi bisa menjadi doa yang egois jika tidak mengalir dari hati yang berketetapan untuk taat kepada Allah. Yesus mengatakan, "Barang siapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barang siapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku" (Yohanes 14:21). Ketaatan menyatakan cinta kita kepada Allah dan memungkinkan kita mengalami cinta-Nya bagi kita. 

Apakah Anda sudah menyampaikan permohonan mulia: "Tuhan, apa yang Engkau ingin saya lakukan?" —HVL 

CARA TERBAIK UNTUK MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH ADALAH MENGATAKAN "SAYA BERSEDIA" KEPADA ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 19 Mei 2023

Hati yang Taat

Bacaan: YEREMIA 42-43:7

Maka berkatalah Azarya bin Hosaya dan Yohanan bin Kareah serta semua orang congkak itu kepada Yeremia: "Engkau berkata bohong! TUHAN, Allah kita, tidak mengutus engkau untuk berkata: Janganlah pergi ke Mesir untuk tinggal sebagai orang asing di sana." (Yeremia 43:2)

Yohanan bin Kareah beserta seluruh perwira tentara dan rakyat tidak mau mendengarkan firman Tuhan melalui perantaraan Nabi Yeremia. Mereka memilih untuk pergi ke Mesir, padahal Tuhan menjanjikan berkat kalau mereka bersedia tunduk kepada raja Babel dengan tetap tinggal di tanah Yehuda. Mereka yang awalnya mengatakan kepada Yeremia bahwa apa pun bunyi firman-Nya akan mereka terima malah mengambil jalannya sendiri dan mencampakkan firman-Nya.

Itulah yang sering kali terjadi pada kita. Sering kita ingin sekali mengetahui petunjuk Tuhan dalam mengarungi kehidupan, namun setelah firman-Nya tidak sesuai dengan keinginan hati kita, kita menjadi kecewa dan mengabaikannya begitu saja hingga hidup kita menjadi suram. Firman-Nya tidak pernah membawa keburukan bagi kita, hati kitalah yang kurang percaya. Padahal jalan yang menurut pemikiran sendiri yang kita tempuhlah yang justru memimpin kita kepada kekelaman. Seaneh apa pun pernyataan Tuhan bagi kita, mengikuti kegenapan firman-Nya niscaya akan membawa kebaikan bagi hidup kita.

Mari kita bukan saja mempunyai telinga yang rindu untuk mendengar firman Tuhan, melainkan kita juga bersedia membuka hati kita untuk melakukan semua perkataan-Nya sehingga sepanjang waktu hidup kita akan diliputi oleh sukacita dan damai sejahtera. Pemikiran kita yang terbatas sering kali tidak sanggup untuk mengerti jalan-Nya, tetapi kalau kita taat kepada firman-Nya, hidup kita akan senantiasa diberkati. --KSD/www.renunganharian.net

HENDAKNYA KITA BUKAN SAJA MENJADI PENDENGAR FIRMAN TUHAN, TETAPI JUGA MELAKUKANNYA DENGAN GEMBIRA.

Kamis, 18 Mei 2023

PESAN DARI KENAIKAN 

[[“Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” ]] (Kisah Para Rasul 1:11)

Hari ini kita memeringati Kenaikan Yesus Kristus ke surga. Barangkali ini adalah hari raya Kristen yang tidak populer, berbeda dengan Paskah, apalagi Natal. Beberapa gereja bahkan ada yang tidak menyelenggarakan ibadah di hari ini. Sementara beberapa gereja lain mengurangi jumlah kebaktian di hari kenaikan ini. Antusias anggota jemaat pun masih kalah dengan ibadah di minggu-minggu biasanya. 
 
Padahal kenaikan Yesus Kristus ke surga membawa pesan yang penting. Di tengah keterpukauan murid-murid menyaksikan Yesus Kristus terangkat ke surga, para malaikat mengingatkan hal yang terpenting: bahwa suatu kali Yesus Kristus akan datang kembali. Para murid yang terpukau dan terpaku menatap langit dan diajak untuk kembali melihat kehidupan di bumi. Ya, kehidupan di dunia ini mesti dijalani dengan sepenuh hati karena suatu kali Dia yang naik akan kembali ke bumi ini.
 
Apa pun pengalaman rohani yang luar biasa, seperti para murid menyaksikan Yesus Kristus naik ke surga, tak semestinya membuat kita terpaku dan tak bergerak. Pengalaman rohani itu mesti membuat kita menjalani kehidupan di dunia ini dengan segenap hati. Tuhan tidak memberikan pengalaman rohani agar kita melarikan diri dari bumi, tetapi agar kita tetap melangkah dengan sepenuh hati dan mengerjakan kehendak-Nya di dunia ini.
 
Selamat merayakan Kenaikan Yesus Kristus.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Rabu, 17 Mei 2023

JANGAN TAKUT

Bacaan: Yesaya 12

NATS: Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar (Yesaya 12:2)

Saya memiliki mesin pengisap daun yang sudah kuno untuk membersihkan teras pada belakang rumah. Mesinnya terbatuk-batuk, gemeretak, mengeluarkan asap yang mengganggu, dan istri saya (dan mungkin juga tetangga) menganggapnya terlalu bising. 

Tetapi anjing tua kami sama sekali tidak peduli dengan kebisingan yang ditimbulkannya itu. Ketika saya menghidupkan pengisap daun itu, ia bahkan tidak mengangkat kepalanya. Ia hanya beranjak dengan enggan ketika saya mengisap daun-daun atau sampah ke arahnya. Itu karena ia memercayai saya. 

Lelaki muda yang kadang-kadang menyiangi rumput di halaman kami menggunakan pengisap daun yang sama, tetapi ia tidak ditolerir oleh anjing kami. Beberapa tahun yang lalu, ketika anjing kami masih kecil, ia mengusiknya dengan mesin itu dan anjing saya tidak pernah melupakannya. Sekarang, ketika laki-laki itu memasuki halaman belakang, kami harus mengunci anjing itu di dalam rumah, karena ia menggeram dan menggonggonginya. Padahal situasinya sama, tetapi tangan yang menggunakan pengisap daun itu membuatnya berbeda. 

Demikian pula dengan diri kita. Situasi yang menakutkan tidak akan mengganggu jika kita memercayai tangan yang mengendalikannya. Jika dunia dan kehidupan kita diatur oleh kekuatan yang semena-mena dan asal-asalan, kita sudah selayaknya merasa takut. Tetapi tangan yang mengendalikan semesta alam—tangan Allah—adalah tangan yang bijaksana dan penuh belas kasih. Kita dapat memercayai-Nya, apa pun situasi yang melingkupi kita dan kita tidak perlu takut —DHR 

ALLAH MEMEGANG KENDALI JADI KITA TIDAK PERLU TAKUT

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 16 Mei 2023

Belajar Menaati TUHAN

Bacaan Alkitab hari ini:
Keluaran 32

Dengan melihat secara saksama bagaimana orang Israel jatuh ke dalam dosa, kita dapat melihat pola dosa dalam hidup kita. Kita jatuh ke dalam dosa saat kita melakukan apa yang TUHAN larang. Dosa adalah ketidaktaatan terhadap kehendak Allah yang telah Ia nyatakan melalui firman-Nya.

Allah tidak serupa dengan ilah-ilah lain maupun dengan makhluk apa pun di bumi ini, sehingga Allah tidak boleh digambarkan dalam wujud patung. Oleh karena itu, umat Allah tidak diizinkan untuk membuat patung yang menyerupai apa pun dengan maksud untuk disembah. Perintah ini menentang penyembahan terhadap Allah yang benar dengan cara yang salah, yaitu melalui patung. Harun menyebut patung anak lembu emas sebagai "TUHAN" (Keluaran 32:5). Meskipun Harun berdalih bahwa orang Israel tetap menyembah Allah yang benar, yaitu TUHAN, ia melanggar perintah untuk tidak menghadirkan patung pahatan sebagai pewujudan dari TUHAN.

Pada dasarnya, dosa adalah ketidaktaatan terhadap kehendak Allah yang telah diungkapkan. Dosa juga bisa berarti melanggar janji untuk menaati TUHAN. Setelah Musa membaca seluruh hukum Allah, orang-orang Israel berkata dengan serentak, "Segala firman yang telah diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan" (Keluaran 24:3b). Mereka bertekad untuk melayani Allah saja. Namun, tidak lama kemudian, mereka melanggar tekad mereka itu. Betapa mudahnya mengatakan kepada TUHAN bahwa kita akan menaati perintah TUHAN, tetapi kemudian kita gagal untuk tetap taat. Kegagalan seperti ini khususnya terjadi untuk dosa yang membuat kita "kecanduan". Kita semua harus berjuang untuk mengatasi dosa yang telah menjadi kebiasaan. Kita mudah tergoda untuk melakukan dosa yang sama berulang kali. Kita harus bergumul untuk mengatasi godaan dosa karena dosa ada di dalam hati kita. Orang Israel menggambarkan Allah sebagai anak lembu karena mereka tidak sepenuhnya meninggalkan agama Mesir. Mereka masih terpengaruh oleh penyembahan berhala. Ketidakhadiran Musa membuat orang Israel mudah tergoda untuk meniru upacara penyembahan agama kafir. Tidak ada yang menggoda mereka untuk menyembah patung, tetapi mereka berinisiatif untuk membuat patung guna mereka sembah.

Kita semua bergumul untuk melawan dosa yang telah menjadi kebiasaan. Kita menyangka bahwa kita bisa mengalahkan keinginan berbuat dosa dengan mudah, padahal kenyataannya amat sulit. Merupakan kasih karunia bila kita dapat melakukan apa yang TUHAN katakan. Apakah ada dosa yang masih mengikat diri Anda? [Pdt. Sumito Sung]

Sumber: Renungan GKY

Senin, 15 Mei 2023

Mengatasi Ketakutan dan Ketidakpastian Dengan Firman Tuhan

Ayat Renungan : Yosua 1:9; Mazmur 23:4; Yeremia 29:11

Dalam Yosua 1:9, Tuhan berkata kepada Yosua, "Janganlah takut dan jangan gentar, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau di mana saja engkau pergi." Dalam ayat ini, Tuhan memberikan Yosua keberanian dan keyakinan bahwa Dia selalu menyertai dan melindungi dia. Begitu juga dengan kita, ketika kita membaca firman Tuhan, kita dapat menemukan kekuatan dan penghiburan untuk mengatasi rasa takut dan ketidakpastian dalam hidup kita.

Dalam Mazmur 23:4, tertulis, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." Mazmur ini mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu bersama kita, bahkan di saat-saat sulit dalam hidup. Ketika kita merasa takut dan tidak pasti, kita dapat memohon bantuan Tuhan untuk memberikan kita kekuatan dan penghiburan yang diperlukan.

Dalam Yeremia 29:11, Tuhan berkata, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Dalam ayat ini, Tuhan menjanjikan kepada kita bahwa Dia memiliki rencana yang baik dan penuh harapan untuk hidup kita. Ketika kita menghadapi rasa takut dan ketidakpastian, kita dapat mengandalkan janji Tuhan dan percaya bahwa Dia akan selalu menyertai kita dan membimbing kita melalui setiap situasi dalam hidup.

Baca dengan keras ke 3 ayat di atas. Imani janji Tuhan bahwa Dia pasti membantu kita mengatasi setiap rintangan dalam hidup kita. 

Ayat Hafalan: 1 Petrus 5 : 7, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."

Hak cipta @Nely Hergendi

Sumber: Jawaban.com

Minggu, 14 Mei 2023

Yakin Berhak Untuk Menghakimi?

Bacaan: Roma 14:7-12

Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan - Roma 14:8

Setiap kita pasti pernah mengalami masa pertemanan yang unik sewaktu masih kanak-kanak. Kita mudah bertengkar dengan teman, tetapi cepat juga berbaikan. Kita cepat menilai kesalahan teman, tetapi cepat pula menilai kebaikannya. Seiring bertambahnya usia, bahkan sampai dewasa, kita tetap cepat menilai kesalahan teman/rekan kita. Namun, apakah kita cepat juga menilai kebaikan teman/rekan kita? Seringkali, ingatan akan kesalahan lebih besar daripada kebaikan yang dilakukan teman/rekan kita. Tanpa disadari, kita menjadi semakin cepat menghakimi orang lain

Pertanyaannya yang patut direnungkan setiap kita: apakah kita punya hak untuk menghakimi orang lain? Apakah kita berhak untuk menilai kesalahan yang orang lain lakukan?

Tidak. Jawaban ini adalah nasihat yang Rasul Paulus juga berikan kepada jemaat di Roma pada masa lampau. Dalam perikop yang kita baca dan renungkan, paling tidak terdapat dua alasan yang Paulus sampaikan, mengapa kita tidak boleh menghakimi orang lain

Pertama, kita semua adalah milik Tuhan (ay. 7-9). Setiap orang percaya telah menjadi milik Kristus. Sebagai milik Kristus, apa pun yang dikerjakannya seharusnya untuk kemuliaan Kristus. Tuhan Yesus telah berkorban bagi setiap kita. Kematian dan kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Kristus berkuasa atas hidup dan mati umat manusia. Oleh karena itu, hidup orang percaya seharusnya menjadi hidup yang berfokus kepada Allah karena kepemilikan hidupnya bukan lagi pada dirinya sendiri, melainkan pada Allah

Kedua, tanggung jawab pribadi di hadapan Allah (ay. 10-12). Pada akhirnya, Paulus mengatakan bahwa setiap manusia akan memiliki pertanggungjawaban masing-masing di hadapan Allah. Setiap kita akan menghadap pengadilan Allah. Karena itu, tidak ada seorang pun dari kita yang layak untuk menghakimi. Kita tidak punya hak untuk menghakimi sesama karena setiap kita akan menghadap pengadilan Allah dan memberi pertanggungjawaban atas hidup kita masing-masing

Seiring bertambahnya usia seharusnya kita semakin mengurangi sikap menghakimi.

Sadarilah bahwa hidup kita ataupun orang-orang di sekitar kita adalah milik Tuhan dan penghakiman yang sesungguhnya adalah hak Tuhan

Refleksi Diri

Kapan terakhir kali Anda secara sadar ataupun tidak, menghakimi teman/rekan Anda?Apakah Anda sudah memohon ampun atas sikap tersebut?

Apa yang akan Anda lakukan agar tidak lagi menghakimi orang lain?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 13 Mei 2023

Hati yang Bersyukur

Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini? –Lukas 17:18

Ayat Bacaan & Wawasan:
Lukas 17:11-19

Hansle Parchment berada dalam kesulitan. Saat berangkat menuju lokasi pertandingan semifinal di Olimpiade Tokyo, ia salah naik bus dan tertinggal dari rombongan. Nyaris tak ada harapan untuk tiba tepat waktu di stadion. Namun, syukurlah ia bertemu Trijana Stojkovic, relawan yang membantu dalam ajang olahraga tersebut. Trijana memberi Parchment sejumlah uang untuk naik taksi. Parchment tiba tepat waktu untuk bertanding dalam semifinal itu, bahkan berhasil meraih emas dalam lomba lari gawang 110 meter. Setelah itu, ia mencari Stojkovic dan berterima kasih atas kebaikannya.

Dalam Lukas 17, kita membaca tentang seorang Samaria yang sakit kusta dan kembali untuk berterima kasih kepada Yesus yang telah menyembuhkannya (ay. 15-16). Dalam peristiwa itu, Yesus sedang memasuki sebuah desa tempat Dia bertemu sepuluh penderita kusta. Mereka semua memohon kesembuhan dari Yesus, dan kemudian mengalami anugerah dan kuasa-Nya. Kesepuluh orang itu bersukacita karena disembuhkan, tetapi hanya satu yang kembali untuk menyampaikan terima kasih. Ia “kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya” (ay. 15-16).

Setiap hari, kita mengalami berkat-berkat Allah dalam berbagai cara. Berkat itu bisa berupa doa yang langsung dijawab setelah mengalami penderitaan berkepanjangan, atau berupa pertolongan tepat waktu yang kita terima dari orang yang tidak kita kenal. Terkadang berkat-Nya datang dengan cara biasa, seperti cuaca cerah yang membuat kita dapat menyelesaikan tugas di luar ruangan. Seperti si Samaria yang sembuh dari kusta, marilah kita ingat untuk bersyukur kepada Allah atas kebaikan-Nya terhadap kita (Poh Fang Chia).

Renungkan dan Doakan
Apa yang dapat Anda syukuri kepada Allah hari ini? Bagaimana Anda dapat menumbuhkan hati yang bersyukur?

Ya Allah, Engkau sangat baik padaku. Aku bersyukur kepada-Mu hari ini untuk ...............................

Sumber: Our Daily Bread

Jumat, 12 Mei 2023

LATIHAN BERIBADAH

Bacaan: 1 Timotius 4:6-16

NATS: Latihlah dirimu beribadah (1 Timotius 4:7)

Konsultan kebugaran Jhannie Tolbert mengatakan bahwa Anda tidak memerlukan treadmill (alat fitnes) atau peralatan khusus untuk melakukan latihan fisik sewaktu berada di rumah. Tolbert menggunakan kotak perkakas untuk latihan melompat, mengangkat panci sup untuk melatih otot bahu, serta menggunakan perkakas rumah tangga yang lain untuk latihan fisik setiap hari. Ia mengatakan bahwa Anda dapat tetap menjaga kebugaran meskipun hanya latihan di rumah dengan menggunakan peralatan yang murah dan sederhana. Pelatih lain setuju dan mendorong orang-orang untuk menggunakan tali lompat, kursi, sapu, dan bahkan tas belanja untuk latihan secara rutin. Mereka melihat bahwa latihan adalah soal kemauan, bukan kekayaan. 

Prinsip yang sama berlaku untuk kebugaran rohani. Meskipun kamus Alkitab, tafsir, dan buku-buku lain memang bermanfaat, kita dapat memulai latihan rohani hanya dengan menggunakan Alkitab dan bimbingan Roh Kudus. Paulus mendorong anak didiknya Timotius: "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" (1 Timotius 4:7,8). 

Anda tidak perlu memiliki uang banyak untuk mendapatkan kebenaran rohani dan mempraktikkannya. Kita tidak memerlukan peralatan atau bahan-bahan khusus untuk mendoakan teman, bersyukur kepada Allah, atau menaikkan pujian bagi-Nya. Kita hanya perlu memulai dari tempat kita sekarang, dengan apa yang kita punyai, sekarang juga —DCM 

LATIHAN BERIBADAH 
ADALAH KUNCI KARAKTER YANG SALEH

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 11 Mei 2023

NAOMI

Bacaan: Rut 4:13-22

NATS: Sebab itu perempuan-perempuan berkata kepada Naomi, "Terpujilah Tuhan, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus" (Rut 4:14)

Seorang bijak pernah berkata kepada saya, "Jangan cepat menilai apakah sesuatu itu berkat atau kutuk bagi kita." Kisah Naomi mengingatkan saya akan hal tersebut. 

Nama Naomi berarti "kegembiraan saya". Namun, ketika hal-hal buruk menimpanya, Naomi ingin mengganti namanya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ia alami. Setelah suami dan putra-putranya meninggal, Naomi menyimpulkan, "Tangan Tuhan teracung terhadap aku!" (Rut 1:13). Ketika orang-orang menyapanya, ia berkata, "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku" (ayat 20). 

Naomi tidak menilai keadaannya berdasarkan identitasnya sebagai pengikut dari satu-satunya Allah yang sejati dan yang telah menyatakan kasih yang tak kunjung padam kepada bangsa-Nya. Ia justru melakukan hal yang cenderung dilakukan oleh sebagian besar dari kita: Ia menilai Allah berdasarkan keadaan yang ia alami. Dan ia salah menilai. Tangan Tuhan tidak teracung kepadanya. Kenyataannya, Naomi justru mendapat harta Allah yang belum ia temukan. Meskipun Naomi kehilangan suami dan kedua putranya, ia diberi sesuatu yang sama sekali tak diduganya -- seorang menantu perempuan yang setia dan seorang cucu yang akan menurunkan Juru Selamat. 

Dari kisah hidup dan pengalaman Naomi, kita dapat melihat bahwa kadang-kadang hal terburuk yang menimpa kita dapat membuka pintu bagi Allah untuk memberikan hal yang terbaik dalam hidup kita --JAL 

MAKSUD ALLAH BAGI PERISTIWA YANG TERJADI PADA HARI INI MUNGKIN TIDAK AKAN TAMPAK SEBELUM ESOK HARI TIBA

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 10 Mei 2023

DORONGAN SEMANGAT

Bacaan: Ibrani 12:1-13

NATS: Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan (Ibrani 12:2)

Ketika putra saya Joe masih kecil, saya membawanya ke YMCA terdekat untuk belajar berenang. Saya dapat membayangkan ketika dia kelak meraih medali emas di Olimpiade. 

Yang membuat saya kesal, Joe tidak tertarik untuk mengikuti kelas renang. Ia malah melihat air kolam, memandang pelatihnya, dan ia pun mulai menangis ketakutan. 

Saya berpikir, Oh tidak, ternyata saya menjadi ayah seorang anak pengecut! Parahnya lagi, si pelatih meminta saya membawa Joe kembali ke ruang ganti. Ketika ia merengek-rengek minta pulang, saya memberinya sedikit semangat: "Kamu bisa, Joe! Ayah akan selalu menemanimu saat latihan, dan kita akan saling memberi tanda. Jika kamu takut, lihatlah Ayah; dan ketika Ayah mengacungkan jempol, ketahuilah bahwa kamu tidak ada apa-apa karena Ayah di sini mendukungmu." Akhirnya Joe setuju, dan kini ia dapat berenang dengan baik. 

Kita pun sering menghadapi keadaan yang tampaknya sulit dan mustahil. Pada saat itulah kita perlu yakin di dalam Yesus. Mungkin naluri pertama kita adalah melarikan diri dalam ketakutan. Namun, justru pada saat itulah kita harus melihat kepada Yesus, "yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan" (Ibrani 12:2). Dia akan mengangkat tangan-Nya yang pernah terluka bekas dipaku dan berkata, "Bertahanlah. Teruskanlah bertanding. Aku dulu pernah melakukannya, dan dalam kuasa-Ku kau bisa menang. Kau pasti bisa!" --JMS 

Berpeganglah pada Kristus dan Dia akan memberimu 
Kemauan untuk menyelesaikan perjalanan; 
Berpeganglah teguh pada-Nya dan teruslah bertahan, 
Dan Dia akan memperbarui kekuatanmu. --D. De Haan 

KEMENANGAN KRISTUS DI MASA LALU MEMBERI KEKUATAN DI MASA KINI DAN PENGHARAPAN DI MASA YANG AKAN DATANG 

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 09 Mei 2023

Berfokus Pada Tuhan

Ayat Renungan: Mazmur 56: 3, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu."

Dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan kekhawatiran, ayat-ayat Alkitab dapat memberikanmu kekuatan dan penghiburan yang diperlukan untuk melalui setiap situasi. Sebagai contoh, Mazmur 56:3 mengingatkan kita, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu" Renungkan ayat-ayat Alkitab yang menguatkan dan menenangkan hatimu, dan ingatlah bahwa Tuhan selalu ada di sisimu.

Membaca firman Tuhan juga dapat membantumu untuk mengembangkan hubunganmu dengan-Nya. Ketika kamu membaca Alkitab, buka hatimu dan pikiranmu untuk menerima pesan dan pengajaran-Nya. Tuhan ingin berbicara denganmu melalui firman-Nya, dan Dia akan menunjukkanmu jalan yang benar dalam hidupmu. Saat kamu memperdalam pemahamanmu tentang firman Tuhan, kamu juga semakin menguatkan imanmu dan menumbuhkan kepercayaanmu kepada-Nya.

Hari ini adalah waktu yang tepat untuk meminta Tuhan untuk memberikanmu kekuatan dan keberanian untuk melalui hari-harimu. Ketika kamu memfokuskan dirimu pada Tuhan, kamu akan merasa lebih tenang dan percaya diri. Tuhan selalu menyertaimu dan memberikanmu kekuatan untuk menghadapi tantangan hidupmu. Dengan menempatkan dirimu dalam kehadiran Tuhan, kamu dapat merasa aman dan percaya bahwa Dia akan selalu memberikan yang terbaik bagimu.

Action: Hafalkan dan perkatakan ayat dibawah ini, imani bahwa itu telah terjadi dalam hidupmu.

Ayat Hafalan: 1 Petrus 5:7 "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."

Sumber: Jawaban.com

Senin, 08 Mei 2023

Mengatasi Ketakutan dan Kekhawatiran

Ayat Renungan: Filipi 4:6-7; Mazmur 121:2-3

Ketakutan dan kekhawatiran merupakan dua masalah yang sangat umum terjadi dalam kehidupan manusia. Namun sebagai orang percaya kita harus waspada terhadap dua masalah ini. Mereka bisa menjadi penghalang bagi kita untuk melakukan hal besar yang Tuhan sudah sediakan bagi kita dan bahkan membuat kita merasa tidak percaya pada orang lain, dan pada Allah.

Firman Tuhan memperlihatkan bahwa ketakutan dan kekhawatiran seringkali berkaitan dengan kurangnya kepercayaan pada Allah. Ketika kita merasa takut atau khawatir, kita cenderung berfokus pada masalah itu sendiri, bukan pada kekuatan Allah yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Namun, kita harus belajar untuk mempercayai Allah dan meletakkan kepercayaan kita sepenuhnya pada-Nya. Dalam Alkitab, Filipi 4:6-7 berkata, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

Tips dalam mengatasi ketakutan dan kekhawatiran:

1. Percaya bahwa Allah selalu ada di pihak kita dan menyertai kita. Ketika kita meletakkan kepercayaan kita pada Allah, kita akan menemukan ketenangan dan damai sejahtera yang melebihi segala pengertian. Seperti yang disebutkan dalam Filipi 4:13, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."

2. Belajar meminta bantuan dari Tuhan dalam mengatasi ketakutan dan kekhawatiran kita. Allah selalu siap untuk mendengar doa kita dan membantu kita melewati setiap masalah yang kita hadapi. Firman Tuhan dalam Mazmur 121:2-3 mengatakan, "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap."

3. Belajar meminta bantuan dari rekan komunitas kita. Meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan atau kegagalan. Kita harus belajar untuk mengatasi rasa malu atau takut dalam meminta bantuan karena ketika kita meminta bantuan, kita juga memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menunjukkan kasih dan kebaikan mereka. Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita harus belajar untuk mengasihi dan melayani orang lain. Dalam Yohanes 13: 34-35, Yesus berkata, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Ketika kita mengasihi orang lain, kita akan lebih mudah meminta bantuan dan juga memberikan bantuan ketika diperlukan. Selain itu, sebagai orang percaya, kita juga diwajibkan untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain. Firman Tuhan dalam Galatia 6:2 mengatakan, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." Ketika kita meminta bantuan, kita juga memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menunjukkan kasih dan kebaikan mereka.

Action: Perkatakan terus Firman Tuhan: "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap." (Mazmur 121: 2-3) Hubungi rekan komunitasmu dan belajar mempercayai mereka dengan mulai menceritakan apa yang menjadi ketakutan dan kekhawatiranmu. Berdoalah bersama-sama untuk kondisimu.

Ayat Hafalan: Yakobus 2:17, "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."

Sumber: Jawaban.com (hak cipta @Nely Hergendi)

Minggu, 07 Mei 2023

Menghindari Sikap Diskriminatif

Ayat Renungan: Yohanes 13:34-35; Efesus 4:32

Firman Tuhan memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap sesama manusia. Dalam Alkitab, di Yohanes 13:34-35, Tuhan Yesus mengatakan, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Sikap menghargai dan mengasihi sesama manusia, tanpa memandang perbedaan apapun, adalah perintah yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Kita tidak boleh memandang rendah atau merendahkan orang lain karena perbedaan yang mereka miliki. Setiap orang adalah sama di hadapan Allah, dan kita harus memperlakukan orang lain dengan hormat dan penuh kasih.

Ketika kita memandang rendah atau bahkan melakukan perilaku diskriminatif terhadap sesama manusia, kita sebenarnya merendahkan ciptaan Allah yang indah dan sempurna. Kita seharusnya menghargai keanekaragaman yang ada di dunia ini dan memperlakukan orang lain dengan cara yang sama seperti kita ingin diperlakukan.

Dalam Efesus 4:32, Paulus mengatakan, "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." Sikap saling mengampuni dan memperlakukan orang lain dengan hormat dan kasih sayang adalah bagian dari iman Kristen yang sejati. Kita harus belajar untuk melihat orang lain dengan mata kasih dan belas kasihan, sehingga kita bisa membangun hubungan yang sehat dan penuh dengan kedamaian. Dengan demikian kita bisa menjadi contoh yang baik bagi orang lain dan memperlihatkan kasih Kristus kepada dunia.

Action: Ambil waktu untuk bertanya kepada hati kita, apakah kita pernah menghakimi orang yang tidak sependapat dengan kita, atau merasa pendapat kita selalu lebih benar dari pendapat orang lain? Minta ampun kepada Tuhan dan akui sikap kita yang salah di hadapan Tuhan dan mulai merubah cara pikir kita agar bisa sehati dan sepikir dengan Kristus, agar kita bisa rendah hati dan menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. 

Ayat Hafalan: Yakobus 2:17, "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."

Sumber: Jawaban.com (Hak cipta @Nely Hergendi)

Sabtu, 06 Mei 2023

Persiapan Ibadah

Bacaan: Pengkhotbah 4:17-5:1-2

Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat.
- Pengkhotbah 4:17

Ibadah adalah sebuah pertemuan dengan Allah. Bayangkan jika kita dijadwalkan bertemu dengan presiden di kediamannya, tentunya kita akan serius mempersiapkan diri. Begitu juga ketika akan bertemu Allah di bait-Nya, kita tentu perlu lebih lagi mempersiapkan diri.

Di dalam ayat emas di atas, Pengkhotbah memperingatkan pendengarnya untuk menjaga langkah mereka ketika berjalan ke rumah Allah. Di dalam literatur hikmat, hidup seseorang sering diilustrasikan sebagai sebuah jalan dan langkah orang tersebut melambangkan tingkah lakunya. Langkah seseorang bisa menyesatkan (Ams. 5:5) atau membawa kepada kebenaran (Ayb. 23:11). Jadi, manusia perlu menjaga langkah mereka untuk tetap hidup dalam kebenaran Allah.

Pengkhotbah hendak memperingatkan pendengarnya bahwa orang yang sedang berjalan ke bait Allah jangan serta-merta merasa diri telah melakukan hal yang benar. Bisa saja ketika seseorang sedang melangkah ke bait Allah, ia malah sedang melakukan kejahatan di mata Allah. Pengkhotbah merujuk kepada mereka yang datang ke bait Allah dengan tidak berfokus kepada Allah, melakukannya hanya karena tradisi, tekanan dari orang lain atau kebiasaan. Ini terjadi karena mereka tidak mempersiapkan diri dengan benar sebelum datang bertemu Allah. Mereka tidak mempersiapkan hati terlebih dahulu. Pikiran mereka masih berfokus kepada diri mereka, bukan kepada Allah. Ketika datang beribadah, mereka memiliki motivasi dan maksud yang salah. Ibadah dilihat sebagai suatu pertunjukan yang dilihat orang atau alat untuk memenuhi kepuasan pribadi. Celakanya, orang-orang tersebut bahkan tidak menyadari bahwa mereka sedang melakukan dosa (ay. 17b).

Bagaimana dengan kita saat hendak datang beribadah ke gereja? Apakah kita sudah mempersiapkan hati sebelum datang beribadah, memfokuskan diri hanya untuk menyembah dan memuji Tuhan, serta mendengarkan firman yang Tuhan mau sampaikan kepada kita? Mungkinkah kita termasuk ke dalam orang-orang yang berbuat jahat (dosa) seperti yang dimaksudkan oleh Sang Pengkhotbah? Saya berharap kita tidak termasuk ke golongan orang-orang tersebut. Mari datang beribadah dengan penuh persiapan.

Refleksi Diri:

Apakah Anda yakin bahwa Anda telah datang beribadah dengan motivasi dan tujuan yang benar di hadapan Allah?
Bagaimana Anda dapat mempersiapkan hati Anda untuk fokus kepada Allah di dalam ibadah?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Jumat, 05 Mei 2023

Haus Akan Tuhan

Bacaan:Mazmur 42:1-12

Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? - Mazmur 42:3

Pendeta dan penulis Amerika, A.W. Tozer berpendapat, “Salah satu musuh terbesar orang Kristen adalah cepat puas diri secara rohani. Kekristenan telah jatuh dalam keadaannya yang rendah sekarang ini karena kurangnya hasrat akan Allah. Di antara mereka yang mengaku sebagai orang Kristen sangat jarang memperlihatkan rasa haus yang bergairah akan Tuhan.” Fenomena riil saat ini memperlihatkan bahwa tidak banyak orang yang mau membayar harga dan berkorban untuk mengejar pengenalan akan Allah. Umumnya, kita lebih berani berkorban demi mencapai kesuksesan jasmaniah dibandingkan rohaniah, bukan?

Rasa haus dan lapar merupakan tanggapan tubuh sebagai tanda bahwa tubuh kita masih hidup. Demikian juga dalam hal kerohanian. Salah satu indikator kerohanian kita masih hidup dan sehat adalah adanya rasa haus dan lapar akan Tuhan. Berhenti haus dan lapar akan Allah berarti kita sedang mati secara rohani.

Ayat di atas mencerminkan kehidupan rohani Pemazmur. Ia menganalogikan orang percaya dengan rusa yang haus akan air, yang selalu mencari pemuasan dan kepuasan di dalam Tuhan saja. Karena harta kekayaan, kesenangan, hobi, maupun makanan, tak satu pun dapat memuaskan dahaga jiwa kita. Hanya di dalam Tuhan Yesus, kita menemukan kepuasan sejati. Yesus mengundang kita datang kepada-Nya, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yoh. 6:35). Kristus adalah makanan yang memelihara kehidupan kerohanian sehingga kita yang percaya kepada-Nya pasti mengalami kepuasan jiwa.

Jangan biarkan perkara duniawi menghambat dan mengurangi kerinduan jiwa kita akan Tuhan. Tidaklah salah menikmati berkat-berkat Tuhan, tapi jangan sampai kita terikat padanya. Itu bukan tujuan hidup, tapi sarana hidup. Ingatlah, tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia selamanya. Karena itu, waspadalah terhadap ketamakan, usaha mengejar kesenangan dan kenikmatan dunia yang menghalangi kecintaan kita kepada Tuhan. Berdoalah agar keinginan akan hadirat Tuhan diperkuat, kasih kita akan Tuhan makin bertambah, dan hasrat untuk membaca Alkitab makin bertambah. Kerinduan akan relasi dengan Tuhan melalui doa makin intensif dan komitmen melayani Tuhan makin bertumbuh.

Refleksi Diri:

Kapan terakhir kali Anda memiliki rasa haus dan lapar akan Tuhan? Apa yang menghalangi rasa haus Anda akan Tuhan saat ini?
Apa yang Anda akan lakukan untuk menumbuhkan atau membangkitkan kembali rasa lapar dan haus akan Tuhan?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Kamis, 04 Mei 2023

Kasih yang Besar

Bacaan: Hosea 11

Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, ... Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak. (Hosea 11:8)

Setiap orang tua pasti pernah dikecewakan oleh anak-anaknya, ada yang jarang tetapi ada juga yang sering. Anak-anak terkadang memberontak dan tidak mau mendengar terhadap perintah atau aturan orang tuanya. Karena kekecewaan yang mendalam mungkin saja ada orang tua yang kemudian membiarkan atau bahkan mengusir anak-anaknya. Kasih manusia ternyata begitu terbatas dan mudah menjadi tawar bila dikecewakan terus-menerus.

Tuhan telah memilih bangsa Israel menjadi umat-Nya. Tuhan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Dalam perjalanannya, mereka berulang kali mengecewakan Tuhan dengan pemberontakan mereka terhadap perintah-Nya. Bahkan ketika mereka sudah menduduki tanah perjanjian pun, mereka begitu sering melupakan Tuhan dan kasih-Nya yang besar dan berbalik kepada bangsa lain dan para Baal. Tuhan pun menghukum mereka melalui bangsa Asyur, tetapi sekali lagi, itu pun juga karena kasih-Nya supaya mereka sadar dan bertobat. Dia adalah Allah dan bukan manusia sehingga kasih-Nya jauh melampaui segala kedegilan dan pemberontakan umat-Nya. Pengampunan dan pemulihan Dia berikan karena belas kasih dan kesetiaan-Nya sehingga murka-Nya tidak untuk selama-lamanya.

Dalam berelasi, karena kesalahan kita, mungkin akhirnya kita pernah ditinggalkan seorang rekan karena ia sakit hati dan mencari relasi yang baru. Pasti menyakitkan karena permintaan maaf kita tidak memulihkan relasi kita dengannya. Tetapi, mari bersyukur karena Tuhan kita kasih-Nya besar, kita tidak dibiarkan dan ditinggalkan karena kesalahan kita, tetapi dibawa-Nya kita pada pertobatan yang memulihkan relasi kita dengan-Nya. --ANT/www.renunganharian.net

SUNGGUH, BELAS KASIH TUHAN JAUH LEBIH BESAR
DARI SEGALA PELANGGARAN KITA.

Rabu, 03 Mei 2023

Kepercayaan Tanpa Syarat dan Bagaimana Menerapkannya

Ayat Renungan: Matius 7: 12, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Mempercayai dan menerima sesama apa adanya dan tanpa syarat adalah prinsip penting dalam menjalin hubungan yang sehat dan harmonis. Ketika kita menerima sesama rekan komunitas atau rekan sekerja kita tanpa syarat, kita menunjukkan kasih sayang dan hormat yang tulus pada mereka, tanpa memandang keadaan, status, atau latar belakangnya Kita belajar untuk saling mempercayai, mendukung, membantu, dan membangun satu sama lain dengan sukacita dan keikhlasan.

Namun, mempercayai sesama rekan tanpa syarat bukanlah hal yang mudah. Kita sering kali terjebak dalam prasangka, stereotip, atau bahkan diskriminasi yang membuat kita sulit untuk mempercayai orang lain dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, kita perlu belajar untuk mempraktekkan prinsip ini dalam setiap aspek kehidupan kita, dan melatih diri kita untuk menghindari perilaku yang merendahkan dan merugikan orang lain.

Mari kita membangun kepercayaan tanpa syarat pada sesama rekan kita sebagai bentuk kasih sayang dan penghargaan yang tulus pada setiap individu. Ketika kita memandang sesama sebagai saudara dan mitra yang setara, kita menciptakan hubungan yang harmonis dan damai. Kita belajar untuk saling menghormati, mendukung, dan membantu satu sama lain, dengan sukacita dan keikhlasan. "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka (Matius 7:12).

Action: Praktekkan mempercayai tanpa syarat dengan mulai membagikan hidup Anda kepada rekan sekerjamu tanpa memandang status dan latar belakang mereka. Siapa yang memerlukan dukungan Anda hari ini? Doakan dia dan kunjungi dan bagikan hal yang mereka butuhkan.

Ayat Hafalan: Yakobus 2:17, Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.

Sumber: Jawaban.com

Selasa, 02 Mei 2023

TIPE PEMBERI

Bacaan: Rut 2
NATS: Diberkatilah kiranya orang itu oleh Tuhan yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati (Rut 2:20)

Di salah satu ujung pangkalan truk tempat H.H. Lee bekerja bertahun-tahun lalu, terdapat perusahaan batu bara. Di dekat pangkalan itu terdapat rel kereta api, dan setiap hari beberapa kereta barang lewat. Lee sering memerhatikan bahwa pemilik perusahaan batu bara itu, seorang kristiani, suka melemparkan gumpalan-gumpalan batu bara di beberapa tempat melewati pagar pembatas sepanjang rel. Suatu hari ia bertanya kepada pria itu mengapa ia melakukannya. 

Pria itu menjawab, "Ada seorang wanita tua yang tinggal di seberang jalan ini, dan saya tahu uang pensiunnya tidak cukup untuk membeli batu bara. Setelah kereta-kereta lewat, ia akan menyusuri rel dan memunguti butiran-butiran yang ia kira telah jatuh dari kereta batu bara. Ia tidak tahu bahwa lokomotif uap telah digantikan oleh mesin disel. Saya tidak ingin mengecewakan dia, maka saya melemparkan beberapa butir batu bara melewati pagar." 

Itulah kekristenan yang ditunjukkan dalam perbuatan! Kitab Rut dengan jelas melukiskan prinsip memberi ini. Saat Boas melihat Rut mengumpulkan butiran gandum di belakang para penuai di ladang gandum miliknya, ia memerintahkan para penuai itu meninggalkan beberapa genggam gandum baginya. Bagi Rut, ini berkat Tuhan. 

Begitu pula, orang-orang yang hidupnya kita sentuh perlu mengalami kasih Allah melalui belas kasihan dan kemurahan hati kita. Oleh karena, itu kita perlu memohon kepada Allah agar Dia membuat kita peka terhadap kesempatan-kesempatan untuk menunjukkan kebaikan --HGB 

KEBAIKAN ADALAH MINYAK YANG MELUMASI HIDUP 

Sumber: Renungan Harian

Senin, 01 Mei 2023

KEMENANGAN SEMU

Kalau ribut dengan pelanggan, walaupun kita menang, pelanggan tetap akan lari.

Kalau ribut dengan rekan sekerja, walaupun kita menang, tiada lagi semangat bekerja dalam tim.

Kalau kita ribut dengan bos, walaupun kita menang, tiada lagi masa depan di tempat itu.

Kalau kita ribut dengan keluarga, walaupun kita menang, hubungan kekeluargaan akan renggang.

Kalau ribut dengan kawan, walaupun kita menang, yang pasti kita akan kekurangan kawan.

Kalau ribut dengan pasangan, walaupun kita menang, perasaan sayang pasti akan berkurang.

Kalau kita ribut dengan siapapun, walaupun kita menang, kita tetap kalah. Yang menang cuma ego diri sendiri, itu hanyalah kemenangan semu. Yang susah adalah mengalahkan ego diri sendiri. Namun, jika kita mampu menaklukan diri sendiri, ialah pemenang sejati.

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32)

Sumber: Renungan Kristen