Kamis, 08 Juni 2023

Menularkan Kebahagiaan

Seorang pemuda berangkat kerja di pagi hari. Ia memanggil taksi dan naik. "Selamat pagi, Pak," katanya menyapa sang sopir taksi terlebih dahulu. "Pagi yang cerah bukan?" sambungnya sambil tersenyum, lalu bersenandung kecil.

Sang sopir tersenyum melihat keceriaan penumpangnya. Dengan senang hati, ia melajukan taksinya. Sesampainya di tempat tujuan pemuda itu membayar dengan selembar 50 ribuan, untuk argo yang hampir 30 ribu. "Kembaliannya buat Bapak saja. Selamat bekerja, Pak," kata pemuda itu dengan senyum.

"Terima kasih," jawab pak sopir taksi dengan penuh syukur. "Wah, aku bisa sarapan dulu nih," pikirnya. Ia lalu menuju ke sebuah warung makan.

"Biasa, Pak?" tanya ibu penjaga warung.

"Ya, biasa. Nasi sayur, tapi, pagi ini, tambahkan sepotong ayam," jawab Pak sopir dengan tersenyum. Dan ketika membayar nasi, ditambahkannya 5 ribu rupiah. "Buat jajan anaknya," begitu katanya.

Dengan tambahan uang jajan 5 ribu, pagi itu anak si ibu berangkat ke sekolah dengan senyum lebih lebar. Ia bisa membeli sebuah roti pagi ini, dan diberikannya pada temannya yang tidak punya bekal.

Begitulah... cerita bisa berlanjut. Bergulir seperti bola salju. Pak sopir bisa lebih bahagia hari itu. Begitu juga si ibu penjaga warung, anaknya, teman-teman si anak. Semua tertular kebahagiaan.

Kebahagiaan, seperti juga kesusahan, bisa menular kepada siapa saja di sekitar kita. Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Sudahkah kita menularkan kebahagiaan hari ini?

Sumber: Renungan Kristen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar