Jumat, 29 Desember 2023

Menerima Teguran dengan Benar 


Bacaan: 2 Tawarikh 16 


Pada tahun ke-36 masa pemerintahannya, Yehuda sekali lagi harus berperang melawan bangsa lain, tetapi Asa tidak lagi mencari Tuhan.


Ketika Raja Asa mendengar bahwa Raja Baesa berencana menyerang Yehuda (1a), ia segera mengambil emas dan perak untuk Benhadad, raja Aram, supaya Aram membantu Yehuda dalam mengalahkan Israel (2-4). Ia lebih memilih untuk bersekutu dengan orang Aram daripada mencari Tuhan.


Dengan bantuan Aram, Yehuda menang atas Israel. Apa yang diinginkan Asa sepertinya benar terjadi. Namun, ternyata keamanan itu hanya bertahan sesaat.


Hanani menegur Asa yang tidak mencari pertolongan Tuhan, tetapi mengandalkan kekuatan manusia. Padahal, sebelumnya dia pernah menghadapi lawan yang lebih kuat dan Tuhan menolongnya. Karena sikapnya, Yehuda akan mengalami peperangan (7-9). Sayangnya, Asa tidak bertobat dan mengakui kesalahannya. Sebaliknya, ia menolak teguran Tuhan. Asa memenjarakan Hanani dan menyiksa beberapa rakyat (10). Bahkan, beberapa tahun setelah peristiwa itu, ketika ia jatuh sakit, ia tetap tidak mencari Tuhan (12).


Bagaimana sikap kita dalam menghadapi teguran? Apakah kita termasuk orang yang sulit menerima teguran? Ditegur memang bukanlah hal yang menyenangkan. Dibutuhkan kerendahan hati untuk tunduk pada kebenaran dan kesediaan untuk berubah. Namun, jika kita rela dibentuk oleh Tuhan, kita akan dapat menerima setiap teguran dan belajar berubah menjadi lebih serupa Kristus.


Mari kita berdoa agar Tuhan melembutkan hati kita untuk menerima firman yang menegur kita, terlepas dari siapa yang menyampaikannya. Kiranya teguran Tuhan itu menolong kita agar bertumbuh makin dewasa di dalam Kristus.


Janganlah kita sakit hati apalagi menutup telinga. Jangan kita merasa diri sudah baik atau sempurna sehingga merasa tidak butuh teguran dari siapa pun. Sebaliknya, belajarlah menerima teguran dengan hati yang terbuka sebelum terlambat, sebelum kita akhirnya merusak relasi kita dengan Tuhan dan kehidupan kita sendiri, seperti Asa. [STG]


Sumber: Santapan Harian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar