PERIKSA SEBELUM BICARA
[[Apabila TUHAN menghajar engkau, anakku, terimalah itu sebagai suatu peringatan, dan jangan hatimu kesal terhadap didikan-Nya itu.]] (Amsal 3:11—BIS)
“Saya sudah belajar dari pengalaman hidup. Kalau saya menginginkan dan mengejar sesuatu yang berlawanan dengan kehendak Tuhan, mungkin saya akan mendapatkannya. Namun, harga yang harus dibayar selalu mahal. Ada konsekuensi yang harus saya tanggung. Lebih baik saya tetap hidup di dalam kehendak Tuhan. Memang mungkin tidak banyak yang bisa saya raih, tetapi hati terasa lebih sejahtera,” tutur seorang pengusaha.
“Apabila TUHAN menghajar engkau, anakku, terimalah itu sebagai suatu peringatan, dan jangan hatimu kesal terhadap didikan-Nya itu” (Amsal 3:11—BIS). Amsal mengajak kita untuk melihat Tuhan sebagai sosok yang mendidik dan bahkan menghajar anak-anak-Nya. Salah satu bentuk didikan dan hajaran Tuhan adalah dengan membiarkan anak-anak-Nya menanggung konsekuensi akibat perbuatan mereka yang berada di luar kehendak-Nya. Sama seperti seorang ayah yang telah memberikan peringatan agar anaknya tidak banyak makan permen, tetapi si anak bersikeras makan permen itu dan akhirnya kondisi gigi si anak memburuk. Tujuan didikan dan hajaran Tuhan tentu bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk membentuk kehidupan menjadi lebih indah dan baik.
Apabila hal buruk terjadi di dalam kehidupan, jangan terlalu cepat bertanya, “Mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi?” Periksa diri terlebih dahulu. Jangan-jangan hal itu terjadi karena kekerasan hati kita atau kita melanggar kehendak Tuhan dan menerima konsekuensi perbuatan kita.
Periksa diri dengan jujur dan terbuka lebih dulu sebelum membuka suara dan bertanya, “Tuhan, mengapa hal buruk ini terjadi?” (Wahyu Pramudya)
Sumber: Amsal Hari Ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar