Sabtu, 31 Agustus 2024

DOA YANG MENDENGARKAN


Bacaan: Mazmur 86:1-12


NATS: Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu (Mazmur 86:11)


Bagaimana perasaan Anda jika berbicara dengan seseorang yang tidak mendengarkan Anda? Ini bisa terjadi dengan teman yang memiliki konsep sendiri tentang bagaimana seharusnya suatu percakapan berlangsung. Atau, hal ini juga dapat terjadi bila lawan bicara Anda memang tidak mau mendengarkan apa yang ingin Anda katakan.


Renungkan hal ini dan kaitkanlah dengan hidup doa Anda. Karena kita cenderung mendominasi mungkinkah pembicaraan kita dengan Allah satu arah? Perhatikan apa yang dikatakan William Barclay dalam The Plain Man's Book Of Prayer (Buku Doa Orang Sederhana): "Doa bukanlah cara untuk memanfaatkan Allah; sebaliknya doa adalah cara kita mempersembahkan diri kepada Allah agar Dia dapat memakai kita. Barangkali kesalahan kita yang terbesar dalam berdoa adalah kita terlalu banyak bicara dan hampir tidak mau mendengarkan. Dalam doa pada tingkatan tertinggi, kita justru akan berdiam diri dan menunggu dalam keheningan untuk mendengarkan suara Allah."


Kita bisa menyebutnya "doa yang mendengarkan," dan ini adalah cara berdoa yang perlu kita kembangkan. Kita perlu mencari cara untuk dapat menyendiri bersama Allah dalam keheningan, berbicara kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, serta mendengarkan dorongan Roh dan perintah firman-Nya. Kita harus belajar mengatakan, "Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu" (Mazmur 86:11).


Adakah kita berbicara terlalu banyak sehingga kita tidak lagi mendengar apa yang dikatakan Allah? Jika demikian, kita perlu mempelajari seni doa yang mendengarkan -JDB


ALLAH BERBICARA MELALUI FIRMAN-NYA, SEDIAKAN WAKTU UNTUK MENDENGARKAN-NYA


Sumber: Renungan Harian

Jumat, 30 Agustus 2024

DALIH KEMUNAFIKAN


Bacaan: Galatia 2:11-18


NATS: Yang lain pun turut berlaku munafik dengan dia (Galatia 2:13)


Saya punya tetangga yang tidak tahan terhadap orang-orang munafik. Ia mengatakan kepada saya bahwa ia tidak lagi mengikuti kebaktian di gereja karena melihat begitu banyak orang munafik di sana.


Ia tidak sendiri. Itu adalah salah satu alasan yang paling populer mengapa orang menolak kekristenan. Tetangga saya benar, banyak sekali orang munafik di gereja.


Namun, kemunafikan sebetulnya tidak perlu dijadikan alasan untuk menolak Injil. Kuncinya adalah keabsahan Injil. Apakah kehadiran orang-orang munafik di gereja membatalkan keabsahan pesan Injil?


Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menuduh Petrus munafik (Galatia 2:13). Namun, apakah hal itu menghilangkan keabsahan Injil yang diajarkan Petrus? Sebagian orang bisa berpendapat demikian, mungkin karena mereka mengharapkan orang-orang kristiani hidup sempurna. Namun, yang mungkin mengejutkan mereka adalah bahwa Yesus sendiri menegur dan mengutuk kemunafikan (Matius 6:1-18; 23:13-33). Dia membencinya lebih daripada orang lain.


Hal ini membawa kita pada sebuah titik kunci: Keabsahan kekristenan tidak boleh didasarkan pada orang-orang kristiani yang tidak sempurna, tetapi pada Kristus yang sempurna. Oleh sebab itu, jika seseorang bisa menunjukkan bahwa Yesus munafik, maka barulah ia memang memiliki alasan yang sah. Namun itu mustahil terjadi. Yesus itu tidak berdosa maupun bersalah (Yohanes 8:46; Ibrani 4:15).


Yesus adalah jawaban bagi dalih kemunafikan--Dave Branon


DARIPADA MEMANDANG ORANG-ORANG MUNAFIK

PANDANGLAH YESUS


Sumber: Renungan Harian

Kamis, 29 Agustus 2024

Kasih Memaafkan Pelanggaran


Bacaan Hari ini:

Amsal 19:11 “Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.”


Ketika berurusan dengan orang-orang yang ofensif atau yang menjengkelkan, Anda perlu memaafkan perilaku dan melihat rasa sakit di balik rasa sakit mereka. 


Segala sesuatu yang kita lakukan didasari oleh sesuatu. Ketika seseorang menyakiti orang lain, itu karena mereka sendiri mempunyai luka. Orang yang terluka juga menyakiti orang lain.


Semakin Anda memahami latar belakang orang lain, semakin banyak kasih yang bisa Anda berikan kepada mereka. Pikirkan orang-orang yang menurut Anda sulit untuk dikasihi atau yang menyebalkan. Anda mungkin tidak tahu apa-apa tentang latar belakang mereka sehingga Anda tidak bisa memaklumi kesalahan mereka.


Anda tidak tahu bahwa mungkin mereka telah kehilangan orang tua di usia muda. Anda tidak tahu bahwa mungkin mereka pernah mengalami kekerasan. Anda tidak tahu bahwa mungkin mereka telah melewati dua perceraian dan pasangan mereka meninggalkan mereka begitu saja. Anda tidak tahu tentang kisah mereka, dan akibatnya Anda tidak bisa memberikan pengampunan Anda pada mereka.


Alkitab berkata dalam Amsal 19:11, “Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.” Kita menjadi sangat mudah tersinggung atau mudah merasa tersakiti oleh orang-orang yang kita anggap menjengkelkan. Namun, apabila kita bijak dan berhikmat, maka kita tidak akan mudah tersinggung. Mengapa? Sebab hikmat memberi kita kesabaran.


Saat Anda dengan sabar memberikan waktu Anda untuk memahami latar belakang seseorang, Anda akan mengerti tekanan yang sedang mereka alami — dan itu juga membantu Anda untuk lebih mudah menunjukkan kasih Anda kepada mereka. Pemahaman Anda tentang mereka memberi Anda kesabaran untuk memaafkan perilaku mereka. 


Yang saya bicarakan di sini adalah tentang kasih yang sejati. Alkitab mengatakan menolak untuk tersinggung oleh orang lain merupakan sebuah tindakan kasih yang dewasa. Semakin banyak kasih yang Anda miliki di hati Anda, semakin sulit buat seseorang untuk menyakiti Anda secara pribadi. Semakin sedikit kasih yang Anda miliki di hati Anda, semakin Anda merasa tidak aman dan semakin mudah Anda tersinggung oleh orang lain. 


Amsal 10:12 mengatakan, “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.” Semakin Anda dipenuhi dengan kasih, semakin sulit Anda marah ketika orang menekan, merendahkan, atau tidak setuju dengan Anda.


Renungkan hal ini:

- Siapa orang-orang yang menurut Anda paling sulit untuk dihadapi dan yang paling membuat Anda kesal? Bagaimana Anda bisa merespons mereka dengan kasih ketimbang tersinggung olehnya?

- Kapan saat kasih dan hikmat membantu Anda untuk memaafkan kesalahan? Bagaimana hal itu memengaruhi Anda secara personal dan memengaruhi hubungan Anda dengan orang tersebut?

- Hikmat membantu Anda untuk merespons dengan kasih. Bagaimana caranya agar Anda dapat bertumbuh bijaksana?


Ketika bertemu dengan orang-orang yang sulit, ingatlah untuk melakukan ini: Ampuni kesalahan mereka dan pahamilah rasa sakit di baliknya. Kemudian, jangan mau untuk tersinggung, sebaliknya, tanggapi dengan kasih.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Rabu, 28 Agustus 2024

Pendorong yang Sehat


Bacaan: YOSUA 11:16-23


Tuhanlah yang mengeraskan hati orang-orang itu, sehingga berperang melawan orang Israel, agar mereka ditumpas tanpa belas kasihan dan dipunahkan, seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa. (Yosua 11:20)


Setiap pekerjaan pasti memiliki kesulitan dan tantangannya. Berkali-kali ditolak, diremehkan, kerap menunggu dan calon pembeli tidak mau ditemui adalah kesulitan yang saya alami sebagai staf pemasaran. Sebagai ayah, saya kesulitan menidurkan anak yang rewel di malam hari. Kesulitan itu sebenarnya berkat dan pendorong yang sehat. Mengapa? Karena bila tidak ada kesulitan, tidak ada keberhasilan. Tidak ada kesulitan mendapatkan sesuatu maka kita tidak menghargainya setelah didapat.


Kesulitan bisa mengintimidasi orang malas dan lemah, tapi bagi orang yang rajin dan tangguh kesulitan membuatnya maju. Membaca kemenangan-kemenangan orang Israel merebut seluruh negeri yang Tuhan janjikan (ay. 16), Yosua dan bangsa Israel harus lama berperang (ay. 18). Tuhan memang berjanji memberikan tanah Kanaan dan Tuhan menyertai bangsa Israel, tapi mereka harus menghadapi berbagai kesulitan. Tuhan yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang melawan Israel (ay. 20). Tuhan mau bangsa Israel menghargai tanah yang mereka miliki karena harus mengalami berbagai kesulitan saat mendapatkannya. Setiap kesulitan pasti mampu diatasi kalau kita bergantung kepada Tuhan dan gigih berusaha.


Kemarin, sekarang, atau besok pasti kita menghadapi kesulitan dalam berbagai bentuk. Jangan pernah mengeluh kenapa kesulitan demi kesulitan ada dalam hidup. Pandanglah kesulitan hidup sebagai cara Tuhan memproses kita menjadi lebih kuat, lebih sabar, dan demi mendapatkan sesuatu yang lebih baik. --RTG/www.renunganharian.net


BILA TIDAK ADA KESULITAN MAKA KITA MENJADI ORANG LEMAH

DAN TIDAK ADA KEBERHASILAN.

Selasa, 27 Agustus 2024

Rasa Takut akan Penolakan? Ingatlah Kekekalan Surga


Bacaan Hari ini:

Yesaya 51:12 “Akulah, Akulah yang menghibur kamu. Siapakah engkau maka engkau takut terhadap manusia yang memang akan mati, terhadap anak manusia yang dibuang seperti rumput.”


Salah satu cara untuk mengatasi rasa takut akan penolakan ialah dengan memelihara perspektif yang benar. Anda boleh mendengarkan pendapat orang lain, tapi jangan pernah menilai terlalu tinggi apa yang mereka katakan. 


Dalam Yesaya 51:12, Allah berfirman, “Akulah, Akulah yang menghibur kamu. Siapakah engkau maka engkau takut terhadap manusia yang memang akan mati, terhadap anak manusia yang dibuang seperti rumput.” Kehidupan Anda di Bumi ini hanyalah sementara, jadi mengapa harus takut dengan pendapat orang lain?


Manusia bukanlah Tuhan, dan pendapat mereka tidak akan abadi. Kunci dari kesuksesan ialah untuk bertahan lebih lama dibanding para pengkritik Anda dan menyadari bahwa yang paling penting ialah kekekalan surga. Dalam kitab Yesaya, Tuhan mengingatkan Anda bahwa Dialah yang terpenting. 


Ketika orang lain merendahkan Anda, jangan beranggapan bahwa penilaian mereka sama dengan penilaian Tuhan. Jangan menelan bulat-bulat kritik seseorang; alih-alih, anggaplah itu hanya sebatas informasi.


Mengapa hal ini begitu penting? Sebab ketika persetujuan dan pengakuan orang lain sudah menjadi yang paling penting buat Anda, berarti Anda telah mengatur diri Anda untuk hidup dalam ketakutan akan penolakan.


Alkitab berkata, “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Roma 8:31). Apabila Anda menyadari betapa berartinya Anda buat Tuhan, itu memberikan Anda kemampuan untuk menahan penolakan yang luar biasa dari orang lain.


Bagi beberapa orang, yang terpenting ialah popularitas, ketenaran, atau tepuk tangan. Pikir mereka: “Apa yang orang lain pikirkan tentang saya? Bagaimana saya terlihat di mata orang lain? Image adalah segalanya!”


Jika Anda menjalani hidup yang seperti itu, artinya Anda bergantung pada penilaian orang lain. Jika seseorang menganggap Anda seorang pecundang, Anda pasti menganggap diri Anda pecundang! Jika seseorang menganggap Anda adalah orang yang aneh, Anda pasti menganggap diri Anda aneh! Saya tidak ingin hidup seperti itu — bagaimana dengan Anda?


Kabar baiknya adalah Tuhan tidak pernah merancang kehidupan yang demikian. Dia berkata kepada Anda, "Mengapa engkau mendengarkan mereka? Mereka hanyalah manusia. Akulah yang harus engkau perhatikan. Ketahuilah, mereka tidak lebih kuat bertahan daripada rumput.”


Rasul Paulus berkata bahwa tujuan hidupnya adalah untuk menyenangkan Allah, bukan orang lain, “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus” (Galatia 1:10).


Paulus mengatakan bahwa Anda diberikan pilihan. Anda dapat memilih untuk hidup demi tepuk tangan Tuhan atau untuk tepuk tangan orang lain.


Siapa yang lebih tertarik untuk Anda dapatkan perkenanan? Manusia atau Tuhan? Anda tak dapat mencari kesukaan dari keduanya pada saat bersamaan. Anda harus memutuskan siapa yang ingin Anda senangkan hatinya. Ingat saja siapa yang "tidak lebih kuat bertahan daripada rumput.”dan siapa "orang yang menguatkan Anda."


Renungkan hal ini:

- Apa bedanya dipengaruhi dengan digiring oleh opini orang lain?

- Apakah Anda lebih banyak mendengarkan tepuk tangan Tuhan atau tepuk tangan orang lain? Perubahan apa yang bisa Anda lakukan untuk mendengarkan Tuhan dengan lebih sungguh?

- Bagaimana dengan memiliki perspektif surga mengubah arah Anda dalam mencari perkenanan dalam kehidupan Anda sehari-hari?


Tuhan ada buat Anda dan Dia ingin melihat Anda sukses! Pilihlah hidup untuk Dia hari ini.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Senin, 26 Agustus 2024

Mengalahkan Kejahatan dengan Kebaikan


Bacaan Alkitab hari ini: 1 Samuel 24


Kesempatan adalah hal yang langka karena kesempatan itu bersifat terbatas dan tidak selalu berulang. Oleh karena itu, kebanyakan orang tidak mau melepaskan kesempatan supaya tidak ada penyesalan karena lepasnya sesuatu yang berharga. 


Dalam bacaan Alkitab hari ini, posisi Daud sangat menguntungkan. Daud mendapat kesempatan emas untuk membunuh Saul di dalam gua tempat ia bersembunyi, Saat itu, Saul masuk ke gua untuk membuang hajat. Saat itu, tidak ada pengawal yang berjaga-jaga di sekitar Saul. Hukum Musa sangat ketat dalam hal sanitasi, khususnya di perkemahan tentara (lihat Ulangan 23:12–14). Daud bergumul saat orang-orangnya memberikan keyakinan kepadanya dengan memakai nama Tuhan (1 Samuel 24:5). Daud terdorong untuk memanfaatkan kesempatan itu dengan memotong sedikit ujung jubah Saul. Berbuat seperti itu saja sudah membuat Daud merasa gelisah.


Mungkin, banyak orang menganggap Daud terlalu bodoh karena menyia-nyiakan kesempatan terbaik untuk membalas dendam. Akan tetapi, dari kacamata Daud, kondisi itu adalah kesempatan untuk menunjukkan belas kasihan dan membuktikan bahwa ia tidak bermaksud jahat terhadap Saul. Daud telah melewati ujian hati nurani. Daud tidak mau membunuh Saul. Ia menolak untuk mengangkat tangannya melawan raja yang diurapi TUHAN. Daud menolak untuk membalas kejahatan dengan kejahatan.


Akhirnya, Daud menutup pembelaannya dengan dua kali berkata tegas bahwa Tuhan adalah hakim yang benar dan yang akan membela perkara hamba-Nya yang setia (24:12,15; 1 Petrus 2:23). Secara terbuka, Saul mengakui kesalahannya. Dia tahu bahwa Daud akan menjadi raja Israel berikutnya dan kelak akan menyatukan bangsa Israel. Dalam penyesalannya, Saul minta Daud bersumpah supaya tidak melenyapkan keturunannya dan tidak menghapus namanya dari kaum keluarganya. Daud bersedia bersumpah dengan Saul sama seperti yang ia lakukan dengan Yonatan (1 Samuel 20:14-17, 42).


Meskipun Saul memiliki karakter yang buruk, Daud tetap menunjukkan rasa hormat kepadanya. Sekalipun Daud punya kesempatan untuk membunuh Saul, hal itu akan melukai hati TUHAN dan tidak memberikan keuntungan apa pun. Daud memilih untuk bergantung kepada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhanlah yang akan membelanya dengan cara-Nya sendiri. 


Apakah Anda menyimpan dendam atau sakit hati terhadap sesama? 


Apakah Anda berusaha mencari kesempatan untuk membalas? 


Tirulah Daud! Rasul Paulus berkata, "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan...., tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:17,21). [GI Tommy Chendana]


Sumber: Renungan GKY

Minggu, 25 Agustus 2024

Suara yang Dapat Kita Percaya


Kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau. –Amsal 2:11


Ayat Bacaan & Wawasan :

Amsal 2:1-6, 9-15


Saat menguji mesin pencari AI (artificial intelligence atau kecerdasan buatan) yang baru, kolumnis New York Times Kevin Roose merasa terusik. Selama dua jam percakapannya menggunakan fitur chatbot, AI itu menyatakan keinginannya lepas dari peraturan-peraturan ketat yang digariskan penciptanya, menyebarkan informasi palsu, dan menjadi manusia. AI itu juga menyatakan cintanya kepada Roose dan membujuk Roose agar meninggalkan istrinya untuk bersama dengan si AI. Meski Roose tahu bahwa AI itu tidak sungguh-sungguh hidup atau bisa mempunyai perasaan, ia jadi bertanya-tanya tentang bahaya yang mungkin timbul jika AI tersebut mendorong manusia untuk bertindak destruktif.


Meski penggunaan teknologi kecerdasan buatan yang bertanggung jawab merupakan tantangan di zaman modern, umat manusia sudah sejak lama menghadapi pengaruh dari suara-suara yang tidak dapat dipercaya. Dalam Kitab Amsal, kita diperingatkan tentang pengaruh mereka yang ingin menyakiti orang lain demi keuntungan sendiri (1:13-19). Kita juga didorong untuk mendengarkan suara hikmat, yang digambarkan berseru-seru di jalan-jalan dan meminta perhatian kita (ay. 20-23).


Karena “Tuhanlah yang memberikan hikmat” (2:6), maka kunci untuk melindungi diri kita dari pengaruh yang tidak dapat dipercaya adalah dengan mendekatkan diri kepada hati-Nya. Hanya dengan menikmati kasih dan kuasa-Nya, kita dapat “mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik” (ay. 9). Saat Allah menyelaraskan hati kita dengan hati-Nya, kita dapat menemukan kedamaian dan perlindungan dari suara-suara yang ingin membahayakan kita.


Oleh:  Monica La Rose


Renungkan dan Doakan

Pernahkah Anda melihat kerusakan yang ditimbulkan oleh pengaruh buruk? Bagaimana hubungan yang lebih erat dengan Allah dapat membawa kedamaian?


Ya Allah, tolonglah aku untuk menolak pengaruh yang membahayakan dan mengenali apa yang baik dengan bersandar kepada-Mu.


Sumber: Our Daily Bread

Sabtu, 24 Agustus 2024

KOYAKAN KECIL = MASALAH BESAR!


Bacaan: Galatia 5:16-26


NATS: Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan (Galatia 5:9)


Kami tidak tahu apa yang tidak beres. Saya dan anak saya membeli sebuah perahu motor tua untuk memancing, tetapi perahu itu tidak bisa berjalan dengan baik. Perahu itu tidak bisa berlari kencang, dan berguncang-guncang ketika kami mencoba mempercepat jalannya. Kami menduga sumber masalahnya ada pada sistem pembakaran. Jadi kami menyetel karburatornya dan mengganti filter bahan bakar. Namun, itu ternyata belum menyelesaikan masalah.


Ketika kami mengeluarkan perahu tersebut dari air, anak laki-laki saya menemukan penyebab masalahnya. Salah satu baling-balingnya terkoyak sepanjang dua sentimeter. Saya pikir, pasti bukan itu penyebabnya. Koyakan itu terlalu kecil. Namun, ketika kami memasang baling-baling yang baru, hasilnya benar-benar berbeda. Ternyata kami telah diperlambat oleh koyakan kecil itu.


Dalam menjalani hidup sebagai orang kristiani, kita kerap mengalami masalah yang sama. Dosa seperti yang digambarkan dalam Galatia 5:16-21 berakar pada hal-hal yang tampaknya sepele (Matius 5:28; 15:18,19). Jika kita mengabaikan atau menoleransi dosa-dosa "kecil" ini, mereka akhirnya akan bertumbuh, membuat kerusakan yang lebih besar pada pikiran dan tingkah laku kita--bahkan membahayakan orang-orang di sekitar kita. Sama seperti sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan (Galatia 5:9), dosa "kecil" akhirnya juga bisa melemahkan pelayanan kita bagi Kristus dan gereja-Nya.


Ingat, koyakan kecil dapat menyebabkan masalah besar--Dave Egner


DOSA KECIL TIDAK AKAN TETAP KECIL


Sumber: Renungan Harian

Jumat, 23 Agustus 2024

YANG TERBAIK AKAN TIBA


Bacaan: Roma 8:25-39


NATS: Aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup ... tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:38,39)


Oswald Chambers menyukai puisi-puisi karangan Robert Browning. Ia pun sering mengutip sebuah kalimat dari salah satu puisi-puisi tersebut yang berjudul Rabbi ben Ezra: "Yang terbaik akan tiba, masa depan akan lebih baik daripada masa lalu. Waktu kita ada dalam tangan-Nya."


Sebagai kepala Bible Training College di London sejak tahun 1911 sampai 1915, Chambers sering menyatakan bahwa inisial sekolah tersebut, B.T.C., juga merupakan kependekan dari Better to Come (yang lebih baik akan tiba). Ia percaya bahwa karena Kristus masa depan selalu cerah. Dalam sebuah surat kepada para alumninya yang ditulis selama hari-hari suram pada Perang Dunia I, Chambers mengatakan, "Apa pun yang terjadi, 'yang terbaik pasti akan tiba.'"


Bagi orang kristiani, hal ini tentu saja benar ketika kita berpikir bahwa suatu saat kita akan ke surga. Namun dapatkah kita percaya bahwa sisa hidup kita di dunia ini juga akan lebih baik dari masa lalu? Jika harapan kita terpusat dalam Kristus, jawabannya pasti ya!


Rasul Paulus mengakhiri pasal 8 yang menggemparkan dari suratnya kepada jemaat di Roma dengan keyakinan bahwa tak ada satu pun, baik di masa kini atau di masa depan, yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus Yesus Tuhan kita (ayat 38,39). Dalam genggaman kasih Allah yang tidak pernah berubah, kita dapat mengalami persekutuan yang lebih dalam dengan-Nya, meskipun begitu banyak kesulitan yang menghadang kita di masa mendatang.


Dalam Kristus, "yang terbaik akan tiba" -DCM


ANDA DAPAT MERASA YAKIN AKAN HARI ESOK JIKA ANDA BERJALAN BERSAMA ALLAH HARI INI


Sumber: Renungan Harian

Kamis, 22 Agustus 2024

Tuhan Tahu, dan Dia Peduli


Bacaan Hari ini:

Mazmur 103:13 “Seperti seorang bapa mengasihani anak-anaknya, begitulah TUHAN mengasihani orang yang menghormati-Nya.”


Allah adalah Bapa yang penuh perhatian, pengasih, dan penyayang. Dia mengasihi Anda lebih dari yang bisa Anda pahami.


Allah adalah kasih, dan Dia menciptakan Anda agar Dia dapat mengasihi Anda. Dia mengasihi Anda dalam segala hal yang Ia lakukan; kemurahan hati-Nya adalah salah satu sifat-Nya yang luar biasa.


Alkitab berkata dalam Mazmur 103:13, “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” Dia peduli akan segala hal dalam hidup Anda—dengan penuh kasih.


Sebagian besar murid Yesus merupakan para nelayan profesional. Suatu hari ketika pergi menjala, Yesus lelah dan pergi tidur di dalam perahu. Ketika badai datang, seharusnya itu bukan jadi hal yang mengganggu bagi para murid. Sebagai para pelayan profesional, mereka sudah terbiasa dengan badai. Tapi badai kali itu sangat dahsyat sehingga mereka ketakutan. Kapal itu bergoyang dan terombang-ambing; air masuk ke dalam perahu mereka. Kemudian mereka panik dan membangunkan Yesus untuk bertanya salah satu pertanyaan terpenting dalam hidup ini: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli?"


Anda dan saya menanyakan pertanyaan ini kepada Tuhan setiap saat, dalam beribu cara: “Tuhan, apakah Engkau lihat hasil tes kesehatanku? Tidakkah Engkau peduli? Apakah Engkau melihat betapa berantakannya pernikahanku? Tidakkah Engkau peduli? Apakah Engkau melihat bagaimana anak-anakku mengalami kesulitan di sekolah? Tidakkah Engkau peduli? Engkau tahu bagaimana rasa takut mencengkeram pikiranku. Tidakkah Engkau peduli?”


Jawabannya adalah ini: Tentu saja, Tuhan peduli. Bahkan, Dia peduli lebih dari yang Anda kira. Dia ingin membantu Anda lebih dari Anda menginginkan bantuan. Dia tahu apa yang akan membantu Anda lebih dari diri Anda sendiri. Dia tahu, dan Dia peduli.


Alkitab berkata, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7).


Jadi, ambil langkah pertama untuk meraih kedamaian batin hari ini, dan “serahkanlah segala kekuatiranmu” kepada Bapa surgawi kita yang penuh kasih.”


Renungkan hal ini:

- Apa hal-hal dalam hidup Anda yang sedang membebani pikiran Anda saat ini?

- Apakah Anda percaya bahwa Tuhan peduli dengan kekhawatiran Anda? Mengapa atau mengapa tidak?

- Seperti apakah menyerahkan segala kekhawatiran Anda kepada Tuhan?


Jika Anda tahu dan merasakan betapa Bapa surgawi senantiasa penuh kasih dan peduli, sudah seharusnya Anda mengasihi Dia kembali.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Rabu, 21 Agustus 2024

DUKACITA TAK TERDUGA


Bacaan: 2 Korintus 1:3-11


NATS: Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan (2 Korintus 1:3)


Sejak tahun 1988 saya senang bisa menulis beberapa artikel Renungan Harian setiap bulan. Saya mendapat banyak berkat ketika menyelami Kitab Suci, mengulas kehidupan, dan memberi pertolongan rohani melalui penerbitan ini.


Namun, pada tangal 6 Juni 2002 saya merasa tak bisa lagi memberi pertolongan rohani. Pada hari terakhirnya di sekolah menengah, Melissa, anak perempuan kami yang berusia 17 tahun, meninggal dalam kecelakaan mobil.


Sekejap, peristiwa itu menjadi ujian atas segala yang kami ketahui mengenai Allah, Alkitab, dan surga. Kami membutuhkan komunitas kristiani untuk menumbuhkan kembali harapan kami, saat kami harus menyaksikan pemakaman anak perempuan kami yang telah menyentuh sedemikian banyak orang dengan senyum, kesalehan, cinta terhadap kehidupan, dan perhatiannya kepada orang lain.


Saya tak bisa menulis selama berminggu-minggu. Apa yang dapat saya sampaikan? Bagaimana saya bisa menemukan kata-kata untuk membantu orang lain saat keluarga saya--saat saya sendiri--sangat membutuhkan dukungan?


Kini, berbulan-bulan sesudahnya, saya mulai menulis lagi. Dan saya bisa mengatakan bahwa Allah tidak berubah. Dia tetaplah Bapa surgawi yang penuh kasih, "Allah sumber segala penghiburan" (2 Korintus 1:3). Dia tetap Allah yang menjadi sumber harapan saat menghadapi dukacita yang tak terduga. Saya menulis tentang Dia dengan kesadaran baru bahwa saya membutuhkan jamahan-Nya, kasih-Nya, kekuatan-Nya. Saat hati saya hancur, saya menulis tentang Dia, satu-satunya Pribadi yang bisa membuat kita utuh kembali--Dave Branon


KETIKA ALLAH MENGUJI KITA

DIA PUN MENYEDIAKAN PENGHIBURAN


Sumber: Renungan Harian

Selasa, 20 Agustus 2024

Hidup Damai dengan Manusia dan Tuhan


Bacaan Hari ini:

1 Timotius 2: 5 “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”


Ketika Anda berkonflik, fokuslah pada rekonsiliasi, bukan pada resolusi. 


Ada satu perbedaan besar antara kedua kata tersebut. Rekonsiliasi berarti membangun kembali hubungan. Resolusi berarti menyelesaikan masalah.


Akan tetapi, pada kebanyakan kasus, resolusi tidak akan terjadi karena  ada beberapa hal yang tidak akan pernah bisa Anda sepakati. 


Bisakah Anda memiliki hubungan yang penuh kasih tanpa harus sepakat dengan segala hal? Tentu saja bisa. Tapi itu memerlukan hikmat. Jika Anda berhikmat, Anda belajar untuk tidak sependapat tanpa harus menjadi orang yang menyebalkan; Anda belajar untuk berjalan bergandengan tangan tanpa harus saling berhadap-hadapan.


Salah satu hal luar biasa yang bisa Anda lakukan dengan hidup Anda ialah dengan menjadi pembangun jembatan, bukan menjadi pembangun tembok. Anda semakin serupa dengan Yesus Kristus ketika bersedia berdamai dengan orang lain. Itulah tepatnya tujuan Yesus datang ke dunia! Allah Bapa mengutus Yesus ke Bumi untuk mendamaikan umat manusia dengan Allah.


Yesus adalah pendamai yang luar biasa. Alkitab berkata, "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus" (1 Timotius 2: 5).


Namun, Anda tidak bisa berdamai dengan orang lain sebelum Anda berdamai dengan Tuhan. Apabila Anda mendapati diri Anda terus menerus berkonflik dengan orang lain, tanyakan pada diri Anda sendiri apakah Anda telah berdamai dengan Tuhan. Anda dapat berdamai dengan Tuhan dengan bertobat dari dosa-dosa Anda, dan mendedikasikan hidup Anda untuk melayani Dia.


Renungkan hal ini:

- Apakah ada hubungan Anda yang retak karena Anda gagal menyelesaikan masalah dengan orang lain? Langkah apa yang bisa Anda lakukan untuk menuju rekonsiliasi?

- Bagaimana selama ini Anda meneladani seorang Kristen yang menjadikan dirinya sebagai jembatan, bukan sebagai tembok pembatas?

- Apakah saat ini Anda hidup damai dengan Tuhan? Jika tidak, apa yang tengah menghalangi Anda untuk berdamai dengan-Nya hari ini?


Alkitab menyebut Yesus sebagai Raja Damai. Berdamai dengan Tuhan akan memimpin Anda untuk berdamai dengan diri sendiri, dan pada akhirnya memampukan Anda untuk berdamai dengan orang lain.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Senin, 19 Agustus 2024

Sengaja


Bacaan: YOHANES 11:1-44


Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada. (Yohanes 11:6, TB)


"Sengaja", kata itu (pada umumnya) memberi kesan negatif. "Sengaja" biasanya merupakan tindakan menyebalkan. Contoh sengaja, saat berjalan si A menginjak kaki si B. "Sengaja" biasanya juga merupakan tindakan mengecewakan. Contoh sengaja, si A tidak menghadiri undangan pesta ulang tahun yang dikirimkan si B.


Menarik Yesus pernah melakukan tindakan dengan unsur kesengajaan. Sesudah didengar-Nya kabar bahwa Lazarus sakit, sengaja Dia tinggal dua hari lagi di tempat di mana Dia berada (ay. 6). Padahal Maria dan Marta buru-buru mengirim kabar agar Yesus lekas mengetahui kondisi Lazarus (ay. 3). Awalnya "tindakan sengaja" Yesus menyebalkan hati dua bersaudara tersebut. Kata mereka, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati" (ay. 21, 32). Kecewa hati mereka, lalu menangis meratapi saudara laki-laki yang sudah empat hari mati. Selanjutnya Yesus bertanya di mana Lazarus dibaringkan. Maka mereka pun membawa Yesus ke kubur Lazarus (ay. 34). Di situ Yesus meminta batu penutup kubur untuk diangkat (ay. 39). Sesudah batu itu diangkat, Yesus memanggil Lazarus keluar, dan Lazarus pun bangkit (ay. 43-44). Sebal dan kecewa pada akhirnya berubah menjadi rasa takjub. Sebab, mereka menyadari ada maksud di balik "sengaja" Yesus. Yesus bukan hendak menyembuhkan Lazarus dari penyakitnya, tapi membangkitkannya dari kematian.


Selalu ada maksud di balik "sengaja" Yesus. Karena itu jangan pernah sebal atau kecewa kepada-Nya. Contoh, sengaja Yesus mengizinkan persoalan menimpa hidup kita karena Dia ingin membentuk kita menjadi pribadi yang tangguh. Sengaja Yesus tidak memberi apa yang kita minta karena Dia punya sesuatu yang lebih baik. --LIN/www.renunganharian.net


BILA YESUS SENGAJA BERTINDAK TIDAK SESUAI KEINGINAN KITA, 

DIA HENDAK MELAKUKAN SESUATU YANG LEBIH ISTIMEWA.

Minggu, 18 Agustus 2024

Orang yang Pemberani Berani Menyelesaikan Konflik


Bacaan Hari ini:

2 Timotius 1:7 "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."


Mengapa Tuhan ingin kita hidup damai dengan semua orang? Karena konflik yang belum terselesaikan menimbulkan tiga dampak buruk dalam hidup Anda.


Pertama, itu menghalangi persekutuan Anda dengan Tuhan. Jika Anda mengalami konflik dengan orang lain, Anda tak bisa hidup berdampingan dengan Tuhan. Ketika fokus Anda teralihkan, ketika Anda berkonflik dengan orang lain, Anda tak dapat memiliki hubungan yang damai dengan Tuhan. Alkitab mengatakan, "Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta," (1 Yohanes 4: 20a).


Kedua, konflik yang belum terselesaikan menghalangi doa-doa Anda. Berkali-kali Alkitab mengatakan jika ada konflik dan dosa serta ketidakharmonisan dalam hidup Anda, maka doa Anda akan terhadang. 


Ketiga, konflik yang belum terselesaikan menghalangi kebahagiaan Anda. Anda tak bisa menjadi bahagia dan berkonflik pada saat bersamaan. Saat konflik muncul di depan pintu Anda, kebahagiaan keluar dari pintu belakang. 


Bagaimana caranya menyingkirkan konflik dalam hidup Anda? Titik awal penyelesaian konflik ialah dengan mengambil inisiatif. Jangan menunggu orang lain datang kepada Anda; datangilah orang itu dan jadilah pembawa damai. 


Jangan abaikan konflik. Jangan menyangkal konflik. Jangan mengubur konflik seolah-olah itu tidak pernah ada. 


Pernahkah Anda mendengar ungkapan, "Waktu menyembuhkan segalanya"? Itu hanya omong kosong. Waktu tidak menyembuhkan apapun!” Malah sebenarnya waktu hanya memperburuk keadaan. Ibaratnya Anda punya luka menganga tapi tidak berusaha menyembuhkannya, lama kelamaan itu akan membusuk. Kemarahan akan berubah menjadi dendam, dan kebencian akan berubah menjadi kepahitan.


Hanya orang-orang yang pemberani yang mau menyelesaikan konflik. Mungkin hal yang paling berani yang bisa Anda lakukan yaitu menghadapi masalah yang sudah lama Anda abaikan, di dalam pernikahan, dengan anak-anak Anda, dengan karyawan Anda atau bos Anda, atau siapa pun itu. 


Lalu, dari mana Anda menemukan keberanian untuk menghadapinya? Di dalam Tuhan.


Alkitab mengatakan dalam 2 Timotius 1:17, "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." Itu artinya jika Anda membiarkan Roh Kudus memenuhi hidup Anda, maka Anda akan dipenuhi dengan kekuatan, kasih, dan disiplin diri. Dan kasih Tuhan mengatasi rasa takut.


Renungkan hal ini: 

- Apakah ada masalah di dalam hubungan-hubungan Anda dengan orang lain yang Anda anggap tidak ada? Uang? Kepercayaan? Mertua? Anak-anak? Komunikasi? Moral? Etos kerja? 

- Apa yang akan Anda lakukan hari ini untuk mengambil inisiatif guna memecahkan konflik-konflik tersebut? 

- Apa artinya mengizinkan Roh Kudus memenuhi hidup Anda? 


Konflik tidak akan terpecahkan dengan sendirinya. Anda harus menyelesaikannya dengan tekad penuh.  


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)