Sebab jika kita telah menjadi satu
dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya, kita juga akan menjadi
satu dengan apa yang sama
dengan kebangkitan-Nya (Roma 6:5)
Suatu kali di sebuah gereja terdengar bahwa si
A mempersembahkan
sejumlah besar
uang persembahan. Orang-orang sampai berdecak kagum
dan berkata:
"Gile bener ...." Beberapa minggu kemudian, terdengar
lagi berita lain
bahwa si A tadi sedang diadili karena kasus
korupsi, yang
jumlahnya sepuluh kali lipat dari jumlah kolektenya
yang
"menggemparkan". Orang lantas berkomentar: "Wah, kalau ini ...
gile
beneran!"
Bagi orang
beriman, selalu ada godaan untuk hidup seperti katak yang
bisa hidup di
dua alam hidup di air dan di darat yakni orang-orang
yang bisa hidup
di dalam terang, sekaligus di dalam gelap. Pada hari
Minggu, sikapnya
bisa amat berbeda dengan sikap hidupnya pada hari
Senin sampai
Sabtu. Ia bisa begitu alim dan suci saat berada di
gereja, tetapi
ketika kembali ke rumah dan pekerjaan, ia menjadi
serigala
beringas bagi sesamanya. Tak heran, persekutuan jemaat
kemudian menjadi
tempat berkumpulnya orang-orang yang "bertopeng"!
Tentu hal ini
tidak bisa dipukul rata, tetapi kecenderungan semacam
ini bisa terjadi
di mana-mana, di antara orang kristiani.
Itu sebabnya
kita sangat perlu mengingat pesan Paulus, bahwa kita
telah mati bagi
dosa (Roma 6:2). Akan sungguh aneh jika orang
mengaku
kristiani, tetapi masih bisa hidup bagi dosa yang berarti
malah
"mematikan" Kristus yang hendak berkarya di hidupnya. Jika hal
demikian bisa
terjadi, berarti hidupnya belum sungguh-sungguh baru
(ayat 4).
Menjalani hidup baru memang tak mudah. Bukan lagi
menghambakan
diri pada dosa, melainkan kepada Kristus. Yakni dengan
setia menaati
perintah-perintah Kristus setiap hari, agar terjadi
perubahan
radikal dalam pola pikir serta tindakannya.
HIDUP YANG
SETIAP HARI DIJALANI BAGI KRISTUS
AKAN
MENDATANGKAN SUKACITA DAN BERKAT PENUH
Sumber:
e-Renungan Harian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar