Jumat, 30 April 2021

TERJAMIN PENUH

Bacaan: 1 Yohanes 5:1-13

NATS: Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal (1 Yohanes 5:13)

Penginjil Dwight L. Moody (1837-1899) berkata, “Saat ini ratusan orang Kristen sedang diperdaya oleh setan dengan satu cara: Mereka dibuat tidak mau mempercayai Firman Allah, sehingga mereka tidak lagi yakin akan jaminan keselamatan dari Allah!”

Yohanes 5:24 menyatakan bahwa orang yang percaya kepada Anak Allah “mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum.” Maka dari itu jaminan kita tidaklah berdasarkan pada perasaan kita, tetapi pada apa yang Allah katakan. Jika kita mempercayai firman Allah, maka perasaan kita pun akan mengikuti.

Hal ini digambarkan dengan jelas dalam kisah tentang seorang laki-laki Kristen yang memanggul sekarung kentang di punggungnya. Seorang skeptis bertanya kepadanya, “Bagaimana kau tahu bahwa kau telah diselamatkan?” Laki-laki itu melepaskan karung kentangnya hingga jatuh dan menjawab, “Dapatkah saya tahu bahwa saya telah menjatuhkan kentang saya? Saya tidak melihatnya jatuh.” “Tidak,” jawab si skeptis, “Tapi saya rasa Anda bisa tahu dari hilangnya beban Anda.” “Tepat sekali,” kata orang Kristen tersebut. “Demikian pula caranya saya tahu bahwa saya telah diselamatkan. Saya telah melepaskan seluruh beban dosa, dan saya menemukan damai sejahtera dalam Tuhan dan Juruselamat saya.”

Jika Anda mau mempercayai Kristus dan firman-Nya, “beban” rasa bersalah dan keraguan Anda akan hilang. Setelah itu, Anda pasti akan merasakan suatu perbedaan. Jangan melakukan kesalahan dengan mencoba merasakan perbedaan itu sebelum Anda mempercayai firman-Nya -- HGB

KARENA FIRMAN ALLAH DAPAT DIPERCAYA KESELAMATAN ANDA TERJAMIN PENUH

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 29 April 2021

Mengampuni dan Kembali Percaya

Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia dibangkitkan dari antara orang mati. (Yohanes 21:14)

Saya terkejut membaca pernyataan seorang teman terhadap seorang pemimpin di gereja lokalnya. Sebelumnya ia sempat terluka hatinya karena perlakuan pemimpin gereja itu , hingga sukar untuk mengampuni. "Kalau pun harus mengampuni, saya mungkin sukar untuk kembali memercayai orang yang sama, " ujarnya di status media sosialnya. Sempat terbesit keinginan untuk menanggapi, tetapi saya urungkan karena khawatir akan terjadi perdebatan.

Terhadap pada murid yang meninggalkan-Nya saat menjalani penyaliban, Yesus tidak memendam sakit hati atau menolak mengampuni. Buktinya, ketika sudah bangkit Yesus mencari kesempatan untuk kembali bertemu dengan mereka. Menariknya, Yesus sama sekali tak mengungkit tindakan pengecut dari para murid yang kabur saat menjelang dan ketika Yesus disalibkan. Tiga kali Yesus bertemu mereka, termasuk pertemuan di pantai danau Tiberias, tetapi tak ada satu catatan pun yang menjelaskan bahwa Yesus masih sakit hati dengan perlakuan mereka. Sebaliknya, mereka kembali diberi kepercayaan untuk meneruskan pelayanan Yesus setelah Dia terangkat ke surga, dengan pengurapan dari Roh Kudus.

Tak mudah memang kembali memercayai atau memberi kesempatan lagi kepada orang yang telah melukai hati, mengecewakan, atau merugikan kita. Tak jarang kita merasa perlu waktu cukup sebelum memutuskan kembali memercayai atau memberi kesempatan baru, meskipun telah mengampuni. Namun, belajar dari teladan Yesus melalui nas renungan hari ini, kiranya kita dimampukan untuk menjadi pelaku firman. --GHJ/www.renunganharian.net

DALAM PENGAMPUNAN ADA KESEMPATAN BAGI ORANG LAIN UNTUK MEMPERBAIKI DIRI.

Rabu, 28 April 2021

Percakapan Dua Orang Ibu

Dua orang ibu mengobrol di sekolah seusai mengambil rapor anaknya.

"Bagaimana hasilnya, Bu?" tanya ibu yang pertama kepada ibu yang kedua.

Spontan ibu yang ditanya itu menceritakan prestasi anaknya dengan penuh semangat. Selain menjadi juara pertama, anaknya mendapat beasiswa untuk studi lanjut di luar negeri. Dengan bangga, ibu itu menceritakan kehebatan anaknya. Tak lupa ia sisipkan kiat-kiat jitunya dalam mendidik.

Ibu yang pertama diam saja, sampai ibu yang kedua bertanya, "Bagaimana dengan anakmu?"

Dengan sedih ibu yang pertama itu menjawab singkat, "Yah, anak saya tidak naik kelas." Lalu, ia pergi.

Kita bisa menyakiti hati orang lain tanpa kita sadari. Utamanya saat kita menempatkan diri sendiri "lebih" dari mereka. Tak jarang dalam percakapan, orang asyik membicarakan kehebatan dirinya, agar dipandang terhormat. Saat diri sendiri dijadikan pusat perhatian, kita buta akan suasana hati orang lain!

Rasul Paulus berpesan agar kita "...saling mendahului dalam memberi hormat." (Roma 12:10). Yang ia maksud bukan sekadar menyapa lebih dulu, melainkan menempatkan orang lain di tempat utama. Saat berbicara, fokuskan perhatian sepenuhnya pada lawan bicara; pahami maksudnya; rasakan pergumulannya; baca suasana hatinya; tempatkan diri dalam posisinya. Dengan cara itulah kita mampu berbela rasa. Bisa menangis dan tertawa bersama mereka. Itulah kasih sejati yang tidak pura-pura.

Cobalah periksa pola bicara kita akhir-akhir ini. Apakah kita suka mengarahkan pembicaraan pada diri sendiri? Berapa banyak kata "aku" yang kita ucapkan saat bicara? Jika jumlahnya terlalu banyak, ayo kurangi. Hari ini belajarlah berbela rasa. Jadikan orang lain pusat perhatian, bukan sekadar pemain figuran!

Sumber: Renungan Kristen

Selasa, 27 April 2021

DIA MENJAGA MILIK-NYA

Bacaan: Mazmur 145:8-21

NATS: Tuhan menjaga semua orang yang mengasihi-Nya (Mazmur 145:20)

Seorang gadis kecil yang baru pertama kali bepergian naik kereta mendengar bahwa mereka akan menyeberangi beberapa sungai. Ia merasa galau dan takut ketika memikirkan bagaimana mereka dapat melewati air itu. Namun setiap kali kereta mendekati sebuah sungai, ternyata selalu tersedia sebuah jembatan sehingga kereta tersebut dapat menyeberang dengan selamat.

Setelah menyeberangi beberapa sungai dengan selamat, akhirnya gadis tersebut bersandar pada tempat duduknya dengan lega. Lalu ia menoleh pada ibunya dan berkata, “Saya tidak kuatir lagi, Bu. Ternyata ada orang yang telah memasangkan jembatan untuk kita di sepanjang perjalanan!”

Tatkala melalui sungai pencobaan dan penderitaan yang dalam, kita juga akan mendapati bahwa Allah dengan kasih karunia-Nya “telah memasangkan jembatan bagi kita di sepanjang perjalanan.” Karena itu, kita tidak perlu putusasa dan kuatir. Dengan cara yang indah dan mengherankan, Dia akan menjaga dan membawa kita melewati berbagai masalah yang timbul. Walau kita tidak dapat memahami bagaimana Dia akan memenuhi kebutuhan kita, namun kita yakin bahwa Dia akan membukakan jalan bagi kita.

Mereka yang selalu menyerahkan segala situasi yang mereka hadapi kepada Allah dapat berseru seperti pemazmur, “Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya ... Tuhan menjaga semua orang yang mengasihi-Nya” (Mazmur 145:17,20).

Tak usah kuatir akan apa yang akan terjadi esok, karena kita dapat mempercayai Tuhan yang memelihara kita --HGB

BILA ALLAH MEMIMPIN, DIA SELALU MEMELIHARA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 26 April 2021

JANGAN BERSUNGUT-SUNGUT

Bacaan: Bilangan 14:1-12

NATS: Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan (Filipi 2:14)

Saya yakin kita semua akan terkejut jika kita bisa mendengarkan rekaman dari semua percakapan kita dalam satu hari. Kita akan terkejut bila mengetahui betapa banyak waktu yang kita pakai untuk mengeluh dan bersungut-sungut.

Anak-anak mengeluh mengenai pekerjaan rumah atau tugas mencuci piring. Ibu mengeluh karena harus menghabiskan begitu banyak waktu untuk mengurus setiap orang dalam keluarga. Ayah pulang ke rumah dan bersungut-sungut mengenai atasan dan pekerjaannya. Dan hal itu berlangsung sepanjang hari.

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita mendengar keluhan dari bangsa Israel yang baru saja keluar dari Mesir (Bilangan 14:2-3). Setelah semua yang telah Allah lakukan bagi mereka, seharusnya mereka berterima kasih dan menaati-Nya. Namun karena ketidakpercayaan dan ketidaktaatan mereka, seluruh generasi itu tidak pernah mencapai Tanah Perjanjian (ayat 23).

Pada zaman sekarang ini, para penggerutu juga kehilangan berkat Allah dan menyebarkan keputusasaan kepada orang-orang yang berada di sekeliling mereka. Sikap semacam itu tidak pantas dimiliki seorang pengikut Kristus. Seorang pelopor dalam penginjilan, Hudson Taylor, berkata, "Jika ayah dan ibumu, saudaramu perempuan dan laki-laki, bahkan kucing dan anjing di rumahmu, tidak menjadi lebih bahagia setelah kamu menjadi Kristen, maka perlu dipertanyakan apakah kamu benar-benar seorang Kristen atau bukan."

Adakah kata-kata kita memuliakan Tuhan? Adakah kita menyebarkan sukacita dan mendorong orang lain untuk percaya dan taat kepada-Nya? --HGB

SEORANG KRISTEN TIDAK SEHARUSNYA BERSUNGUT-SUNGUT

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 25 April 2021

Memercayai Allah

Bacaan Alkitab hari ini:
Mazmur 52

Memercayai Allah tidak membebaskan kita dari masalah, tetapi membuat kita memiliki pengharapan, sehingga kita bisa merasa tenang saat menghadapi masalah. Masalah tidak selalu bisa dihindari. Masalah akan selalu muncul karena kita hidup dalam dunia yang berdosa, bukan dalam dunia yang ideal. Kehidupan seorang saleh seperti Daud pun dipenuhi dengan masalah. Sebagian masalah muncul karena kesalahan diri sendiri, tetapi sebagian masalah muncul karena inisiatif orang-orang yang berniat jahat. Mazmur 52 ini disusun berdasarkan pengalaman Daud saat ia dikejar-kejar oleh Raja Saul yang hendak membunuh dia. Dalam pelariannya, dia mampir ke rumah Imam Ahimelekh.  Imam Ahimelekh memberi roti dan senjata kepada Daud. Sayangnya, tindakan Ahimelekh itu dilihat oleh Doeg, dan kemudian dilaporkan kepada Raja Saul (52:2). Raja Saul menjadi murka, lalu menghukum mati Ahimelekh dengan seluruh keluarganya, yaitu para imam di Nob. Hanya Abyatar—anak Ahimelekh—yang bisa lolos dari pembunuhan itu dan bergabung dengan Daud.

Bila kita hanya memperhatikan orang-orang yang dihukum mati oleh Raja Saul, kita akan memandang kehidupan secara negatif. Sadarilah bahwa sama seperti setiap orang bisa menghirup oksigen dan memperoleh sinar matahari, demikian pula bencana banjir, gempa, gunung meletus, wabah penyakit, dan sebagainya bisa menimpa setiap orang. Orang jahat maupun orang benar bisa memperoleh berkat dan tertimpa bencana yang sama Akan tetapi, sering kali Allah memberi anugerah khusus kepada orang yang berharap kepadanya. Cara Allah menolong tidak selalu dapat kita duga. Bila kita mau membuka mata untuk melihat hal-hal baik yang telah Allah anugerahkan kepada kita, kita akan selalu memiliki alasan untuk mengucap syukur. Orang jahat tidak selamanya bisa menyombongkan diri karena mereka akan menerima hukuman pada waktu yang ditetapkan Allah (52:3-7). Orang benar tidak boleh kehilangan pengharapan karena cara Allah menolong tidak selalu bisa kita tebak. Kita bisa berharap kepada pertolongan Allah dalam segala keadaan karena Allah itu penuh dengan kasih dan Dia setia kepada janji-Nya (52:8-11). Apakah Anda masih memiliki pengharapan dalam situasi sulit yang kita hadapi saat ini? Apakah Anda masih memercayai Allah? [GI Purnama]

Sumber: Renungan GKY

Sabtu, 24 April 2021

Kenapa Tuhan Tidak Kunjung Menyembuhkanku?

Yakobus 5: 13-15

Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi! Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.

Saya sangat percaya dengan mujizat kesembuhan. Saya telah mengalami kesembuhan Tuhan dalam hidup saya sendiri dan saya juga telah menyaksikan kesembuhan berjuta-juta orang selama beberapa dekade dalam pelayanan. Saya sangat terhibur oleh ayat-ayat seperti yang ada di Yakobus. Ayat-ayat ini memberi harapan dan kekuatan yang besar.

Saya percaya bahwa Tuhan menyembuhkan, dan saya juga percaya bahwa kesembuhan bukanlah satu-satunya jalan yang Dia pilih untuk kita. Terkadang untuk menyempurnakan rencana-Nya, Dia membiarkan kita melewati proses, kesulitan, dan penderitaan. Alasannya adalah kita seringkali belajar banyak hal melalui penderitaan yang tidak akan pernah kita dapatkan dari belajar melalui buku, seminar, atau kenyamanan dan kemakmuran.

Paulus memiliki masalah dengan penglihatannya yang tidak pernah disembuhkan oleh Tuhan. Ketika Timotius sakit, Paulus menyuruhnya untuk minum anggur. Lazarus mati sebelum dibangkitkan kembali.

Paulus berkata bahwa dia memiliki duri di dalam dagingnya dan dia berdoa berkali-kali agar Tuhan menyingkirkan duri tersebut, tapi Tuhan tidak pernah melepaskannya. Ayub menderita karena Tuhan memiliki tujuan yang besar baginya daripada sekedar kenyamanan di planet ini. Dan penderitaan Ayub bukan akibat dari kurangnya iman.

Beberapa berkat terbesar di dunia ini datang dari kuasa Tuhan di tengah masa-masa pencobaan. Tuhan mengubah kita, membentuk kita, memperkuat kita, dan membangun kita melalui kesulitan. Tidak ada yang bisa menyamakan perasaan dihibur oleh Tuhan sendiri di saat-saat masa kelam itu.

Selama dua puluh lima tahun terakhir saya melayani, saya telah melihat orang-orang sangat tersakiti oleh ajaran palsu bahwa Tuhan selalu menyembuhkan setiap sakit penyakit. Kepercayaan seperti itu dapat menyebabkan rasa kekecewaan yang sangat besar bagi mereka yang menderita ketika Tuhan memilih untuk tidak menyembuhkan. Dampaknya, orang Kristen yang menderita tidak cukup percaya atau menyembunyikan semacam dosa. Saya telah melihat orang Kristen yang hancur dalam iman mereka atas ajaran yang salah ini.

Kita harus menyadari bahwa terkadang, menyembuhkan atau tidak adalah rencana Tuhan untuk kita. Tapi tidak apa-apa, Dia tetap mencintai kita. Dia masih punya rencana dan Dia masih memiliki tujuan yang besar atas rasa sakit yang kita rasakan. Dan perasaan ini akhirnya akan memberkati kita lebih dari yang kita bayangkan.

Tuhan sering memberikan mujizat kesembuhan, namun terkadang Dia mengajarkan kita lebih banyak hal ketika kita berjalan dalam penderitaan. Tapi untuk mengalami berkat seperti itu, penting bagi kita untuk berlari kepada Tuhan dan tidak menjauh dari-Nya saat berada di tengah badai.

Hak cipta oleh Chris Russell, disadurkan dari crosswalk.com.

Jumat, 23 April 2021

SABUN DAN KESELAMATAN

Bacaan: Matius 7:15-23

NATS: Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? (Lukas 6:46)

Kita menyaksikan suatu paradoks yang aneh di dunia ini. Sementara terjadi kebangkitan rohani, bertambah jugalah kejahatan. Seimbang, bukan?

Seorang peragu berseloroh, "Injil telah kehilangan kuasanya. Meski banyak orang percaya kepada Kristus, tetapi tidak tampak hasilnya sama sekali." Namun, itu bukan kesalahan Injil, tetapi karena ada banyak orang yang menganggap Injil sebagai suatu pernyataan iman belaka dan tidak hidup di dalamnya. Kita tidak cukup hanya sekadar mengenal kebenaran Injil dan berkata, "Tuhan, Tuhan" (Lukas 6:46). Hidup kita harus diubahkan.

Seorang pendeta berjumpa dengan seorang pengusaha sabun tatkala sedang berjalan-jalan. Sementara mereka bercakap-cakap, pengusaha itu berkata, "Injil yang Anda beritakan tampaknya tidak akan begitu berguna karena masih ada banyak orang jahat berkeliaran." Pendeta tersebut mengamati seorang anak kecil di dekatnya, yang sedang membuat kue-kuean dari lumpur. Sekujur tubuh anak itu kotor berlumpur. Lalu ia berkata kepada pengusaha itu, "Sabun Anda juga tidak akan begitu berguna karena masih ada banyak kotoran di dunia ini." Pengusaha itu menjawab, "Yah, sabun itu baru berguna apabila orang menggunakannya." "Tepat!" ujar sang pendeta.

Apakah Anda menghayati iman Anda sungguh-sungguh, bukan sebagai suatu pernyataan belaka tetapi sebagai ungkapan kepercayaan yang sungguh kepada Kristus? Apakah hubungan Anda dengan Yesus telah mendatangkan perubahan dalam hidup Anda? --MRD

KEKRISTENAN ANDA TIDAK BERARTI APABILA HAL ITU TIDAK MENGUBAH KARAKTER ANDA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 22 April 2021

KUASA DOA

Bacaan: Efesus 6:10-18

NATS: Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16)

Saat menyeberangi Lautan Atlantik dengan sebuah kapal beberapa tahun lalu, seorang penulis sekaligus guru Alkitab bernama F. B. Meyer diminta untuk berkhotbah kepada para penumpang. Seorang agnostik [orang yang tidak peduli akan adanya Allah] mendengarkan khotbah Meyer mengenai doa yang dijawab, lalu berkata kepada temannya, "Saya tidak percaya kata-katanya sedikit pun."

Selanjutnya pada hari yang sama, orang itu kembali mendengarkan Meyer berkhotbah kepada kelompok penumpang yang lain. Namun sebelum pergi ke kebaktian itu, ia membawa dua buah jeruk di dalam sakunya. Ketika menuju ruang pertemuan, ia melewati seorang wanita tua yang tertidur nyenyak di kursi geladak. Lengannya terjulur dan tangannya terbuka lebar. Dengan maksud membuat lelucon, ia meletakkan dua buah jeruknya di telapak tangan wanita itu. Setelah kebaktian usai, ia melihat wanita tadi dengan gembira sedang memakan buah itu.

"Anda kelihatannya sangat menikmati buah jeruk itu," kata orang agnostik itu sambil tersenyum. "Ya, Pak," jawab wanita itu. "Bapa-Ku sangat baik kepadaku." "Apa maksudmu?" tanya orang agnostik itu. Ia pun menjelaskan, "Saya telah mabuk laut selama berhari-hari. Saya memohon kepada Allah agar mengirimkan sebuah jeruk. Saya jatuh tertidur ketika sedang berdoa. Ketika terbangun, saya mendapati bahwa Dia mengirimkan kepada saya tidak hanya satu tetapi dua buah jeruk!" Orang agnostik itu merasa takjub dengan perwujudan nyata yang tidak disangka-sangka dari khotbah Meyer mengenai doa yang dijawab. Maka, ia pun percaya kepada Kristus.

Ya, Allah menjawab doa-doa kita! --HGB

ALLAH SELALU MEMBERIKAN APA YANG KITA MINTA ATAU SESUATU YANG LEBIH BAIK

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 21 April 2021

MENYEMBAH YANG LAIN

Bacaan: Hakim-hakim 3:1-11

NATS: Saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (1Korintus 10:14)

Seandainya Anda menghabiskan waktu 26 jam seminggu untuk memandangi benda yang sama, Anda sebut apakah benda itu? Seandainya Anda begitu terpesona pada apa yang Anda lihat sehingga tak dapat melepaskan diri darinya, apa jadinya Anda nanti? Seandainya Anda membiarkan benda itu mengubah cara Anda berpikir dan bertindak, sedemikian kuatkah pengaruhnya? Seandainya Anda membiarkan benda itu menunjukkan dan memberitahukan segala sesuatu yang jelas salah dan Allah tidak ingin Anda terikat dengannya, mungkinkah benda itu menggantikan kedudukan Allah? Bukankah benda itu dapat disebut berhala?

Rata-rata keluarga Amerika menghabiskan waktu 26 jam seminggu untuk menonton televisi. Tentunya TV bukanlah satu-satunya berhala yang terdapat dalam masyarakat kita, tetapi merupakan salah satu berhala yang paling besar pengaruhnya. Hal-hal lain yang mungkin dapat mengalihkan kesetiaan kita kepada Allah, antara lain: olahraga, uang, pekerjaan, hobi, atau bahkan sesama kita. Mungkin juga musik, bioskop, atau internet telah merenggut kesetiaan kita.

Berhala dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan menguasai hidup kita. Karena itu, kita perlu melihat kembali murka Allah terhadap bangsa Israel untuk memahami bagaimana pandangan-Nya tentang berhala. Mereka menyembah Baal dan Asyera (Hakim-hakim 3:7), dan "bangkitlah murka TUHAN" terhadap orang Israel (ayat 8).

Mari kita periksa kesetiaan kita kepada Allah. Adakah kita menyembah sesuatu selain Allah Mahakuasa yang telah menciptakan kita? Janganlah kita melayani sesuatu yang lain kecuali Dia --JDB

BERHALA ADALAH SEGALA SESUATU
YANG MENGGANTIKAN TEMPAT ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 20 April 2021

DI TEMPAT YANG LEBIH TINGGI

Bacaan: Kolose 3:1-17

NATS: Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah (Kolose 3:1)

Seorang pilot sedang terbang melintasi gurun pasir Arab dan mendarat di sebuah oasis untuk mengisi bahan bakar pesawatnya. Setelah pesawatnya mengudara kembali, ia pun melintasi daerah yang bergunung-gunung. Tiba-tiba ia mendengar suara menggarut di belakangnya. Kedengarannya seakan-akan beberapa ekor binatang telah berada di dalam badan pesawat itu. Ia menjadi sangat kuatir, karena ia tahu bahwa jika binatang tersebut menggerogoti kawat listrik, maka bisa terjadi kerusakan yang serius pada pesawat. Namun tidak ada tempat mendarat di daerah yang tidak datar tersebut.

Kemudian pilot tersebut mendapat ide. Ia menambah kecepatan pesawatnya dan mengarahkannya naik. Semakin lama semakin tinggi ke angkasa sampai suara yang menggerogoti dan menggarut-garut itu berhenti. Ketika akhirnya mendarat di bandara udara, ia menemukan seekor tikus padang pasir yang sangat besar telah masuk tanpa diketahui ketika ia sedang mengisi bahan bakar di oasis tadi. Namun kini penumpang gelap yang tidak dikehendaki itu telah mati! Karena sudah terbiasa hidup di gurun pasir, tikus tersebut tidak mampu bertahan hidup ketika pesawat terbang sangat tinggi.

Demikian pula dengan kehidupan rohani kita. Ketika mendekat kepada Allah (Yakobus 4:8), kita menyingkirkan semua cara hidup yang jahat, egois, dan penuh dosa (Kolose 3:5). Maka pola hidup yang lama pun tidak dapat bertahan.

Carilah perkara yang di atas" (Kolose 3:1). Bila hubungan Anda dengan Tuhan semakin dekat, berarti Anda semakin jauh meninggalkan dunia di belakang Anda! --HGB

KITA MEMANG HIDUP DI DALAM DUNIA
TETAPI KITA TIDAK BOLEH MEMBIARKAN DUNIA HIDUP DI DALAM KITA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 19 April 2021

MENGHABISKAN WAKTU

Bacaan: Efesus 5:1-17

NATS: Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:15-16)

Seorang duduk di bangku sebuah taman dengan tangan terlipat, sambil memandang ke kejauhan. Manakala saya bertanya apa yang sedang ia lakukan, ia menjawab, "Oh, saya hanya menghabiskan waktu saja."

Betapa kejamnya orang yang melakukan hal tersebut terhadap sesuatu yang sangat berharga seperti waktu! Mengapa harus dibuang-buang? Waktu diberikan untuk diolah, bukan untuk dihabiskan dengan sia-sia. Waktu tidak boleh dibuang-buang tetapi harus dipergunakan sebaik-baiknya.

Tentu saja, ada masanya kita harus bersantai dan beristirahat. Bahkan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Marilah ke tempat yang sunyi ... dan beristirahatlah seketika!" (Markus 6:31). Namun itu bukan "menghabiskan waktu," melainkan menggunakan waktu untuk memulihkan tubuh yang lelah. Setelah itu, mereka akan dapat menggunakannya dengan lebih produktif dan efektif.

Sedikit waktu yang hendak kita boroskan dapat menjadi sangat berharga jika digunakan untuk berdoa, membaca Alkitab, bersaksi, mengunjungi teman yang dalam kesukaran, atau menghibur seseorang yang berduka. Hari ini, jika Anda mempunyai waktu luang, tanyakan kepada diri sendiri bagaimana Anda dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Anda mungkin berpikir bahwa saya berpandangan picik, tetapi Alkitab berkata dengan jelas--kita harus arif, dan mempergunakan waktu yang ada (Efesus 5:16).

Hari ini, lihatlah seberapa banyak kebaikan yang dapat Anda lakukan untuk Allah dan sesama itu bukanlah hal yang kecil bila Anda melakukannya. Kita takkan dapat "mengejar waktu yang hilang." Waktu yang hilang akan hilang untuk selamanya! --MRD

WAKTU--GUNAKAN SEBAIK-BAIKNYA
ATAU IA AKAN SEGERA HILANG!

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 18 April 2021

MELIHAT WAJAH-NYA

Bacaan: Matius 11:25-30

NATS: Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Matius 11:29)

Bertel Thorwaldsen, seorang pematung asal Denmark mendapat pesanan untuk membuat patung Kristus. Mula-mula ia mengambil tanah liat yang sangat lunak dan membuat modelnya. Kemudian ia meninggalkan studionya, membiarkan tanah liat yang sudah dibentuk itu menjadi kering dan keras. Akan tetapi, sepanjang malam itu kabut tebal yang bergulung-gulung dari laut menimbulkan kelembaban udara yang mengubah bentuk patung yang sudah dibuatnya.

Hari berikutnya ketika pematung itu kembali ke studionya, ia mengira karyanya yang masih mentah itu pasti sudah rusak. Dan, memang bentuknya sudah tidak lagi sama dengan sebelumnya. Kedua tangan Yesus yang tadinya terangkat seperti sedang memberkati, kini menjadi terulur ke depan seolah ingin mengundang setiap orang untuk datang kepada-Nya. Kepala Kristus yang sebelumnya menengadah ke langit, kini tertunduk ke bawah, sehingga sebagian wajah-Nya tak terlihat.

Melihat patung tersebut, Thorwaldsen tiba-tiba sadar bahwa demikianlah seharusnya patung Yesus dibentuk. “Jika Anda ingin melihat wajah Kristus,” katanya, “Anda harus datang dengan rendah hati dan berlutut!”

Semakin banyak kita belajar tentang Kristus dan berusaha mengikut Dia, kita pun semakin rindu untuk mencerminkan kelembutan dan kerendahan hati-Nya. Namun berapa banyak dari kita yang dapat mempraktekkan hal itu? Hanya sedikit dari kita yang sungguh-sungguh “lemah lembut dan rendah hati” (Matius 11:29).

Semakin dalam kita mengenal Dia, maka kesombongan dan keegoisan kita akan terkikis habis! --HGB

ANDA DAPAT MEMINTA KERENDAHAN HATI KEPADA TUHAN NAMUN TAKKAN PERNAH DAPAT BERTERIMA KASIH KARENA SUDAH RENDAH HATI

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 17 April 2021

APAKAH ANDA LAPAR?

Bacaan: Mazmur 119:33-40

NATS: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4)

Berhentilah sejenak! Tunggu sebentar! Sudahkah Anda membaca bacaan Kitab Suci untuk hari ini? Hanya delapan ayat pendek yang dapat Anda selesaikan dalam waktu 45 detik.

Tolong, jangan letakkan buku renungan ini dan mengomeli saya, "Saya sedang terburu-buru dan Anda malah menahan saya." Saya perhatikan Anda tetap sarapan pagi meski sudah terlambat. Anda menyediakan waktu untuk memberi makan tubuh Anda, tetapi Anda membiarkan jiwa Anda kelaparan. Ambillah waktu 45 detik saja untuk membaca Mazmur 119:33-40. Tidak menjadi masalah apabila Anda tidak melanjutkan bacaan dalam renungan ini, asalkan Anda membaca bacaan Alkitabnya.

Artikel-artikel dalam Renungan Harian tidak dirancang untuk menggantikan Alkitab, tetapi dimaksudkan untuk mendorong Anda agar lebih gemar membaca Alkitab. Jika membaca Renungan Harian justru membuat Anda menolak Firman Allah, lebih baik buang saja buku ini ke dalam tong sampah!

Ayub berkata, "Dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya" (Ayub 23:12). Yesus mengajarkan, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Matius 4:4).

Benar, Anda telah menghadapi hari yang berat kemarin, dan Anda tak dapat mengubahnya lagi sekarang. Jika demikian halnya mengapa Anda harus terkejut bila mengalami hari yang buruk karena Anda tidak memulainya dengan Firman Allah? Jangan lakukan kesalahan yang sama hari ini. Ambillah waktu untuk membaca Firman Allah --MRD

JIKA ANDA MERASA TERLALU SIBUK UNTUK MEMBACA ALKITAB, ANDA AKAN BENAR-BENAR TIDAK DAPAT MENYEDIAKAN WAKTU UNTUK ITU

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 16 April 2021

MALAM YANG GELISAH

Bacaan: Mazmur 16

NATS: Pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku (Mazmur 16:7)

Pemazmur Daud melewati malam--malam yang sepi tatkala segalanya seolah tak terkendali. Keraguan dan ketakutan menghinggapinya, namun ia tak dapat lari dari masalah. Ia berusaha menyingkirkan dan menghindari masalah tersebut sama seperti yang sering kita lakukan, tetapi akhirnya ia harus kembali kepada sang Gembalanya (Mazmur 23:1) dan mengingatkan dirinya sendiri akan kehadiran Tuhan. Dan, hal tersebut membawa kedamaian dalam jiwanya yang gundah gulana. Daud berkata, "Karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah" (16:8).

Kita juga pernah mengalami sukar tidur saat pikiran kita diliputi banyak kecemasan, jengkel dengan kegelapan, atau saat kita sangat ingin bisa tidur. Sesungguhnya kita tidak perlu resah, karena kita dapat bersahabat dnegan kegelapan. Lihatlah, Allah justru sering hadir dalam kegelapan malam untuk mengunjungi kita, menasihati kita, dan memberi petunjuk kepada kita. Mungkin di atas tempat tidur kita dapat mendengar suara Allah. Kita dapat mendengarkan rencana-rencana-Nya dan merenungkan firman-Nya.

Kita dapat mendoakan setiap masalah kita kepada Tuhan, atau menyerahkan keselamatan diri kita kepada Dia (1 Petrus 5:7). Kita dapat mengungkapkan segala hal kepada Tuhan baik tentang kegagalan, konflik, tantangan, kekuatiran, dan kekecewaan kita-yang membuat kita tertekan dan sulit tidur-serta mendengarkan nasihat-nasihat-Nya. Inilah yang dapat menghindarkan kita dari penyakit insomnia [susah tidur]. Inilah rahasia agar dapat tidur nyenyak -DHR

JIKA TIDAK DAPAT TIDUR, ANDA TAK PERLU MENGHITUNG DOMBA
BERBICARALAH SAJA KEPADA SANG GEMBALA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 15 April 2021

Kerendahan Hati

Bacaan Alkitab hari ini:
Lukas 14:1-14

Pada suatu hari Sabat, Tuhan Yesus diundang ke sebuah perjamuan makan yang diadakan oleh salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi (14:1). Semua orang yang hadir mengamat-amati Tuhan Yesus dengan seksama. Sebaliknya, Tuhan Yesus juga mengamati mereka. Dia melihat bahwa orang-orang yang hadir berupaya duduk di tempat kehormatan (14:7). Mereka berupaya untuk mendapat penghormatan bagi diri mereka sendiri. Mereka mencari kemuliaan! Sikap ingin memuliakan diri atau menyombongkan diri itu tidak sesuai dengan prinsip Kerajaan Allah. Mereka yang menyombongkan diri akan direndahkan oleh Allah yang merupakan Pemimpin Tertinggi dari segala sesuatu. Untuk menyadarkan mereka, Tuhan Yesus mengajar melalui sebuah perumpamaan.

Yang disampaikan Tuhan Yesus adalah perumpamaan tentang perjamuan pesta perkawinan. Tuhan Yesus mengingatkan agar orang yang diundang tidak langsung duduk di tempat terhormat, melainkan mencari tempat duduk di tempat paling rendah. Mungkin saja tuan rumah kemudian mendatangi kita dan memberikan tempat yang terhormat bagi diri kita. Penting untuk disadari bahwa tuan rumah dalam perumpamaan ini memiliki otoritas untuk menentukan siapa yang boleh duduk di tempat kehormatan dan siapa yang harus duduk di tempat paling rendah. Sama seperti seorang guru wali kelas berhak menentukan tempat duduk murid-muridnya, demikian juga tuan rumah berhak memberi penghormatan kepada siapa saja yang ia kehendaki. Prinsip yang berlaku dalam pesta perkawinan ini adalah, “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (14:11). Prinsip ini berbeda dengan prinsip hidup dalam masyarakat pada umumnya. Biasanya, orang harus berlomba meninggikan diri dengan mengandalkan kemampuan dan kehebatannya. Dalam perlombaan itu, tidak jarang terjadi bahwa orang lain harus dikorbankan.

Dalam perumpamaan tentang pesta perkawinan ini, orang yang meninggikan diri atau yang merasa pantas dimuliakan justru akan direndahkan karena yang pantas dimuliakan hanya Allah saja. Sebaliknya, orang yang rendah hati akan ditinggikan karena mereka telah merendahkan diri untuk memuliakan Allah. Apakah Anda telah merendahkan diri Anda? [GI Wirawaty Yaputri]

Sumber: Renungan GKY

Rabu, 14 April 2021

Orang Baik Kok Menderita?

Mungkin kita sering mendengar orang berkata: "Mengapa ia bisa mengalami hal itu? Padahal ia orang baik. Kasihan, ya?" Orang cenderung berpikir bahwa tidak adil bila ada orang baik yang hidup menderita. Ibarat orang tak bersalah yang harus menerima hukuman. Orang berpikir bahwa hidup orang baik itu selalu diberkati Tuhan. Atau, bila ia harus mengalami kesulitan, Allah akan segera menolong.

Di dalam Alkitab kita bisa lihat kisah seorang Ayub. Dituliskan bahwa Ayub adalah orang saleh, yang bahkan dipuji oleh Allah sendiri. Namun, Ayub harus mengalami penderitaan yang datang bertubi-tubi. Dari yang awalnya kaya raya sekarang jatuh miskin; dari yang semula sehat menjadi jatuh sakit. Seluruh anaknya tewas dalam sebuah kejadian. Istri serta teman-temannya meninggalkan Ayub.

Apa salah Ayub? Tidak, Ayub tidak bersalah. Lalu mengapa ia mengalami penderitaan yang begitu berat? Karena Allah ingin mengajar Ayub tentang siapa diri-Nya. Melalui penderitaan, Allah ingin Ayub mengenal Dia lebih dalam. Dan inilah yang diakui Ayub pada akhir cerita tentangnya. Pengenalan Ayub akan Allah menjadi lengkap saat ia berkata: "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5).

Penderitaan bukan berasal dari Allah, tetapi kerap kali Allah mengizinkan hal itu terjadi supaya kita dapat memetik hikmah dari penderitaan tersebut; baik itu hikmah mengenai kekudusan, pertobatan, ataupun mengenai Allah sendiri. Jadi, daripada menangis dan mengeluh, mari temukan apa yang hendak Tuhan ajarkan lewat penderitaan kita.

Sumber: Renungan Kristen

Selasa, 13 April 2021

KACANG DI LOTENG

Bacaan: Yohanes 12:20-33

NATS: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24)

Seorang Kristen yang dilahirkan dan dibesarkan di sebuah rumah kayu mengunjungi rumah masa kecilnya yang telah 35 tahun lamanya ia tinggalkan. Saat memasuki rumah kayu yang telantar itu, ia teringat bahwa ketika masih kecil ia pernah menanam beberapa biji kenari di sepanjang tepi sungai yang mengalir melalui tanah pertanian itu. Pada saat berjalan ke arah sungai, ia mendapati sebaris pepohonan kenari yang sangat menawan.

Kemudian ia teringat bahwa ia juga pernah menyimpan beberapa biji kenari di loteng. Karena ingin tahu apa yang terjadi dengan kenari itu, maka ia pun naik ke loteng yang gelap dan meraba-raba ke pojok loteng sampai ia menemukannya. Alangkah jauh bedanya! Kenari-kenari yang disimpannya di loteng menjadi kering dan tertutup debu, sedangkan bebijian yang ditanamnya telah menjadi pohon-pohon hijau yang rindang! Seketika itu juga kata-kata Yesus muncul dalam benaknya dengan pengertian yang baru: "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah" (Yohanes 12:24).

Yang dimaksudkan Tuhan ialah kematian-Nya sendiri tatkala Dia berkata demikian. Namun hal itu berlaku juga bagi orang-orang percaya. Bila kita tidak mau "mati" terhadap keinginan diri sendiri yang egois, kita akan "tetap satu biji saja." Dengan kematian Kristus di kayu salib bagi dosa manusia dan dengan kematian orang Kristen terhadap dosanya sendiri, maka berlakulah prinsip yang sama: Dalam kematian ada kehidupan! --RWD

KITA MATI BILA KITA HIDUP UNTUK DIRI SENDIRI, KITA HIDUP BILA KITA MATI TERHADAP DIRI SENDIRI

Sumber: Renungan Harian

Senin, 12 April 2021

Kesalahan David Beckham

Bacaan: YEREMIA 31:27-34

"Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dos (Yeremia 31:34)

David Beckham dianggap sebagai salah satu talenta hebat dalam sejarah sepak bola. Aksi-aksinya semasa masih aktif bermain, terutama tendangan bebasnya, sangat terkenal dan ditakuti oleh para lawannya. Namun, Beckham pernah melakukan satu kesalahan yang rasanya akan terus dianggap sebagai "dosa", yakni ketika ia membela Timnas Inggris melawan Argentina pada Piala Dunia 1998. Aksi tekel yang berbuah kartu merah, dianggap sebagai biang kegagalan lolosnya Timnas Inggris ke babak delapan besar.

Sungguh tak enak apabila kesalahan kita selalu diingat, terutama oleh orang-orang yang dekat dan kita percayai. Namun, kita bersyukur karena Allah tidak seperti itu. Berdasarkan nubuatan yang disampaikan Yeremia, di dalamnya terkandung janji bahwa Allah akan mengampuni kesalahan dan tidak lagi mengingat dosa mereka. Janji yang terasa melegakan bagi kita, karena ketika kita datang kepada Allah untuk memohon pengampunan, Allah tak hanya akan mengampuni dosa dan kesalahan kita ... tetapi tidak lagi mengingatnya!

Selain mensyukuri janji firman ini, kita pun diharapkan dapat melakukan perkara yang sama kepada orang lain yang bersalah kepada kita. Pintu maaf yang terbuka dan kesediaan untuk tidak mengingat (mengungkit) kesalahan, akan menjadi perkara yang melegakan bagi orang yang menerimanya. Bukankah jika kita ada dalam posisi mereka, kita juga mengharapkan perkara yang sama? Biarlah kita tak hanya dikenal sebagai pribadi pemaaf (pengampun), tetapi juga dikenal tidak suka mengingat kesalahan orang lain. --GHJ/www.renunganharian.net

PENGAMPUNAN YANG KITA TERIMA DARI ALLAH, WAJIB KITA TERUSKAN
KEPADA SESAMA YANG MEMBUTUHKAN.

Minggu, 11 April 2021

SALAH TAKSIR

Bacaan: Yesaya 40:25-31

NATS: Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya (Yesaya 40:29)

Para peneliti di Universitas Virginia mendapati bahwa kebanyakan orang melihat kemiringan suatu bukit lebih terjal dari kenyataannya, khususnya ketika mereka sedang lelah atau membawa barang berat. Tatkala mereka mengira kemiringan bukit 30 derajat, ternyata kenyataannya hanya 10 derajat; dan yang diduga memiliki kemiringan 20 derajat, ternyata hanya 5 derajat. Taksiran mereka kerapkali salah. Mereka bahkan tak percaya dugaan mereka dapat meleset sejauh itu.

Saat kita berbeban berat dan mengalami keletihan, masalah yang kecil sekalipun bisa tampak begitu besar sehingga sulit dipecahkan. Ketika menghadapi ujian kehidupan, kita tergoda untuk duduk di kaki bukit yang terjal dan berdiam diri di sana, karena lereng bukit itu tampak terlalu terjal untuk dilalui.

Itulah sebabnya kita membuthkan penguatan firman Allah. Firman itu akan mengarahkan perhatian kita kepada Allah yang tak kenal lelah, yang mengenal kebutuhan kita. Yesaya menulis, "Tuhan ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya" (Yesaya 40:28,29).

Karena sering salah menilai kesulitan-kesulitan yang ada dalam kehidupan ini, kita membutuhkan kekuatan untuk tetap bertahan tatkala kita digoda untuk menyerah. Berimanlah kepada-Nya hari ini juga dan bergabunglah dengan mereka yang hidup mengandalkan Tuhan, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (ayat 31). Dalam kekuatan-Nya, Anda dapat menaklukkan bukit seterjal apa pun -DCM

ALLAH SELALU MEMBERI KITA KEKUATAN YANG CUKUP UNTUK MENGAMBIL LANGKAH SELANJUTNYA

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 10 April 2021

JANGAN SALAH BERPERANG

[[Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan ... roh-roh jahat di udara. ]] (Efesus 6:12)

Suatu hari saya mengunjungi seseorang yang sakit di rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa ia menderita autoimmune, yakni kondisi sistem kekebalan yang seharusnya melindungi tubuh, kini malah menyerang tubuh. Kondisi ini ibarat prajurit yang menyerang negaranya sendiri alias “senjata makan tuan”.

Penyakit itu tentunya sangat mengerikan, tetapi masih ada yang lebih mengerikan, yakni ketika kita menyerang sesama kita karena kita gagal mengenali siapa musuh kita. Kita mengira musuh kita adalah sesama kita—suami, istri, anak, orangtua, sahabat, dll.—yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah melukai hati kita.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa musuh kita bukanlah sesama kita, melainkan Iblis. Iblislah satu-satunya musuh kita yang sebenarnya—musuh yang selalu sigap menggunakan setiap kesempatan dan kelemahan kita untuk mengadu domba dan memecah belah agar kita mudah dihancurkan.

Oleh karena itu, jangan salah berperang! Jika kita menyimpan kemarahan, iri hati, dengki, merencanakan untuk membalas dendam, dan memelihara berbagai pikiran negatif yang lain terhadap sesama kita, berarti kita sedang bersekongkol dengan Iblis untuk melawan sesama kita.

Dengan demikian, apa pun yang telah dilakukan oleh sesama kita terhadap kita, marilah kita belajar untuk mengampuni dan mengasihinya seperti Tuhan Yesus telah mengampuni dan mengasihi kita. Bersatulah untuk melawan si Iblis, maka kita pasti menang. (Ruth Retno Nuswantari)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Jumat, 09 April 2021

Buang Semua Berhala di Hidupmu!

Baca: Yehezkiel 20:30-44

"Apakah kamu menajiskan dirimu juga dengan cara hidup nenek moyangmu dan berzinah dengan mengikuti dewa-dewanya yang menjijikkan?" (Yehezkiel 20:30)

Hari ini banyak orang yang mengikuti Kristus tetapi masih menyimpan berhala atau memiliki berhala-berhala dalam hidupnya. Memang setiap Minggu mereka masih rajin pergi ke gereja, namun sesungguhnya ia mencintai hartanya lebih dari cintanya kepada Tuhan. Hati mereka telah terpaut kepada harta. "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Padahal Alkitab jelas menyatakan: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Ada pula mereka yang tampak aktif melayani pekerjaan Tuhan, namun sesungguhnya mereka melakukannya bukan untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, tetapi untuk dilihat orang, dipuji, dihormati dan memiliki reputasi baik di mata orang-orang di sekitarnya. Sesungguhnya mereka telah memberhalakan dirinya sendiri.

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, yang dikuduskan untuk menjadi umat yang beribadah kepada-Nya. Namun ketika melihat kehidupan bangsa-bangsa lain yang menyembah kepada berhala mereka pun terpengaruh dan akhirnya hati mereka menjadi bercabang dua: kepada Tuhan dan juga berhala. Artinya mereka tidak meninggalkan Tuhan sepenuhnya, tapi mereka juga menyembah kepada berhala-berhala. Tak terhitung banyaknya Tuhan menegur dan memperingatkan, sebentar saja bertobat tapi kemudian berbalik lagi kepada berhala. Bagaimana rasanya jika orang yang kita kasihi telah mendua atau berpaling kepada yang lain? Kita pasti merasa cemburu dan hati ini terasa sakit. Tuhan sangat membenci umat-Nya yang bercabang hati. "...mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka. " (Ulangan 32:21). Berhala adalah kejijikan dan kekejian di mata Tuhan, dan Ia memandang umat yang melakukannya sebagai kenajisan.

Berhala-berhala zaman ini memiliki berbagai macam bentuk. Berhala adalah segala hal yang menggeser posisi Tuhan sebagai penguasa hati dan hidup kita. Uang, kekayaan, jabatan, bisnis, bahkan gadget dan sebagainya dapat menjadi berhala ketika semuanya itu menjadi lebih utama daripada Tuhan dan menyita sebagian besar waktu dalam hidup kita, sampai-sampai kita tak punya waktu lagi untuk Tuhan.

Buang dan singkirkan berhala-berhala yang selama ini menjadi kebencian Tuhan!

Sumber: Renungan Kristen

Kamis, 08 April 2021

Pahit Menjadi Manis

Baca: Keluaran 15:22-27

"Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu." (Keluaran 15:27)

Banyak hal yang tidak kita mengerti tentang pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita, di mana adakalanya Dia ijinkan kita melewati masa-masa yang sukar dengan berbagai ujian agar kita belajar bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Namun acapkali respon kita negatif terhadap Tuhan dengan berpikir Ia sudah tidak peduli kepada kita. Kita pun kecewa, menyalahkan Tuhan dan secepat kilat meninggalkan Dia.

Sesungguhnya, rancangan Tuhan bagi umat yang dikasihinya adalah "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11), sebagaimana Ia membawa bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir menuju ke negeri yang dijanjikan-Nya yaitu Kanaan yang berlimpah susu dan madu. Sekalipun sepanjang perjalanan bangsa Israel harus mengalami didikan Tuhan dan melewati pengalaman-pengalaman buruk di padang gurun, tidaklah berarti Tuhan gagal dan lalai akan rancangan dan janji-Nya terhadap mereka. Namun mengapa Tuhan tidak langsung membawa umat pilihan-Nya ini ke suatu tempat yang nyaman setelah keluar dari Mesir, sebelum mereka melanjutkan perjalanan panjang ke negeri perjanjian itu? Mengapa Dia malah membawa mereka ke Mara, suatu tempat di mana airnya terasa pahit sehingga mereka tidak dapat minum?

Mungkin saat ini kita mengalami hal yang sama seperti dialami bangsa Israel, hal-hal yang begitu pahit dan buruk menimpa kita. Kita mengalami itu bukanlah tanpa alasan. Tuhan ijinkan hal-hal yang pahit itu terjadi dan kita rasakan karena ada rencana-Nya yang indah yaitu membawa kita masuk ke suatu tempat yang penuh dengan sukacita; ada berkat di balik masalah yang ada. Ada kemanisan di balik kepahitan itu, dan tempat itu adalah Elim. "Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu." (ayat nas). Seberat apa pun masalah yang kini sedang kita alami, tetaplah bertekun dan nantikanlah Tuhan dengan sabar.

Tidak terlalu sukar bagi Tuhan untuk mengubah hal yang pahit menjadi manis bagi kita!

Sumber: Renungan Kristen

Rabu, 07 April 2021

Jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi ...? — 1 Korintus 3:3

Pernahkah Anda berpikir tentang betapa seriusnya keduniawian. Hebatnya peperangan keinginan daging melawan Roh dan Roh melawan daging akan mulai dirasakan ketika seseorang lahir baru. Renungan ini tidak mengambil contoh hal-hal sensual, tetapi hal-hal yang tampak sepele dan sering menguasai orang-orang, yaitu kemarahan dan ketersinggungan. Jalan keluar? Kita tidak diminta mengatasinya. Allah mengerjakannya untuk kita?

Apakah Saya Berpikiran Duniawi?

Manusia lahiriah atau orang yang belum beriman, tidak tahu apa-apa tentang seriusnya keduniawian. Keinginan daging berperang melawan Roh, dan Roh berperang melawan daging – peperangan yang mulai pada kelahiran baru, yang menghasilkan kesadaran akan hal itu. Akan tetapi, Paulus mengatakan, “Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Galatia 5:16). Dengan kata lain, keduniawian akan lenyap.

Adakah Anda suka berselisih dan mudah tersinggung atas hal-hal sepele? Apakah Anda berpikir menyangka bahwa tidak seorang Kristen pun pernah (berperilaku) seperti itu? Paulus menyatakan bahwa ada orang-orang Kristen seperti itu, dan dia Paulus menghubungkan sikap ini dengan keduniawian.

Adakah kebenaran dalam Alkitab yang dengan segera menyentakkan Anda tentang roh kebencian atau dendam dalam diri Anda? Jika demikian, itu menjadi bukti bahwa Anda masih duniawi. Jika proses penyucian terus bekerja dalam hidup Anda, tidak akan ada jejak roh demikian tersisa.

Jika Roh Allah mendapati suatu yang salah dalam diri Anda, Dia tidak meminta Anda untuk mengatasinya; Dia hanya meminta Anda menerima terang kebenaran, dan kemudian Dia yang akan mengatasinya untuk Anda. Seorang anak terang akan mengaku dosanya dengan segera dan bersikap terbuka di hadapan Allah. Akan tetapi, anak kegelapan akan berkata, "Oh, aku dapat menjelaskannya”?

Bila terang itu bersinar dan Roh membawa Anda pada keyakinan akan dosa, jadilah seorang anak terang, akuilah perbuatan Anda yang salah, Allah akan menyelesaikannya. Namun, jika Anda mencoba membenarkan diri, Anda membuktikan diri sebagai anak kegelapan.

Apakah bukti bahwa keduniawian itu telah lenyap? Jangan sekali-kali menipu diri Anda sendiri. Apabila keduniawian itu lenyap, Anda akan mengetahuinya – itu merupakan hal yang paling real/nyata yang dapat Anda bayangkan. Dan Allah akan membuat sedemikian sehingga Anda akan mendapat sejumlah peluang untuk membuktikan kepada diri sendiri mukjizat anugerah-Nya.

Buktinya sangat praktis. Anda akan mendapati diri Anda berkata, “Jika ini terjadi sebelumnya, saya pasti telah memiliki roh kemarahan!” Dan Anda tidak akan pernah berhenti menjadi orang yang paling merasa kagum di bumi atas hal yang telah dikerjakan Allah dalam diri Anda.

Sumber: Renungan Oswald Chambers

Selasa, 06 April 2021

DOA UCAPAN SYUKUR

Bacaan: Filipi 4:6-13

NATS: Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)

Kelainan yang langka pada otak Judy membutuhkan operasi yang sangat teliti dan berhati-hati. Dengan disaksikan oleh banyak dokter dan mahasiswa kedokteran, prosedur yang penuh risiko tersebut berlangsung di dalam ruang operasi sebuah rumah sakit penelitian.

Beberapa saat sebelum operasi dimulai, sang dokter bertanya, "Apakah Anda ingin bertanya?" Judy menjawab, "Bolehkah saya berdoa bagi Anda?" Sementara banyak mata memandangnya, Judy mengucap syukur kepada Allah atas keahlian yang dimiliki dokter itu, memohonkan hikmat untuknya, dan menyerahkan jalannya operasi ke dalam tangan Tuhan.

Betapa senangnya hati Allah ketika kita tanpa malu-malu membawa persoalan-persoalan kita kepada-Nya dengan ucapan syukur! Judy tidak meminta Allah menyelamatkan nyawanya. Ia yakin bahwa Bapa surgawi mengetahui betapa besar keinginannya untuk hidup. Ia hanya mengucap syukur atas pengetahuan dan keahlian yang dimiliki sang dokter, dan mempercayakan dirinya ke dalam perawatan khusus sang Tabib Agung.

Operasi tersebut berhasil, dan hal itu memberi Judy kesempatan untuk hidup lebih lama. Para dokter di rumah sakit tersebut melihat secara langsung iman kepada Allah yang benar dan hidup. Paulus berkata, "Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (Filipi 4:6). Perhatikan bahwa Allah tidak berjanji untuk memberikan semua yang kita inginkan, melainkan "damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (ayat 7). Benar-benar hadiah yang luar biasa!--DJD

O what peace we often forfeit,
O what needless pain we bear,
All because we do not carry
Everything to God in prayer. --Scriven

UCAPAN SYUKUR DALAM DOA DAPAT MENGANGKAT BEBAN PERSOALAN KITA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 05 April 2021

Jangan Banyak Bicara, Banyaklah Mendengar!

Baca: Mazmur 34:12-15

"Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu;" (Mazmur 34:14)

Salah satu permasalahan yang sedang terjadi di dunia akhir-akhir ini adalah banyak orang cenderung lebih suka berbicara daripada mendengar: sedikit-sedikit melakukan protes, sedikit-sedikit berkomentar, sedikit-sedikit berdebat, sedikit-sedikit mengkritik, sedikit-sedikit mencela, memaki atau berkata kasar tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Intinya, orang lebih senang berbicara tanpa mau belajar untuk mendengar orang lain. Ada tertulis: "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). Berhati-hatilah! Lidah menentukan banyak dalam hidup manusia, dan sebagian besar persoalan dalam kehidupan rumah tangga/keluarga, masyarakat, gereja dan bahkan suatu bangsa seringkali dimulai dari lidah.

Dari awal Tuhan menciptakan manusia dengan satu mulut dan dua telinga dengan tujuan supaya manusia lebih banyak mendengar dari pada berbicara, bukan sebaliknya. Maka penting sekali menjaga lidah atau perkataan kita. Orang yang takut akan Tuhan bukan hanya akan mampu menjaga hati dan pikiran, tetapi juga lidahnya. Kalau berbicara, perkataannya pasti mendatangkan berkat, damai sejahtera, menguatkan, memberi semangat dan memberkati orang yang mendengarnya. Sebaliknya orang yang tidak bisa menjaga lidahnya dan suka menggemakannya, di mana pun pasti tidak disukai orang dan memiliki banyak musuh, karena lidahnya "...seperti pisau cukur yang diasah," (Mazmur 52:4), sehingga banyak orang terluka karenanya, bahkan bisa menjadi senjata makan tuan.

Tuhan menghendaki kita untuk banyak mendengar! "Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan, supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan." (Amsal 5:1-2). Dengan mengarahkan telinga kepada nasihat, ajaran, saran atau hal-hal positif dan terutama sekali mendengar firman Tuhan, maka bukan hanya pengetahuan, kebijaksanaan dan kepandaian yang semakin ditambahkan, tapi juga berkat-berkat Tuhan semakin dinyatakan dalam hidup kita.

Mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik? Jagalah lidahmu! (baca 1 Petrus 3:10-11).

Sumber: Renungan Kristen

Minggu, 04 April 2021

ANDA PUN AKAN HIDUP!

Yohanes 11:25-26 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"

Kita semua cinta stabilitas dalam hidup kita. Kita semua suka berasumsi bahwa segalanya akan tetap sama, tetap terkendali. Kita takut perubahan yang mengacaukan--diberhentikan atau dipecat, menderita luka dalam kecelakaan mobil, dirawat di rumah sakit karena suatu penyakit. Lebih buruknya--kita takut harus tinggal di panti jompo, dipindahkan ke klinik perawatan.

Mimpi buruk Marta jadi kenyataan--Yesus Sang Penyembuh terlambat tiba di Betania untuk menyelamatkan saudaranya yang sakit, Lazarus. Maka kata Marta kepada Yesus: "'Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.'. . . Kata Yesus kepada Marta, 'Saudaramu akan bangkit'" (Yohanes 11:21-23).

Kalimat itu datang dari Yesus, Tuhan dan Penguasa atas dosa, sakit penyakit, maut, dan neraka. Kebangkitan-Nya memberikan Dia kuasa and otoritas untuk membatalkan maut. Dia mempertunjukkan kuasa itu di kubur Lazarus dengan memerintahkan orang mati itu untuk datang keluar dan hidup. Orang mati yang hidup kembali itu adalah versi demo dari apa yang Yesus akan lakukan dalam skala besar di akhir jaman.

Kebangkitan Yesus Kristus menjinakkan ketakutan terdalam kita. Kebangkitan Yesus Kristus menjamin pengampunan dosa-dosa Anda. Tak ada penghukuman bagi mereka yang percaya dalam Yesus. Kebangkitan Yesus Kristus menjamin milik Anda. Dia hidup. Anda pun akan hidup.

Sumber: You Version

Sabtu, 03 April 2021

Menguatkan Hati

Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia (Yohanes 16:33)

Corrie dan saudara perempuannya, Betsie, sedang mengantri untuk menjalani pemeriksaan medis mereka. Sambil menggigil di lorong yang dingin dan terhina karena harus telanjang di hadapan para penjaga, Corrie teringat akan Yesus yang tergantung telanjang di kayu salib. Ia lalu berbisik kepada Betsie, “Mereka juga mengambil pakaian-Nya.” Betsie tersentak dan menjawab, “Ya, Corrie. Dan aku tidak pernah berterima kasih kepada-Nya.”

Dalam kamp konsentrasi Ravensbruck yang mengerikan di Jerman semasa Perang Dunia II, Corrie ten Boom mengingat apa yang Yesus derita—dan itu menguatkan dirinya. Pembuat jam tangan asal Belanda itu, ayahnya yang telah lanjut usia, dan saudara perempuannya telah dikhianati dan dipenjarakan karena menyembunyikan orang-orang Yahudi di rumah mereka. Ayah dan saudara perempuan Corrie meninggal dalam tahanan, tetapi Corrie dibebaskan karena terjadi “kesalahan administrasi”. Setelah bebas, ia pun bersaksi kepada ribuan orang tentang kasih dan pengampunan Allah yang ajaib.

Tuhan Yesus dikhianati, dihina, dan didera—lalu mati telanjang di atas kayu salib sementara para serdadu mengundi pakaian-Nya (Markus 15:15-25). Dia menanggung semua itu karena Dia mengasihi kita (Yohanes 3:16)! Sebagai murid-murid-Nya, seperti Corrie, kita juga dapat menemukan penghiburan di dalam pencobaan, penganiayaan, dan penderitaan kita. Juruselamat kita yang menderita memahami semua yang kita alami, dan Dia memberikan kepastian: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yohanes 16:33).

Bagaimana kesadaran bahwa Anda tidak sendirian menghadapi penderitaan dapat menghibur hati Anda? Kapan Anda pernah mengalami damai sejahtera di tengah kesusahan yang melanda?

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau rela dihina dan menderita, bahkan sampai mati bagiku. Aku tidak pantas mendapatkannya, tetapi Engkau mengasihiku. Benar-benar mengasihiku!


Sumber: Our Daily Bread


 


 


 


SALING MENDAHULUI

Bacaan: Filipi 4:1-7

NATS: Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan (Filipi 4:2)

Saya tidak tahu mengapa Euodia dan Sintikhe berselisih satu sama lain. Dengan menyadari sifat dasar manusia pada umumnya, saya menduga bahwa hal itu disebabkan karena sesuatu yang sepele. Apa pun penyebabnya, perselisihan mereka jelas mengganggu seluruh jemaat.

Yang saya tahu adalah jika kedua wanita itu tidak mau berdamai dengan meminta maaf dan memberi maaf, maka permusuhan akan terus berlanjut. Pasti masalahnya cukup serius sehingga menarik perhatian Paulus.

Pada masa kini, kondisinya pun tak jauh berbeda. Di sebuah gereja yang pernah saya kunjungi, saya melihat keluarga-keluarga yang saling berselisih duduk berjauhan. Mereka tidak saling berbicara dan menghindari terjalinnya hubungan dalam bentuk apa pun. Apa masalahnya? Mereka berselisih paham tentang apakah mereka harus menyajikan kopi di ruang tamu atau di ruang bawah tanah gereja!

Menyedihkan memang. Namun, seringkali saudara dan saudari dalam Kristus saling tidak mau kalah dan menunggu berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun agar orang lain meminta maaf terlebih dahulu. Dan, tak seorang pun bertindak.

Memang sulit untuk memulai lebih dahulu. Hal ini membutuhkan kerendahan hati dan kasih karunia. Namun Allah, yang memberi kita kasih karunia untuk segala hal, akan memampukan kita untuk bertindak lebih dahulu dalam memperbaiki sebuah hubungan. Hendaklah Anda saling mendahului dalam mengusahakan perdamaian!--DCE

ORANG YANG MUDAH TERSINGGUNG
AKAN MENANGGUNG BEBAN YANG MENEKAN JIWA

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 02 April 2021

DI MANA LETAK KEBAIKANNYA?

Bacaan: Matius 27:41-54

NATS: Kita...diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya (Roma 5:10)

Saat menghadapi suatu masalah yang tak kunjung berakhir, seringkali kita berseru, "Saya perlu mukjizat!" Sebuah mukjizat mungkin akan terjadi, tetapi bila tidak, apakah itu berarti kebaikan Allah tidak berlaku?

Izinkan saya mengajukan sebuah pertanyaan lain: Mengapa Jumat Agung, hari tatkala Yesus digantung di atas kayu salib disebut "agung"? Jika sekiranya pada saat itu suatu mukjizat terjadi, mungkin istilah itu tepat digunakan. Bahkan para pengejek yang ada di situ menantang, "Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya" (Matius 27:42). Namun, Yesus tidak menanggapi mereka. Penulis Philip Yancey menggambarkannya sebagai "masa tanpa mukjizat."

Sebenarnya Yesus tak pantas disalibkan. Namun Allah, sesuai dengan tujuan-Nya yang penuh kasih, menggunakan penderitaan yang harus ditanggung Yesus untuk memenuhi kebutuhan utama kita, yaitu "diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya" (Roma 5:10). Itulah sebabnya hari yang mengerikan itu disebut "agung."

Apakah Anda merasa bahwa mukjizat merupakan satu-satunya pengharapan Anda untuk dapat menyaksikan kebaikan Allah? Renungkanlah apa yang telah Kristus lakukan--sekalipun lewat penderitaan, Dia menggenapi rencana keselamatan. Renungkan pula bahwa Jumat Agung merupakan hari Kristus yang "tanpa mukjizat." Suatu saat Anda akan mampu melihat kembali masa-masa kelam dalam hidup Anda dan dengan jujur menyebutnya "baik" --JEY

ALLAH MENGGUNAKAN HAMBATAN DALAM KEHIDUPAN UNTUK MEMBUAT KITA BERGERAK MAJU

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 01 April 2021

IBADAH YANG SEJATI

[[Mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. ]] (Roma 12:1)

Setiap orang yang beragama pasti beribadah, tetapi tidak semua orang yang beribadah mengerti makna ibadah yang benar. Kitab 1 Timotius 6:5 menyinggung mengenai orang-orang yang menganggap ibadah sebagai sumber keuntungan. Biasanya mereka akan bertanya, “Apa yang saya peroleh jika saya beribadah?” Tak heran jika banyak orang mencari gereja yang menjanjikan kelimpahan materi, kepastian kesembuhan, dan sejenisnya. Ada pula orang yang mendirikan gereja untuk memperkaya diri melalui uang persembahan jemaat. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Dengan cinta uang, orang bisa menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, termasuk dengan kedok ibadah.

Sebenarnya, ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Artinya, orang yang dengan tulus beribadah pasti diberkati, tetapi jangan meminta berkat sebagai motivasi kita beribadah. Bertanyalah “Apa yang bisa saya berikan kepada Tuhan, gereja, dan sesama?”, bukan “Apa yang bisa saya dapat dari Tuhan, gereja, dan sesama?”. Tuhan telah terlebih dahulu memberikan segalanya kepada kita melalui pengurbanan Yesus di kayu salib untuk menyelamatkan semua orang percaya dari dosa dan maut. Maka sudah seharusnya orang percaya memberikan apa yang bisa diberikan kepada Tuhan, gereja, dan sesama sebagai ungkapan syukur yang tulus untuk memuliakan nama Tuhan.

Bagaimana dengan ibadah kita? Siapa atau apa yang menjadi fokus hidup kita? Tuluskah kita? (Ruth Retno Nuswantari)

Sumber: Amsal Hari Ini