KEKAYAAN YANG SEJATI
[[Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. ]] (1 Timotius 6:6)
Dosen saya pernah melakukan kunjungan misi ke negeri Tiongkok. Di sana ia mengunjungi kelompok orang Kristen di pedesaan yang hidup sederhana. Kondisi daerah mereka tentu kontras dengan Singapura, tempat dosen saya hidup, tempat yang sarat pencakar langit dengan lingkungan serbamodern dan mewah. Merasa tidak enak melihat keadaan mereka, ia berusaha mengucapkan penghiburan, “Wah, saya bersimpati melihat keadaan hidup kalian yang sukar, bergumul dengan kebutuhan....” Ucapannya disela oleh mereka, “Lo, kami memang tidak punya banyak barang, tetapi juga tidak punya kekhawatiran. Malah kalian di sana, di kota besar, tentu banyak kesukaran, kekhawatiran, dan berbagai kebutuhan.”
Paulus dalam suratnya kepada Timotius juga mengingatkan tentang kekayaan dari kesederhanaan. Intinya, Paulus mengingatkan Sebab kita tidak membawa apa-apa waktu lahir, juga tidak waktu mati nanti. Asalkan kebutuhan pokok kita terpenuhi, cukuplah. Persis seperti komentar jemaat Kristen di Tiongkok tersebut.
Sebetulnya orang kaya yang sesungguhnya adalah orang yang bisa merasa cukup dengan apa pun yang diberikan oleh Tuhan. Tidak berarti kita harus hidup miskin, tetapi rasa cukup itulah yang membawa kemerdekaan untuk kita hidup bebas dari kekhawatiran dan merdeka untuk memberi.
Lihatlah apa yang kita punyai sekarang, apakah kita bisa mensyukurinya? Apakah kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki? Apakah kita bebas dari kekhawatiran akan materi, percaya bahwa Tuhan akan selalu mencukupi kebutuhan kita? (Henry Sujaya Lie)
Sumber: Amsal Hari Ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar