Selasa, 28 Februari 2023

Ditegur Tuhan = Dikasihi Tuhan

Baca: Amsal 1:20-33

"Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu." (Amsal 1:23)

Kebanyakan orang tidak suka bila ditegur oleh orang lain! Sekalipun sudah jelas-jelas melakukan kesalahan, orang-orang yang tak berjiwa besar tak mau mengakui kesalahan yang diperbuatnya, malah merasa tersinggung, marah, dan menyalahkan orang lain saat ditegur. Banyak orang Kristen yang ngambek dan kemudian mogok tak mau lagi beribadah, malah pindah ke gereja lain, karena merasa tersinggung dengan teguran firman Tuhan yang disampaikan hamba Tuhan di atas mimbar, apalagi teguran tersebut berkenaan dengan dosa.

Jika Tuhan menegur kesalahan atau dosa yang telah kita perbuat seharusnya kita bersyukur dan berbahagia. Mengapa? Teguran Tuhan adalah bukti bahwa Dia sangat memperhatikan dan mengasihi kita. Terkadang teguran-Nya memang keras dan menyakitkan tapi bertujuan mendidik kita. "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6).

Adakah seorang anak yang tidak pernah ditegur oleh bapanya? Tuhan menegur kita supaya kita tidak tersesat dan menyimpang jauh dari jalan-jalan-Nya, sebab menyimpang dari jalan Tuhan berarti sedang berjalan menuju kepada kehancuran dan kebinasaan. Pemazmur menyadarinya: "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:67,71). Pemazmur bersyukur ketika ia ditegur oleh Tuhan karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya.

Milikilah respons hati yang benar saat ditegur Tuhan! Teguran Tuhan menjadi kesempatan untuk kita meminta pengampunan Tuhan dan berkesempatan memperbaiki diri. Teguran Tuhan selalu mendatangkan pemulihan: saat kita mengakui kesalahan, memohon pengampunan, Dia pasti menyatakan kasih-Nya dan memulihkan keadaan kita. Teguran Tuhan bertujuan mengoreksi hidup kita dan membuat kita semakin peka rohani.

Bersyukurlah dan jangan sekali-kali memberontak bila ditegur Tuhan!

Sumber: Renungan Kristen

Senin, 27 Februari 2023

Kristen Make-Up

"Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji." (Amsal 31:30)

Seorang wanita agar terlihat cantik di depan orang banyak maka ia akan berdandan. Ia akan me-make-up wajahnya dengan alat-alat kecantikan yang ia telah beli dari toko kecantikan tertentu. Pada satu sisi tujuan dari wanita merias wajah adalah baik, tetapi di satu sisi yang lain ada hal kurang baiknya.

Bagi yang terbiasa berdandan, ia tidak akan percaya diri dengan wajahnya yang tanpa make-up sehingga begitu keluar dari rumah maka wajahnya akan penuh dengan warna. Tidak jarang, untuk menipu wajah mereka yang sedang ditumbuhi jerawat maka mereka akan menebalkan riasan wajah agar tidak terlalu kentara dilihat orang.

Orang-orang Kristen sekarang ini cukup banyak yang berlaku layaknya seperti wanita yang me-make-up wajahnya. Agar terlihat orang lain sebagai pengikut Kristus yang taat dan baik, ia memoles habis-habisan sisi penampilan luarnya. Berpakaian rapi dan sopan, wangi, selalu melemparkan senyum kepada orang lain, dan hal-hal baik lainnya.

Jika boleh jujur, Allah tidak terlalu mementingkan semua itu. Dari Alkitab Perjanjian Lama sampai perjanjian baru diketahui bahwa Allah hanya concern dengan apa yang ada di dalam diri manusia. Bahkan saat Tuhan Yesus datang ke dunia dan melihat hidup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sepertinya saleh ketika itu, Dia justru memberikan kecaman kepada mereka.

Berpenampilan menarik dan simpatik di depan orang yang kita temui sebenarnya tidak salah, tetapi alangkah lebih baik jika kita lebih memfokuskan diri kepada apa yang dalam diri kita. Implikasinya, ketika kita melakukan apa pun di depan orang lain maka apa yang kita lakukan itu benar-benar jujur, apa adanya.

Saat kita tersenyum kepada orang lain maka senyum yang kita lemparkan kepada orang lain itu adalah senyum yang berasal dari dalam hati kita. Saat kita memberikan semangat kepada orang yang sedang dalam putus asa, kata-kata yang kita keluarkan adalah kata-kata yang benar tulus dari dalam diri kita.

Jika ada di antara kita saat ini yang masih menjadi Kristen make-up, berhentilah sekarang juga! Jadilah pribadi yang jujur kepada Allah dan sesama manusia karena sesungguhnya inilah kerinduan hati-Nya kepada setiap kita, anak-anak yang dikasihi-Nya.

Dari segala yang Allah lihat pada manusia, Dia lebih tertarik dengan hatinya, bukan yang lain.

Sumber: Renungan Kristen

Minggu, 26 Februari 2023

PERTOLONGAN TAK TERDUGA

Bacaan: Yosua 2:1-14

NATS: Tetapi perempuan itu telah membawa dan menyembunyikan kedua orang itu (Yosua 2:4)

Pada tahun 1803, Thomas Jefferson memerintahkan Lewis and Clark untuk memimpin suatu ekspedisi melintasi bagian Amerika yang belum terjelajahi sampai ke Pantai Pasifik. Ekspedisi ini dinamai Corps of Discovery [Satuan Penemuan] sesuai dengan namanya. Ekspedisi itu mendata 300 spesies baru, mengidentifikasi hampir 50 suku Indian, dan menjelajahi medan yang belum pernah disaksikan orang Eropa sebelumnya. 

Dalam perjalanan, mereka bergabung dengan seorang pedagang bulu dari Perancis dan istrinya, Sacajawea. Mereka segera menyadari bahwa sang istri berperan sangat penting sebagai pemandu dan penerjemah. 

Dalam perjalanan, Sacajawea bertemu dengan keluarganya. Kakak laki-lakinya telah menjadi seorang kepala suku, dan ia membantu mereka mendapatkan kuda dan peta daerah Barat yang belum tergambar. Tanpa bantuan tak terduga dari Sacajawea dan saudaranya, ekspedisi itu belum tentu berhasil. 

Alkitab menceritakan sebuah ekspedisi yang juga mendapat pertolongan tak terduga. Orang-orang Israel mengirimkan mata-mata memasuki Yerikho, sebuah kota yang berada di tanah yang dijanjikan kepada mereka. Rahab setuju menjamin keluarnya mereka dari kota itu. Sebagai gantinya, mereka melindungi keluarganya bila Yerikho runtuh. Dengan cara ini, Allah sumber kasih karunia yang berdaulat menggunakannya untuk menyiapkan jalan bagi kemenangan penaklukan Israel dan pendudukan Tanah Perjanjian. 

Apakah Anda tengah mengalami suatu tantangan? Ingatlah, Allah dapat memberikan pertolongan dari sumber-sumber yang tak terduga --HDF 

KETIKA TAMPAKNYA TIDAK ADA JALAN, ALLAH DAPAT MEMBUKA JALAN

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 25 Februari 2023

PIRING-PIRING KOTOR

Bacaan: Matius 24:32-44

NATS: Jadi sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya (1Yohanes 2:28)

Ketika saya masih kecil, ayah saya sering melakukan perjalanan ke kota-kota lain untuk berbicara di berbagai gereja dan konferensi Alkitab. Kadang-kadang ibu saya turut menemaninya, meninggalkan saudara lelaki saya dan saya sendirian di rumah selama beberapa hari. Kami senang karena dengan begitu kami dapat mandiri. Namun, kami tidak suka mencuci piring. 

Saya ingat ketika kami mencoba mengesampingkan tugas yang tak menyenangkan itu selama mungkin dengan menumpuk semua piring, gelas, sendok, dan garpu kotor di dalam oven setiap kali selesai makan. Di akhir minggu, hampir tidak ada tempat tersisa di dalam oven. Kemudian, pada petang hari sebelum Ayah dan Ibu pulang, kami menyingsingkan lengan baju dan membersihkan semua kotoran. Perlu waktu berjam-jam mengerjakannya! Alangkah malunya jika ternyata orangtua kami datang lebih cepat dari dugaan kami. 

Karena kita tidak tahu pasti kapan Kristus akan kembali (Matius 24:36,42,44), kita tidak boleh malas dalam menempuh perjalanan kristiani kita. Pengharapan bahwa Dia akan datang setiap saat seharusnya membantu kita untuk menjadi hamba yang "setia dan bijaksana" (ayat 45) dan untuk hidup sedemikian hingga "kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu" ketika Dia datang (1Yohanes 2:28). 

Ya, Kristus akan datang kembali, seperti yang telah dijanjikan-Nya. Mungkin saja Dia datang hari ini! Apakah Anda mempunyai "piring-piring kotor"? Sekaranglah saatnya untuk mempersiapkan diri --RWD 

HIDUPLAH SEOLAH-OLAH KRISTUS DATANG HARI INI

Sumber: Renungan  Harian

Jumat, 24 Februari 2023

Prinsip 90/10 ala Stephen Covey

Di suatu pagi si ayah bersiap-siap berangkat kerja dengan pakaian rapi menuju ke meja makan untuk menyantap sarapan pagi. Dia memegang secangkir kopi yang siap diminum, tidak diduga ternyata gadis kecilnya menyenggol tangan ayahnya yang mengakibatkan tumpahan kopi mengenai kemeja. Seketika itu si ayah refleks merespon kejadian tersebut, marah kepada gadis kecilnya dengan membentak untuk menyuruh menyelesaikan sarapannya.

Si ibu merasa sikap ayah berlebihan dan membela gadis kecilnya. Masih dengan menggerutu si ayah masuk ke kamar untuk ganti baju, segera kembali ke meja makan berharap gadis kecilnya sudah selesai menyantap sarapannya. Ternyata si kecil masih menangis sesenggukan dan makannya belum selesai yang mengakibatkan dia ketinggalan bus sekolah, akhirnya si ayah harus mengantarkan si anak ke sekolah.

Sesampai di sekolah si anak tidak lagi melambaikan tangan seperti yang biasa dilakukan. Perjalanan ke arah kantor yang masih jauh membuat ayah ngebut dan kecepatan mobilnya melebihi kecepatan dan akhirnya mendapat tilang. Sesampainya di kantor dia harus presentasi kepada klien besar yang akan memberikan order besar. Dokumen yang sudah disiapkan ternyata tertinggal di baju kotornya tadi, dia kehilangan klien besarnya. Hari yang benar-benar buruk!

Sepulang dari kantor sore itu dia mendapati hubungan dengan anak dan istri yang terganggu. Seharian ini dimulai dari cara merespon yang tidak baik maka lengkaplah seluruh hari itu.

Apa yang salah?

Seandainya saja si ayah mengambil sikap yang berbeda, sekiranya hasil juga akan berbeda. Jika respon begini: "Nak lain kali lebih hati hati ya, lihat baju ayah jadi kotor. Ya sudah makannya diselesaikan supaya tidak ketinggalan bus sekolah. Ayah ganti baju ya."

Dengan emosi yang terkontrol si ayah ganti baju dan mengambil dokumen di sakunya. Si anak menyelesaikan makan dan pergi bersama bus sekolah, tidak lupa salam dengan kedua orang tuanya. Si ayah menyelesaikan sarapan dan pergi ke kantor dengan tidak terburu-buru, sesampai di kantor bisa menyiapkan presentasi terbaik untuk kliennya. Kerja sama dengan klien pun terjalin.

Si ayah pun kembali ke rumah dengan perasaan bahagia dan disambut oleh anak dan istrinya dengan penuh kasih.

Kejadian yang awalnya sama, tapi akhirnya beda. Semua itu dikarenakan bagaimana reaksi kita. "Prinsip 90/10" dari Stephen Covey ini bisa mengubah hidup kita atau paling tidak mengubah cara kita menyikapi masalah. Apa yang dimaksud dengan "Prinsip 90/10"?

10% dari kehidupan kita ditentukan oleh apa yang terjadi pada kita, namun 90% lagi ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi (bersikap) terhadap suatu kejadian. Apa maksudnya? Kita tidak memiliki kendali atas 10% yang terjadi dalam hidup kita, tapi 90% lainnya ditentukan oleh bagaimana reaksi kita. Bukan soal benar atau salah, tetapi respon.

Misalnya kita tidak bisa menduga ketika mobil kita tiba-tiba mogok, pesawat yang akan kita tumpangi ditunda keberangkatannya yang membuat jadwal kita berantakan, perusahaan tempat kita bekerja mengeluarkan kebijakan yang tidak bijaksana, dan sebagainya. Artinya kita tidak punya kuasa untuk mengendalikan 10% dari apa yang terjadi kepada kita. Namun berbeda dengan yang 90% lagi, kita yang menentukan 90% apa yang terjadi dalam hidup kita, artinya reaksi atau sikap kita yang menentukan apa yang terjadi pada kita selanjutnya.

Sering kali masalah menimpa kita bukan kerena masalah kita yang terlalu besar, tetapi cara kita menyikapi masalah itu yang menentukan besar atau kecilnya. Dengan menerapkan prinsip 90/10, maka kita akan terhindar dari stres. Setiap kali kita menghadapi masalah yang terjadi di luar kendali kita, berusahalah untuk mengambil sikap yang positif. Ketika orang mengatakan sesuatu yang negatif tentang kita, maka bersikaplah bijak, karena tanggapan kita akan hal itu akan menentukan arah kehidupan kita ke depan.

Jika kita mengendalikan 90% kehidupan kita dan 10%-nya lagi kita serahkan kepada Tuhan, karena itu diluar kendali kita, maka kehidupan kita akan seperti yang kita inginkan.

Sumber: Renungan Kristen

Kamis, 23 Februari 2023

Pentingnya Menjadi Diri Sendiri

Bacaan Hari ini:
Amsal 14:30 “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.”

Untuk menjalani hidup yang berkelimpahan yang meluap-luap dengan kebaikan Tuhan, hal pertama yang perlu Anda lakukan ialah dengan mulai bersyukur dan berhenti mengeluh. Kemudian, hal kedua yang perlu Anda lakukan ialah puas dan berhenti membandingkan.

Tuhan menciptakan Anda untuk menjadi diri Anda sendiri. Dia tak ingin Anda menjadi orang lain! Sebab ketika Anda membandingkan diri Anda dengan orang lain, Anda akan menjadi iri dan kesal, bahkan Anda mungkin mulai meniru mereka.

Akan tetapi, Tuhan tak pernah menciptakan tiruan Anda. Dia hanya menciptakan yang asli. Bahkan kembar identik sekali pun berbeda dalam begitu banyak hal. Jika Anda bukan diri Anda sendiri, lalu siapa yang akan menjadi Anda?

Sesungguhnya membandingkan hanya akan menyebabkan Anda terlibat dalam masalah. Ketika Anda membandingkan penampilan Anda, pangkat Anda, pasangan Anda, karier Anda, atau anak-anak Anda, itu akan mendatangkan dua masalah:

Pertama, Anda akan merasa sangat berkecil hati karena Anda akan selalu dapat menemukan seseorang yang lebih dari Anda—seseorang yang lebih tampan, menghasilkan lebih banyak uang, atau memiliki lebih banyak bakat. Dan dua, Anda akan menjadi sangat sombong. Mengapa? Sebab Anda akan selalu dapat menemukan seseorang yang tidak lebih baik dari Anda. 

Alkitab mengatakan, “Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin” (Pengkhotbah 4:6).
Di media sosial, lebih mudah untuk membandingkan diri Anda dengan orang lain. Saat Anda melihat postingan-postingan yang berbunyi, “Lihat aku! Lihat apa yang aku bisa! Lihat apa yang aku punya!” itu dapat membuat diri Anda iri dan tidak puas. Itu bahkan dapat menyebabkan Anda tergoda untuk mencoba membuat orang lain terkesan dengan postingan Anda sendiri. Tetapi sebenarnya Anda tak perlu mengesankan siapa pun. Kunci untuk menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan sukacita ialah dengan menjadi diri sendiri, puas dengan bagaimana Tuhan merancangkan Anda. 

Apakah Anda lelah menjalani kehidupan yang terbebani? Apakah Anda ingin sehat secara spiritual dan emosional? Alkitab berkata, “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Amsal 14:30).

Berhentilah membandingkan diri Anda dengan orang lain, dan mulailah merasa puas dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada Anda—lalu lihatlah bagaimana sukacita Anda meluap-luap!

Renungkan hal ini:
- Apa yang Anda nikmati dari hidup Anda saat ini?
- Ketika kelihatannya Tuhan memberkati orang lain dan kelihatannya Anda tidak, bagaimana perasaan Anda? Di momen-momen itu, apa yang bisa Anda ingatkan diri Anda tentang kebaikan Tuhan?
- Jika Anda tahu sesuatu seperti media sosial akan membuat Anda tidak puas, apa yang akan Anda lakukan untuk mengurangi pengaruhnya terhadap Anda?

Kepuasaan datang ketika Anda menikmati apa yang Anda miliki ketimbang menunggu yang lain untuk membuat Anda bahagia. 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Rabu, 22 Februari 2023

Bagaimana Rasa Syukur dapat Mengubah Hidup Anda

Bacaan Hari ini:
Filipi 2:14 “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.”

Jika Anda ingin beralih dari kehidupan yang berbeban berat menjadi kehidupan yang berkelimpahan, ada tiga hal yang harus Anda lakukan dan tiga hal yang harus berhenti Anda lakukan.

Hari ini kita akan melihat yang pertama: Mulailah bersyukur, dan berhentilah mengeluh.

Penelitian menunjukkan bahwa rasa syukur menghasilkan senyawa kimia di otak Anda—dopamin, serotonin, dan oksitosin—yang membuat Anda merasa damai dan bahagia.

Sikap syukur ialah sesuatu yang bisa Anda mulai sesaat setelah Anda bangun tidur. Sebelum Anda beranjak dari tempat tidur, tulislah hal-hal yang Anda syukuri. Misalnya berbunyi, “Ya Tuhan, saya bersyukur atas udara; Saya bersyukur atas tempat tidur ini; Saya bersyukur saya tidak dalam bahaya.” Bahkan jika Anda tak terpikir apa yang harus disyukuri, tindakan sederhana seperti mencoba untuk bersyukur akan mengubah senyawa kimiawi di otak Anda.

Alkitab berkata, “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan” (Filipi 2:14).

Ketika Anda mengeluh akan sesuatu, apakah itu membantu Anda? Jika Anda mengeluh tentang cuaca, apakah itu mengubah cuaca? Jika Anda mengeluh tentang penampilan Anda, apakah itu mengubah penampilan Anda? Jika Anda mengeluh tentang pasangan Anda, anak-anak Anda, atau pekerjaan Anda, apakah itu mengubah hal-hal yang tak bisa Anda ubah?

Mengeluh hanyalah buang-buang waktu. Itu sama seperti hanya bermalas-malasan sepanjang waktu. Itu sia-sia belaka. Mengeluh tidak akan pernah membuat Anda merasa lebih baik. Sebaliknya, Tuhan ingin hidup Anda "berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” (Kolose 2:7).

Kadang orang berkata kepada saya, “Pak Pendeta, saya hanya ingin tahu apa kehendak Tuhan. Apa yang Tuhan ingin saya kerjakan dalam relasi saya dengan orang lain? Apa yang Dia ingin saya lakukan dengan karir saya? Apa yang Dia ingin saya lakukan di sekolah?"

"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (1 Tesalonika 5:18). Jika Anda ingin tahu siapa yang Tuhan kehendaki untuk menjadi pasangan hidup Anda, Dia ingin Anda melakukan langkah pertama—selalu bersyukur—lalu barulah Anda dapat melanjutkan ke langkah kedua, selanjutnya langkah ketiga, dan seterusnya.

Renungkan hal ini:
- Apa satu hal yang tidak akan Anda ubah hari ini? Tambahkan itu ke dalam daftar hal-hal yang dapat Anda syukuri.
- Jika Anda mulai tergoda untuk mengeluh minggu ini, cobalah ingat kembali satu hal spesifik bagaimana Tuhan sudah begitu baik kepada Anda. Menurut Anda apa perbedaan yang akan terjadi?
- Siapa saja dalam hidup Anda yang Anda syukuri? Apa satu cara yang bisa Anda pakai untuk menunjukkan kepada mereka apa yang Anda rasakan?

Jika Anda ingin menjalani hidup yang berkelimpahan, berhentilah mengeluh dan mulailah bersyukur.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Selasa, 21 Februari 2023

PERIKSA SEBELUM BICARA

[[Apabila TUHAN menghajar engkau, anakku, terimalah itu sebagai suatu peringatan, dan jangan hatimu kesal terhadap didikan-Nya itu.]] (Amsal 3:11—BIS)

“Saya sudah belajar dari pengalaman hidup. Kalau saya menginginkan dan mengejar sesuatu yang berlawanan dengan kehendak Tuhan, mungkin saya akan mendapatkannya. Namun, harga yang harus dibayar selalu mahal. Ada konsekuensi yang harus saya tanggung. Lebih baik saya tetap hidup di dalam kehendak Tuhan. Memang mungkin tidak banyak yang bisa saya raih, tetapi hati terasa lebih sejahtera,” tutur seorang pengusaha.

“Apabila TUHAN menghajar engkau, anakku, terimalah itu sebagai suatu peringatan, dan jangan hatimu kesal terhadap didikan-Nya itu” (Amsal 3:11—BIS). Amsal mengajak kita untuk melihat Tuhan sebagai sosok yang mendidik dan bahkan menghajar anak-anak-Nya. Salah satu bentuk didikan dan hajaran Tuhan adalah dengan membiarkan anak-anak-Nya menanggung konsekuensi akibat perbuatan mereka yang berada di luar kehendak-Nya. Sama seperti seorang ayah yang telah memberikan peringatan agar anaknya tidak banyak makan permen, tetapi si anak bersikeras makan permen itu dan akhirnya kondisi gigi si anak memburuk. Tujuan didikan dan hajaran Tuhan tentu bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk membentuk kehidupan menjadi lebih indah dan baik. 

Apabila hal buruk terjadi di dalam kehidupan, jangan terlalu cepat bertanya, “Mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi?” Periksa diri terlebih dahulu. Jangan-jangan hal itu terjadi karena kekerasan hati kita atau kita melanggar kehendak Tuhan dan menerima konsekuensi perbuatan kita. 

Periksa diri dengan jujur dan terbuka lebih dulu sebelum membuka suara dan bertanya, “Tuhan, mengapa hal buruk ini terjadi?” (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Senin, 20 Februari 2023

Keropos Rohani

Bacaan: Matius 16:1-4

Tetapi jawab Yesus: “Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak.
- Matius 16:2-3

Saya heran mengapa ada sayap laron di lantai setiap hari. Dibersihkan ada lagi besoknya. Padahal saya tidak pernah melihat mereka beterbangan. Akhirnya, kami menemukan sumbernya: sofa di ruang keluarga kami. Luarnya masih bagus tetapi kayu kerangkanya sudah keropos, habis dimakan rayap.

Tuhan Yesus berbicara tentang hal keropos rohani. Ia menyinggung soal orang Farisi dan Saduki yang meminta tanda ajaib untuk menegaskan bahwa Dia sungguh Mesias. Maksud sebenarnya adalah mereka ingin mencobai Tuhan Yesus. Mereka sedang mencari-cari kelemahan-Nya. Niat mereka tidak tulus. Mereka tidak bisa atau lebih tepat tidak mau mengakui hal-hal positif yang sudah jelas-jelas dilakukan Yesus. Tuhan Yesus balik menyindir mereka dengan mengatakan soal memerhatikan cuaca. Setiap orang bisa melakukan hal itu. Maksudnya, untuk mengetahui kondisi cuaca secara umum, seseorang tidak perlu menjadi ahli meteorologi. Tanda-tandanya nyata. Pagi ini, ketika saya menulis renungan ini, cuaca agak gelap. Berawan tebal. Kemungkinan besar siang atau sore akan hujan. Sesederhana itu.

Sadar tidak sadar, kita bisa bersikap seperti orang Farisi dan Saduki. Kita sudah mengalami banyak kebaikan dan berkat Tuhan tetapi masih merasa Tuhan itu jauh. Kita masih menuntut Tuhan memberikan ini dan itu, padahal yang kita terima sudah cukup bahkan lebih dari cukup. Kita perlu belajar untuk lebih banyak bersyukur daripada meminta. Sebagai orang yang sudah menyaksikan ajaran dan karya Tuhan Yesus bahkan mendapat jaminan keselamatan, tidak ada alasan untuk minta mukjizat ini-itu lagi. Sudah banyak hal baik yang Tuhan perbuat dalam hidup kita. Niat menuntut lebih banyak berkat atau tanda atau mukjizat menunjukkan tanda rohani yang keropos. Luarnya tampak baik-baik tetapi dalamnya hancur.

Saudara-saudaraku, mari peka melihat kejadian-kejadian sederhana di keseharian Anda yang merupakan mukjizat yang Tuhan lakukan. Saya yakin ada banyak peristiwa di dalam hidup yang melaluinya Anda bisa melihat mukjizat kebaikan Tuhan. Bahkan Anda bisa bangun pagi dan menarik napas segar, itu sudah sebuah mukjizat! Rohani Anda tidak keropos, kan?

Refleksi Diri:
Mengapa ada orang Kristen yang sedikit-sedikit meminta mukjizat dari Tuhan? Apakah ini tanda kerohanian yang sehat?
Bagaimana membangun kebiasaan bersyukur dalam hidup Anda?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Minggu, 19 Februari 2023

Tangan Allah Terbuka Lebar

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita. –1 Yohanes 1:9

Ayat Bacaan & Wawasan:
1 Yohanes 1:5-10

Saya menatap ponsel saya dengan kening berkerut, lalu mendesah. Saya baru saja bersitegang dengan seorang teman tentang urusan anak-anak kami, dan saya sadar saya perlu meneleponnya untuk meminta maaf. Meski sebenarnya saya tidak ingin melakukannya karena masalah di antara kami belum selesai, saya tahu saya sudah gagal bersikap baik dan rendah hati sewaktu kami mendiskusikan masalah tersebut.

Sambil memikirkan waktu yang terbaik untuk menelepon, saya bertanya-tanya dalam hati, Bagaimana jika ia tidak mau memaafkan saya? Bagaimana jika ia tidak mau lagi berteman dengan saya? Tepat saat itu, saya teringat sebuah lirik lagu yang mendorong saya untuk menyadari bahwa saya sudah mengakui dosa saya dalam situasi tersebut kepada Allah. Saya merasa lega karena tahu Allah telah mengampuni dan membebaskan saya dari kesalahan.

Kita tidak dapat mengendalikan respons orang lain dalam usaha kita menyelesaikan masalah dalam relasi dengan mereka. Selama kita melakukan bagian kita, meminta pengampunan dengan rendah hati, dan melakukan perubahan yang diperlukan, pemulihannya dapat kita serahkan kepada Allah. Sekalipun kita masih harus menderita karena masalah dengan orang lain tersebut belum terselesaikan, kedamaian dengan Allah selalu mungkin kita alami. Tangan Allah terbuka lebar, dan Dia menunggu untuk menunjukkan kasih karunia dan kemurahan yang kita butuhkan. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yoh. 1:9) - Jennifer Benson Schuldt

Renungkan dan Doakan
Bagaimana pengampunan dapat mendatangkan kedamaian? Langkah apa yang akan Anda ambil dengan kekuatan Allah untuk memperbaiki hubungan Anda dengan seseorang minggu ini?

Ya Allah, ingatkan aku akan kasih karunia-Mu yang tak berkesudahan. Tolong aku untuk lebih rendah hati dan menyerahkan semua hubunganku dengan orang lain ke dalam tangan-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Sabtu, 18 Februari 2023

MISKOMUNIKASI

[[Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.]] (Amsal 18:13)

“Ini hanya soal miskomunikasi,” demikian kesimpulan pemimpin rapat. Sepanjang malam rapat itu membahas mengapa ada dua pihak yang berkonflik hebat. Konflik yang hebat itu ternyata berawal dari miskomunikasi alias kegagalan berkomunikasi.  

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan orang mengalami miskomunikasi. Salah satunya adalah kegagalan untuk mendengarkan. Mengapa gagal untuk mendengarkan? Karena tidak mampu mengendalikan mulut. Mendengarkan ternyata bukan hal yang sederhana karena kita tidak akan mampu mendengarkan dengan baik apabila mulut kita terus berbicara.  

Kita juga tidak akan mampu mendengarkan dengan baik bila saat orang lain berbicara, pikiran kita malah sibuk memikirkan bagaimana membantah pendapat orang lain. Untuk mendengarkan dengan baik ternyata dibutuhkan mulut yang terkatup dan pikiran yang berfokus pada perkataan orang  lain.

“Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya” (Amsal 18:13). Nasihat Amsal ini menegaskan prinsip komunikasi yang sederhana dan penting namun kerap diabaikan: kita tidak dapat mendengarkan dengan baik jika kita tergesa-gesa ingin berbicara. Ketergesaan untuk berbicara menunjukkan ketidakmampuan mengendalikan pikiran.

Jadi, tampaknya Tuhan memberikan kita satu mulut dan dua telinga dengan maksud yang jelas. Banyaklah mendengarkan sebelum berbicara. Berbicaralah hanya jika kita telah menjadi pendengar yang baik (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Jumat, 17 Februari 2023

Gembala yang Baik

Seperti seorang gembala mencari dombanya . . . begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku. –Yehezkiel 34:12

Ayat Bacaan & Wawasan:
Yehezkiel 34:11-16

Ketika Pendeta Warren mendengar bahwa seorang pria di gerejanya telah meninggalkan istri dan keluarganya, ia memohon kepada Allah agar menolongnya bertemu dengan pria tersebut dengan cara yang seolah-olah kebetulan supaya ia dapat berbicara dengannya. Lalu Allah mengabulkan doanya! Saat Warren memasuki sebuah restoran, ia melihat pria itu di meja di dekatnya. “Permisi, masih ada tempat untuk satu orang yang lapar?” tanyanya. Tak lama kemudian mereka pun berbagi cerita dan berdoa bersama.

Sebagai pendeta, Warren berperan sebagai gembala bagi jemaat gerejanya, meski melalui Nabi Yehezkiel Allah telah berkata bahwa Dia akan memelihara kawanan domba-Nya. Allah berjanji akan mencari dombanya yang tersesat, lalu menyelamatkan dan mengumpulkan mereka semua (Yeh. 34:12-13). Dia berkata, “Di padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka,” dan “yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan” (ay. 14-16). Kasih Allah bagi umat-Nya tampak nyata lewat gambaran-gambaran itu. Meskipun menubuatkan tindakan Allah di masa depan, perkataan Yehezkiel tersebut juga mencerminkan kerinduan hati yang selalu dimiliki Allah, Gembala Agung yang kelak menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus.

Apa pun situasi kita, Allah menjangkau, mencari, dan menyelamatkan setiap dari kita, lalu Dia membaringkan kita di padang rumput yang subur. Dia rindu kita mengikuti Gembala kita yang Baik, yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (lihat Yoh. 10:14-15) - Amy Boucher Pye

Renungkan dan Doakan
Bagaimana cara Yesus, Sang Gembala yang Baik, memelihara Anda? Bagaimana Anda dapat menyerahkan kepada-Nya segala luka dan kelemahan diri Anda yang perlu dipulihkan?

Ya Allah, Engkau mengasihiku, bahkan ketika aku menyimpang dan tersesat. Tolonglah aku selalu berada dalam kawanan-Mu, supaya aku dapat terus menerima kasih dan perhatian-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Kamis, 16 Februari 2023

KEGAIRAHAN ROHANI

Bacaan: Wahyu 2:1-7

NATS: Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula (Why. 2:4)

Mengapa kegairahan rohani begitu cepat pudar? Saat pertama kali mengalami kasih Allah, kita menghabiskan waktu berjam-jam untuk memikirkan-Nya, mempelajari firman-Nya, dan memberi tahu orang lain betapa berartinya Dia bagi kita. Lalu, terjadilah. Jadwal kita yang padat perlahan-lahan menurunkan gairah kita. Kerinduan kita kepada Yesus dan hasrat kita untuk mengenal sifat-Nya menjadi sambil lalu saja. Tentu sasaran kasih kita belum berubah! 

Jemaat di Efesus juga bergumul untuk mempertahankan gairah rohani mereka. Yesus, melalui Yohanes, ingin membantu mereka memulihkan dan mempertahankan kasih serta antusiasme mereka bagi-Nya. Walau Yesus memuji pekerjaan jemaat gereja ini, Dia melihat mereka telah mengabaikan kasih mereka yang mula-mula, yakni diri-Nya (Why. 2:4). 

Jemaat Efesus telah kehilangan gairah rohani mereka kepada Yesus. Gairah mereka menjadi dingin dan kolot. Saya bertanya-tanya apakah mereka telah membiarkan masalah agama dan kesibukan diam-diam merasuki hati mereka. Apa pun itu, sesuatu telah mencuri kasih yang tadinya mereka sediakan bagi Tuhan. 

Pernahkah Anda membiarkan sesuatu mencuri gairah Anda? Jika ya, gairah Anda dapat dipulihkan dan dipertahankan jika Anda selalu ingat kasih-Nya yang menakjubkan, yang Dia tunjukkan di atas Kalvari. Bertobatlah dari kelakuan Anda yang penuh dosa dan tanpa kasih, serta dari kasih yang hilang bagi Yesus. Lakukan lagi yang semula Anda lakukan (ay. 5) --MW 

Hati yang semula penuh ketakjuban 
Kini hampa dan membeku; 
Kembalikan, ya Tuhan, ketakjuban itu, 
Jangan lagi meredup dan layu. --Sper 

KESETIAAN KEPADA YESUS MERUPAKAN KUNCI MENUJU GAIRAH ROHANI

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 15 Februari 2023

Menolak Mengakui Masalah

Bacaan: MATIUS 9:9-13

Yesus mendengarnya dan berkata, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." (Matius 9:12)

Dengan penuh sukacita, Tuhan menyambut para pendosa, dan makan bersama mereka. Kaum Farisi mengecam hal itu, tetapi Tuhan berkata, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit."

Apakah Tuhan hendak mengatakan bahwa para pendosa yang makan bersama-Nya itulah "orang sakit" yang butuh diselamatkan, dan kaum Farisi adalah "orang-orang sehat" yang tidak memerlukannya? Jelas bukan itu. Tuhan tahu, semua orang-termasuk kaum Farisi-adalah pendosa yang butuh diselamatkan.

Jadi, apa sebenarnya maksud Tuhan?

Dengan sabda itu (ay. 12), Tuhan mengkritik kaum Farisi, yang penuh dosa namun menolak mengakui dosa mereka, dan merasa tak butuh Juru Selamat. Pula, dengan sabda itu, Tuhan sekaligus juga mengkritik semua orang yang memiliki masalah namun menolak mengakui masalahnya dan menolak upaya penyelesaian masalah. Siapa sajakah mereka?

Orang yang bersalah tetapi merasa benar, enggan mengakui kesalahannya, dan tak merasa perlu bertobat. Orang sakit yang menolak mengakui sakitnya, mengeklaim diri baik-baik saja, dan merasa tak perlu berobat. Orang yang menolak mengakui bahwa Covid-19 amat berbahaya, menolak vaksinasi, dan menolak menjalani protokol kesehatan. Orang yang sikap kelirunya merusak kebersamaan, tetapi merasa benar, menolak mengakui kekeliruannya (apalagi memperbaiki diri), hingga tidak damai dalam kebersamaan. Dan banyak lagi.

Memang demikianlah ihwalnya: jujur mengakui masalah yang ada adalah langkah awal yang harus diambil demi langkah lebih lanjut menuju keadaan yang lebih baik. --EE/www.renunganharian.net

TANPA KEJUJURAN UNTUK MENGAKUI YANG HARUS DIAKUI, TAK ADA KESEMPATAN UNTUK MENJADI LEBIH BAIK.

Selasa, 14 Februari 2023

Kenakan Perisai Iman dan Kalahkan Iblis

Efesus 6:16 Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat

Dalam kehidupan orang percaya, peperangan rohani seringkali dianggap sederhana. Peperangan rohani seringkali dianggap peperangan antara Tuhan dan Iblis saja, dimana orang Kristen hanya menikmati kemenangan Tuhan tanpa melakukan apa-apa. Padahal Paulus menyampaikan bahwa peperangan rohani sudah menjadi bagian dari panggilan orang-orang percaya.

Salah satu perlengkapan senjata yang perlu kita miliki dalam peperangan rohani adalah perisai iman. Dalam Perjanjian Lama, perisai sering digambarkan sebagai perlindungan Tuhan atas umat-Nya. Sehingga bisa diartikan perisai iman adalah pelindung dari semua serangan panah api si jahat.

Dengan beriman, kita percaya, Tuhan akan melindungi kita dalam peperangan melawan iblis. Dengan beriman, kita percaya iblis tidak akan mengecoh kita. Iblis tidak akan mampu membuat kita kalah atau kuatir.

Masalahnya, kita seringkali merasa takut, kuatir, dan ragu saat menghadapi peperangan rohani. Jika hal itu terjadi, artinya iman kita kepada Yesus belum sepenuhnya, sehingga iblis berani untuk mengganggu dan menghancurkan kita.

Tuhan mau kita memiliki iman yang kuat. Iman tidak sama dengan nekad. Beriman adalah berharap dan yakin kepada sesuatu yang tidak kelihatan, karena kita percaya kepada Tuhan yang tidak kelihatan mampu melindungi kita.

Bagaimana dengan kita, apakah kita sudah mengenakan perisai iman dan mengalahkan iblis?

Sumber: Jawaban.com

Senin, 13 Februari 2023

Konflik Akibat Materialisme

Bacaan: Kejadian 31

Paham materialisme—pandangan hidup yang mengutamakan materi dan mengabaikan nilai-nilai nonmateri yang tidak bisa dilihat oleh mata—telah ada sejak zaman kuno dan tetap ada sampai sekarang. Paham materialisme ini memicu munculnya berbagai tindak kejahatan serta sikap dan tindakan yang tidak pantas.

Anak-anak laki-laki Laban—yang tidak disebut namanya—merasa iri melihat kesuksesan Yakub dalam bekerja serta bergunjing dengan mengatakan bahwa Yakub telah mengambil harta milik keluarga mereka. Mereka tidak mau mengakui kenyataan bahwa kekayaan Yakub merupakan berkat TUHAN yang diraih melalui kerja keras. Sebagai seorang ayah, Laban tidak berpikir secara objektif! Tidak mungkin dia tidak mengerti bahwa Yakub harus bekerja keras untuk mendapatkan kekayaan yang ia peroleh. Sikap Laban memperlihatkan bahwa ia adalah seorang yang materialistis. Dia memandang Yakub sebagai objek untuk memperoleh keuntungan materi. Kenyataan bahwa Yakub adalah keponakannya sendiri tidak menjadi bahan pertimbangan, bahkan dia tidak mempertimbangkan perasaan kedua putri kandungnya—yaitu Rahel dan Lea—yang menjadi istri Yakub (31:14-16). Laban memperlakukan kedua putrinya seperti aset yang menjadi alat untuk meraih keuntungan, sehingga ia tidak mempertimbangan kepentingan kedua putrinya saat menentukan upah untuk Yakub. Yakub sampai mengeluh bahwa Laban telah sepuluh kali mengubah upah yang diberikannya kepada Yakub (31:6-9). Sekalipun Laban telah berlaku licik, karena anugerah Allah, perubahan yang dimaksudkan agar Laban mendapat keuntungan itu dipakai Allah untuk mendatangkan keuntungan bagi Yakub. Sikap Laban yang materialistis telah merusak hubungan Laban dengan anak menantunya. Saat Yakub merencanakan untuk kembali ke rumah orang tuanya, Yakub beserta rombongan keluarganya tidak pamit secara baik-baik, melainkan melarikan diri!

Sampai masa kini, materialisme masih menjadi sumber konflik dalam keluarga. Kita masih bisa menemukan konflik antar saudara atau antara orang tua dan anak—termasuk dalam keluarga Kristen—yang berebut harta sampai ke pengadilan. Peristiwa semacam itu merupakan kenyataan yang memalukan! Oleh karena itu, dalam sebuah keluarga Kristen, perlu sekali menghindari paham materialisme dan menanamkan nilai-nilai kristiani. Sebagai contoh, dalam sebuah keluarga Kristen, harus dihindarkan keyakinan bahwa segala masalah bisa diselesaikan dengan uang dan bahwa manusia hanya berharga bila memiliki banyak uang. Periksalah diri Anda! Bagi Anda, apa hal utama yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan membuat diri Anda menjadi berharga: uang atau TUHAN? [GI Purnama]

Sumber: Renungan GKY

Minggu, 12 Februari 2023

Akibat Pembiaran

Bacaan: Matius 12:43-45

Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur - Kolose 2:7

Dalam ajaran Kristen, dikenal istilah pertobatan. Pertobatan dapat dipahami sebagai tindakan berhenti berbuat dosa dan berbalik melakukan yang benar, yang sesuai dengan firman Tuhan. Jadi, ada dua unsur pokok dalam pertobatan, yaitu berhenti berbuat dosa dan melakukan yang benar. Kedua-duanya merupakan hal yang wajib dilakukan seorang petobat.

Dalam Matius 12:43-45, Tuhan Yesus berbicara tentang hal yang serupa. Ketika seseorang dibebaskan dari kuasa gelap, proses pembebasannya tidak berhenti di situ. Jika ia “dibersihkan” tetapi hidupnya tidak diisi yang baru maka roh jahat akan kembali, bahkan dengan jumlah dan kuasa yang lebih besar sehingga keadaannya malah jadi lebih buruk dari semula. Dengan kata lain, pertobatan tanpa pemuridan adalah kesia-siaan. Seorang yang mengaku percaya Yesus tetapi tidak menuntut pertumbuhan rohani dapat terjerumus lagi ke dalam kehidupan lama bahkan bisa lebih buruk keadaannya dari sebelumnya. Pemuridan adalah keniscayaan bagi seorang yang mengaku percaya Yesus agar dapat bertumbuh menjadi semakin serupa Kristus. Kuncinya adalah mengisi diri dengan firman Tuhan dan melakukannya dalam hidup sehari-hari.

Persoalan banyak orang Kristen hari ini adalah berhenti hanya sampai menerima Yesus Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamat. Mereka pikir ini sudah cukup karena keselamatan atau kehidupan kekal sudah terjamin. Padahal, percaya Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hanya langkah awal di dalam menjalani kehidupan seorang Kristen. Ada proses pertumbuhan sebagai murid Kristus yang harus dilakukan dan dijalani. Rasul Paulus menasihati jemaat Kolose agar “berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia” melalui ayat emas di atas. Kita harus terus melangkah di dalam proses pertumbuhan iman dengan tekun membangunnya berdasarkan firman Tuhan dan setia berelasi kepada Yesus. Jangan biarkan hati Anda hampa tanpa kebenaran Allah sehingga dosa kembali berkuasa. Yuk, rajin bersaat teduh, mendengar sapaan firman Tuhan yang dibagikan melalui grup Whatsapp gereja, aktif terlibat di dalam care group, dan rutin datang beribadah setiap hari Minggu.

Refleksi Diri:

Mengapa menjadi orang Kristen tidak cukup hanya percaya pada Tuhan Yesus?

Apakah usaha Anda untuk berakar dan terus bertumbuh di dalam iman kepada Yesus Kristus?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 11 Februari 2023

TINDAKAN YANG MEMBERKATI

[[Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.]] (Amsal 16:2)

Selepas kematian istrinya, seorang pria rajin mengunjungi makam sang istri setiap pagi dan sore. Hal itu sudah berlangsung selama kurang lebih sebulan. Para tetangga terharu dengan kesetiaan sang suami mengunjungi makam istrinya yang berjarak tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Suatu hari seorang tetangga memutuskan untuk menemani pria yang duduk di sebelah makam istrinya. Ia memperhatikan bahwa di tengah udara yang panas itu, pria tersebut justru mengipas-ngipas makam istrinya. Ia pun memberanikan diri dan bertanya, “Saya sungguh kagum dengan kesetiaan Bapak mengunjungi makam istri Bapak.” Pria itu pun menjawab, “Saya hanya menaati amanat istri saya sebelum meninggal.”

“Apa amanat istri Bapak sebelum meninggal. Apakah ia juga meminta Bapak mengipasi makamnya?” tanya tetangga itu. Pria itu menjawab, “Istri saya berpesan, ‘Jangan sampai kamu kawin lagi sebelum kering tanah kuburanku!’”

Kita kerap kali menilai tindakan seseorang hanya berdasarkan apa yang tampak di depan mata. Padahal nilai sebuah tindakan juga menyangkut aspek yang tak terlihat, yakni motivasi.

“Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati” (Amsal 16:2). Amsal ini adalah peringatan bagi kita. Jangan berpikir bahwa tidak ada yang mengetahui motivasi yang ada di hati dalam melakukan suatu tindakan. Tuhan itu mahatahu. Mari datang dengan segala motivasi yang ada di dalam hati agar Tuhan yang menyelidiki dan mengoreksi.

Bersihkan hati sebelum beraksi agar tindakan kita memberkati.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Jumat, 10 Februari 2023

“PENJAJA ES KRIM”

Bacaan: 1 Korintus 10:1-13

NATS: Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni (2 Timotius 2:22)

Jeff kecil berusaha keras menabung untuk membelikan ibunya sebuah hadiah. Usaha itu merupakan perjuangan berat bagi Jeff, karena ia sangat mudah menyerah atas godaan untuk membeli sesuatu dari penjaja es krim, tatkala mobil berwarna cerah itu datang berkeliling di sekitar rumahnya. 

Suatu malam setelah ibunya menyelimutinya di ranjang, ibunya mendengar Jeff berdoa, “Ya Allah, tolonglah aku supaya aku menjauh apabila penjaja es krim datang besok.” Bahkan di usianya yang masih belia, ia telah belajar bahwa cara yang paling baik untuk mengalahkan pencobaan adalah dengan menghindari apa yang menarik bagi kelemahan kita. 

Semua orang percaya dicobai untuk berbuat dosa. Namun demikian, mereka tidak perlu menyerah. Tuhan menyediakan cara untuk menang atas segala bujukan iblis (1 Korintus 10:13). Akan tetapi kita harus melakukan tugas kita. Kadang kala itu termasuk menghindari situasi- situasi yang akan membuat kita kalah secara rohani. 

Rasul Paulus memperingatkan Timotius untuk menjauhi nafsu orang muda (2 Timotius 2:22). Ia harus menjaga jarak dari godaan-godaan yang mungkin akan membuatnya menyerah karena daya pikatnya yang kuat. Itu adalah nasihat yang baik. 

Jika mungkin, kita jangan pernah membiarkan diri kita berada di tempat-tempat yang salah, atau bergaul dengan orang yang akan membujuk kita untuk melakukan hal-hal yang seharusnya kita hindari. 

Karena itu, pastikan Anda untuk lari dari “penjaja es krim”! —Richard De Haan 

KITA AKAN JATUH KE DALAM PENCOBAAN JIKA KITA TIDAK LARI DARI PADANYA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 09 Februari 2023

NAMA ALLAH

Bacaan: Keluaran 20:1-7

NATS: Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan (Keluaran 20:7)

Kadang-kadang memang tidak mudah bagi kita untuk mengikuti kecepatan stenografi yang menyertai komunikasi elektronik yang cepat dan modern. Dalam IM-speak (chatting lewat internet) atau bahasa pesan teks, kata laughing out loud (tertawa terbahak-bahak) disingkat menjadi "lol". By the way (ngomong-ngomong) menjadi "btw". Dan yang patut disesalkan, sebagian orang menggunakan "omg" untuk Oh, my God! (ya Tuhan!) 

Kalimat terakhir ini sepertinya terlontar di bibir banyak orang yang tengah menerima berita mengejutkan. Akan tetapi, sebagai orang kristiani, kita seharusnya tidak lagi mengucapkan kalimat ini atau kalimat lain yang menggunakan nama Allah dengan sembrono. 

Dalam Matius 6, pada saat Yesus mengajar para murid-Nya tentang doa, hal pertama yang diajarkan oleh Dia kepada mereka adalah: "Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu" (ayat 9). Di situ tampak jelas bagi kita bahwa nama Allah itu sendiri istimewa. Nama Allah itu mencakup sifat, pengajaran-Nya, dan otoritas moral-Nya. Menyebut nama Allah berarti memanggil Sang Pencipta dan Penopang alam semesta ini. 

Sebisa mungkin, kita harus menghormati dan melindungi nama Allah yang kudus, serta menjaga pemakaian nama tersebut hanya pada saat kita berbicara tentang Dia atau menyapa-Nya di dalam iman. 

Marilah kita berhati-hati untuk tidak mengubah nama suci Allah kita yang mengagumkan dan agung menjadi sekadar kalimat sembrono yang terucap di bibir kita atau tertulis di dalam pesan teks --JDB 

NAMA ALLAH: PERGUNAKAN DENGAN HATI-HATI

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 08 Februari 2023

Jangan Takut!

Bacaan Hari ini:
Mazmur 23:4 “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.”

Apa yang Anda khawatirkan hari ini? Perekonomian Anda? Kesehatan Anda? Tagihan Anda? Anak-anak Anda? Apakah Anda khawatir akan masa depan Anda? Di zaman ini, sebenarnya ada banyak alasan untuk takut. Tetapi Tuhan telah berjanji bahwa meski di lembah terkelam Anda sekali pun, Dia berjalan di samping Anda.

Menarik untuk dicatat bahwa ada 365 ayat di dalam Alkitab yang berbunyi, “Jangan takut.” Artinya, Dia memberi kita satu pesan "Jangan takut" setiap harinya buat sepanjang tahun! Dia ingin sekali kita mendengar pesan ini: Jangan takut!” 

Berbicara tentang kekhawatiran dan ketakutan kita, mengapa Allah harus begitu sering mengulang pengajaran ini? Itu karena rasa sakit dan keterpurukan kita sering kali membuat kita berpikir bahwa Allah sedang mengawasi kita dan mencoba menangkap basah kita, seolah Dia hanya ingin mengutuk dan menghukum kita. Itu salah besar! Yesus adalah bukti dari kasih Allah atas kita!

Ketika Anda memahami kasih karunia dan kemurahan hati Allah, maka Anda tak perlu takut akan masa depan. Allah tidak sekali pun mencoba membalas dendam. Yesus telah menanggung hukuman atas segala dosa yang pernah Anda lakukan atau yang akan Anda lakukan. Dia sudah menebusnya lunas di atas kayu salib. Jadi, ketika hal buruk terjadi, jangan pernah berpikir, "Tuhan sedang membalas saya." Sebaliknya, ingatlah, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” (Mazmur 23:4). 

Namun, Anda tak bisa hanya mengucapkan ayat ini, kemudian mengharapkan semua ketakutan Anda hilang selamanya. Ini merupakan ayat-ayat yang harus Anda bawa dalam doa berulang-ulang kali setiap kali sifat manusiawi Anda tergelincir kembali ke dalam kekhawatiran. Teruslah berdoa. Teruslah ingatkan diri Anda akan janji-janji Allah itu.

Renungkan hal ini: 
- Janji apa dari Firman Tuhan yang bisa Anda klaim saat Anda tergoda untuk mencemaskan sesuatu dalam hidup Anda?
- Bagaimana cara Tuhan melindungi Anda?
- Mengapa dengan memahami pengorbanan Yesus di kayu salib seharusnya tidak membuat Anda takut akan masa depan? 

Janji-janji Tuhan tidak akan pernah gagal!

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Selasa, 07 Februari 2023

Mantel Merah Muda

Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya . . . sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. –2 Korintus 9:7

Ayat Bacaan & Wawasan:
2 Korintus 9:6-9

Saat berjalan menuju pintu keluar mal, mata Brenda terpikat oleh sesuatu berwarna merah muda di etalase. Ia berbalik lalu berdiri terkesima menatap “mantel berwarna gulali”. Wah, Holly pasti suka mantel itu! Koleganya itu, seorang ibu tunggal, sedang bergumul dengan kesulitan finansial. Brenda tahu bahwa Holly membutuhkan baju hangat, tetapi ia yakin Holly tidak akan mengeluarkan uang sebesar itu untuk membeli mantel. Setelah berpikir sebentar, Brenda tersenyum, mengambil dompet, dan mengatur supaya mantel itu dikirimkan ke rumah Holly. Ia menambahkan kartu tanpa nama, “Seseorang mengasihimu”. Langkah-langkah Brenda terasa ringan, karena hatinya sangat senang.

Sukacita merupakan hasil dari tindakan memberi yang digerakkan Allah. Paulus menasihati jemaat di Korintus tentang sikap bermurah hati, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor. 9:7). Ia juga menyatakan, “Orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (ay. 6).

Mungkin kita dapat memasukkan uang lebih ke dalam kantong persembahan. Pada kesempatan lain kita dapat mentransfer persembahan kasih untuk mendukung kegiatan suatu lembaga pelayanan. Allah juga dapat menggerakkan kita untuk menjawab kebutuhan seorang kawan dengan tindakan nyata sebagai ungkapan kasih-Nya. Kita bisa membelikan sekantong bahan makanan, setangki bensin . . . atau bahkan hadiah mantel merah muda yang indah.

Renungkan dan Doakan
Kepada siapa Anda dapat menunjukkan kasih Allah hari ini? Bagaimana kemurahan hati yang Anda tunjukkan dapat kembali kepada Anda dalam wujud perasaan sukacita?

Bapa yang Mahakasih, Engkau telah memberikan Putra-Mu kepadaku, karena itu, aku juga rindu memberi kepada orang lain. Tolonglah aku menanggapi dorongan lembut dari-Mu untuk menjawab kebutuhan seseorang hari ini.

Sumber: Our Daily Bread

Senin, 06 Februari 2023

Wajah Kami Bersinar

Bacaan: Matius 5:13-16

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” - Matius 5:16

Pada sebuah konferensi di mana penginjil terkenal D. L. Moody hadir, beberapa orang muda dengan penuh semangat memutuskan untuk berdoa semalam-malaman. Keesokan paginya salah satu pemuda berkata kepada Moody, “Kami telah menyelesaikan pertemuan doa sepanjang malam yang luar biasa. Lihat bagaimana wajah kami bersinar!” D. L. Moody menimpalinya, “Musa tidak tahu bahwa wajahnya bersinar.” Perbuatan baik yang narsis dan munafik tidak sulit untuk dikenali. Namun perlu diingat, perbuatan-perbuatan tersebut tidak mengesankan Tuhan demikian juga orang-orang yang tidak percaya.

Pengajaran Tuhan Yesus tentang garam dan terang dunia bisa dikatakan adalah pengajaran paling populer dari khotbah di bukit. Setiap kita pasti pernah mendengar pengajaran ini di dalam khotbah atau setidaknya melalui bacaan renungan yang membahas topik tersebut. Umumnya, dari pengajaran ini kita akan didorong untuk memiliki kehidupan yang berdampak, layaknya garam dan terang. Perlu kita garis bawahi, ketika Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran ini, Dia memikirkan perbuatan baik yang sejati, yang muncul dari ketulusan hati untuk melakukannya bukannya kepura-puraan yang munafik. Tujuan kita ketika memberi rasa layaknya garam dan bersinar layaknya terang, bukanlah agar orang lain melihat betapa baiknya kita, tetapi agar mereka dapat melihat kasih karunia dan Tuhan Yesus Kristus di dalam diri kita. Dari tindakan kita, orang-orang—bahkan mereka yang belum percaya—kemudian akan bertanya-tanya, “Tuhan seperti apa yang ia percaya dan miliki di dalam hatinya?”.

Sebagai garam dan terang Tuhan, Anda harus memiliki perhatian yang lebih besar bukan pada diri sendiri. Anda tidak bisa hidup hanya untuk diri sendiri, Anda harus memiliki orang-orang yang kepada mereka Anda bisa memberi rasa dan bersinar. Rasa dan sinar dari kehidupan adalah terutama bagi orang lain bukan untuk dinikmati sendiri. Wajah Anda yang bersinar harus mengarahkan orang-orang kepada sumber terang sejati, yaitu Kristus. 

Pastikan saat orang-orang melihat Anda, mereka hanya melihat dan mendengar tentang Yesus Kristus.

Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah melakukan perbuatan baik yang narsis dan munafik? Maukah Anda mengakuinya di hadapan Tuhan dan mohon pengampunan?

Bagaimana Anda berencana melakukan tindakan yang memberi rasa dan terang bagi orang lain?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Minggu, 05 Februari 2023

MENGAPA BERDUSTA?

[[Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: … lidah dusta.]] (Amsal 6:16-17)

Seorang peneliti bernama Dan Ariely melakukan penelitian lapangan untuk mengetahui mengapa orang berdusta. Ia mengumpulkan beberapa orang di dalam sebuah ruangan dan meminta mereka mengerjakan 6 soal matematika selama 5 menit. Dan Ariely meminta mereka memeriksa dan memberi nilai sendiri terhadap hasil pekerjaan mereka ketika jawaban yang benar ditayangkan di layar. Setelah itu, mereka diminta memasukkan lembar jawaban yang sudah diberi nilai ke dalam mesin penghancur kertas.

Dan Ariely dan tim akan menanyakan secara lisan kepada setiap orang tersebut tentang berapa jawaban mereka yang benar. Untuk setiap jawaban yang benar tersedia hadiah berupa sejumlah uang. Namun, yang mereka tidak sadari adalah Dan Ariely mencocokkan jawaban lisan mereka dengan lembar jawaban yang mereka masukkan ke mesin penghancur kertas yang ternyata sudah dimodifikasi untuk tidak berfungsi. 

Dalam penelitiannya di beberapa negara dan terhadap lebih dari 30.000 orang yang menjadi objek penelitian, Dan Ariely mendapati bahwa 12 orang berbohong luar biasa dengan mengatakan bahwa mereka mengerjakan banyak soal dengan benar, padahal salah semua. Delapan belas ribu dari 30.000 orang itu juga berbohong sedikit dengan menambahkan satu atau dua soal yang mereka sebut benar, padahal sebenarnya salah. 

“Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: … lidah dusta” (Amsal 6:16-17). Salah satu alasan orang berbohong adalah karena mereka yakin dusta mereka tidak akan diketahui atau terbongkar.

Berhentilah berdusta karena hidup kita terbuka di hadapan Sang Pencipta. (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini

Sabtu, 04 Februari 2023

Memilih Menutup Mulut

Bacaan: 1 PETRUS 3:8-12

Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. (Amsal 10:19)

Kalau kita menghadiri pertemuan seperti pertemuan RT, arisan, atau rapat di gereja, kita pasti pernah bertemu orang yang banyak bicara tapi tidak ada isinya. Kita akan mendengar orang itu berbicara hal yang tidak perlu, berlebihan, atau memamerkan segala kebaikannya. Walau tak suka, inilah kenyataannya. Meski hati ini tergoda untuk menegur orang itu, atau mengatakan orang itu bodoh, lebih baik kita tetap menutup mulut. Kenapa? Karena kalau kita tidak bisa menahan bibir, itu adalah cara paling cepat membuat musuh jangka panjang.

Menjaga lidah terhadap yang jahat dan bibir terhadap ucapan-ucapan yang menipu, itulah yang sebaiknya kita lakukan kalau mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik. Kita tidak bisa mengontrol perkataan orang sekitar kita, termasuk segala omong kosong mereka, tapi kita bisa mengontrol hati dan respons kita. Tuhan tidak pernah ingin kita sebagai anak-anak-Nya memiliki banyak musuh karena tidak mampu menahan bibir. Kalau seseorang bicara kosong kepada kita, tidak perlu membalasnya, dia justru makin semangat bicara dan ujungnya malah bertengkar. Kalau kita bisa meninggalkannya, berpamitanlah baik-baik.

Jangan menjatuhkan seseorang di depan banyak orang, sekalipun segala perkataan yang dia ucapkan tidak penting atau berlebihan. Kita hendaknya menjadi pribadi yang berakal budi, yang tahu kapan waktunya diam dan kapan waktunya bicara. Kalau ada orang menegur atau menasihati karena kita terlalu banyak bicara yang tidak penting, koreksi diri dan bertobatlah. --RTG/www.renunganharian.net

JANGAN MENJATUHKAN SESEORANG DI DEPAN BANYAK ORANG.

Jumat, 03 Februari 2023

KEBAIKAN DAN ANUGERAH

Bacaan: Ayub 29

NATS: Aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu (Ayub 42:5,6)

Seorang remaja yang ayahnya berperilaku kasar berkata, “Saya ingin menjadi orang yang baik seperti guru Sekolah Minggu saya dan seperti Anda, tidak seperti ayah saya.” 

Karena mengenal guru Sekolah Minggunya, saya setuju bahwa ia orang yang “baik”, dan saya bersyukur bahwa ia pun melihat saya sebagai orang “baik”. Saya juga ingin menjadi orang yang penuh hormat, baik hati, mau mengampuni, murni dalam gaya hidup, dan taat kepada Allah. Tetapi saya juga tahu kedosaan hati saya dan betapa saya bergantung pada kebaikan serta anugerah Allah. 

Tuhan menganggap Ayub orang “yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” (Ayub 1:8). Namun, setelah semua ujian yang dihadapinya, Ayub berkata, “Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (42:6). Bahkan setelah memikirkan kebaikannya sendiri (29:1- 25), ia tahu keadaan hatinya. 

Melalui cara pandang manusia, banyak orang bisa digambarkan sebagai orang “baik”. Tetapi Allah melihat ketidaktaatan, egoisme, dan kebencian di dalam diri kita semua. Dia juga tahu bahwa kita mempunyai bagian yang tak terawasi secara rohani. Dan ketika Dia membuka mata kita untuk melihat diri kita sendiri seperti Dia melihatnya, kita memahami mengapa orang “baik” seperti Ayub berkata bahwa ia mencabut perkataannya. 

Ya Tuhan, tolonglah kami untuk menjadi orang yang baik tanpa mengabaikan dosa dan ketidaklayakan kami. Terima kasih atas pengampunan yang Engkau tawarkan kepada kami dalam Kristus —Herb Vander Lugt 

BAHKAN ORANG TERBAIK PUN TAK MEMILIKI APA-APA UNTUK DISOMBONGKAN 

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 02 Februari 2023

MENYELAMATKAN DIRI

Bacaan: 1 Korintus 15:12-20
NATS: Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia (2 Timotius 2:11)

Di dalam, musik sedang dimainkan. Di luar, daun-daun berguguran. Karena embusan angin yang kencang, salah satu daun terakhir musim gugur melayang ke atas sesaat ketika saya mendengar sebaris lirik, "Dia bangkit!" Namun, saat lagu itu berakhir, daun tersebut telah menyentuh tanah. Gravitasi telah mengalahkan embusan angin. 

Beberapa saat kemudian, saya tak sengaja mendengar tiga wanita setengah baya membahas diet, olahraga, operasi wajah, dan berbagai usaha lain untuk mengalahkan usia. Seperti daun tadi, mereka berusaha melawan gravitasi yang menarik mereka menuju sesuatu yang tak terhindarkan. 

Percakapan mereka mengingatkan saya akan perbuatan baik yang dilakukan orang untuk mencoba menyelamatkan diri mereka dari kematian rohani. Akan tetapi, sama seperti daun yang jatuhnya tidak dapat dicegah dan penuaan yang tidak dapat dicegah orang, tak seorang pun dapat berusaha cukup keras menghindari akibat dosa, yaitu kematian (Roma 6:23). 

Saat penyaliban, para pencemooh menantang Yesus untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri. Namun, Dia tetap menyerahkan hidup-Nya ke dalam tangan Allah, dan Allah tidak hanya mengembalikan hidup-Nya sendiri, tetapi juga hidup kita. Untuk menerima keselamatan, kita pun cukup menyerahkan hidup kita ke dalam tangan Allah, karena jika Roh Allah yang membangkitkan Yesus dari kematian hidup dalam diri kita, maka Dia pun akan memberikan hidup kepada kita (Roma 8:11). 

Kekuatan dosa di luar tidak dapat mengalahkan hidup Kristus di dalam --JAL 

KESELAMATAN TIDAK BERARTI MEMULAI KEMBALI DARI AWAL 
TETAPI MENERIMA HIDUP BARU

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 01 Februari 2023

Buku Catatan Doa

Bacaan: 2 RAJA-RAJA 19:8-19

Hizkia menerima surat itu dari tangan para utusan, lalu membacanya; kemudian pergilah ia ke rumah TUHAN dan membentangkan surat itu di hadapan TUHAN. (2 Raja-raja 19:14)

Dalam sebuah kelompok pemuridan, saya diajar memiliki buku catatan doa. Buku catatan ini saya bagi dalam dua kolom. Sebelah kiri kolom berisi daftar segala doa saya, dan sebelah kanan kolom saya isi dengan tanda centang dan tanggal di mana doa saya sudah dijawab oleh Tuhan. Bertahun-tahun mempraktikkannya, saya banyak melihat karya Tuhan dinyatakan. Melalui buku catatan doa, saya belajar untuk mengandalkan Tuhan dan berpetualang bersama-Nya dalam segala musim kehidupan.

Menuangkan isi hati melalui doa pun dilakukan oleh Hizkia. Ancaman raja Asyur untuk menghancurkan Yerusalem secara manusia memang dapat menggentarkan hatinya dan rakyatnya saat itu. Menyikapi hal tersebut, Hizkia sebagai seorang raja tidak langsung emosional dan menyerang balik melainkan ia membawa surat ancaman yang disampaikan padanya dan membentangkannya di hadapan Tuhan (ay. 14). Dalam doa, Hizkia berseru meminta pertolongan agar Allah berpihak pada Yerusalem dan menyelamatkan mereka. Maksud Hizkia, jika Tuhan bertindak, segala kerajaan di bumi tahu, bahwa Allah yang Yerusalem sembah adalah Allah yang hidup (ay. 19) sehingga kerajaan lain yang mengaibkan Allah menjadi sadar dan bertobat.

Saudara, dalam hidup ini ada banyak situasi yang tidak menentu. Kita belajar seperti Hizkia, ia tidak dipengaruhi oleh emosi, tetapi ia mau mengambil tindakan untuk mendoakannya pada Tuhan karena ia tahu bahwa sumber segala sesuatu datangnya dari Allah saja. Kita dapat membentangkan masalah kita melalui doa dan memercayai tuntunan Allah hari demi hari dalam menolong dan menenangkan hati kita. --YDS/www.renunganharian.net

BERDOA MEMBUAT KITA TENANG, OBYEKTIF MELIHAT PERMASALAHAN DAN
MEMBUAT KITA RENDAH HATI DALAM BERESPONS BENAR.