Jumat, 30 Juni 2023

Sombong Padahal Tidak Ada Isinya

Bacaan: Zefanya 2:8-11

Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap kepada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
- 1 Timotius 6:17

Anda mungkin tahu serial kartun Jepang berjudul Doraemon. Salah satu karakter paling menyebalkan dalam Doraemon adalah bocah bernama Suneo Honekawa. Mengapa menyebalkan? Karena Suneo sebenarnya lemah tetapi sombongnya luar biasa. Mentang-mentang berteman dengan bocah kuat berbadan raksasa bernama Goda Takeshi (diberi julukkan Giant), Suneo suka mencibir dan mengejek Nobita, tokoh utama Doraemon, sehingga sering menjadi korban bully Giant.

Seperti itulah Kerajaan Amon dan Moab. Mereka sebenarnya tidak begitu kuat, tetapi sombong luar biasa. Mentang-mentang beraliansi dengan kerajaan yang pada saat itu paling kuat, yakni Kerajaan Babel, sama seperti Suneo, mereka menghina dan menyoraki bangsa Yehuda. Mereka berteriak, “Syukurin!” ketika bangsa Yehuda dikalahkan oleh Kerajaan Babel (Yeh. 25:3). Tidak hanya kita, Tuhan juga benci dengan sikap seperti ini. Itulah sebabnya di bagian ini kita membaca bahwa Tuhan pun akan menghukum mereka karena kesombongan mereka.

Menarik sekali bahwa sejarah mencatat Kerajaan Babel, kerajaan yang kepadanya Amon dan Moab beraliansi untuk mendapatkan perlindungan, menghancurkan mereka lima tahun sesudah Babel menghancurkan Yehuda. Syukurin!

Kita mungkin merasa bahwa bagian ini lebih cocok untuk anak-anak SD yang masih suka main bully-membully, bukan untuk kita yang sudah dewasa. Tapi, siapa bilang? Memang, kita tidak sekekanak-kanakkan Suneo maupun bangsa Amon dan Moab yang banyak gaya. Mereka bisanya hanya bersembunyi di balik orang yang lebih kuat. Namun, kita mungkin seringkali banyak gaya di balik hal-hal abstrak seperti kekayaan, popularitas, kedudukan, koneksi, kepandaian kita, dan sebagainya. Padahal, semua itu adalah pemberian Tuhan semata!

Adakah kita memandang rendah bahkan mem-bully orang lain, mungkin karena mereka tidak sepandai kita, memiliki kedudukan setinggi kita, atau tidak seberuntung kita? Memperlakukan asisten rumah tangga, pegawai, anak didik dengan semena-mena. Mentang- mentang kita berada di posisi yang lebih tinggi (padahal posisi itu pun adalah anugerah Tuhan) membuat kita tidak ada bedanya dengan Amon dan Moab.

Refleksi Diri:

Apakah ada orang-orang yang Anda anggap rendah (baik secara sadar maupun tidak) karena merasa posisi Anda di atas mereka?

Bagaimana cara Anda memanfaatkan apa yang Tuhan berikan justru untuk menolong orang-orang ini?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Kamis, 29 Juni 2023

Hari Tuhan

Bacaan: Zefanya 1:14-18

Saya yakin bahwa tidak ada seorang pun yang akan menjadikan ayat bacaan hari ini sebagai ayat favoritnya. Bagaimana tidak? Ayat ini tidak hanya menampilkan sisi Tuhan yang jarang kita kenal, yakni murka-Nya, tetapi juga menggunakan gambaran yang begitu brutal dan menjijikkan (ay. 17). Ancaman yang diberikan pun sangat keras. Begitu mengerikannya pembalasan Tuhan, sampai-sampai pahlawan pun akan menangis (ay. 14) dan orang yang paling kaya sekalipun tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya (ay. 18).

Tetapi hal yang paling mengerikan adalah ancaman ini tidak ditujukan kepada bangsa-bangsa penyembah berhala, melainkan kepada umat Tuhan sendiri, yakni Kerajaan Yehuda. Di dalam doktrin yang dipegang oleh umat Tuhan, “Hari TUHAN” adalah hari pembalasan Tuhan kepada musuh-musuhnya (Yer. 46:10). Jadi, di tengah keadaan dimana Kerajaan Yehuda dikelilingi banyak bangsa asing yang memusuhi mereka, “Hari TUHAN” adalah hari yang mereka tunggu. Harapan mereka tentunya Tuhan akan berpihak kepada mereka, bukan? Tentunya Tuhan akan menghabisi bangsa-bangsa lain selain Yehuda, bukan? Tentunya Tuhan akan menjadikan Yehuda sebagai negara adikuasa seperti pada zaman Salomo, bukan?

Jawabannya adalah TIDAK!

Di dalam bagian yang baru saja kita baca, Tuhan justru mengatakan bahwa hari pembalasan tersebut juga akan datang menimpa umat-Nya. Mengapa? Karena umat-Nya sendiri, dalam hal ini Kerajaan Yehuda, juga adalah musuh Tuhan! Bagaimana tidak? Di renungan-renungan sebelumnya, kita telah membaca bagaimana orang-orang Yehuda mendua hati dengan ilah lain, ikut-ikutan cara hidup bangsa lain, melakukan berbagai ketidakadilan kepada sesama manusia, dan mengabaikan Tuhan. Di dalam dosanya, mereka meletakkan diri sebagai lawan Tuhan. Inilah sebabnya Tuhan pun akan menghukum mereka di dalam murka-Nya.

Pesan-pesan seperti ini bukanlah pesan yang kita ingin dengar. Kita lebih ingin mendengar pesan bahwa Allah ada di pihak kita dan membela kita, dan bahwa Dia akan menghukum orang-orang yang kita anggap menjahati kita. Namun, bagian ini menjadi teguran keras bagi kita untuk mawas diri (self-aware). Bukan tidak mungkin bahwa kita-lah pihak yang berdosa. Tuhan adalah Allah yang penuh kasih, namun ingat bahwa Dia adalah Hakim yang Mahaadil di atas seluruh alam semesta.

Refleksi Diri:

Adakah orang-orang yang selama ini Anda salahkan atau Anda anggap telah menjahati Anda?

Apakah mungkin Anda juga pernah memiliki andil dalam konflik yang Anda alami? Mintalah Yesus untuk menjaga hati Anda tetap mawas diri.

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Rabu, 28 Juni 2023

Percaya pada Alkitab

Bacaan Hari ini:
2 Petrus 1:21 “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”

Alkitab adalah buku yang paling banyak dibaca dalam sejarah. Itu juga adalah buku yang paling laris dan buku yang paling banyak diterjemahkan dalam sejarah.
Namun, Alkitab jauh lebih dari itu. Alkitab adalah firman Allah—nafas Allah. Alkitab mengatakan dalam 2 Timotius 3:16, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”

Itu artinya Alkitab bukan hanya berisikan pemikiran-pemikiran yang bagus. Alkitab adalah firman yang dianugerahkan Allah kepada kita. Salah satu alasan saya tahu bahwa Alkitab itu benar dan dapat dipercaya ialah karena di dalamnya terdapat ribuan nubuatan yang telah menjadi kenyataan. Itu benar—setiap nubuatan di dalam Alkitab telah terwujud sama persis seperti yang Allah firmankan, atau akan terjadi di masa depan.

Alkitab memuat lebih dari 300 nubuatan tentang Yesus—semuanya telah tertulis seribu tahun jauh sebelum Dia dilahirkan. Orang-orang di dalam Alkitab telah bernubuat tentang kapan Yesus akan dilahirkan, di mana Dia akan dilahirkan, dan bagaimana Dia akan dilahirkan. Dia tidak mungkin memanipulasi kelahiran-Nya sendiri untuk mewujudkan nubuat-nubuat tersebut.

Alkitab juga berisikan nubuat bagaimana Yesus tiada. Seribu tahun sebelum Yesus mati, Daud telah mendeskripsikan kematian Yesus di kayu salib dalam salah satu mazmurnya. Dia tidak menggunakan kata “penyaliban,” karena pada saat tidak ada seorang pun yang tahu kata tesebut. Bahkan jauh sebelum orang Romawi berpikir untuk menghukum seseorang dengan hukuman penyaliban, Daud telah lebih dulu bernubuat akan hal itu.
Seberapa besar kemungkinan dari 300 prediksi yang saya buat tentang Anda yang dapat terwujud? Tentunya akan ada sangat banyak kemungkinan. Sama halnya, seharusnya lebih mudah buat kita percaya bahwa semua nubuat dalam Alkitab adalah rancangan Allah, ketimbang percaya bahwa itu hanyalah kebetulan semata. 

Alkitab mengatakan, “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Petrus 1:21).

Selama zaman Alkitab, tidak ada seorang pun yang bercita-cita menjadi seorang nabi. Itu karena ada hukum di Israel yang menyatakan bahwa nabi Allah haruslah selalu tepat 100 persen. Jika Anda salah sekali saja, maka Anda dianggap sebagai nabi palsu dan Anda akan dihukum mati.

Dan pada zaman itu, nubuat-nubuat alkitabiah tidak ada yang meleset—semuanya terwujud nyata. Oleh karena itu, kita pun harus berpegang pada Alkitab karena apa pun yang dinubuatkan di dalam Alkitab relah dan akan selalu nyata.

Renungkan hal ini:
- Nubuat-nubuat alkitabiah mungkin tampak tidak relevan atau tidak penting dalam hidup Anda. Menurut Anda mengapa Allah ingin Anda mempelajari, memahami, dan menganggapnya penting?
- Apakah Anda percaya bahwa Alkitab itu benar? Bagaimana selama ini keraguan mencegah Anda untuk mendengar apa yang Allah ingin katakan kepada Anda?
- Bagaimana selama ini Alkitab memberi manfaat bagi hidup Anda? Apakah Anda hanya menggunakannya untuk memberikan Anda semangat, atau juga sebagai alat untuk menegur, mengoreksi, dan melatih diri Anda?

Alkitab bukanlah huruf yang mati, melainkan pesan yang hidup dan berkuasa. Alkitab sesungguhnya adalah surat cintaNya Tuhan untuk Anda

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Selasa, 27 Juni 2023

Am Atau Goy?

Bacaan: Zefanya 2:1-3

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna - Roma 12:2

Burung sejenis terbang bersama. Prinsip ini benar bahwa kita akan dipengaruhi dengan siapa kita berteman. Prinsip yang sama juga berlaku di Alkitab, yakni bahwa kita sebagai umat Tuhan adalah bangsa yang kudus. Kudus berarti dipisahkan dari dunia. Jika dunia hidup di dalam dosa dan tidak tunduk di bawah pemerintahan Allah maka umat Tuhan harus melakukan yang sebaliknya dan menjadi kesaksian bagi dunia.

Sayangnya, dalam menerapkan prinsip ini orang-orang Israel melakukannya dengan cara yang salah dan malah mengabaikan yang utama. Kenyataan bahwa mereka adalah umat Tuhan membuat mereka memandang rendah bangsa lain. Itulah sebabnya orang Israel memiliki dua kata yang sama-sama berarti bangsa, yakni goy dan am. Bedanya adalah goy digunakan untuk menyebut bangsa-bangsa lain (dalam bahasa Inggris diterjemahkan gentiles) sementara am untuk mereka sendiri.

Namun, seperti yang kita baca di bagian-bagian sebelumnya, Kerajaan Yehuda sama sekali tidak ada bedanya dengan bangsa-bangsa yang mereka sebut goy ini! Menyembah berhala, melakukan kekerasan, bahkan berpakaian dan bergaya hidup seperti orang yang tidak mengenal Tuhan! Itulah sebabnya, di dalam bahasa asli, kata yang digunakan untuk bangsa di ayat 1 adalah goy dan bukan am. Padahal, ayat ini sedang merujuk kepada Kerajaan Yehuda! Maknanya jelas, Tuhan melalui Zefanya mencela orang-orang Yehuda yang tidak ada bedanya dengan bangsa-bangsa asing! Mereka memandang diri sebagai bangsa terpilih dan bersikap elitis dengan menyebut diri am dan bangsa lain goy, tetapi justru poin yang terutama, yakni menjalani hidup yang kudus, malah mereka abaikan!

Bagaimana dengan kita? Tentu saja, kita adalah orang-orang percaya, umat Tuhan, bangsa yang kudus. Kita datang ke gereja setiap minggu, pelayanan, dan sebagainya. Tapi, apakah kita sungguh-sungguh hidup di dalam kekudusan? Kalau kita hanya orang Kristen di hari Minggu, sementara hari lain—entah di dalam pekerjaan atau kuliah atau sekolah atau berkeluarga—kita sama saja seperti orang yang tidak mengenal Tuhan, kita tidak ada bedanya dengan orang-orang Israel yang menyebut dirinya am, tetapi di hadapan Tuhan adalah goy.

Apakah kita am atau goy?

Refleksi Diri:

Apakah sikap hidup diri Anda berbeda di dalam dan di luar lingkungan gereja?

Apakah ada tindakan-tindakan Anda yang merupakan hal biasa di dunia, tetapi sebenarnya bertentangan dengan firman Tuhan?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Senin, 26 Juni 2023

Bagaimana Cara Menghafal Firman Tuhan?

Bacaan Hari ini:
Mazmur 119:11 “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.”

Jika Anda ingin tumbuh kuat dan dewasa sebagai pengikut Yesus, maka Anda harus menghafal firman Tuhan. 

Mazmur 119: 1 mengatakan, “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” Menyimpan firman Tuhan di dalam hati Anda—menghafalnya—membantu Anda untuk mematahkan pola-pola dosa dalam hidup Anda, dan menjadikan Anda dewasa di dalam iman.

Jika Anda belum pernah menghafal ayat Alkitab sebelumnya, itu mungkin tampak mengintimidasi. Jangan takut, Anda pasti bisa! Mungkin Anda menganggap Anda tidak cukup pintar, atau mungkin Anda punya kesulitan menghafal sebelumnya. Berikut ini beberapa langkah sederhana yang bisa Anda ikuti untuk mulai menghafalkan firman Tuhan hari ini:

1. Pilihlah satu ayat yang berbicara di hati Anda. Jangan memilih sebuah ayat karena Anda berpikir Anda harus menghafalkannya. Hafalkan itu sebab Anda ingin—sebab Anda percaya itu akan membuat suatu perbedaan dalam hidup Anda.

2. Ucapkanlah juga referensi ayat Alkitabnya sebelum dan sesudah ayat tersebut. Misalnya, dengan ayat kita hari ini, Anda bisa mengucapkannya seperti ini, “Mazmur 119:11, ‘Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.’ Mazmur 119:11.” Terkadang referensi ayat adalah hal yang paling sulit untuk diingat, jadi mengucapkannya secara lantang sebelum dan sesudah ayat tersebut akan mempermudah Anda mengingatnya.

3. Bacalah ayat itu dengan lantang, dan ucapkan berulang-ulang kali. Banyak orang ingat apa yang mereka katakan, bukan apa yang mereka baca. Saat Anda mengucapkan sebuah ayat Alkitab dengan lantang, Anda merekamnya di dalam memori Anda.

4. Hafalkanlah sama persis. Jangan coba memanipulasi firman Tuhan sebelum Anda mempelajarinya. Pelajari sama persis sebagaimana tertulis dalam Alkitab.

5. Mulailah dengan menghafalkan satu ayat per minggu. Secara bertahap, Anda dapat mempelajari dua ayat dalam satu minggu, tetapi mulailah secara perlahan. Seperti yang saya sebutkan dalam renungan sebelumnya, jika Anda menghafal satu ayat per minggu, maka Anda akan menghafal 52 ayat dalam satu tahun! Jika Anda menghafal dua ayat dalam seminggu, maka Anda akan punya lebih dari 100 ayat dalam satu tahun. Anda akan membawa begitu banyak kebenaran dan hikmat dalam hati dan pikiran Anda yang bisa Anda ingat kembali kapan saja.

Saya kenal orang-orang yang telah menghafal seluruh isi Alkitab. Mereka bukan orang-orang jenius. Mereka hanya berkomitmen menghafalkannya—satu per satu ayat.

Renungkan hal ini:
- Apa strategi Anda selama ini dalam menghafal firman Tuhan? Apakah itu efektif? Apakah Anda perlu mengubah sesuatu dari cara Anda menghafal firman Tuhan agar itu menjadi lebih efektif?
- Siapa dalam hidup Anda yang dapat menghafal firman Tuhan bersama Anda dan yang dapat membantu menguatkan Anda?
- Ayat Alkitab apa yang ingin Anda hafalkan minggu ini?

Firman Tuhan adalah kebenaran—dan menanamkannya di hati Anda ialah alat yang paling efektif.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Minggu, 25 Juni 2023

Mengapa Anda Harus Menghafal Firman Tuhan?

Bacaan Hari ini:
Yakobus 1:25 “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”

Jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi kuat dan dewasa secara rohani, kebiasaan penting yang bisa Anda bangun ialah dengan menghafal firman Tuhan. Bahkan, Alkitab mengatakan dalam Yakobus 1:25 bahwa itu merupakan salah satu dari empat kebiasaan yang akan menuntun Anda pada kehidupan yang diberkati: “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”

Berikut ini empat kebiasaan yang dapat Anda pelajari dalam ayat tersebut:
- Membaca Alkitab. “Tetapi barangsiapa meneliti…”
- Mempelajari Alkitab. “… bertekun di dalamnya…”
- Mengingat Alkitab. “… bukan hanya mendengar untuk melupakannya…”
- Merespons Alkitab. “… tetapi sungguh-sungguh melakukannya.”

Bahkan apabila Anda tidak terbiasa menghafal sekali pun, menghafal adalah sebuah keterampilan yang bisa Anda pelajari; itu layaknya memperkuat otot-otot lainnya di tubuh Anda. Bahkan, menghafal firman Tuhan akan membuat otak Anda memiliki ingatan yang lebih kuat juga dalam bidang-bidang lain dalam hidup Anda—saya jamin itu. Banyak penelitian telah membuktikannya.

Mengapa menghafalkan firman Tuhan itu penting?

Anda akan selalu memiliki firman Tuhan bersama Anda. Saat Anda menghadapi pencobaan atau godaan, biasanya tidak ada Alkitab di sekitar Anda yang bisa Anda buka saat itu juga. Saat Anda memberi kesaksian pada seseorang yang tidak mengenal Yesus, yang sedang tertekan, yang sedang membutuhkan penghiburan, atau yang sedang menghadapi krisis, biasanya tak ada Alkitab di sekitar Anda. Oleh sebab itulah, Anda membutuhkan firman Tuhan di dalam pikiran Anda sehingga Anda dapat mengingatnya dan memperkatakannya tepat pada saat Anda memerlukannya.

Anda dapat merenungkan firman Tuhan ke mana pun Anda pergi. Jika Anda telah menghafalkannya, maka Anda dapat merenungkannya kapan saja, seperti saat menjelang tidur atau saat berkendara menuju suatu tempat. Ketika Anda memikirkannya, itu berarti Anda sedang merenungkannya. Dan satu-satunya janji tentang kelimpahan dan keberhasilan yang Allah berikan kepada kita di dalam Alkitab mengatakan bahwa merenungkan firman-Nya adalah kuncinya: Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung” (Yosua 1: 8).

Mulailah menghafal Firman Tuhan hari ini. Pilihlah satu ayat setiap minggu. Dalam satu tahun, Anda akan menghafal 52 ayat. Dalam dua tahun, Anda akan menghafal lebih dari 100 ayat.

Renungkan hal ini:
- Apa yang perlu Anda ubah supaya Anda secara teratur membaca dan mempelajari Alkitab?
- Hari ini kita sudah belajar cara-cara terbaik untuk belajar dan menghafal firman Tuhan. Apa alat atau trik, atau siapa saja yang dapat membantu Anda menghafal firman Tuhan?
- Bagaimana respons Anda saat Tuhan menunjukkan Anda satu ayat Alkitab di dalam pikiran Anda pada situasi tertentu? Bagaimana Anda harus menanggapinya?

Saat Anda menyimpan firman Tuhan di dalam hati Anda, Anda akan mendapati diri Anda semakin bertumbuh menjadi pribadi yang seturut dengan kehendak Tuhan.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Sabtu, 24 Juni 2023

Inilah Saatnya Mempersiapkan Tanah

Bacaan Hari ini:
Yakobus 1:19-21 “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; 1:20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. 1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.”

Tukang kebun tahu bahwa Anda bisa mengambil satu benih yang sama persis dan menanamnya di tiga lokasi berbeda dan mendapatkan tiga hasil berbeda. Di satu titik, Anda bisa mendapatkan buah tomat-tomat raksasa. Sementara di titik lain, Anda bisa mendapatkan tomat-tomat kecil. Dan di titik yang ke tiga, Anda mungkin saja tidak mendapatkan apa-apa sama sekali. Apa yang membedakannya? Bukan benihnya, melainkan tanahnya. Tanah harus dipersiapkan sebelum benih ditanam.

Demikian juga ketika Anda mendengar firman Tuhan. Hati Anda harus dipersiapkan untuk menerima firman-Nya. Pelayanan di gereja adalah satu contoh yang tepat untuk hal ini. Jika Anda bangun kesiangan, kesulitan menemukan tempat parkir, dan merasa kesal sambil terburu-buru masuk ke dalam gereja, kemungkinan besar Anda tidak akan mendengar suara Allah! Hati Anda tidak siap untuk menerima firman-Nya.

Itulah sebabnya dua orang bisa saja pergi ke kebaktian gereja yang sama, duduk berdampingan, dan mendengar pembacaan firman serta khotbah yang sama, namun mempunyai penerimaan yang berbeda. Yang satu, begitu ke luar dari pintu gereja merasakan bahwa Allah telah benar-benar berbicara kepada mereka, sementara lainnya, tidak mendapat apa pun dari kebaktian itu. Hati orang tersebut telah dipersiapkan, sedangkan hati orang lain tidak.

Alkitab berkata, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu” (Yakobus 1:19-21).

Alkitab mengajarkan bahwa, supaya hati Anda siap untuk menerima firman Allah, Anda perlu memiliki empat sikap berikut:

Diamlah. Anda tidak dapat mendengar Allah jika Anda sedang berbicara.

Tenanglah. Anda tidak dapat mendesak Tuhan. Bila Anda panik, Anda tidak akan mendengar Dia. Alkitab berkata, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” Saya menginterpertasikannya seperti ini, "Duduk, dan diamlah."

Jadilah kudus. Sebelum Anda bertemu dengan Tuhan, Anda perlu mengakui dosa Anda kepada-Nya dan meminta Dia untuk mengampuni Anda.

Jadilah rendah hati. Bersiaplah untuk melaksanakan apa pun yang Tuhan perintahkan kepada Anda melalui firman-Nya. Sikap sombong tidak akan pernah berhasil.

Renungkan hal ini:
- Menurut Anda mengapa begitu sulit untuk bersikap tenang dan hening untuk mendengar Allah? Apa yang bisa Anda lakukan untuk meminimalkan gangguan-gangguan sehingga Anda dapat mendengarkan Dia dengan baik?
- Dosa apa yang tengah menghalangi Anda untuk mendengar suara Tuhan hari ini?
- Kebiasaan-kebiasaan baru apa yang dapat membantu mempersiapkan Anda serta keluarga Anda untuk mendengarkan firman Allah saat di gereja atau kapan saja?

Lain kali ketika Anda menghabiskan waktu yang intim bersama firman Tuhan—entah itu saat di gereja atau waktu saat teduh di rumah—persiapkan dulu hati Anda. Dan Anda akan kagum dengan perbedaannya!

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Jumat, 23 Juni 2023

Alkitab: Pedoman Hidup 

Baca: Mazmur 119:33-40

"Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati." (Mazmur 119:34)

Ada banyak orang Kristen yang bertanya-tanya dalam hati, "Mengapa sampai hari ini kuasa firman Tuhan itu tidak bekerja secara nyata dalam hidupku, padahal aku sudah membaca Alkitab sampai tuntas?" Saudaraku, bukan Alkitab atau firman Tuhan yang salah, tetapi respons dari sikap hati terhadap firman, serta perbuatan kita turut menentukan keadaan ini. Karena itu kita perlu mengoreksi diri terlebih dahulu sebelum kita komplain kepada Tuhan. Yakobus memperingatkan, "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:21).

Firman Tuhan, baik yang kita baca maupun yang dengar melalui khotbah para hamba Tuhan, tidak dapat bekerja secara efektif di dalam hidup kita bila kita sendiri belum mau melepaskan hal yang kotor dan jahat. Selama kita masih enggan menanggalkan "manusia lama" maka semuanya sia-sia. Apalah artinya membaca Alkitab dan hafal dengan ayat-ayat firman Tuhan jika hal itu tidak selaras dengan sikap dan perbuatan kita sehari-hari. Bukankah Alkitab dengan sangat terperinci memberitahukan kita tentang apa saja yang tidak layak untuk dilakukan dan apa saja yang harus kita perbuat? Tetapi jika kita masih saja hidup dalam dosa, bukankah itu artinya kita meremehkan firman dan menganggap semua nasihat Tuhan itu sebagai angin lalu? Dengan keras firman Tuhan memperingatkan: "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).

Sebaliknya, jika ketekunan kita mempelajari Alkitab disertai dengan kesungguhan untuk melakukan firman Tuhan, maka "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11).

Alkitab adalah jawaban untuk semua pergumulan hidup kita, karena itu tingallah di dalam firman-Nya, maka apa saja yang kita perbuat menjadi berhasil!

Sumber: Renungan Kristen

Kamis, 22 Juni 2023

Influencer

Bacaan: Zefanya 1:7-11

Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? - Yakobus 4:4a

Di bagian sebelumnya, kita membaca bahwa Tuhan akan memberantas penyembahan berhala. Namun, tidak hanya hal-hal ini yang menjadi sasaran murka-Nya. Di bagian ini kita membaca bahwa Dia pun murka kepada orang-orang yang berusaha menjadi seperti bangsa-bangsa lain (ay. 8), para preman (ay. 9), dan pedagang yang suka menipu (ay. 10). Dari ketiga golongan ini, kita mungkin mengernyitkan dahi ketika melihat bahwa orang- orang yang ikut-ikutan tren, yakni yang berusaha menjadi seperti bangsa-bangsa lain, juga menjadi sasaran kemarahan Tuhan. Apa salahnya ikut-ikutan tren orang lain? Kenapa Tuhan sampai marah?

Di masa kini, seiring perkembangan teknologi, penyebaran informasi menjadi sangat mudah. Dulu hanya orang-orang tertentu yang dianggap layak untuk mendapat sorotan, misalnya di televisi. Berkat internet, siapa pun bisa menjadi bintang. Youtube menggunakan slogan: Broadcast Yourself (siarkan dirimu). Media sosial lain, seperti Instagram sukses menghasilkan selebriti atau apa yang kini dikenal dengan sebutan selebgram. Orang-orang populer di media sosial yang memiliki pengagum (fanbase) dan pengikut (followers) yang besar akhirnya menjadi influencer. Mereka menetapkan sebuah tren.

Tentu saja, tidak semua influencer dan tren adalah hal yang jelek. Tetapi hukum yang pasti di dunia yang sudah berdosa ini adalah hal-hal negatif lebih mudah menyebar dan populer dibandingkan hal-hal positif. Akibatnya, daripada berlomba-lomba menjadi siswa atau mahasiswa yang rajin, anak-anak muda lebih memilih berlomba-lomba menjadi serupa dengan influencer-nya. Tidak hanya kaula muda, orang-orang yang sudah dewasa pun dapat saja tergiur dengan gaya hidup serba glamor yang ditampilkan para influencer di media sosial.

Kalau orang non-Kristen terhanyut di dalam pusaran influencer, ya sudahlah. Tetapi sebagai orang Kristen, kita hanya punya satu Influencer, yakni Tuhan Yesus sendiri. Namanya saja “Kristen” yang berarti Kristus-Kristus kecil. Tidak hanya dalam penampilan, tetapi lebih- lebih di dalam gaya hidup dan tingkah laku kita: apakah kita lebih cenderung terjebak dalam budaya konsumerisme, hedonisme, dan serba pamer seperti yang ditampilkan oleh para influencer ataukah kita lebih serupa dengan Tuhan Yesus yang hidup dalam kesahajaan dan kekudusan?

Refleksi Diri:

Berapa banyak akun media sosial yang Anda miliki dan apa tujuannya?

Apakah Anda lebih berusaha mengikuti tren atau berjuang mencapai kekudusan menjadi serupa Tuhan Yesus?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Rabu, 21 Juni 2023

TIDAK MAU MASUK

Bacaan: Lukas 15:25-32

NATS: Anak sulung itu marah dan ia tidak mau masuk (Lukas 15:28)

Beberapa ahli teologi membagi pelanggaran menjadi "dosa daging" dan "dosa roh". Ini berarti sebagian dosa berasal dari nafsu kedagingan kita; sebagian berasal dari "hati" atau watak kita. Dalam kisah anak yang hilang, sikap si sulung memberi kita contoh tentang dosa roh. 

Kita cenderung menganggap anak yang hilang itu lebih buruk daripada kakaknya. Namun, akhir kisah itu penting untuk diperhatikan. Anak yang hilang tersebut dipulihkan, diampuni, dan penuh sukacita, sedangkan kakaknya berdiri di luar rumah dan menolak masuk. 

Si sulung yang tinggal di rumah itu lebih dari sekadar pengisi latar belakang kisah tersebut. Ia membuat kita berpikir tentang kondisi hati kita, karena suasana hati yang muram dapat menciptakan kesengsaraan yang tak terkatakan. 

Ketidakpuasan, kecemburuan, kepahitan, kebencian, pembelaan diri, sifat mudah tersinggung, dan kurangnya rasa syukur merupakan watak-watak yang dapat merusak pernikahan, menghancurkan anak-anak kita, menjauhkan kita dari teman, dan menyusahkan kehidupan mana pun -- termasuk kehidupan kita. 

Kita lebih mudah bertahan dalam suasana hati yang buruk dan terperosok dalam sikap menipu diri sendiri dan munafik. Namun, kita harus menjaga hati dari sikap-sikap yang merusak semacam itu. Saat sikap-sikap itu muncul, kita harus mengakuinya, melepaskannya, dan mengalami pengampunan Allah. 

Jangan biarkan sikap buruk membuat Anda kehilangan kesempatan untuk menikmati sukacita bersama orang lain --DHR 

Ketika amarah mencengkeram hati kita, 
Itu meracuni segala pikiran dan tindakan kita; 
Ketika iman berusaha menyatakan kasih Allah 
Itu menjaga roh kita tetap kuat dan benar. --D. De Haan 

KEBENCIAN MUNCUL TATKALA MEMANDANG SESAMA, KEPUASAN MUNCUL TATKALA MEMANDANG ALLAH 

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 20 Juni 2023

Buta Dan Gagal Paham

Bacaan: Zefanya 1:4-6

Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu.
- Yesaya 44:9b

Kemarin kita telah mempelajari bahwa reformasi Yosia untuk memberantas segala penyembahan berhala tidak terselesaikan, yang akhirnya membuat Tuhan turun tangan. Setidaknya ada empat macam bentuk penyembahan berhala yang akan Dia berantas:

Pelacuran bakti (ay. 4): penyembah Dewa Baal percaya bahwa hujan akan terjadi ketika Baal berhubungan intim dengan istrinya. Jadi, pelacuran bakti dilakukan di kuil dengan harapan Baal akan bergairah memberikan berkat saat melihat umat berhubungan intim dengan para pelacur yang disediakan.
Astrologi (ay. 5a): “tentara langit” yang dimaksudkan di sini adalah benda-benda penerang seperti matahari, bulan, dan bintang.
Sinkretisme (ay. 5b): “bersumpah setia” berarti menjadi penyembah dari seorang dewa. Dalam hal ini, orang-orang Israel menyembah Tuhan sekaligus Dewa Milkom
Kemurtadan (ay. 6)
Kita tentu tidak melakukan dosa pelacuran bakti dan mungkin tidak sedang memikirkan untuk murtad dari Tuhan. Tapi, astrologi dan sinkretisme bukanlah hal yang asing. Mungkin di antara kita ada yang masih percaya pada tanggal-tanggal hoki tertentu dan yakin bahwa acara-acara penting harus diadakan pada momen tersebut. Atau mungkin kita suka membaca ramalan horoskop, entah zodiak Tiongkok atau barat. Sinkretisme adalah penyembahan terhadap ilah lain selain Tuhan. Bentuknya bisa beragam, mulai dari memiliki altar yang difungsikan sebagai penyembahan, entah kepada dewa atau leluhur, sampai pada menyimpan benda-benda keramat tertentu. Semua ini adalah kekejian di mata Tuhan.

Bisa jadi perenungan ini membuat kita muram, kenapa sih Tuhan sampai sebegitu kakunya dalam hal-hal tersebut? Apa salahnya membaca horoskop dan sembahyang beberapa menit saja? Toh kita tidak merugikan siapa pun, bukan?

Siapa bilang hal ini tidak merugikan siapa pun? Memercayai hal-hal seperti ini akan menyebabkan pelakunya, “matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami” (Yes. 44:18). Dengan kata lain, menjadi orang yang tidak dapat memandang dan memahami dunia dari sudut pandang Tuhan Allah sebagai yang mengatur dan merancang segala hal dalam hidup. Marilah kita berefleksi diri, apakah kita masih melakukan praktik-praktik seperti itu dan memercayainya. Ingat Tuhan Yesus tidak suka dan Dia telah memberi peringatan untuk segera menghentikan tindakan-tindakan tersebut.

Refleksi Diri:

Adakah Anda melakukan salah satu atau lebih hal-hal yang dijabarkan di atas? Apakah Anda sudah/sedang berusaha untuk berhenti?

Jika Anda mengetahui seseorang yang masih terjebak di dalm hal-hal tersebut, apakah Anda sudah meminta hikmat Tuhan untuk dapat menyatakan kebenaran kepada mereka?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Senin, 19 Juni 2023

Siapa Sumber Penentang yang Sebenarnya?

Bacaan Hari ini:
2 Timotius 2:25-26 “Dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.”

Ketika Anda menghadapi penentangan oleh karena iman Anda, kenalilah sumbernya. 

Itu bukan orang lain. Itu bukan rekan kerja Anda. Itu bukan saingan Anda. Tekanan yang Anda rasakan yang harus Anda pendam dan sembunyikan, atau ketika Anda harus duduk ketika Anda harus berdiri—tekanan tersebut tidak datang dari orang lain. Sejatinya itu datang dari Iblis.

Dalam Wahyu 12:10, Iblis disebut sebagai “pendakwa saudara-saudara kita.” Singkat kata, Iblislah pendakwa orang-orang Kristen. Pekerjaan utamanya yaitu menjatuhkan Anda.

Ada sebuah peperangan rohani tersembunyi yang sedang terjadi di sekitar Anda. Tekanan yang mencegah Anda untuk melakukan hal-hal yang benar tidak datang dari orang lain. Mereka dijadikan senjata oleh Iblis. Sering kali mereka bahkan tak tahu jika mereka sedang dimanfaatkan. 

Efesus 6:12 mengatakan, “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”

Iblis menggunakan media, musik, budaya populer, dan apa pun yang Dia bisa untuk mengolok-olok mereka yang menjadi milik Yesus. Dia berada di belakang suara-suara sumbang yang berseru, “Orang-orang Kristen itu sudah ketinggalan zaman. Mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Mereka orang-orang yang fanatik."

Ini yang harus Anda lakukan menurut Alkitab: “Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya” (2 Timotius 2:23-26).

Jika Anda tidak memiliki Roh Kudus dalam hidup Anda, maka Anda tidak mempunyai benteng pertahanan melawan Iblis. Iblis dapat menguasai suasana hati Anda. Dia bisa membuat Anda iri. Dia bisa membuat Anda depresi. Dia bisa membuat Anda marah.

Anda mungkin mengira Anda kuat, tetapi ketahuilah Anda tidak cukup kuat untuk melawan serangan Iblis seorang diri. Yang harus Anda lakukan yaitu mengenali sumbernya—Iblis, bukan orangnya—dan memperlakukan musuh atau lawan Anda sebagaimana yang Yesus lakukan.

Bagaimana Yesus memperlakukan orang-orang yang menentang-Nya? Bahkan di kayu salib sekalipun Dia berseru, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya” (Lukas 23:34).

Orang-orang yang menyerang Anda tak tahu apa yang sedang mereka lakukan. Orang-orang yang merendahkan Yesus dan gereja serta kekristenan tak tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Sama seperti Yesus, Anda juga harus berdoa, “Bapa, ampunilah mereka” agar Anda bisa memperlihatkan kasih Anda, bahkan saat di bawah serangan sekalipun. Saat itulah Anda akan memiliki lebih banyak energi untuk melawan musuh yang sebenarnya.

Renungkan hal ini: 
- Jika Iblis ada di balik tindakan salah manusia, mengapa manusia tetap harus memberi pertanggungjawaban kepada Allah atas apa yang telah mereka lakukan?
- Apa pengaruhnya terhadap Anda secara jasmani dan rohani saat Anda mampu mengampuni para penentang Anda?
- Apa kelemahan Anda yang paling mudah diserang oleh Iblis? Mintalah Allah untuk menumbuhkan iman Anda dalam hal-hal tersebut dan memberikan Anda kekuatan untuk teguh berdiri.

Iblis tahu menyerang Yesus Kristus secara langsung itu sia-sia, karena itulah, Iblis menyerang para pengikut Yesus. 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Minggu, 18 Juni 2023

Disembunyikan Oleh Tuhan

Bacaan: Zefanya 1:1-3

Lebih baik berlindung pada TUHAN, dari pada percaya kepada manusia - Mazmur 118:8

Kitab Zefanya adalah salah satu kitab yang mungkin jarang kita baca. Zefanya adalah nabi Tuhan yang hidup di zaman Raja Yosia, pada masa-masa akhir Kerajaan Yehuda Selatan. Yang menarik, nama Zefanya secara literal berarti “disembunyikan oleh Tuhan”. Disembunyikan dari apa?

Kita tahu bahwa Raja Yosia, seorang bocah berusia delapan tahun yang diangkat menjadi raja, adalah raja yang benar (2Raj. 22:2). Ia memperjuangkan reformasi di Kerajaan Yehuda Selatan dengan cara memecat imam dewa-dewa asing serta menghapuskan segala bentuk penyembahan berhala (2Raj. 23). Sepertinya kisah hidup Yosia dan Kerajaan Yehuda Selatan akan berakhir dengan happy ending.

Namun, hidup Yosia berakhir tragis. Perikop 2 Tawarikh 35:20-25 menceritakan bahwa Nekho, raja Mesir, ingin memerangi Asyur (2Raj. 23:29) dan Yosia ikut campur. Nekho memperingatkan Yosia agar tidak menghentikannya, tetapi Yosia bersikeras. Lalu ayat 2 Tawarikh 35:22 menekankan bahwa Yosia tidak mengindahkan kata-kata Nekho yang merupakan “pesan Allah”. Singkat cerita, reformasi Yosia gagal karena ia tidak mendengarkan pesan Allah dan karena Kerajaan Yehuda sudah begitu bejatnya.

Inilah kenyataan hidup. Kita bisa membayangkan betapa bersukacitanya Zefanya melihat reformasi yang dilakukan Yosia. Kerajaan Yehuda meninggalkan penyembahan berhala dan ia berharap keadaan akan semakin membaik. Namun, semua harapan Zefanya kandas ketika melihat Yosia mengakhiri reformasinya sendiri secara tidak langsung dengan main sok jago melawan Nekho dan akhirnya tewas sebelum reformasinya terselesaikan. Zefanya tidak dapat bersembunyi di balik perlindungan Yosia.

Demikian pula di dalam hidup. Kita mungkin melihat seorang pemimpin baru, teladan panutan, agen perubahan, seorang yang kita percaya diutus Tuhan untuk membawa pengharapan, sebagaimana Zefanya melihat Yosia atau juga orang-orang Israel memandang Saul.

Jika kita meninggikan seseorang ke atas takhta pengharapan hati kita, kita harus siap kecewa. Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali-kali akan jatuh juga, demikian kata pepatah. Tentu ini bukan berarti kita menjadi pesimis, sinis, dan berpikiran negatif terhadap semua orang. Poinnya adalah tidak peduli sesempurna apa pun seseorang, manusia pasti bisa salah. Satu-satunya pribadi yang kepada-Nya kita bersembunyi dan berlindung adalah Tuhan Yesus Kristus.

Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah mengidolakan seseorang, mungkin seorang rohaniwan, pemimpin gereja, atau tokoh politik tertentu, lalu dikecewakan karena ternyata ia tidak sesempurna yang dibayangkan?

Apa langkah praktis Anda menggantungkan pengharapan dan bersembunyi dalam perlindungan Yesus?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 17 Juni 2023

IMPIAN + KERJA KERAS

[[Si malas banyak keinginan tapi tak satu pun yang dicapainya; orang yang bekerja keras mendapat segala yang diinginkannya. ]] (Amsal 13:4—BIS)

Some people dream of success, while others wake up and work hard on it (Sebagian orang hanya memimpikan kesuksesan, sementara sebagian yang lain bangun dan bekerja keras). Perkataan tersebut berasal dari Winston Churcill, mantan perdana menteri Inggris. Kalimat ini menggambarkan betapa mengharapkan atau menginginkan sesuatu saja tidak cukup. Tidak ada hasil yang bisa didapat jika berasal hanya dari keinginan. Keinginan itu harus mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, bukan sekali atau dua kali, melainkan mungkin harus melakukannya dengan konsisten. Konsistensi adalah bagian penting dari kerja keras. 

“Si malas banyak keinginan tapi tak satu pun yang dicapainya; orang yang bekerja keras mendapat segala yang diinginkannya” (Amsal 13:4—BIS). Amsal ini mengingatkan pentingnya kerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Mempunyai keinginan adalah hal yang baik, tetapi keinginan tidak akan terwujud dalam bentuk konkret apabila tidak ada kerja keras. Pada dasarnya, orang-orang yang bekerja keras adalah orang yang mampu mengalahkan kemalasan dan mengarahkan diri pada tujuan.  

Keinginan tanpa kerja keras hanyalah impian. Keinginan ditambah kerja keras adalah keberhasilan.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Jumat, 16 Juni 2023

Anda Hanya Butuh Persetujuan Tuhan

Bacaan Hari ini:
1 Petrus 4:16 “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.”

Ketika Anda membela kebenaran dan melakukan apa yang benar, janganlah malu atau ragu. Alkitab mengatakan dalam 1 Petrus 4:16, “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.”

Izinkan saya bertanya pada Anda: Apakah suatu hinaan akan membunuh Anda? Tidak. Apakah sebuah komentar buruk akan membunuh Anda? Tidak. Apakah seseorang yang mengolok-olok atau melabeli Anda dengan nama tertentu karena Anda membela Kristus akan menyakiti Anda? Tidak. Apakah komentar-komentar online yang mencoba memancing dan mengadu domba Anda akan menjatuhkan Anda? Tidak. Tak satu pun dari hal-hal itu akan menyakiti Anda. Bahkan, tak satu pun dari hal-hal itu akan berdampak pada hidup Anda sama sekali.

Anda mungkin selama ini telah mencoba menyesuaikan diri dengan kelompok tertentu atau mencoba memperoleh persetujuan dari orang-orang tertentu selama bertahun-tahun lamanya. Saya benci memberi tahu Anda hal ini, tetapi jika Anda belum mendapatkannya sekarang, Anda tak akan pernah mendapatkannya. Namun, kabar baiknya adalah Anda tidak membutuhkannya! Anda tidak butuh persetujuan siapa pun untuk menjadi bahagia. Sebab apa pun yang Anda lakukan dalam hidup, pasti akan ada seseorang yang tidak menyukainya. 

Saat menghadapi penentangan, ingatlah ini: Jika pendapat orang lain lebih penting buat Anda ketimbang pendapat Allah, maka Anda akan hancur ketika orang-orang itu menyerang Anda karena iman Anda kepada Yesus. Akan tetapi, apabila Anda berfokus pada Allah dan apa yang benar, maka Anda dapat berdiri dengan teguh. 

Kuatkanlah hati Anda dengan kata-kata ini: “Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” (1 Petrus 5: 9).

Renungkan hal ini: 

- Ketika Anda punya kesempatan untuk membela kebenaran, bagaimana keinginan Anda akan penerimaan dari orang lain memengaruhi respons Anda?
- Di manakah Anda dapat menemukan dorongan yang Anda  untuk butuhkan untuk teguh berdiri ketika ada yang menentang iman Anda?
- Ketika orang-orang tidak menyetujui Anda oleh karena iman Anda, bagaimana hal itu memberikan Anda kekuatan untuk mengetahui bahwa orang percaya di seluruh dunia sedang menderita oleh karena iman mereka?

Sangat penting untuk memahami satu kebenaran ini yang akan memerdekakan hidup Anda: Anda tidak membutuhkan persetujuan dari orang lain untuk berbahagia.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Kamis, 15 Juni 2023

Pelayanan Menyeluruh

Bacaan: LUKAS 9:10-17

Tetapi Ia berkata kepada mereka, "Kamu harus memberi mereka makan!" (Lukas 9:13 a)

Terkadang ada orang yang memahami bahwa pelayanan adalah hanya sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan rohani di gereja maupun persekutuan. Pelayanan hanya terbatas, seperti: menjadi pembawa renungan, pemimpin pemahaman Alkitab, pemimpin pujian, pemusik ibadah, dan pendoa syafaat. Hanya itukah sebuah pelayanan?

Ketika orang banyak terus mengikuti Yesus, Dia tetap melayani mereka dengan menyampaikan berita tentang Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang-orang yang sakit. Menjelang malam, murid-murid-Nya meminta Yesus menyuruh orang banyak pergi agar dapat mencari tempat menginap dan makan. Tetapi alangkah terkejutnya para murid ketika Yesus mengatakan bahwa mereka harus memberi makan orang banyak itu. Para murid mungkin berpikir bahwa memberi makan bukanlah menjadi tanggung jawab mereka sebagai pelayan. Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya suatu tanggung jawab pelayanan yang lebih luas dan menyeluruh. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu menjenguk Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku (Mat 25:35-36).

Ketika kita melihat di sekitar kita, ada banyak sekali pelayanan yang bisa kita lakukan bagi Tuhan dengan mengasihi dan menolong sesama. Ada orang-orang yang mungkin lapar, haus, telanjang, sakit, dipenjara, dan tidak punya tempat tinggal, mari kita mengambil bagian, melayani dengan menolong dan meringankan beban mereka. --ANT/www.renunganharian.net

PELAYANAN ITU BEGITU LUAS MENEMBUS KELUAR DARI TEMBOK-TEMBOK GEREJA DAN PERSEKUTUAN.

Rabu, 14 Juni 2023

DIKENAL ALLAH

Bacaan: Mazmur 77:2-16

NATS: Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya (Mazmur 77:10)

Ketika mengunjungi makam para pahlawan yang gugur pada Perang Dunia I di Prancis, saya heran dengan banyaknya nisan yang hanya bertuliskan kata-kata berikut.

Tentara Perang Besar: Dikenal Allah

Makam itu dikelilingi oleh tiga sisi papan batu yang memuat 20.000 nama tentara yang mati dalam pertempuran tidak jauh dari tempat itu. Membayangkan betapa kesepiannya orang-orang yang tewas dalam perang dan kepedihan keluarga mereka yang berduka di rumah terasa sangat berat.

Dalam hidup kadang-kadang kita merasa dilupakan dan sendirian. Lalu kita berseru seperti pemazmur, "Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? . . . Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?" (Mazmur 77:8,10).

Jawaban pemazmur atas perasaannya yang ditinggalkan datang ketika ia mengingat semua yang telah Allah kerjakan pada masa lampau, merenungkan karya-Nya yang ajaib, dan membicarakannya dengan orang lain (ayat 12,13).

Pada saat-saat yang paling gelap, kita dapat mengingat kata-kata Yesus: "Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit" (Lukas 12:6,7).

Kita tidak pernah dilupakan Allah —DCM

DI SETIAP PADANG PENCOBAAN ALLAH MENYEDIAKAN OASIS PENGHIBURAN

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 13 Juni 2023

BERAPA LAMA LAGI?

Bacaan: Mazmur 13

NATS: Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? (Mazmur 13:2)

Teman saya, Bob dan Delores, mengerti apa artinya menunggu jawaban, yaitu jawaban yang tampaknya tak akan datang. Ketika anak mereka, Jason dan calon menantu mereka, Lindsay terbunuh pada bulan Agustus 2004, dilakukanlah perburuan tingkat nasional untuk menemukan pembunuhnya dan membawanya ke pengadilan. Setelah dua tahun berdoa dan mencari si pembunuh, masih saja belum ada jawaban nyata atas pertanyaan dua keluarga yang terluka akibat peristiwa itu. Yang ada hanyalah kebisuan. 

Pada saat-saat seperti itu, kita dengan mudah mengambil kesimpulan yang salah mengenai kehidupan, Allah, dan doa. Dalam Mazmur 13, Daud bergumul dengan masalah doa yang tidak terjawab. Ia bertanya mengapa dunia ini begitu berbahaya dan ia meminta jawaban dari Allah. 

Ini adalah mazmur berat yang dinyanyikan Daud, dan tampaknya mazmur ini juga mengungkapkan perasaan frustrasinya. Namun pada akhirnya, keraguan dan rasa takutnya berubah menjadi rasa percaya. Mengapa? Karena situasi pergumulan kita tidak dapat mengurangi karakter Allah serta kasih sayang-Nya kepada anak-anak-Nya. Di ayat 6, Daud mengubah pikirannya. Dari dalam hatinya ia berdoa, "Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu." 

Dalam kesesakan dan pergumulan hidup yang tiada jawaban, kita dapat selalu menemukan penghiburan dari Bapa surgawi kita --WEC 

Kadang-kadang kita tidak tahu mengapa 
Ada doa kita yang tidak dijawab, 
Kita hanya dapat menantikan waktu Allah -- 
Untuk mengangkat salib dan beban kita. --Anon. 

TATKALA KITA BERDOA 
ALLAH MEMELUK KITA DALAM LENGAN-NYA YANG PENUH KASIH 

Sumber: Renungan Harian

Senin, 12 Juni 2023

Upayakan Rekonsiliasi, Bukan Resolusi

Bacaan Hari ini:
2 Korintus 5:18-19 “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.”

Jika Anda ingin memperbaiki suatu hubungan yang berkonflik, Anda harus berfokus pada rekonsiliasi, bukan pada resolusi. 

Ada satu perbedaan besar antara keduanya.

Rekonsiliasi berarti membangun kembali hubungan. Tapi itu bukan berarti Anda harus menikah lagi dengan mantan Anda, melainkan Anda harus berdamai dengan satu sama lain.

Resolusi ialah memecahkan perselisihan—dan itu tidak akan terwujud begitu saja. Ada beberapa hal dalam pernikahan Anda, persahabatan Anda, dan hubungan kerja Anda yang tidak akan pernah bisa Anda sepakati—sebab kita semua berbeda. Tapi Anda bisa sepakat tanpa harus sepakat. Itulah yang disebut kedewasaan. Itulah yang disebut hikmat. Itulah yang disebut menjadi seperti Kristus.

Kita dapat bersatu tanpa harus sama. Kita dapat berjalan bergandengan tanpa harus sepakat. Istri saya dan saya telah menikah selama lebih dari 40 tahun, dan kami punya banyak perbedaan pandangan dan pemahaman. Akan tetapi, kami dapat saling bergandengan tangan dan menyokong satu sama lain. Kami dapat hidup dalam damai.

Ini yang saya pelajari dari konseling para pasangan menikah: Jika Anda fokus untuk memulihkan hubungan Anda, sering kali permasalahannya menjadi mengecil. Berapa banyak dari argumen terbesar Anda yaitu karena hal-hal yang paling kecil? Kita bertengkar oleh karena begitu banyak hal sepele, tetapi, pada kenyataannya, sebenarnya pertengkaran kita bukan karena hal-hal kecil itu, melainkan soal permasalahan yang lebih besar.

Alih-alih mencoba untuk sepakat dengan setiap masalah yang kecil, kembalilah fokus pada hubungan Anda.

Ada banyak konflik di dunia. Bumi ini diisi dengan perang, perpecahan, argumen, prasangka, rasisme, terorisme, dan partisanisme (membela kepentingan suatu kelompok). Akibatnya, kita mengalami keretakan hubungan, rusaknya perekonomian, rusaknya pemerintahan, dan hancurnya pernikahan. Dan pada akhirnya, ada banyak patah hati dan kehidupan yang hancur.

Saya menantang Anda sebagai orang percaya untuk berkomitmen menjadi juru damai bagi di dunia yang penuh dengan konflik ini. Carilah cara untuk menyatukan orang, bukan mencerai-beraikan mereka.

Alkitab berkata dalam 2 Korintus 5:18-19, “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.”

Adalah tugas Anda untuk keluar ke masyarakat dan berkata, “Tuhan telah melakukan segalanya untuk membuat Anda kembali bersekutu dengan-Nya. Dia sudah menebus semua dosa Anda. Anda tidak perlu menjadi musuh-Nya. Dia tidak marah pada Anda. Dia sangat sayang pada Anda. Berdamailah dengan Allah. Pulihkanlah hubungan Anda dengan Allah. Kemudian, sebarkanlah damai sejahtera itu kepada semua orang.”

Renungkan hal ini:
- Apa titik pertikaian dalam pernikahan atau persahabatan Anda yang belum bisa Anda selesaikan?
- Langkah-langkah apa yang bisa Anda ambil untuk lebih fokus pada rekonsiliasi hubungan, alih-alih mencoba untuk menyelesaikan masalah?
- Bagaimana Anda bisa berupaya untuk menjadi seorang juru damai di mana Anda berada, seperti di dalam keluarga, pekerjaan, dan kelompok kecil Anda?

Bila Anda ialah seorang pengikut Kristus, rekonsiliasi ialah bentuk pelayanan Anda. 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Minggu, 11 Juni 2023

Api Yang Dijaga

Bacaan Alkitab hari ini:
Imamat 6:8-30

Mengapa Allah memerintahkan agar api di atas mezbah dijaga agar tetap menyala (6:9)? Mungkin, api itu berasal dari Allah. Dalam Imamat 9:24 dikatakan, “Dan keluarlah api  dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan kurban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah.” Api di mezbah berasal dari Allah. Api itu adalah api yang kudus yang harus dijaga agar tetap menyala semalam-malaman sampai pagi (6:9). Di pagi hari, imam harus menambahkan kayu di atas mezbah agar api tetap menyala, mengatur kurban bakaran, dan membakar lemak kurban keselamatan (6:12). Para imam harus bergantian sepanjang malam dan sepanjang hari untuk menjaga agar api di mezbah tidak pernah padam. Hewan kurban juga dibakar di atas mezbah secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit. Kurban bakaran terbakar secara lambat, tetapi terus-menerus tanpa berhenti.

Praktik pembakaran hewan kurban yang berlangsung secara perlahan-lahan dan terus-menerus merupakan cermin bagi kita dalam hal memberi persembahan dan melayani Allah. Seperti pembakaran hewan kurban yang berlangsung secara lambat tanpa henti, kita juga harus mempersembahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah secara terus-menerus, bukan hanya di waktu tertentu dalam hidup kita saja. Misalnya, ada orang yang mau melayani Tuhan saat sukses dan sehat, tetapi tidak mau memberi diri untuk Tuhan saat susah atau sakit. Sikap semacam ini menunjukkan bahwa kita tidak mempersembahkan diri secara seutuhnya kepada Tuhan. Kita hanya menginginkan berkat Tuhan, tetapi tidak mau menjadi kurban yang harum bagi Tuhan melalui melayani, memberi persembahan, dan mengasihi orang lain. Masa pandemi membuat umat Kristen tidak bisa beribadah di gereja. Setelah masa pandemi usai, banyak orang Kristen tetap tidak beribadah dengan mencari-cari alasan. Api di atas mezbah yang tidak boleh dibiarkan padam mengajar kita tentang kasih mula-mula yang tidak boleh dibiarkan padam dalam hidup kita. Setelah melalui berbagai pasang surut kehidupan, banyak orang Kristen yang semula bersemangat menjadi kehilangan “api” dalam pelayanannya kepada Tuhan. Banyak orang Kristen yang tidak lagi “berapi-api” memberitakan Injil dan kasih mereka terhadap sesama mulai padam. Semangat melayani perlahan-lahan mulai lenyap serta diganti dengan semangat menggapai kesuksesan dan kenikmatan duniawi. Sebagaimana api di atas mezbah harus dijaga agar tetap menyala, “api” kasih kita kepada Allah juga harus kita jaga agar tetap berkobar. Apakah Anda tetap giat melakukan disiplin rohani dan tetap setia melayani Tuhan sampai Kristus datang kembali? [Wirawaty Yaputri]

Sumber: Renungan GKY

Sabtu, 10 Juni 2023

Segalanya untuk Yesus

Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus. –Kolose 3:17

Ayat Bacaan & Wawasan:
Kolose 3:15-24

Ketika Jeff berusia empat belas tahun, ibunya mengajaknya menonton pertunjukan seorang penyanyi terkenal. Selayaknya banyak musisi pada zamannya, B.J. Thomas pernah terjebak dalam gaya hidup yang merusak diri sendiri di sepanjang tur musiknya. Namun, semua itu terjadi sebelum ia dan istrinya mengenal Tuhan Yesus. Hidup mereka diubahkan total saat mereka percaya kepada Kristus.

Dalam konser malam itu, B.J. mulai menyanyi dan menghibur para penonton yang antusias. Namun, setelah melantunkan beberapa lagunya yang terkenal, seseorang berteriak dari arah penonton, “Hei, nyanyikan satu lagu untuk Yesus!” Tanpa ragu, B.J. merespons, “Aku baru saja menyanyikan empat lagu untuk Yesus.”

Kejadian tersebut berlangsung beberapa dekade yang lalu, tetapi Jeff masih mengingat momen itu. Saat itulah ia menyadari bahwa segala sesuatu yang kita lakukan haruslah untuk Tuhan Yesus—bahkan hal-hal yang mungkin oleh sebagian orang dianggap “tidak rohani”.

Terkadang kita tergoda untuk membagi-bagi hal-hal yang kita lakukan dalam hidup ini. Membaca Alkitab. Bersaksi tentang pengalaman kita menerima Yesus. Menyanyikan kidung pujian. Itu semua hal rohani. Memotong rumput. Lari pagi. Menyanyikan lagu-lagu pop. Itulah hal-hal duniawi.

Kolose 3:16 mengingatkan kita bahwa perkataan Kristus diam di antara kita dalam aktivitas-aktivitas seperti mengajar, bernyanyi, dan bersyukur, tetapi ayat 17 menerangkan lebih jauh. Ayat tersebut menekankan bahwa sebagai anak-anak Allah, “segala sesuatu yang [kita] lakukan dengan perkataan atau perbuatan, [kita melakukan] semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus.”

Kita melakukan semuanya untuk Dia (Cindy Hess Kasper).

Renungkan dan Doakan
Bagaimana Anda dapat melakukan segala sesuatu dalam nama Yesus? Bagaimana Anda dapat mengizinkan Allah memakai perbuatan dan perkataan Anda untuk memuliakan-Nya?

Allah Mahakasih, tolonglah aku untuk menyerahkan setiap perbuatan dan perkataanku kepada-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Jumat, 09 Juni 2023

Rutinitas yang Diberkati

Siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Allah? –Pengkhotbah 2:25

Ayat Bacaan & Wawasan:
Pengkhotbah 2:17-26

Memandangi serombongan orang yang berbondong-bondong memasuki kereta di pagi hari, perasaan lesu menghadapi hari Senin melanda saya. Menilik wajah-wajah mengantuk dan muram di dalam gerbong yang penuh sesak, saya mendapat kesan bahwa tak seorang pun bersemangat untuk bekerja. Banyak dahi yang makin berkerut ketika beberapa orang berebut ruang kosong dan semakin banyak penumpang mendesak masuk. Lagi-lagi hari yang membosankan di kantor.

Mendadak saya tersadar. Setahun lalu, kereta-kereta ini kosong karena pembatasan aktivitas akibat pandemi COVID-19 telah memporakporandakan rutinitas kita sehari-hari. Kita bahkan tidak bisa makan di luar, dan sebagian orang justru merasa rindu pergi ke kantor. Namun, sekarang kita sudah nyaris kembali kepada keadaan normal, dan banyak yang sudah kembali bekerja seperti biasa. Saya pun tersadar, “rutinitas” adalah kabar baik, sementara “bosan” adalah berkat!

Raja Salomo menarik kesimpulan serupa setelah merenungkan jerih payah sehari-hari yang tampaknya sia-sia (Pkh. 2:17-23). Kadang-kadang semua itu seolah tidak berujung, suatu “kesia-siaan” yang tidak ada untungnya (ay. 21). Namun, sang raja lalu menyadari bahwa dapat makan, minum, dan bekerja setiap hari pun merupakan berkat dari Allah (ay. 24).

Sewaktu kehilangan rutinitas, kita dapat melihat bahwa segala kegiatan sederhana itu adalah kemewahan. Marilah mengucap syukur kepada Allah bahwa kita “dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payah [kita], itu juga adalah pemberian Allah” (3:13).

Oleh:  Leslie Koh

Renungkan dan Doakan
Berkat sederhana apa saja yang dapat Anda syukuri hari ini? Apa yang dapat Anda lakukan bagi seseorang yang berkekurangan atau yang tidak dapat menikmati rutinitas kehidupan yang sederhana?

Ya Allah, terima kasih untuk rutinitasku, meski semua itu terkadang sangat membosankan. Tolonglah aku untuk bersyukur atas setiap berkat yang kuterima dari-Mu dalam hidup ini.

Sumber: Our Daily Bread

Kamis, 08 Juni 2023

Menularkan Kebahagiaan

Seorang pemuda berangkat kerja di pagi hari. Ia memanggil taksi dan naik. "Selamat pagi, Pak," katanya menyapa sang sopir taksi terlebih dahulu. "Pagi yang cerah bukan?" sambungnya sambil tersenyum, lalu bersenandung kecil.

Sang sopir tersenyum melihat keceriaan penumpangnya. Dengan senang hati, ia melajukan taksinya. Sesampainya di tempat tujuan pemuda itu membayar dengan selembar 50 ribuan, untuk argo yang hampir 30 ribu. "Kembaliannya buat Bapak saja. Selamat bekerja, Pak," kata pemuda itu dengan senyum.

"Terima kasih," jawab pak sopir taksi dengan penuh syukur. "Wah, aku bisa sarapan dulu nih," pikirnya. Ia lalu menuju ke sebuah warung makan.

"Biasa, Pak?" tanya ibu penjaga warung.

"Ya, biasa. Nasi sayur, tapi, pagi ini, tambahkan sepotong ayam," jawab Pak sopir dengan tersenyum. Dan ketika membayar nasi, ditambahkannya 5 ribu rupiah. "Buat jajan anaknya," begitu katanya.

Dengan tambahan uang jajan 5 ribu, pagi itu anak si ibu berangkat ke sekolah dengan senyum lebih lebar. Ia bisa membeli sebuah roti pagi ini, dan diberikannya pada temannya yang tidak punya bekal.

Begitulah... cerita bisa berlanjut. Bergulir seperti bola salju. Pak sopir bisa lebih bahagia hari itu. Begitu juga si ibu penjaga warung, anaknya, teman-teman si anak. Semua tertular kebahagiaan.

Kebahagiaan, seperti juga kesusahan, bisa menular kepada siapa saja di sekitar kita. Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Sudahkah kita menularkan kebahagiaan hari ini?

Sumber: Renungan Kristen

Rabu, 07 Juni 2023

BERUANG PENAKUT

Bacaan: Matius 6:25-34

NATS: Janganlah khawatir (Matius 6:25)

Jack, kucing berwarna oranye dan putih seberat 7,5 kg, mengerjakan tugasnya menjaga kebun belakang rumah majikannya di New Jersey dengan sangat baik. Ia sering menakut-nakuti binatang penyusup kecil. Namun suatu hari, majikannya terkejut ketika mendapatinya duduk di bawah pohon yang tinggi sambil memandang ke atas pada seekor beruang hitam besar. 

Jack mengeong keras pada beruang itu ketika si beruang, yang berasal dari hutan di dekat rumah majikannya, tersesat di halaman belakang rumah. Beruang yang ketakutan itu dengan cepat naik pohon. Mana mungkin seekor beruang hitam besar takut dengan kucing kecil? Apa yang dipikirkan beruang itu? 

Yang lebih tidak masuk akal lagi adalah rasa khawatir dan takut yang ada dalam pikiran kita, padahal kita tahu bahwa kita memiliki Allah, yang baik dan berkuasa, yang memelihara kita. Yesus memberi tahu para murid-Nya, "Janganlah khawatir ..." (Matius 6:25,31,34). Dia berkata bahwa kita tidak perlu merasa takut dan khawatir, karena Bapa surgawi mengetahui apa yang kita perlukan, dan kita adalah makhluk berharga di mata-Nya (ayat 26,32). Dia sungguh-sungguh bersedia dan sanggup memenuhi kebutuhan kita. 

Saat kita mengkhawatirkan sesuatu, bagaimana perspektif kita? Yang mengungkapkan sikap kita bukan apa yang kita lihat, melainkan bagaimana kita melihatnya. Jika kita memandang hidup dengan kacamata Allah yang penuh kuasa dan baik, kita akan memercayai-Nya, bukan merasa sangat khawatir. Jika perspektif kita benar, kita dapat melihat Allah dan pemeliharaan-Nya yang setia --AMC 

Saat ketakutan dan kecemasan menguji iman 
Dan kekalutan mendera pikiran, 
Ingatlah, Allah tetap memegang kendali 
Dan Dia tidak akan pernah gagal. --Sper 

KEKHAWATIRAN ADALAH BEBAN YANG TIDAK ALLAH MAKSUDKAN UNTUK MENJADI TANGGUNGAN KITA 

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 06 Juni 2023

MEMUJA TUHAN ATAU KEKAYAAN?

[[Janganlah bersusah payah untuk menjadi kaya. Batalkanlah niatmu itu. ]] (Amsal 23:4—BIS)

Dokter Richard Teo telah meraih apa yang menjadi impian banyak orang: kesuksesan, harta, dan popularitas. Pada usia muda, namanya telah tenar sebagai salah satu dokter bedah kosmetik di Singapura. Sayangnya, ia menderita kanker paru stadium empat. Sebelum ia tutup usia pada usia 40 tahun, di dalam sebuah pertemuan Richard Teo pernah berkata, “Saya telah mengalaminya, makin dalam lubang yang kita gali, makin terbenam kita di dalamnya, lalu makin hebat pula kita memuja kekayaan dan kehilangan fokus. Bukannya memuja Tuhan, kita malah memuja kekayaan. Itulah naluri manusia. Sangat sulit menghindarinya.” 

“Janganlah bersusah payah untuk menjadi kaya. Batalkanlah niatmu itu” (Amsal 23:4—BIS). Demikianlah peringatan yang jelas dari kitab Amsal ini. Nasihat ini kontras dengan semangat zaman sekarang yang di dalamnya orang didorong untuk mengumpulkan harta lebih banyak dan lebih banyak lagi. Mengapa kitab Amsal memberikan peringatan ini? Sang Guru Agung itu pernah bersabda bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kita harus memilih: mengabdi kepada Tuhan atau harta. Jika kita mengejar harta dan menjadi kaya, maka peringatan dalam kesaksian Dokter Richard Teo perlu kita renungkan, “Bukannya memuja Tuhan, kita malah memuja kekayaan.”

Pengejaran kekayaan dapat menggelapkan mata sehingga kita tak lagi menyembah Sang Pencipta (Wahyu Pramudya).

Sumber: Amsal Hari Ini 

Senin, 05 Juni 2023

Dimurnikan Sesama 

Bacaan: Amsal 27:15-27 

Kita tak selalu akan berjumpa dengan orang yang menyenangkan, tetapi bisa jadi kita justru sering dipertemukan dengan banyak orang yang menyebalkan.

Sikap dan sifat merupakan cerminan hati seseorang (19). Ada orang yang suka bertengkar (15-16). Ada orang yang tidak pernah merasa puas (20). Ada juga orang bebal yang sulit dikikis kebodohannya (22). Ada saja orang-orang seperti itu yang hadir dalam kehidupan kita. Hati yang kotor harus dimurnikan seperti emas dan perak supaya menghasilkan kehormatan dan pujian melalui perbuatan (18, 21). Kitab Amsal mengingatkan kita bahwa seperti besi menajamkan besi, demikian juga manusia menajamkan sesamanya (17).

Dari Amsal hari ini kita belajar bahwa sesama dapat menjadi orang yang Tuhan berikan untuk mempertajam kepekaan dan kepribadian kita. Setiap orang yang kita temui sehari-hari dapat bermanfaat untuk melatih dan mengembangkan karakter kita.

Bukan kebetulan Tuhan meletakkan kita di tengah keluarga, persekutuan, tempat kerja, atau komunitas lainnya, di mana kita bisa bertemu dengan orang-orang yang memiliki beragam sifat dan perilaku, bahkan yang tidak cocok dengan apa yang kita harapkan. Dalam hal ini, bila kita menanggapi dengan hati bijak, kita dapat melihat bagaimana diri kita bisa makin dipertajam dalam kepekaan, kepedulian, dan kedewasaan emosi.

Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita diperhadapkan dengan seseorang yang memancing kemarahan, juga ketika ada orang yang menyakiti hati kita, itulah kesempatan bagi kita untuk belajar bersabar. Sesama yang terasa menyebalkan itu, ternyata Tuhan berikan untuk melatih kesabaran dan kasih kita. Dengan melakukannya, justru diri kita sendirilah yang akan menjadi makin tajam dan peka, mampu mengendalikan emosi dan mengampuni, serta bertambah dewasa dalam iman dan kepribadian.

Itu artinya, kita dapat mengucap syukur ketika ada orang yang tidak menyenangkan di sekitar kita. Bertekadlah dan bersedialah untuk memurnikan dan makin dimurnikan oleh sesama. [MKD]

Sumber: Santapan Harian

Minggu, 04 Juni 2023

Memandang Persoalan Dari Sudut Pandang yang Berbeda

Ayat Renungan: 1 Petrus 5: 9, “Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.”

Ayat renungan hari ini memberikan kita dorongan semangat untuk melawan kekuatan lain yang berusaha menjatuhkan kita. Hal itu bisa dalam bentuk persoalan, bisa juga dalam bentuk tantangan. Tapi apakah kamu sering mencoba untuk lari dari persoalan dan tantangan?

Persoalan adalah sesuatu yang tidak mengenakkan, mengintimidasi dan membuat hati kita terluka serta menyerah. Hari ini mari kita memandang persoalan dari sudut pandang yang berbeda. Bahwa masalah adalah anak tangga yang akan membawa kita kepada kebesaran.

Sangat penting bagi kita untuk memperbaiki cara pandang kita. Saat Daud disuruh oleh orang tuanya mengurus kambing domba di padang gurun, Daud melihat hal itu sebagai kesempatan untuk semakin dekat dengan Tuhan. Di sana kita bisa lihat bahwa Daud banyak sekali mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan.

Masalah sering terjadi agar kita bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Masalah juga bisa membuat kita menjadi kuat, menjadi disiplin dan bertanggung jawab. Kita bukan orang yang gampangan karena sudah terlatih menghadapi masalah tersebut dan kita diberi hikmat untuk mengatasinya. Dalam 1 Samuel 17: 33-37, Daud dengan percaya diri menyampaikan kepada Raja Saul bahwa dia sudah berpengalaman menaklukkan binatang buas. Walaupun dia hanya menggembalakan kambing domba pada awalnya, tetapi dia tidak kecewa dan marah. Pengalaman ini membuat Daud dikenal luas di dalam Alkitab. Saat dia menggembalakan domba, dia memandang hal itu sebagai kesempatan untuk belajar dan menambah ilmu serta memperkuat dirinya. Sampai akhirnya terbukti Daud sanggup memenangkan pertandingan dengan Goliat.

Apa yang perlu kita pelajari dari Daud?

1. Masalah akan membuat kita semakin mendekat kepada Tuhan. Kadang-kadang Tuhan izinkan persoalan untuk Dia bisa mengajar kita.

2. Masalah mengajar kita untuk menjadi kuat.

3. Masalah membuat kita cakap untuk berperang dan sanggup menghadapi hal yang paling sukar sekalipun.

Mari mengubah pola pandang kita, tidak menjadi alergi kepada masalah atau menghindar dari masalah. Tapi mari melihat masalah sebagai sebuah kesempatan untuk kita naik menuju tangga kebesaran kita.

Ayat Hafalan: 1 Petrus 5: 9, “Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.”

Hak cipta @Maria Kaesmetan

Sumber: Jawaban.com

Sabtu, 03 Juni 2023

Kisah yang Tersisa dari Tembok Berlin

Pada saat Berlin Timur dan Barat berselisih pada tahun 1950-an, kedua negara dipisahkan oleh sebuah tembok raksasa yang dibangun oleh pihak dari Berlin Timur, Jerman Timur yang disokong oleh Uni Soviet. Tembok Berlin didirikan pada tanggal 13 Agustus 1961 oleh pemerintahan Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht.

Kehidupan di kedua Berlin itu sangat jauh berbeda. Berlin Timur sangat miskin dan ketinggalan, sedangkan Berlin Barat makmur dan kaya. Kehidupan Berlin Barat yang demikian maju, rupanya menimbulkan iri hati mendalam dan kebencian penduduk Berlin Timur. Ada perbedaan jurang kesejahteraan yang sangat jomplang, bak bumi dengan langit.

Suatu hari warga Berlin Timur mengumpulkan tumpukan sampah, lalu dengan sengaja dibuang ke Berlin Barat dengan cara melemparkannya melewati tembok setinggi 3 meter berkawat duri yang menjadi pemisah kedua kota kembar itu. Hal itu sengaja mereka lakukan juga dimaksudkan sebagai upaya provokasi untuk memancing kemarahan warga Berlin Barat. Dengan cara ‘sederhana’ itu, mereka ingin memantik keributan guna memperuncing konflik Blok Timur Uni Soviet cs dengan blok Barat Amerika cs.

Tapi, penduduk Berlin Barat ternyata tidak marah walaupun pada awalnya kaget melihat sampah-sampah busuk itu bertebaran di dekat tembok wilayah mereka. Reaksi warga Berlin Barat sungguh di luar dugaan pihak Berlin Timur. Warga Berlin Barat tidak membalas dengan melakukan hal yang sama (melempar balik sampah-sampah itu ke Berlin Timur). Mereka justru mengumpulkan sejumlah makanan yang lezat lalu dilemparkan balik ke Berlin Timur dengan sebuah tulisan: “Terima kasih atas pemberiannya. Kami hanya bisa memberi apa yang kami miliki. Semoga bisa bermanfaat bagi kalian, saudara-saudaraku sebangsa.”

Akibatnya, sungguh luar biasa! Penduduk Berlin Timur akhirnya merasa sangat malu karena setelah mereka melempari sampah ke seberang tembok, malah dikembalikan dalam bentuk makanan serta masih menganggap mereka saudara sebangsa.

Semenjak saat itu, tak ada lagi sampah dan kotoran yang dibuang warga Berlin Timur ke Berlin Barat. Mereka takluk oleh kebaikan dan kebajikan warga Berlin Barat. Tembok Berlin akhirnya diruntuhkan pada tanggal 9 November 1989.

Kebencian tidak akan berakhir apabila dibalas dengan kebencian; hanya akan menimbulkan lingkaran setan tiada ujung. Kebencian akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih.

“Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Roma 12:20-21)

Sumber: Renungan Kristen

Jumat, 02 Juni 2023

UANG ITU PENTING

Bacaan: Lukas 16:1-13

NATS: Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain (Lukas 16:13)

Godfrey Davis, yang menulis biografi Duke Wellington, berkata demikian, "Saya menemukan sebuah catatan pembukuan tua yang menunjukkan bagaimana Duke membelanjakan uangnya. Catatan itu menjadi petunjuk yang jauh lebih baik mengenai apa yang dianggapnya benar-benar penting daripada membaca surat-surat ataupun pidato-pidatonya." 

Bagaimana kita menangani uang banyak akan menunjukkan apa yang kita anggap penting dalam hidup ini. Karena itulah, Yesus berbicara mengenai uang. Seperenam isi Injil, termasuk satu dari setiap tiga perumpamaan, menyinggung tentang masalah pengurusan uang. Yesus memang bukan pengumpul dana. Dia membicarakan masalah uang karena uang adalah hal yang penting. Namun bagi beberapa orang di antara kita, uang sangat-sangat penting. 

Yesus mengingatkan bahwa kita dapat menjadi budak uang. Kita mungkin tidak berpikir bahwa uang lebih penting daripada Allah. Tetapi Yesus tidak mengatakan kita harus melayani Allah lebih daripada uang. Masalahnya bukan mana yang mendapat prioritas pertama dalam hidup kita, tetapi apakah kita menjadi hamba uang, betapapun kecil prioritasnya. Pendeta sekaligus penulis George Buttrick mengatakan, "Dari semua perkara yang dapat dipilih oleh jiwa, akhirnya hanya ada dua pilihan—Allah dan uang. Semua pilihan, betapa pun kecil, betapa pun tersembunyi alternatifnya, hanyalah varian dari pilihan ini." 

Apakah buku cek Anda menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuan bagi hidup Anda? —HWR 

UNTUK MENGECEK HATI SECARA CEPAT LAKUKAN PENGECEKAN PADA BUKU CEK ANDA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 01 Juni 2023

LEBIH DARI ITU

Bacaan: Yohanes 17:1-8

NATS: Inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus (Yohanes 17:3)

Anda selalu duduk di depan Sam di gereja. Anda tersenyum padanya dan berkata, "Selamat pagi" saat datang, lalu berkata, "Sampai Minggu depan" saat pulang. Namun suatu pagi, Anda menambahkan obrolan, "Sam, bisakah saya meminjam 100 dolar?" 

Sayangnya, begitulah beberapa orang memperlakukan Tuhan. Mereka bersekutu dengan Tuhan hanya pada hari Minggu sampai mereka memerlukan sesuatu. Namun, Allah ingin lebih dari itu. 

Yang terutama, Tuhan ingin kita mengenal-Nya sebagai Juru Selamat. "Inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yohanes 17:3). 

Setelah kita menjadi anak-Nya (1:12), Allah menginginkan komunikasi yang terus-menerus terjalin dengan kita dan Dia juga ingin pengenalan kita tentang Dia maupun tentang siapa kita nantinya melalui pertolongan-Nya semakin bertumbuh. Dia tak ingin menjadi kenalan yang hanya ditemui pada hari Minggu atau Seseorang yang hanya menjadi tempat curahan hati pada saat kita putus asa. Allah ingin kita memiliki persekutuan pribadi dengan-Nya. Dia pun ingin kita bertumbuh dalam kerinduan kita untuk menyenangkan-Nya dengan menaati-Nya. "Inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya" (1Yohanes 2:3). 

Allah mengasihi Anda dan ingin Anda mengenal-Nya. Dia memang menjawab doa-doa yang bernada putus asa. Namun, sebelum Anda meminta, pastikan Anda mengenal-Nya secara pribadi --CHK 

Bukan hanya kata-kata hampa yang Tuhan mau 
Dari orang-orang yang telah ditebus-Nya; 
Dia merindukan kita mengenal kasih-Nya, 
Dan kita berdiam di dalam kasih-Nya itu. --D. De Haan 

MEMILIKI PENGETAHUAN AKAN ALLAH MEMANG MENARIK, TETAPI MENGENAL ALLAH AKAN MENGUBAH HIDUP KITA 

Sumber: Renungan Harian