MENGENDALIKAN NAFSU
[[Taruhlah sebuah pisau pada lehermu, bila besar nafsumu!]] (Amsal 23:2)
Seorang ibu menasihati anak remajanya yang mulai terlihat mengalami obesitas [kegemukan], “Jangan malas berolahraga, Nak, agar berat badanmu ideal. Berenanglah dengan teratur agar kamu menjadi lebih kurus. Kamu khan bisa berenang. Kalau kamu tidak bisa mengendalikan nafsu makanmu, imbangi dengan berenang agar menjadi kurus.”
Anak itu pun menjawab, “Kalau berenang teratur bisa membuat badan menjadi kurus, mengapa ikan Paus tetap saja besar badannya, Bu?”
Salah satu pergumulan manusia modern adalah mengendalikan berat badan. Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya daya beli, maka konsumsi pun mengalami peningkatan drastis. Dulu restoran hanya buka pada jam-jam tertentu saja, kini ada beberapa tempat yang buka 24 jam. Tidak mungkin kita hanya duduk-duduk dan berbicang-bincang, bukan? Minuman dan makanan berkalori tinggi pun tak jarang kita santap pada jam yang tidak tepat. Akibatnya, kita mengalami obesitas. Apalagi kalau kita juga malas berolahraga.
“Taruhlah sebuah pisau pada lehermu, bila besar nafsumu!” (Amsal 23:2). Amsal ini tentu saja menggunakan gaya bahasa hiperbola yang ingin menegaskan suatu makna tertentu. Menaruh pisau di leher adalah gambaran tindakan “mengancam” diri sendiri ketika hasrat untuk makan itu menjadi besar. Keinginan untuk menikmati makanan selalu ada, sementara tawaran atau godaan selalu tersedia. Dengan demikian, pengendalian diri menjadi satu hal yang hakiki.
Kendalikanlah nafsu makan sebelum ia mengendalikan diri kita (Wahyu Pramudya).
Sumber: Amsal Hari Ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar