Sabtu, 30 September 2023

PRIORITAS HIDUP

[[Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." ]] (Lukas 9:62)

Ketika diajak untuk melakukan pelayanan, banyak orang yang mengungkapkan beribu alasan mulai dari masalah tugas, pekerjaan sampai acara keluarga. Deretan alasan itu seakan tidak ada habisnya. Tuhan Yesus dalam bacaan kali ini juga menghadapi orang yang serupa. Seorang pemuda berkata mau mengikuti Kristus, tetapi ia hendak mengurus pemakaman keluarganya lebih dulu.

Banyak yang tidak memahami bacaan ini dan menjadi bingung. Kok Kristus tidak bisa berkompromi sedikit dengan peristiwa duka ini? Pada masa itu, menurut tradisi Yahudi, kalau ada orang meninggal, jasadnya harus dikuburkan pada hari itu juga. Setelah berduka selama seminggu, esoknya tibalah hari yang dinanti-nanti … hari pembagian warisan!

Kristus dapat melihat ke dalam hati setiap orang; tidak ada niat yang tersembunyi dari-Nya. Dia tahu bahwa orang tersebut hendak mengambil jatah warisannya dulu, baru mengikuti Dia. Harta dulu, baru Kristus! Bandingkan dengan Matius si pemungut cukai, yang tidak pernah kembali pada jalan lamanya setelah mengikuti Kristus. Yesus menginginkan konsistensi di dalam diri murid-Nya. Dia tidak menghendaki orang yang masih menengok-nengok pada hal lain, apalagi materi.

Ingatlah selalu untuk menjaga konsistensi dan integritas kita sebagai murid Kristus. Apa pun tantangan yang menghadang, jangan sampai itu membuat kita meninggalkan pelayanan!

(Olivia Elena Hakim)

Sumber: Amsal Hari Ini

Jumat, 29 September 2023

Masalah Menjadi Berkat


Bacaan: KISAH PARA RASUL 16:16-40


Jawab mereka, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (Kis 16:31)


Apa yang membedakan rintangan dan peluang? Cara kita menyikapinya. Setiap peluang memiliki kesulitan dan masalahnya. Dalam setiap masalah pasti ada peluang. Setiap orang pasti punya berbagai masalah dan pasti ada solusinya. Salah satu alasan mengapa Tuhan sengaja mengizinkan kita mengalami masalah serius karena ada berkat di baliknya. Mungkin berkat itu bukan buat kita, tetapi buat orang lain.


Paulus dan Silas mendapat masalah bertubi-tubi di Filipi. Mereka ditangkap dan diseret oleh tuan-tuan seorang perempuan tukang tenung yang merasa dirugikan (ay. 16, 19). Pakaian mereka dikoyak-koyak dan didera (ay. 22), dimasukkan dalam penjara, dan kaki mereka dibelenggu dengan pasungan yang kuat (ay. 24). Bagaimana Paulus dan Silas menyikapi berbagai masalah ini? Memuji Tuhan (ay. 25), dan mencegah kepala penjara bunuh diri (ay. 28). Saat kepala penjara bertanya apa yang harus dia lakukan agar selamat, mereka memberitakan tentang Yesus Kristus (ay. 31?32). Masalah mereka menjadi berkat bagi kepala penjara dan keluarganya (ay. 34). Karena mereka dianiaya dan dimasukkan dalam penjara, kepala penjara dan keluarganya percaya kepada Allah.


Saat orang Kristiani berhadapan dengan situasi dan masalah sulit, dia mengarahkan pandangannya ke Tuhan dan menyikapinya sesuai dengan apa yang diajarkan firman Tuhan. Saat Tuhan mendidik kita agar menjadi lebih kuat, Tuhan sengaja mengizinkan kita mengalami masalah berat dan sulit. Kalau kita menyikapinya dengan benar, pasti menghasilkan berkat bagi diri sendiri maupun orang lain. --RTG/www.renunganharian.net


SALAH SATU ALASAN MENGAPA TUHAN SENGAJA MEMBERIK ITA MASALAH SERIUS, KARENA ADA BERKAT DI BALIKNYA.

Kamis, 28 September 2023

BERJUANGLAH!


Bacaan: 1 Timotius 6:6-19


NATS: Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal 

(1 Timotius 6:12)


Setelah hidup lebih dari 80 tahun, saya tahu bahwa segala pernyataan yang menawarkan cara melangsingkan tubuh tanpa usaha adalah omong kosong belaka. Demikian pula dengan segala judul khotbah yang menjanjikan kepada kita cara mudah untuk menjadi serupa dengan Kristus. 


Penulis Brennan Manning bercerita tentang seorang pecandu alkohol yang meminta pendetanya untuk mendoakannya agar ia terlepas dari masalah kecanduan. Ia mengira ini adalah cara yang cepat dan mudah untuk mengatasi ketergantungannya. Sang pendeta, yang mengetahui motivasinya untuk minta didoakan menjawab, saya punya ide yang lebih baik. Pergilah ke Alcoholics Anonymous [grup penolong pecandu alkohol]. Ia menyarankan orang itu untuk mengikuti program yang ada dengan tekun serta membaca Alkitab setiap hari. Dengan kata lain, kata sang pendeta mengakhiri ucapannya, berjuanglah. 


Berjuanglah. Itulah yang dikatakan oleh Paulus kepada Timotius, ketika ia memberi tahu betapa ia harus menata hidupnya supaya dapat mengajar orang percaya bagaimana mereka harus hidup. Coba Anda perhatikan kata kerjanya, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal 

(1 Timotius 6:11,12). 


Tidak ada cara yang mudah untuk membebaskan diri dari kecanduan alkohol, demikian pula tidak ada jalan tanpa usaha untuk menjadi serupa dengan Kristus. Apabila kita sungguh-sungguh ingin menjadi serupa dengan Yesus, kita pun harus terus berjuang HVL 


PERTOBATAN ADALAH MUKJIZAT SESAAT TETAPI MENJADI SERUPA DENGAN KRISTUS ADALAH USAHA SEUMUR HIDUP


Sumber: Renungan Harian

Rabu, 27 September 2023

Bahaya Iri Hati dan Egoisme


Bacaan: YAKOBUS 3:13-18


Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. (Yakobus 3:16)


Pernahkah Anda merasa iri hati melihat seseorang yang terlihat begitu mudahnya mendapat pekerjaan atau berkat tertentu, sedangkan kita sendiri memperolehnya setelah melalui pergumulan panjang? Perasaan itu pernah muncul dalam diri saya, tetapi untunglah tak berlangsung lama. Setelah mendengar pergumulan yang dihadapi oleh orang yang mengalami berkat yang terlihat "begitu mudahnya" itu, pandangan saya pun berubah. "Ternyata berkat yang diterimanya merupakan upah atas pergumulannya yang ditempuhnya dengan iman, " gumam saya.


Ada baiknya kita waspada atas sikap iri hati dan mementingkan diri sendiri. Cermati dan renungkan baik-baik nasihat Rasul Yakobus, agar kita berhati-hati dengan kedua hal tersebut. Terlebih fakta kehidupan juga menunjukkan bahwa iri hati dan sikap mementingkan diri sendiri akan menghadirkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Kondisi yang juga dapat dialami orang percaya jikalau tidak waspada dan tidak segera mengenyahkan iri hati dan egoisme sebelum menghasilkan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.


Menjaga hidup dari perasaan iri hati dan sikap mementingkan diri sendiri memang tidak mudah. Namun, mengingat dampak mengerikan yang dapat dihasilkannya, kita sungguh memerlukan pertolongan Roh Kudus agar kita dimampukan untuk menghindar, bahkan bila mungkin membuang jauh-jauh dua hal negatif tersebut. Berhati-hatilah juga dalam menilai orang lain, karena acapkali penilaian "sekilas pandang" kita akan kehidupan orang lain belum tentu benar. --GHJ/www.renunganharian.net


IRI HATI DAN EGOISME TAK PERNAH MENGHASILKAN SESUATU YANG BAIK.

SEGERALAH JAUHKAN SEBELUM MEMBUAHKAN DOSA.


Selasa, 26 September 2023

HANYA UNTUK DILIHAT ALLAH


Bacaan: Matius 6:1-8,16-18


NATS: Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (Matius 6:18)


Biasanya, semakin tua usia kita, kita pun akan semakin kehilangan peran penting dan pengaruh dalam posisi kita. Bahkan orang-orang yang tidak pernah mengejar ketenaran pun tampaknya semakin lama akan semakin tenggelam dalam kegelapan. 


Namun, kegelapan dan ketidakjelasan itu baik karena kita sulit untuk tampil di hadapan banyak orang tanpa memikirkan apa kesan mereka tentang kita. Kita khawatir dengan pikiran apakah reputasi kita menanjak atau justru hancur. Di situlah terletak cobaan kita: Pada tahap pencarian pengakuan manusia, kita mengabaikan kehendak Allah. Di sisi lain, jika kita kehilangan kekaguman terhadap manusia, maka kita akan mencari kehendak Allah semata. 


Berikut adalah ujian bagi setiap pemberian, doa, dan puasa kita: Apakah itu semua dilakukan hanya agar dilihat Allah? Jika demikian, walaupun orang lain tidak melihat dan memerhatikan, kita akan mendapatkan pujian dan upah dari Bapa. 


Yesus mengulang perkataan berikut kepada para murid-Nya sebanyak tiga kali: "Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu" (Matius 6:4,6,18). Ini juga merupakan jaminan bagi kita. Setiap pemberian yang tidak dilihat oleh orang: waktu, tenaga, dan kasih; setiap permohonan yang kita bisikkan di telinga Bapa; setiap rahasia, pergumulan batin melawan dosa dan pembenaran diri, akan memperoleh penghargaan penuh di kemudian hari. Akhirnya, bahwa Dia akan berkata, "Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia," itu adalah yang terpenting bagi kita (Matius 25:21) -DHR 


TIDAK ADA UPAH DARI ALLAH

BAGI MEREKA YANG MENCARINYA DARI MANUSIA -Spurgeon


Sumber: Renungan Harian

Senin, 25 September 2023

Lepaskanlah


Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! –Mazmur 46:11


Ayat Bacaan & Wawasan:

Mazmur 46


Pemilik toko buku tempat Keith bekerja baru dua hari pergi berlibur, tetapi Keith sudah panik. Sebetulnya semua berjalan lancar, tetapi sebagai asisten toko, Keith khawatir tidak mampu mengawasi toko dengan baik. Dengan kalut ia mengatur segala sesuatu sampai ke hal-hal yang remeh.


“Tidak usah panik,” kata bosnya lewat panggilan video. “Kau hanya perlu mengikuti instruksi yang saya beritahukan lewat e-mail setiap hari. Jangan khawatir, Keith. Ini urusan saya, bukan urusanmu.”


Ketika menghadapi konflik dengan bangsa-bangsa lain, Israel menerima perkataan serupa dari Allah: “Diamlah” (Mzm. 46:11). “Berhentilah berusaha sendiri,” maksud Allah, “ikuti saja firman-Ku. Aku akan berperang untukmu.” Bangsa Israel bukanlah diperintahkan untuk bersikap pasif atau berpuas diri, melainkan berdiam diri secara aktif. Itu artinya mereka harus menaati Allah dengan setia sambil melepaskan kendali atas situasi yang ada dan menyerahkan hasil usaha mereka ke dalam tangan-Nya.


Kita juga dipanggil untuk melakukan hal serupa. Kita dapat melakukannya karena Allah yang kita percaya berdaulat atas seluruh bumi. Apabila “Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumi pun hancur,” dan Dia sanggup “menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi” (ay. 7,10), maka tentunya kita dapat percaya betapa aman tempat perlindungan dan kekuatan-Nya (ay. 2). Urusan kendali atas kehidupan kita tidaklah berada di tangan kita, melainkan di tangan Allah (Karen Huang).


Renungkan dan Doakan


Bagaimana Anda dapat menyerahkan situasi yang berada di luar kendali Anda ke dalam tangan Allah? Aspek apa saja dari karakter Allah yang dapat menolong Anda untuk menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya?


Allah yang Mahakuasa, Engkau tahu apa yang meresahkanku. Aku tidak tahu bagaimana mengatasinya, tetapi Engkau tahu. Tolonglah aku untuk berserah pada pimpinan-Mu.


Sumber: Our Daily Bread

Minggu, 24 September 2023

Jangan Menunda Awal yang Baru


Bacaan Hari ini:

Lukas 9:62 “Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."


Dalam Markus 10, banyak orang mengikut Yesus saat Dia meninggalkan Yerikho. Seorang pria buta bernama Bartimeus sedang mengemis di pinggir jalan saat dia mendengar bahwa Yesus berada tak jauh dari lokasinya. Kemudia, dia mulai berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" (Markus 10:47).


Ketika Bartimeus bangun di pagi itu, dia tidak menyangka bahwa Yesus Kristus akan berjalan melewati dia. Bartimeus berpikir itu hanyalah hari-hari biasa: tempat yang sama, seruan minta tolong yang sama, situasi yang sama.


Namun, tiba-tiba Yesus ada di sana. Bartimeus tidak punya waktu untuk mempersiapkan atau memikirkan bagaimana ia harus merespons. Itu merupakan sebuah kesempatan yang tak terduga. Dia memilih untuk memanfaatkan momen tersebut semaksimal mungkin. Bartimeus juga memutuskan untuk tidak menunda-nunda. Dia melakukannya—pada saat itu juga.


Itu juga merupakan kunci utama untuk memulai hidup Anda yang baru: Apa pun yang ingin Anda lakukan, lakukanlah sekarang. Jangan katakan, “Tahun depan saya akan membuat awal yang baru” atau “Bulan depan saya akan membuat perubahan” atau “Besok saya akan menjadikan hal itu sebagai prioritas.” Intinya adalah sekarang atau tidak pernah. Jadi, manfaatkan momen ini!


Setiap hari, kita diberikan banyak peluang untuk memulai awal yang baru, namun kita tidak memanfaatkannya. Mengapa? Kita senang menunda-nunda.


Penundaan adalah fenomena yang aneh. Anda pikir itu akan membuat hidup Anda lebih mudah padahal yang terjadi justru sebaliknya. Itu justru pembangkit stres!


Ketika Anda mengetahui hal yang benar untuk dilakukan, hari ini adalah waktu yang tepat untuk melakukannya. Jangan berasumsi Anda bisa menunggu hari esok.


Alkitab berulang kali memperingatkan kita tentang sikap lancang terhadap hari esok. Saya tidak menjamin hari esok, begitu pula Anda. Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Lukas 9:62).


Anda tidak punya jaminan bahwa Anda akan bisa hidup besok. 


Apakah Yesus mengundang Anda untuk memulai awal yang baru hari ini? Jangan menunda. Ikuti teladan Bartimeus dan manfaatkan momen itu.


Renungkan hal ini:

- Apa bagian dari hidup Anda, atau atau dalam situasi apa, Anda perlu berhenti menunda-nunda, dan memanfaatkan momen ini?

- Apabila Anda tahu hari esok tidak akan datang, apa yang ingin Anda capai hari ini?

- Di bidang kehidupan manakah Yesus mengundang Anda untuk memulai awal yang baru hari ini?


Apa pun yang akan Anda lakukan, sebaiknya lakukanlah sekarang juga.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Sabtu, 23 September 2023

Hari yang Sangat Indah, tetapi...

Seorang anak duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket. Anak itu buta dan mengenakan baju yang lusuh. Dia duduk sambil mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya.

Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan: "Saya buta, kasihanilah saya."

Seorang pria kebetulan lewat di depan anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.

Pria itu lalu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, dan berkata, "Semoga sukses," lalu pergi meninggalkannya.

Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.

Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya.

Pria itu menjawab, "Saya menulis, 'Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.'  Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan kepada kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur."

Seburuk apa pun, selalu lihatlah suatu keadaan atau peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan kita dari sisi baiknya. Karena di setiap titik kehidupan yang paling buruk sekalipun, pasti ada secercah cahaya di sana. Karena itu, ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk membuatmu tersenyum.

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

Sumber: Renungan Kristen

Jumat, 22 September 2023

SESAMA

[[“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" ]] (Lukas 10:36-37)

Estimasi penduduk dunia pada pertengahan tahun 2023 mencapai 8 miliar jiwa. Dan di Indonesia tercatat sekitr 278 juta jiwa—nomor empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Dari deretan angka rumit tersebut, berapakah yang dapat kita sebut sebagai “sesamaku”? Kira-kira orang dengan kategori seperti apakah yang menurut kita layak disebut sebagai sesama kita?

Suatu kali seorang Ahli Taurat mengajukan pertanyaan ini kepada Yesus: “Siapakah sesamaku manusia?” (ayat 29). Lalu, Yesus menjawab dengan sebuah perumpamaan, kisah tentang orang Samaria yang baik hati. Pada zaman itu orang Samaria dianggap sebagai kaum kelas dua, kelompok hina dina. Namun, dalam perumpamaan itu, justru orang Samaria-lah yang menjadi pahlawannya. 

Di sini Tuhan Yesus seolah mau mengatakan bahwa seseorang disebut sesama bukan karena status yang disandang, bukan karena kesamaan agama dan paham yang dianut, juga bukan karena kecocokan warna kulit dan suku. Bukan itu. Sesama adalah orang yang dengan sukarela dan sukacita memberikan bantuan. Berbela rasa. Terhadap siapa pun. Dari latar belakang apa pun. Orang yang menawarkan kasih tanpa syarat. Tanpa keraguan. Tanpa prasangka. Tanpa harus sibuk mencari tahu latar belakang orang lain. Itulah makna sesama. Sudahkah kita menjadi sesama bagi orang lain? (Ayub Yahya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Kamis, 21 September 2023

Bagaimana Tuhan Menggunakan Masa-masa Sulit

Bacaan Hari ini:
2 Korintus 4:16-17 “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.”

Anda tak akan pernah gagal sampai Anda berhenti, dan selalu terlalu dini untuk berhenti. Tuhan menggunakan masa-masa sulit untuk menguji kegigihan Anda.

Perbedaan antara orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman ialah orang yang tidak beriman menyerah saat pertama kali dihadapkan pada masalah. Sementara orang yang beriman terus melangkah.

Orang yang beriman memiliki tekad yang kuat. Orang yang beriman adalah orang yang rajin. Orang yang beriman adalah orang yang gigih. Orang yang beriman tidak tahu caranya berhenti. Tahukah Anda bagaimana biji pohon ek kecil menjadi sebuah pohon ek? Pohon ek adalah biji pohon ek yang tidak mau menyerah.

Ketika kami memulai Gereja Saddleback, saya pikir kami akan segera memiliki sebuah gedung. Tapi kami menjalani 15 tahun tanpa gedung apa pun. Dalam 13 tahun pertama berdirinya gereja, kami menggunakan 79 gedung yang berbeda. Tahukah Anda berapa kali saya merasa ingin menyerah? Hanya di setiap Senin pagi!
Saddleback berkembang menjadi lebih dari 10.000 jemaat sebelum kami membangun gedung pertama kami. Bagaimana kami mendirikan gedung gereja berkapasitas 10.000 orang setiap minggunya? Itu memerlukan kerja keras, dan Tuhan menggunakan masa-masa sulit itu untuk menguji kegigihan kita.

Jika Anda sedang melalui masa-masa sulit seperti saat ini, ayat ini cocok untuk Anda: "Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami" (2 Korintus 4:16-17).

Sering kali Dia mengizinkan pencobaan, kesulitan, kesengsaraan, dan masalah dalam hidup Anda untuk mengajari Anda ketekunan, tekad, dan karakter. Bagaimana dengan permasalahan yang sedang Anda alami saat ini? Itu adalah ujian dari kesetiaan Anda. Apakah Anda akan terus melayani Tuhan meskipun kehidupan Anda sulit? "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah" (Galatia 6:9).

Renungkan hal ini:
- Dalam situasi apa Anda hampir menyerah?
- Bagaimana cara memperbaharui semangat Anda agar memiliki kekuatan untuk bertahan dalam situasi tersebut?
- Apa yang Anda pelajari dari Tuhan tentang diri-Nya dan diri Anda sendiri di tengah pencobaan Anda? Bagaimana Dia mengembangkan karakter Anda?

Tuhan lebih tertarik pada masa depan Anda daripada apa yang sedang terjadi pada Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Rabu, 20 September 2023

RENDAH HATI

[[Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. ]] (Mazmur 131:2).

Suatu saat saya berada di acara reuni. Banyak yang sudah berubah. Yang pasti, umur semakin tua. Di samping statusnya berubah, juga kelakuannya. Dulu ia baik, sekarang bicaranya tinggi sekali. Dulu nggak punya apa-apa, sekarang makin nggak punya apa-apa, tetapi kelakuannya seperti orang yang punya segalanya. Dulu hidupnya sederhana, sekarang menjadi tukang pamer karena menikah dengan orang kaya. Mengapa mereka berubah?
Tidak demikian halnya dengan Daud. Walaupun ia dulunya gembala dan kini menjadi raja, ia tidak sombong, tetapi tetap rendah hati. Ia merefleksikan keberadaan dirinya di hadapan Allah. Melalui hal itu, ia menyadari bahwa dirinya seperti seorang anak kecil yang masih menyusu dan bergantung penuh pada ibunya. Demikian seharusnya ia bersandar hanya kepada Allah. Pemazmur kemudian mengajak bangsanya untuk merendahkan diri dan berharap kepada-Nya, dengan tidak menyombongkan diri, tetapi berserah kepada Allah. 
Jika kita diberkati oleh Tuhan, Sang Pemberi Kehidupan, jangan sombong, tetaplah rendah hati. Rendah hati bukan saja merupakan kualitas moral, tetapi ungkapan sikap iman di hadapan Tuhan. Kerendahan hati seorang Kristen melambangkan sikap hatinya di hadapan manusia dan Tuhan. Di hadapan manusia ia tidak merasa diri lebih baik atau lebih tinggi, di hadapan Tuhan ia tunduk pada kedaulatan dan hikmat-Nya. Orang yang bersandar pada Tuhan mendapatkan kekuatan dan kemenangan karena Tuhan pasti akan membelanya.
(Eddy Nugroho)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Selasa, 19 September 2023

Dikejar Rasa Bersalah

Bacaan: KEJADIAN 42:1-23

Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itu (Kejadian 42:21)

Lebih dari 13 tahun sudah berlalu sejak anak-anak Yakub menjual Yusuf sebagai budak (Kej 37:2; 41:46). Mereka mengarang cerita bohong kepada ayahnya untuk menutupi kejahatan itu. Sepertinya semua aman. Rahasia itu tertutup rapat. Tetapi, apa yang mereka rasakan ketika melihat Yakub hidup berkabung setiap hari (Kej 37:35; 42:38)? Pasti, mereka dihantui rasa bersalah. Ketika kemudian terjadi kelaparan hebat dan mereka harus pergi membeli bahan pangan ke Mesir, mereka menghubungkan banyaknya kesulitan yang mereka hadapi sebagai akibat kejahatan yang dulunya mereka lakukan kepada Yusuf.

Rasa bersalah biasanya muncul di belakang. Sayangnya, banyak orang memelihara perasaan bersalah hingga berkepanjangan, bahkan membiarkannya begitu saja. Tidak ada upaya untuk melakukan pengakuan dosa, meminta maaf kepada pihak yang dirugikan, atau berusaha memperbaiki akibat buruk yang ditimbulkannya. Hasilnya ialah hilangnya damai sejahtera. Juga senantiasa diliputi rasa takut.

Sebenarnya perasaan bersalah dapat menolong kita untuk menyadari dosa, kejahatan atau kesalahan yang kita lakukan. Allah dapat menggunakan suara hati kita untuk menginsafkan kita atas dosa. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus. Kita harus berani dengan tulus mengakui dosa atau kesalahan. Itulah langkah awal yang akan membebaskan kita. --HT/www.renunganharian.net

MENGAKUI DOSA SERTA BERTOBAT DENGAN SEPENUH HATI IALAH KUNCI
YANG MELEPASKAN KITA DARI BELENGGU DOSA DAN RASA BERSALAH.

Senin, 18 September 2023

Hilang Sinyal

Bacaan: Roma 8:31-35

Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia - Mazmur 103:13.

Dalam bukunya yang berjudul, On The Wing, seorang naturalis bernama Alan Tennant mencatat usahanya untuk mempelajari satu spesies burung yang terancam punah, yaitu elang peregrine. Tergerak untuk pemulihan spesies ini, Tennant mengikatkan alat pemancar pada sejumlah burung elang untuk melacak pola migrasi mereka. Ia akan terbang dengan pesawat dan mengikuti kawanan burung yang sudah dipasanginya alat pemancar.

Namun, seringkali Tennant tidak dapat mengikuti kawanan burung karena kehilangan sinyal dari alat pemancar. Meskipun sangat mengasihi burung-burung tersebut, Tennant tidak selalu bisa melacak burung-burung yang ingin ditolongnya.

Peristiwa serupa juga terjadi dalam hal mengasihi orang yang kita sayangi. Entah orangtua ke anak, suami ke istri, kakak ke adik, paman ke keponakan atau orang-orang terdekat yang ada di hati kita. Kemampuan mengasihi orang-orang yang dekat di hati kita dalam suatu kondisi tertentu juga terbatas. Tenaga dan waktu kita terbatas. Kemampuan kita mengekspresikan kasih juga mungkin berbeda dan belum tentu cocok dengan orang yang kita kasihi. Manusia punya keterbatasan yang tidak bisa dipungkirinya. Manusia bisa kehilangan sinyal kasih kepada orang yang dikasihinya.

Paulus mengungkapkan kebenaran yang berbeda ketika Tuhan mengasihi anak-anak-Nya. Ketika Tuhan mengasihi, Dia tidak akan pernah gagal untuk mengekspresikan kasih- Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia ini yang dapat menghalangi Tuhan untuk menyatakan kasih kepada anak-anak-Nya. Tidak manusia, tidak juga keadaan-keadaan yang buruk. Ketika Tuhan telah menetapkan kita sebagai anak-anak-Nya, Tuhan tidak akan pernah kehilangan sinyal untuk melacak anak-anak-Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan Yesus Kristus.

Saat ini mungkin ada orang-orang tertentu yang menjadi batu sandungan dalam kehidupan kita. Perkataan atau perbuatan mereka mungkin sangat melukai hati. Bahkan mereka senantiasa menarik kita menjauh dari Tuhan. Percayalah Tuhan Yesus sedang melacak dan siap menyatakan kasih-Nya kepada kita di tengah kondisi buruk yang kita hadapi. Demikian juga ketika kesulitan-kesulitan hidup membebani pundak, percayalah kita tidak sendirian. Yesus siap membantu mengangkat beban hidup kita dan selalu melacak kita dengan kasih-Nya setiap saat.

Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah meragukan kasih Tuhan kepada Anda? Kenapa?

Apa wujud kasih terbesar Tuhan Yesus yang pernah Anda rasakan? Apakah wujud kasih Yesus tersebut bisa menguatkan Anda sekarang?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Minggu, 17 September 2023

Perbuatan Baik

Tuhan rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati. –Rut 2:20

Ayat Bacaan & Wawasan:
Rut 2:5-12

Berbulan-bulan setelah mengalami keguguran, Valerie memutuskan untuk menjual barang-barang yang dimilikinya. Gerald, seorang tetangga jauh yang bekerja sebagai pengrajin, dengan penuh semangat membeli tempat tidur bayi yang dijual Valerie. Selama di sana, istri Gerald mengetahui tentang kehilangan yang dialami Valerie. Setelah mendengar situasi Valerie dalam perjalanan pulang, Gerald pun memutuskan untuk membuatkan sebuah kenang-kenangan kerajinan dari tempat tidur bayi tersebut. Seminggu kemudian, dengan berlinang air mata ia mempersembahkan sebuah bangku yang indah kepada Valerie. “Ada banyak orang baik di luar sana, dan inilah buktinya,” tutur Valerie.

Seperti Valerie, Naomi dan menantu perempuannya, Rut, juga mengalami kehilangan yang tragis. Suami Naomi dan kedua putranya telah meninggal dunia. Kini mereka berdua tidak memiliki ahli waris dan juga tidak ada yang menafkahi mereka (Rut 1:1-5). Pada saat itulah Boas hadir. Ketika Rut pergi ke ladang untuk memungut bulir-bulir jelai, Boas—sang pemilik ladang—bertanya tentang Rut. Setelah mengetahui siapa Rut, Boas pun bersikap baik kepadanya (2:5-9). Rut yang kagum bertanya kepada Boas, “Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu?” (ay. 10). Boas menjawab, “Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati” (ay. 11).

Boas kemudian menikahi Rut dan menafkahi Naomi (ps. 4). Melalui pernikahan mereka, lahirlah leluhur dari Daud—dan leluhur Yesus. Sebagaimana Allah memakai Gerald dan Boas untuk mengubahkan dukacita seseorang, Dia sanggup bekerja melalui diri kita untuk menunjukkan kebaikan dan empati kepada orang-orang yang sedang menderita (Alyson Kieda).

Renungkan dan Doakan
Kapan Anda pernah menjadi pihak yang menunjukkan kebaikan? Kapan Anda pernah menjadi penerima kebaikan orang lain? Apa hasil dari perbuatan tersebut?

Ya Allah, terima kasih, karena Engkau telah mengaruniakan Putra-Mu untuk menebusku dalam kebaikan teragung yang pernah ada.

Sumber: Our Daily Bread

Sabtu, 16 September 2023

KOMUNITAS SABER

[[Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. ]] (Yeremia 29:7)

Apakah Anda pernah mengalami kebocoran ban sepeda motor? Tentu sangat tidak nyaman. Apalagi tukang tambal ban seolah-olah memanfaatkan situasi dengan memasang tarif mahal. Keluhan dan makian pun terlontar dari bibir kita. Tergerak oleh pengalaman yang tidak menyenangkan itu, Siswanto dan rekan-rekan memulai Komunitas Saber—SApu BERsih. Secara sukarela, komunitas ini membersihkan jalanan ibukota dari paku yang sengaja ditebarkan kelompok tertentu. Hasilnya? Dalam sehari semalam, mereka dapat mengumpulkan sampai 10 kg paku. Jalanan yang bersih dari paku tentu lebih nyaman dan aman bagi para pengendara motor.
Tuhan berfirman kepada umat-Nya yang berada dalam pembuangan melalui Yeremia. Dia menegur umat Allah yang tidak melakukan apa pun, hanya menangis dan meratapi nasib. Mereka berdiam diri dan menantikan Tuhan memulihkan keadaan mereka. Yeremia meminta umat Tuhan untuk membangun rumah, mengusahakan kebun, dan membentuk rumah tangga. Allah ingin agar umat-Nya tidak menjadi beban tambahan, tetapi berperan meningkatkan kesejahteraan kota tempat mereka dibuang. 
Sejuta keluhan, ratapan, bahkan makian terhadap negara ini tidak akan mengubah situasi. Mulailah dengan langkah kecil namun nyata. Taat pada peraturan lalu lintas, memungut sampah yang berceceran di sekitar kita, dan memberikan bantuan bagi yang berkekurangan. Tindakan ini memang tidak dapat mengubah seluruh negeri, tetapi jika semua orang berpikiran dan melakukan hal yang sama seperti kita, dampaknya pasti luar biasa.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Jumat, 15 September 2023

TUHAN, Berapa Lama Lagi? 

Bacaan Alkitab hari ini:
Mazmur 6

Youcef Nadarkhani adalah seorang pendeta Iran yang dibebaskan pada 8 September 2012, setelah sebelumnya dijatuhi hukuman mati karena ia beriman kepada Yesus Kristus. Dalam sebuah surat terbuka kepada para pendukungnya, ia berkata bahwa ia telah diuji melalui penderitaan dan ujian itu lebih berharga dari pada emas yang fana. Dia juga berkata bahwa TUHAN telah memberi kekuatan, sehingga ia bisa menghadapi tantangan di depannya. Dia mengutip ayat Alkitab yang berkata bahwa TUHAN tidak akan membiarkan kita diuji melebihi kekuatan kita.

Kita tidak tahu situasi sejarah yang melatarbelakangi mazmur ini. Namun, dalam mazmur ini, terasa jelas bahwa Raja Daud telah diuji. Semua musuhnya menyerang dia dengan cara tertentu (perhatikan kata "lawan" dan "musuh", 6:8,11). Apa pun situasi spesifiknya, Raja Daud dikuasai oleh kesedihan. Namun, ujian ini berakhir dengan kemenangan sebab TUHAN telah mendengar permohonannya dan menerima doanya (6:10), serta musuh-musuhnya mendapat malu (6:11).

Mazmur ini dimulai dengan permohonan Raja Daud. Isi mazmur ini adalah doa kesedihan dari seseorang yang sedang berada di ujung tanduk. Permohonan Raja Daud adalah agar TUHAN jangan menghukum atau menghajar dia dengan keras (dalam amarah dan murka yang menyala, 6:2). Sebenarnya, Raja Daud tidak menolak hajaran TUHAN. Bukankah anak-anak TUHAN akan menyambut baik hajaran TUHAN yang mendatangkan kebaikan? Raja Daud hanya ingin agar TUHAN tidak memperlakukannya seperti orang jahat (5:5-7). Dia memohon agar TUHAN tidak menghukumnya dalam murka yang menyala-nyala. Nabi Yeremia pernah menaikkan doa yang sama, "Hajarlah aku, ya TUHAN, tetapi dengan selayaknya, jangan dengan murka-Mu, supaya aku tidak Kaulenyapkan!" (Yeremia 10:24 TB2). Saat Raja Daud didisiplin oleh TUHAN, itu sangat menyakitkan sehingga dia khawatir TUHAN telah berbalik melawan dia.

Apa yang menyebabkan Raja Daud dihukum dan dihajar TUHAN? Ada yang beranggapan bahwa Raja Daud telah berdosa. Namun, hukuman atau hajaran TUHAN tidak berarti bahwa Raja Daud telah berdosa. Kata "hukuman" bisa merujuk pada penghakiman atau mengajarkan pelajaran hidup yang keras. Dalam mazmur ini, kita tidak menemukan Raja Daud mengakui dosa apa pun. Dia merasa seperti Ayub, seorang pria yang menderita meskipun dia benar. TUHAN terkadang menempatkan anak-anak-Nya dalam kesulitan bukan karena mereka telah berdosa, tetapi agar mereka bertumbuh. Apakah TUHAN sedang menguji iman Anda? Apakah ada ayat Alkitab atau cerita lain tentang ujian iman yang memberi Anda penghiburan? [GI Jokhana]

Sumber: Renungan GKY

Kamis, 14 September 2023

Masker “Diberkati”

Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis . . . dengan Roh dari Allah yang hidup. –2 Korintus 3:3

Ayat Bacaan & Wawasan:
2 Korintus 3:1-6

Ketika kewajiban untuk memakai masker pada masa pandemi dilonggarkan, saya sering lupa menyimpan masker untuk kebutuhan darurat—misalnya untuk digunakan saat berkunjung ke sekolah anak. Suatu hari, ketika perlu mengenakan masker, saya hanya menemukan selembar masker di mobil: masker yang selama ini selalu saya hindari untuk pakai, karena di depannya tertulis kata DIBERKATI.

Saya lebih suka memakai masker polos, lagi pula saya pikir, kata tersebut terlalu sering digunakan. Namun, saya tidak mempunyai pilihan dan akhirnya mengenakan masker itu. Kemudian, ketika bertemu seorang resepsionis baru di sekolah, hampir saja saya menunjukkan ketidaksabaran saya. Namun, tulisan pada masker tadi memaksa saya menahan diri. Saya tidak ingin terlihat seperti seorang munafik, mengenakan masker bertuliskan DIBERKATI sementara saya sendiri menunjukkan ketidaksabaran terhadap seseorang yang masih harus beradaptasi dengan pekerjaannya.

Tulisan pada masker itu memang dapat mengingatkan saya untuk menjadi saksi Kristus, tetapi sudah sepatutnya perkataan Kitab Suci yang tertanam dalam hati saya menjadi pengingat utama agar saya bersikap sabar terhadap orang lain. Ini seperti yang dituliskan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, “Kamu adalah surat Kristus . . . ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia” (2 Kor. 3:3). Roh Kudus, yang “menghidupkan” (ay. 6), dapat menolong kita untuk hidup dengan “kasih, sukacita, damai sejahtera” dan tentunya “kesabaran” (Gal. 5:22). Kita sungguh-sungguh diberkati, karena Dia tinggal di dalam diri kita! (Katara Patton)

Renungkan dan Doakan
Apa yang hendak Anda sampaikan kepada orang lain, melalui perkataan dan perbuatan Anda? Bagaimana Anda dapat mencerminkan Kristus lewat perbuatan Anda hari ini?

Tuhan Yesus, tolonglah aku untuk menunjukkan seperti apa hidup bagi-Mu kepada setiap orang yang kujumpai hari ini.

Sumber: Our Daily Bread

Rabu, 13 September 2023

Nilai Seikat Kembang

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum. Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata, “Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!” Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.

Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata, “Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya.”

“O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda.” jawab pria itu.

“Apa, maaf?” tanya wanita itu dengan gusar.

“Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang. Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya,” jawab pria itu.

Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.

Beberapa bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan. “Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal. Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia. Sampai saat ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!”

Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri!

Sumber: Renungan Kristen

Selasa, 12 September 2023

Perintah Seorang Sahabat

Bacaan: Yohanes 15:12-17

Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
- Yohanes 15:14

Persahabatan bagai kepompong. Potongan lirik lagu ini pernah populer di kalangan remaja pada tahun 2008-2010. Para netizen mengatakan lagu ini mempunyai makna yang dalam tentang persahabatan. Disampaikan melalui lagu tersebut bahwa persahabatan dapat mengubah hal yang sulit menjadi indah. Namun, tidak dapat dipungkiri persahabatan juga menghadirkan perbedaan yang dapat membuat persahabatan renggang antara satu sama lain.

Saya rasa sebagian dari kita mempunyai sahabat karib bagaikan saudara. Kita acap kali merindukan seorang sahabat yang dapat selalu hadir dan mendukung kita dalam suka maupun duka. Memiliki sahabat memang hal yang menyenangkan. Namun, terkadang kita tidak siap menghadapi perbedaan ataupun menerima masukan/nasihat dari sahabat kita. Biasanya kita ingin tetap didukung oleh sahabat sekalipun kita telah melakukan yang salah.

Dalam perikop bacaan hari ini, kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus memanggil kita sebagai sahabat-Nya. Ini adalah panggilan spesial bagi kita! Menariknya, bukan kita yang terlebih dahulu menjadikan Yesus sebagai sahabat kita, melainkan Yesus sendiri yang berinisiatif terlebih dulu memilih kita untuk menjadi sahabat-Nya (ay. 16). Namun, sebagai seorang sahabat Allah, ada perintah yang perlu kita lakukan, yaitu perintah untuk saling mengasihi. Kita melakukan perintah ini karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi setiap kita yang adalah orang berdosa. Kasih Allah tak terukur dalamnya. Ini dibuktikan dengan pengorbanan melalui diri Yesus Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa dan menyelamatkan kita dari jurang dosa. Yesus telah memberikan nyawa-Nya bagi setiap kita yang Dia sebut sebagai sahabat-Nya.

Sebagai sahabat Allah, hendaklah kita melakukan perintah-Nya. Kita melakukan perintah Allah bukan karena posisi kita sebagai budak, melainkan karena sudah mengenal dan mengetahui apa yang Allah ingin kita kerjakan. Secara gamblang, Allah sudah menyatakan perintah-Nya melalui firman Tuhan yang kita baca maupun dengar. Yang patut kita waspadai adalah memilih-milih perintah Allah yang sesuai dengan keinginan kita. Inilah yang bisa merenggangkan hubungan kita dengan Tuhan.

Yuk, jadilah sahabat Allah yang setia. Lakukan perintah yang sudah Allah berikan bagi setiap kita, yaitu saling mengasihi. Biarlah perbuatan kasih nyata dalam keseharian kita dan dapat terus memuliakan Tuhan di antara orang-orang yang ada di sekitar kita.

Refleksi Diri:

Apakah Anda sudah menjadi sahabat Allah yang sesuai dengan perintah-Nya?
Apa yang akan Anda lakukan sebagai seorang sahabat Allah sebagai bukti kasih Anda kepada-Nya?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Senin, 11 September 2023

Seorang Pria Tua dan Pohon Oak

Ada seorang pria Prancis yang sudah tua. Istrinya telah meninggal, begitu juga dengan putra tunggalnya. Kalau begitu untuk apa terus hidup?

Dia meninggalkan ladangnya di suatu lembah yang subur, memilih seekor domba, dan pergi ke daerah yang sepi di Cevennen. Di sana dia akan mampu melupakan masa lalu.

Di daerah itu terlihat sisa reruntuhan dari lima desa. Penduduknya sudah menyingkir dari sana. Pria itu melihat-lihat di sekitar dan menyimpulkan bahwa seluruh daerah itu akan menjadi gurun bila tidak ada pohon yang tumbuh di sana.

Jadi di saat dia menggembalakan dombanya, dia membawa satu tas kecil dan mengumpulkan biji pohon oak yang ditemukannya di sepanjang jalan. Kemudian dia memilih biji-biji itu dan hanya menyimpan yang baik-baik saja. Biji-biji tersebut direndamnya dalam seember air pada malam hari. Setelah itu pada hari berikutnya dia menusukkan tongkat besi di tanah dan meletakkan biji pohon oak itu ke dalam lubang.

Dalam waktu tiga tahun dia telah menanamkan 100.000 biji pohon oak. Dia berharap bahwa 10.000 akan tumbuh. Dia juga berharap agar Tuhan memberi dia waktu hidup beberapa tahun lagi sehingga ia bisa meneruskan pekerjaan ini.

Ketika dia meninggal pada tahun 1947 dalam usia 89 tahun, dia sudah berjasa menumbuhkan salah satu hutan yang paling indah di Prancis. Di tiga tempat berdiri pohon-pohon oak sepanjang 11 kilometer dan selebar 3 kilometer.

Apa yang terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan hutan itu? Ribuan akar sekarang menampung air hutan dan menyerapnya. Sekarang juga ada aliran air. Rumput dan bunga tumbuh lagi. Burung-burung sudah kembali. Kehidupan di daerah itu juga telah berubah. Orang-orang sudah kembali lagi ke desa-desa, dan membangun rumah yang bagus dan mencat rumah-rumah itu. Setiap orang yang kembali berbahagia. Mereka menikmati hidup mereka, dan menyelenggarakan berbagai pesta.

Ini adalah kisah alegorikal dari Prancis yang terkenal, L'homme qui Plantait des Arbres, oleh penulis Prancis Jean Giono, yang diterbitkan 1953, tentang satu usaha panjang dan berhasil dari seorang gembala tua yang seorang diri menghutankan kembali lembah yang sunyi di kaki Pegunungan Alpen di Provence sepanjang paruh pertama abad ke-20.

Boleh jadi kisah ini diinspirasi ucapan Martin Luther (1483-1546) tentang hidup dalam pengharapan, apapun yang terjadi besok hari: "Even if I knew that tomorrow the world would go to pieces, I would still plant my apple tree." - Bahkan jika aku tahu bahwa besok dunia akan hancur, aku akan tetap menanam pohon apelku.

Mari tetap semangat menabur benih kebaikan!

Sumber: Renungan Kristen

Minggu, 10 September 2023

Ajaib Kasih-Nya

Bacaan: Hosea 1:2-9

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal - Yohanes 3:16

Apa yang muncul di benak Anda ketika membaca ayat di atas? Oh... ayat itu lagi? Udah hafallah ayatnya… yah saya tahu, Allah mengasihi saya, karena itu saya diselamatkan. Ayat ini mengatakan bahwa karena begitu besar kasih Allah, Dia memberikan keselamatan. Sebetulnya, seberapa besar dan dalam kasih Allah?

Salah satu penjelasan yang mengungkapkan betapa ajaibnya kasih Allah, bisa kita lihat di dalam kitab Hosea. Kehidupan Hosea menjadi gambaran bagaimana cintanya Tuhan terhadap manusia. Hosea diperintahkan Tuhan untuk menikahi seorang pelacur, perempuan tidak baik, yang tubuhnya sudah dipakai oleh banyak pria. Perempuan ini berlaku tidak setia setelah dinikahi oleh seorang nabi Tuhan. Ia melacurkan dirinya lagi, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Perempuan ini mencari kesenangannya sendiri.

Setelah beberapa waktu Tuhan berfirman kepada Hosea. Sebuah firman yang begitu mengagetkan dan menggentarkan turun, “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang sudah bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, ....” (Hos. 3:1a). Hosea pergi dan menebus kembali Gomer istrinya, sekalipun ia telah berlaku tidak setia, sudah kotor. Mungkin terdengar kasar, tetapi inilah kenyataannya, Gomer adalah kita.

Kita mungkin pernah mendengar saran terhadap orang yang mengkhianati kita dalam satu relasi, “Orang itu nggak pantes sama kamu. Kamu berhak dapat yang lebih baik lagi.” Kita berada dalam posisi nggak pantes untuk Tuhan, terlalu hina untuk bisa disebut mempelainya Kristus. Kita yang tidak layak dicintai, yang tidak setia, yang tidak mencintai Tuhan, melainkan mencintai diri sendiri, mengutamakan kesenangan pribadi, sungguh kita seburuk itu sebenarnya. Namun, Tuhan Yesus mencintai kita apa adanya. Dicintai Tuhan itu tidak biasa-biasa. Kita dicintai Allah yang Mahakudus ketika masih berlumuran dosa yang menjijikkan. Kita menjadi berharga karena dicintai dan dikasihi Tuhan. Penerimaan yang paling utama dalam hidup kita ketika mengalami kasih Allah di dalam Kristus. Dikasihi Tuhan itu sesuatu yang menakjubkan, mengagumkan, mengherankan, terlalu indah, tidak pernah habis untuk dikatakan. Jika kita memahami dicintai Tuhan begitu ajaib, kita tidak akan asal-asalan dalam menjalani hidup. Sadarkah Anda?

Refleksi Diri:

Apa yang bisa Anda ungkapkan tentang kasih Tuhan yang sudah menyelamatkan Anda?
Apa sikap hidup yang ingin Anda terapkan sebagai wujud rasa syukur atas anugerah keselamatan dari Kristus?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 09 September 2023

Teguran: Kebutuhan Pemimpin 

Bacaan Alkitab hari ini:
2 Samuel 12:1-7

Tak ada gading yang tak retak! Peribahasa ini juga berlaku bagi pemimpin yang paling besar, paling disegani, bahkan paling rohani. Dalam sejarah Israel, Daud adalah raja yang paling dihormati. Namun, Kitab Suci tidak menyembunyikan kesalahan fatal yang dilakukannya, yaitu dosa perzinaan dan pembunuhan tingkat satu. Sebagai raja yang memegang kekuasaan tertinggi, terlalu sedikit—jika ada—orang yang berani ‘menyentil’ Raja Daud karena risikonya adalah kehilangan hak istimewa untuk berada dalam lingkaran terdekat raja, bahkan kehilangan nyawa, padahal seorang pemimpin sangat memerlukan orang di sampingnya yang berani menegur saat dia melakukan kesalahan. Makin terhormat seorang pemimpin, makin serius kebutuhan ini!

Yoab—panglima dalam pemerintahan Raja Daud (8:16)— bukan tidak mengetahui rencana busuk membunuh Uria yang diskenariokan oleh Sang Raja (11:14-15). Bahkan, setelah Uria mati karena sengaja ditempatkan di posisi paling berbahaya dalam pertempuran, Yoab mengonfirmasi kematiannya kepada Raja Daud (11:24). Sebagai salah seorang terdekat raja, Yoab punya akses dan kesempatan untuk menegur sang raja, tetapi ia tidak melakukannya. Nabi Natan-lah yang mengambil peran itu saat TUHAN mengutus dia menegur Raja Daud. Dengan hikmat yang Tuhan karuniakan kepadanya, Nabi Natan membeberkan kesalahan Raja Daud melalui sebuah perumpamaan. Puncaknya, Nabi Natan menunjuk muka Raja Daud dan berkata, "Engkaulah orang itu!" (12:7). Betapa terkejutnya sang raja! Ia tidak menyangka bahwa ada orang yang berani menudingnya dengan gamblang. Sebelumnya, ia dengan berapi-api berniat menghukum mati orang yang dikisahkan dalam perumpamaan itu (12:5). Bayangkan efek kejut yang dihasilkan oleh tindakan berani Nabi Natan itu! Kondisi hati Raja Daud berbalik 180 derajat. Syukurlah bahwa Natan berani mengambil risiko dengan memberi diri dipakai Tuhan untuk menegur Raja Daud.

Bahaya-bahaya yang dihadapi pemimpin—kesombongan, haus popularitas, merasa selalu benar, dan merasa tak tergantikan oleh orang lain—adalah titik-titik buta (blind spots) yang sering tak disadari oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, para pemimpin memelukan ‘Natan-Natan’ yang berani menunjuk tepat di batang hidung para pemimpin dan berkata, "Kamu salah! Kamulah orang yang melakukan kesalahan itu!" Hai para pemimpin, bersyukurlah jika ada seorang ‘Natan’ yang tanpa basa-basi mengatakan: "Kamu sombong!" atau "Kamu tidak mahatahu!", bahkan "Kamu munafik!" Orang seperti itu akan menolong Anda terjaga. Bila Anda seorang pemimpin, apakah Anda memiliki para ’Natan’ di sekitar diri Anda? [GI Mario Novanno]

Sumber: Renungan GKY

Jumat, 08 September 2023

Anti Kritik

Bacaan: 1 RAJA-RAJA 22:1-40

Jawab raja Israel kepada Yosafat: "Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla." (1 Raja-raja 22:8)

Rick Warren, penulis buku terlaris The Purpose Driven Life mengatakan bahwa sikap yang paling menghambat pertumbuhan kerohanian seseorang adalah anti terhadap kritik. Beliau mengatakan bahwa Allah juga turut bekerja melalu kritik-kritik yang diberikan kepada kita. Terlepas apakah kritik itu diberikan oleh orang yang kita sukai atau tidak, kritik akan tetap memiliki nutrisi rohani yang akan kita terima sepanjang hidup kita.

Raja Ahab juga dikenal antikritik. Pada masa pemerintahannya, nabi-nabi Allah mengkritik gaya pemerintahannya. Raja Ahab mengabaikan kritik dari Allah tersebut. Ketika Yosafat menjabat sebagai raja Yehuda, ia mengajak Raja Ahab untuk menaklukkan wilayah Ramot-Gilead. Namun sebelum menyerang, Yosafat ingin bertanya pada Allah. Yosafat tidak percaya dengan perkataan nabi-nabi Raja Ahab yang menyetujui penyerangan tersebut. Yosafat ingin mendengar langsung dari nabi Allah. Maka dipanggillah Mikha bin Yimla, nabi yang disingkirkan Raja Ahab karena kerap mengkritiknya dan tidak pernah menubuatkan yang baik tentangnya (ay. 8). Hanya Mikha saja yang melarang penyerbuan tersebut, karena Allah tidak merestuinya.

Perkataan yang baik atau pujian belum tentu membuat kita bertumbuh. Allah juga sering hadir dalam proses pendewasaan kita melalui kritik. Jika ada seseorang yang kerap mengkritik dengan kata-kata yang sering menyakitkan dan terlihat menyebalkan, tapi jauh di dalam hati kita tahu bahwa yang dikatakannya itu benar, hendaknya kita bisa lebih membuka hati. Jika orangnya tidak menyenangkan, setidaknya dia memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita. --REY/www.renunganharian.net

PUJIAN MEMBUAT KITA MERASA SENANG.
KRITIK MEMBUAT KITA LEBIH BAIK.

Kamis, 07 September 2023

Pemain Golf yang Bijak

Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan hijau. Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang sembarangan oleh salah seorang penonton.

Bagaimana ia bisa memukul bola itu dengan baik? Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola bersama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi.

Apa yang harus dilakukannya? Banyak pemain yang mengalami hal serupa hampir seluruhnya memilih untuk mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman tadi. Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.

Namun ternyata, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua kemungkinan itu. Tiba-tiba ia merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sekotak korek api. Lalu ia menyalakan satu batang korek api dan membakar kantong kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, dan wusss... bola terpukul dan jatuh persis di dekat lubang di lapangan hijau. Dia tidak terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.

Dalam kehidupan, acapkali kita menjumpai kesulitan. Tuhan ingin kita bersikap cerdas saat menghadapi kesulitan. Tuhan ingin kita mengelola hidup ini dengan cara-cara yang kreatif. Dia dapat menolong kita menemukan cara-cara yang tak biasa, agar dapat mengatasi kesulitan. Percayalah bahwa Dia pasti memberi kita hikmat-Nya.

Kreativitas ada di dalam diri setiap orang. Tapi tidak semua orang mau mempergunakannya. Sebagian orang terlalu malas untuk mengolah kreativitas yang ada di dalam mereka. Kemalasan tidak akan pernah bisa membawa orang mengalami peningkatan dalam hidupnya. Yang ada malah keruntuhan, seperti apa yang dikatakan Pengkhotbah: "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkhotbah 10:18). Agar kita tetap bisa bertumbuh dan mengalami peningkatan, tetaplah rajin bekerja, dan kreatiflah dalam setiap yang diusahakan. Tuhan akan selalu melihat bagaimana usaha kita, apakah kita selalu berusaha melakukan yang terbaik atau tidak, sebelum Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar lagi.

Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih untuk menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko untuk melakukan kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang bisa berpikir kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai kemenangan. 

"Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan." 
(Amsal 8:12)

Sumber: Renungan Kristen

Rabu, 06 September 2023

BAHAYA KESOMBONGAN

[[Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. ]] (Amsal 16:18)

Billy Graham, penginjil dari Amerika Serikat, suatu kali ditanya, “Apa tantangan terbesar dalam pelayanan Anda?” Ia menjawab, “Bukan kondisi fisik yang makin renta, bukan pula hinaan atau ejekan dari orang yang membenci kekristenan. Tantangan terbesar adalah ketika saya melihat buah pelayanan saya dan menganggap itu sebagai keberhasilan pribadi saya, lalu saya menjadi sombong.” 

Kesombongan itu berbahaya. Selain membuat kita terlena dan lalai, juga membuat kita lupa diri. Ingat Mike Tyson? Ia seorang juara dunia tinju kelas berat termuda dalam sejarah. Orang-orang menjulukinya “Manusia Besi”. Namun, ia menjadi sombong. Merasa diri paling hebat dan tidak terkalahkan, terlena hidup dalam gelimang pesta pora, lalu hancurlah dirinya.

Ingatlah The Beatles , grup musik Inggris yang mendunia? Mereka dipuja dan dipuji. Karena keberhasilan itu, John Lennon, pentolannya, lalu menjadi jemawa (sombong). Dalam sebuah kesempatan Lennon berkata, “ The Beatles lebih terkenal dari Yesus Kristus!” Dan dunia mencatat, apa yang kemudian terjadi pada The Beatles dan John Lennon. 

Demikian pula yang terjadi pada Nebukanedzar, raja Babel. Ia melihat keberhasilannya dengan menepuk dada (Daniel 4:30) sehingga kemudian Tuhan merendahkannya. 

Maka dari itu, marilah kita selalu ingat bahwa dalam setiap keberhasilan yang kita raih, itu bukan semata-mata karena kemampuan kita. Ada peran orang-orang lain di dalamnya. Dan terlebih dari itu, ada peran kasih dan anugerah Tuhan.
(Ayub Yahya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Selasa, 05 September 2023

Kekuatan Berpikir Positif

Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale. Ia tampak sedih. Tidak ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang pria itu untuk datang ke kantornya.

"Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi," kata pria itu. "Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah kehilangan hidup ini."

Norman Vincent Peale, penulis buku 'The Power of Positive Thinking', tersenyum penuh simpati. "Mari kita pelajari keadaan anda," kata Norman dengan lembut.

Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah tepat di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu menuliskan apa-apa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom kanan, ia menulis apa-apa yang masih tersisa.

"Kita tak perlu mengisi kolom sebelah kanan," kata pria itu tetap dalam kesedihan. "Aku sudah tak punya apa-apa lagi."

"Lalu kapan kau bercerai dari istrimu?" tanya Norman.

"Hei, apa maksudmu? Aku tidak bercerai dari istriku. Ia amat mencintaiku!"

"Kalau begitu bagus sekali," sahut Norman penuh antusias. "Mari kita catat itu sebagai nomor satu di kolom sebelah kanan 'Istri yang amat mencintai'. Nah, sekarang kapan anakmu itu masuk penjara?"

"Anda ini konyol sekali. Tak ada anakku yang masuk penjara!"

"Bagus! Itu nomor dua untuk kolom sebelah kanan 'Anak-anak tidak berada dalam penjara.'" kata Norman sambil menuliskannya di atas kertas tadi.

Setelah beberapa pertanyaan dengan nada yang serupa, akhirnya pria itu menangkap apa maksud Norman dan tertawa pada diri sendiri.

"Menggelikan sekali. Betapa segala sesuatunya berubah ketika kita berpikir dengan cara seperti itu," katanya.

Kata orang bijak, bagi hati yang sedih lagu yang riang pun terdengar memilukan. Sedangkan orang bijak lain berkata, sekali pikiran negatif terlintas di pikiran, dunia pun akan terjungkir balik.

Maka dari itu, selalulah berpikir positif dan belajar untuk mensyukuri segala berkat Tuhan yang ada pada kita, itu yang akan membebaskan kita dari beban-beban kehidupan yang menjadi sumber kekuatiran dan ketakutan kita.

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8)

Sumber: Renungan Kristen

Senin, 04 September 2023

Allah atas Hidup Kita

Aku tetap Dia . . . yang menggendong kamu. –Yesaya 46:4

Ayat Bacaan & Wawasan:
Yesaya 46:4-7

Setelah operasi yang dijalaninya tidak membawa pemulihan yang diharapkan, Joan menerima kabar bahwa ia perlu dioperasi lagi dalam waktu lima minggu. Dalam masa-masa penantian itu, Joan mulai merasa cemas. Ia dan suaminya sudah lanjut usia, dan keluarga mereka tinggal di tempat yang jauh. Joan dan suaminya harus berkendara ke kota yang asing, menjalani prosedur rumah sakit yang rumit, dan akan ditangani oleh dokter spesialis yang baru.

Meski kenyataan tersebut tampak mengkhawatirkan, Allah menjaga mereka. Ketika dalam perjalanan sistem navigasi kendaraan mereka rusak, mereka dapat tiba tepat waktu dengan pertolongan peta. Allah memberi mereka hikmat. Di rumah sakit, seorang pendeta berdoa bersama mereka dan menawarkan bantuannya hari itu. Allah juga menyediakan dukungan yang mereka butuhkan. Selepas operasi, Joan mendapat kabar baik bahwa operasinya berhasil.

Meski kita tidak selalu mengalami kesembuhan atau pertolongan dari masalah, Allah selalu setia dan dekat dengan orang-orang yang rentan—baik yang masih muda, lanjut usia, atau kurang beruntung. Berabad-abad lalu, ketika umat Israel digoyahkan oleh pembuangan di Babel, Nabi Yesaya mengingatkan bahwa Allah telah menopang mereka sejak lahir dan akan terus memelihara mereka. Melalui sang nabi, Allah berfirman, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu” (Yes. 46:4).

Allah tidak akan meninggalkan kita di saat kita paling membutuhkan-Nya. Dia sanggup menyediakan kebutuhan kita dan mengingatkan kita akan penyertaan-Nya dalam setiap aspek hidup kita. Dialah Allah di sepanjang kehidupan kita (Jennifer Benson Schuldt).

Renungkan dan Doakan
Bagaimana cara Allah menopang Anda dalam masa-masa sulit Anda di masa lalu? Bagaimana Dia dapat bekerja melalui diri Anda untuk mendukung sesama yang membutuhkan?

Ya Allah, Engkau baik dan layak kami andalkan. Saat aku menghadapi ketidakpastian, tolonglah aku untuk bersandar kepada-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Minggu, 03 September 2023

Berdoa untuk Pertumbuhan Rohani

Bacaan Hari ini:
Kolose 4:12 “Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah.”

Paulus menulis tentang seorang pejuang doa dalam Kolose 4:12: “Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah.”
Epafras adalah pahlawan bagi saya. Saya tak tahu dengan Anda, tetapi berdoa itu sulit buat saya. Mungkin Anda berpikir doa itu bisa keluar secara natural, tapi itu tidak dengan saya. Karena itulah, saya semakin terkesan dengan Eprafas yang memiliki disiplin tinggi untuk selalu meluangkan waktu mendoakan orang banyak.

Saya juga kagum dengan fakta bahwa dia berdoa untuk pertumbuhan rohani orang banyak. Kita biasanya berdoa untuk apa yang biasanya dibutuhkan oleh kebanyakan orang, seperti kesehatan, finansial, dan hubungan dengan sesama, tetapi kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk mendoakan pertumbuhan rohani mereka. Kita biasanya tidak mendoakan supaya Tuhan mengubah karakter mereka menjadi semakin serupa dengan Dia. Menurut saya salah satu alasannya yaitu karena kita tidak tahu bagaimana caranya berdoa seperti ini.

Puji Tuhan, Alkitab dipenuhi dengan ayat-ayat tentang bagaimana cara mendoakan pertumbuhan rohani orang lain.

Berdoalah agar mereka tahu tentang kasih Allah.

Efesus 3:19 “Dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”

Siapa seseorang yang Anda kenal yang mungkin tengah bergumul dan membutuhkan kasih Allah? Saat mereka terlintas dalam pikiran Anda, berserulah, "Tuhan, beri tahu mereka hari ini betapa Engkau sangat mengasihi mereka."

Berdoalah agar mereka belajar untuk percaya kepada Allah.

“Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Roma 15:13).

Siapa yang tidak membutuhkan lebih banyak pengharapan atau sukacita atau damai sejahtera dalam hidup mereka? Berdoalah, “Tuhan, saya kenal seseorang yang membutuhkan pengharapan. Tolong bantu mereka untuk yakin dan percaya pada-Mu selama masa sulit ini.”

Berdoalah agar mereka menerima hikmat Allah.

“Dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar” (Efesus 1:17)

Siapakah yang Anda kenal yang sedang dihadapkan pada sebuah keputusan besar? Mintalah Allah untuk memberikan hikmat-Nya untuk mereka.

Berdoalah agar mereka menerima kekuatan dari Allah.

“Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,” (Efesus 3:16).

Siapakah yang Anda kenal yang merasa kewalahan oleh kehidupan ini, atau yang merasa mereka harus melakukan segalanya dengan kekuatan mereka sendiri? Berdoalah ini untuk mereka: “Tuhan, bantu mereka untuk mengetahui bahwa mereka tidak sendirian hari ini. Beri mereka kekuatan dan kuasa.”

Mari saling mendoakan hari ini!

Renungkan hal ini:
- Apa satu langkah yang bisa Anda ambil hari ini untuk menjadikan doa sebagai kebiasaan rohani dalam hidup Anda?
- Menurut Anda, bagaimana perasaan Allah saat Anda berdoa dengan firman-Nya?
- Siapakah dalam hidup Anda yang dapat Anda minta untuk mendoakan Anda agar Anda bertumbuh di dalam rohani?

Berdoalah, karena ada Tuhan yang selalu mendengar 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Sabtu, 02 September 2023

BERAPA HARGA SEBUAH ALKITAB?

Bacaan: Yohanes 6:60-69

NATS: Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal (Yohanes 6:68)

Seorang misionaris yang bekerja pada Penginjilan Bawah Tanah menceritakan kisah seorang beriman di Rusia sebelum jatuhnya komunisme di sana. Ketika ia tahu seorang temannya telah memperoleh Alkitab, ia pun memohon untuk meminjam Alkitab itu. Akan tetapi, si pemilik Alkitab membaca buku berharga itu setiap petang sampai pukul 10 malam. Oleh karena itu setiap malam, selama 8 bulan, dari pukul 10 malam sampai pukul 2 pagi, orang beriman yang setia ini dengan rajin menyalin Alkitab temannya. Akhirnya, ketika beberapa teman kristiani mengunjunginya dengan membawa Alkitab, ia menukarkan karya kasih tulisan tangannya itu dengan beberapa buah Alkitab. 

Bayangkanlah bila Anda tidak dapat memperoleh Alkitab. Berapa banyak uang yang rela Anda bayarkan untuk mendapatkannya? Mari kita renungkan pertanyaan ini dengan lebih mendalam! 

Ketika ajaran Yesus mulai "mengganggu" orang-orang yang mengikuti-Nya, banyak orang memilih untuk meninggalkan-Nya (Yohanes 6:60-66). Maka Dia pun bertanya kepada murid-murid-Nya, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (ayat 67). Petrus menjawab, "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal" (ayat 68). Petrus tahu bahwa Yesus adalah Firman yang hidup, yaitu Allah yang menjelma sebagai manusia. Itu sebabnya, ia bersedia meninggalkan segalanya dalam hidup ini untuk mengikuti Dia yang menjadi Jalan, Kebenaran, dan Hidup. 

Apakah kita memiliki komitmen seperti Petrus? Apakah kita memiliki pengabdian seperti orang beriman dari Rusia itu? Berapakah yang rela kita bayarkan untuk Alkitab? Untuk Tuhan kita? -VCG 

SALAH SATU UKURAN CINTA KITA KEPADA ALLAH BERUPA CINTA KITA KEPADA FIRMAN YANG TERTULIS DAN KEPADA FIRMAN YANG HIDUP

Sumber: Renungan Harian