Minggu, 31 Desember 2023

BERUBAH UNTUK BERBUAH

[[Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. ]] (Yohanes 15:2)

Momen akhir tahun biasanya digunakan untuk mengevaluasi pencapaian selama setahun yang berjalan, sekaligus menentukan target pada tahun mendatang. Secara pribadi kita juga "bercermin" apakah hidup kita sudah bermanfaat? Baik untuk diri sendiri, keluarga maupun orang lain. Hidup seharusnya dijalani dengan menentukan target yang harus dicapai.

Target kadang bisa menimbulkan rasa gentar. Apalagi kalau kata target itu keluar dari Sang Mahakuasa. Tuhan Yesus menggunakan istilah "berbuah". Ada perbedaan di antara ranting yang menghasilkan dan yang tidak menghasilkan buah, yaitu orang yang tinggal di dalam Kristus dan yang di luar Kristus. Seakan-akan orang Kristen harus mencapai suatu hasil konkret tertentu jika ia tidak ingin dirinya "dicampakkan ke dalam api lalu dibakar". Benarkah demikian?

Nas ini memang menyinggung risiko dan imbalan, tetapi ada faktor penting yang perlu kita sadari. Berlawanan dengan dunia kerja sekuler yang menekankan target pribadi harus dicapai berdasarkan kompetensi pribadi, nas ini justru memaparkan betapa tergantungnya seorang murid Tuhan dalam menghasilkan buah. Murid harus diubah terlebih dulu oleh Sang Guru agar dapat berbuah. Pertama, ia "dibersihkan" oleh Bapa supaya dapat lebih banyak berbuah. Kedua, ia mampu berbuah mutlak hanya karena dirinya tinggal di dalam Kristus, Sang Pokok Anggur, bukan karena kapasitas pribadinya. Ketiga, murid berbuah karena firman Tuhan menjadi dasar hidupnya. Keempat, buah karya si murid itu niscaya untuk memuliakan Tuhan.

(Eddy Nugroho)

Sumber: Amsal Hari Ini

Sabtu, 30 Desember 2023

MENGINGAT-INGAT

Bacaan: Mazmur 103:1-5

NATS: Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! (Mazmur 103:2)

Kadang-kadang kita terbangun dengan persendian yang nyeri, semangat yang lesu, dan bertanya-tanya bagaimana kita bisa menyingkirkan kelesuan kita serta dapat menjalani hari-hari dengan baik. 

Berikut ini ada sebuah ide: Berusahalah mengucap syukur kepada Allah seperti Daud. Pikirkan dan ingatlah kembali semua "kebaikan" Allah yang layak Anda syukuri (Mazmur 103:2). Ucapan syukur akan membuahkan sukacita. 

Bersyukurlah kepada Allah atas pengampunan-Nya. Dia "mengampuni semua kesalahanmu" (ayat 3), dan "melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut" (Mikha 7:19). 

Bersyukurlah kepada-Nya atas kesembuhan Anda (ayat 3). Allah menggunakan kelemahan dan sakit penyakit untuk menarik Anda lebih dekat kepada kasih dan kepedulian-Nya. Dan, suatu hari ketika Tuhan datang kepada Anda, Dia akan menyembuhkan semua sakit penyakit Anda. 

Bersyukurlah kepada-Nya atas penebusan hidup Anda dari kehancuran (ayat 4). Ini lebih dari sekadar menyelamatkan Anda dari kematian dini. Ini pembebasan dari kematian itu sendiri. 

Bersyukurlah kepada-Nya karena memahkotai hidup Anda dengan "kasih setia dan rahmat" (ayat 4). 

Bersyukurlah kepada Dia yang memuaskan hasrat Anda (ayat 5). Dialah sumber kepuasan Anda. Setiap hari, Dia memperbarui kekuatan dan semangat Anda. Dengan demikian semangat Anda akan naik dan membubung seperti rajawali. 

"Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (ayat 2) --DHR 

UNGKAPAN SYUKUR ADALAH INGATAN AKAN HATI YANG GEMBIRA

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 29 Desember 2023

Menerima Teguran dengan Benar 


Bacaan: 2 Tawarikh 16 


Pada tahun ke-36 masa pemerintahannya, Yehuda sekali lagi harus berperang melawan bangsa lain, tetapi Asa tidak lagi mencari Tuhan.


Ketika Raja Asa mendengar bahwa Raja Baesa berencana menyerang Yehuda (1a), ia segera mengambil emas dan perak untuk Benhadad, raja Aram, supaya Aram membantu Yehuda dalam mengalahkan Israel (2-4). Ia lebih memilih untuk bersekutu dengan orang Aram daripada mencari Tuhan.


Dengan bantuan Aram, Yehuda menang atas Israel. Apa yang diinginkan Asa sepertinya benar terjadi. Namun, ternyata keamanan itu hanya bertahan sesaat.


Hanani menegur Asa yang tidak mencari pertolongan Tuhan, tetapi mengandalkan kekuatan manusia. Padahal, sebelumnya dia pernah menghadapi lawan yang lebih kuat dan Tuhan menolongnya. Karena sikapnya, Yehuda akan mengalami peperangan (7-9). Sayangnya, Asa tidak bertobat dan mengakui kesalahannya. Sebaliknya, ia menolak teguran Tuhan. Asa memenjarakan Hanani dan menyiksa beberapa rakyat (10). Bahkan, beberapa tahun setelah peristiwa itu, ketika ia jatuh sakit, ia tetap tidak mencari Tuhan (12).


Bagaimana sikap kita dalam menghadapi teguran? Apakah kita termasuk orang yang sulit menerima teguran? Ditegur memang bukanlah hal yang menyenangkan. Dibutuhkan kerendahan hati untuk tunduk pada kebenaran dan kesediaan untuk berubah. Namun, jika kita rela dibentuk oleh Tuhan, kita akan dapat menerima setiap teguran dan belajar berubah menjadi lebih serupa Kristus.


Mari kita berdoa agar Tuhan melembutkan hati kita untuk menerima firman yang menegur kita, terlepas dari siapa yang menyampaikannya. Kiranya teguran Tuhan itu menolong kita agar bertumbuh makin dewasa di dalam Kristus.


Janganlah kita sakit hati apalagi menutup telinga. Jangan kita merasa diri sudah baik atau sempurna sehingga merasa tidak butuh teguran dari siapa pun. Sebaliknya, belajarlah menerima teguran dengan hati yang terbuka sebelum terlambat, sebelum kita akhirnya merusak relasi kita dengan Tuhan dan kehidupan kita sendiri, seperti Asa. [STG]


Sumber: Santapan Harian

Kamis, 28 Desember 2023

Piano Mahoni Merah


Bacaan: Kisah Para Rasul 4:32-37


Janganlah kamu lupa berbuat baik dan membagikan apa yang kamu miliki karena kurban seperti itulah yang menyenangkan Allah.- Ibrani 13:16 (AYT)


Joe Edwards adalah seorang pria muda yang bekerja di sebuah perusahaan piano di St. Louis. Setiap kali perusahaan beriklan di negara bagian Missouri Tenggara, mereka akan menerima balasan kartu pos yang kurang lebih berbunyi demikian: Tolong bawakan saya piano baru untuk cucu perempuan saya. Itu harus piano mahoni merah. Saya hanya bisa membayar $10 sebulan. Tentu perusahan tidak bisa menjual piano dengan cicilan serendah itu dan Joe kemudian mengabaikan kartu pos tersebut. Suatu kali, ketika Joe berhasil memiliki perusahaan pianonya sendiri, ia memutuskan untuk merespons kartu pos tersebut dan mengirimkan sebuah piano tanpa memikirkan bayarannya. Joe melupakan kejadian tersebut dan dua puluh tahun kemudian betapa terkejutnya saat ia berjumpa dengan Elise, pemain piano sangat berbakat, yang ternyata adalah cucu dari nenek miskin yang dikiriminya piano mahoni merah.


Pada masa gereja mula-mula, saling memberi merupakan gaya hidup yang membuat jemaat saat itu berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Setiap orang tidak mementingkan diri dan rela menjual harta miliknya untuk dibagikan demi kepentingan bersama. Dari sekian banyak jemaat yang memberi pada waktu itu, Barnabas menjadi teladan. Barnabas adalah seorang Lewi yang tentu bukanlah orang yang kaya karena hidupnya difokuskan untuk melayani Tuhan. Namun, melayani saja tidak cukup bagi Barnabas. Ketika melihat kebutuhan umat Tuhan, ia rela menjual harta yang dimilikinya demi sesama. Dikatakan pada ayat 37 perikop bacaan hari ini, Barnabas menjual ladang miliknya lalu memberikan hasil penjualannya kepada para rasul. Dalam kekurangannya Barnabas tetap rela memberi.


Cara hidup jemaat mula-mula mengajar kita bahwa memberi harus menjadi gaya hidup anak-anak Tuhan. Kita tidak harus menunggu untuk memiliki banyak harta terlebih dulu baru memberi. Apa yang Tuhan percayakan kepada kita hari ini, itulah yang bisa kita pakai untuk saling memberi. Bukan kuantitas pemberian yang terpenting, melainkan keterlibatan kita. Tuhan Yesus melihat hati, dan Dia sanggup menyempurnakan pemberian kita yang sederhana.


Mari belajar memberi karena orang yang baik hati akan diberkati karena ia membagi rezekinya dengan si miskin (Ams. 22:9).


Refleksi Diri:

Apa alasan Tuhan menginginkan anak-anak-Nya hidup saling memberi?


Apa hal selain materi yang seharusnya bisa Anda berikan kepada sesama yang mungkin membutuhkan?


Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Rabu, 27 Desember 2023

Satu Keinginan


Bacaan: MAZMUR 27


Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. (Mazmur 27:4)


Seorang teman menceritakan keinginannya, "Aku akan mengambil jatah cutiku di akhir tahun. Aku akan menghabiskannya untuk berlibur ke beberapa negara tetangga. Aku sudah mencatat barang yang ingin aku beli sebagai oleh-oleh. Aku ingin memajangnya untuk mempercantik rumah." Menjelang akhir tahun, ia jatuh sakit. Rencana liburannya gagal karena sakitnya tak kunjung sembuh. Maka katanya, "Aku tidak menginginkan hal lain selain kesembuhan."


Orang sehat bisa memiliki seribu keinginan, tetapi orang sakit hanya memiliki satu keinginan, sembuh. Layaknya orang sakit yang merindukan kesembuhan inilah yang dilakukan oleh Daud. Daud merupakan salah satu raja terhebat dan terbaik. Namun, ia menginginkan dan meminta satu hal saja kepada Tuhan, yakni supaya ia dapat diam di rumah Tuhan seumur hidupnya. Daud memiliki kerinduan senantiasa menjalin persekutuan dengan Tuhan. Bagi Daud, persekutuan dengan Allah adalah hal terpenting yang diperlukannya. Pun kerinduan di hatinya yang melebihi segalanya. Hidup di dalam Tuhan membuat Daud boleh merasa yakin bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya, apa pun pencobaan yang dialaminya. Bersama Tuhan membuatnya tidak ada alasan untuk berputus asa, sebab kemurahan Allah tersedia baginya.


Ketika kita membangun relasi dengan Tuhan melalui doa yang sehat dan senantiasa bergantung kepada-Nya, kita boleh selalu merasa optimis dalam segala keadaan. Tuhan akan menjadi terang, keselamatan, dan benteng hidup kita. Jika sudah demikian, apa lagi yang kita inginkan? --EBL/www.renunganharian.net


MASIHKAH KITA MENGINGINKAN HAL LAIN JIKA DENGAN HIDUP DI DALAM TUHAN KITA TELAH MENDAPATKAN SEGALANYA?

Selasa, 26 Desember 2023

DOMBA YANG BERDOA


Bacaan: Yakobus 1:1-8


NATS: Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya (Yohanes 14:14)


Dua anak yang memakai kostum domba dalam drama Natal di Gereja Kaw Prairie Community di De Soto, Missouri, memiliki peran yang istimewa. Ketika Murphy, tokoh utama dalam drama tersebut, menemui masalah, domba-dombanya (Maria dan Luke) naik ke panggung untuk mengingatkan apa yang harus dilakukan. Yang satu membawa papan bertuliskan: "Berdoa." Yang lain membawa papan bertuliskan: "Saja." 


Kita semua pernah menghadapi berbagai situasi ketika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau tidak ada yang bisa kita lakukan. Saat kita sedang menghadapi kesukaran, mungkin kita tidak ingin mendengar seseorang yang tidak serius berkata, "Berdoa saja!" Jawaban itu sepertinya terlalu sederhana dan bahkan bisa menyinggung perasaan jika diucapkan secara sembrono. 


Akan tetapi, jawaban sederhana "Berdoa saja" adalah suatu hal yang benar-benar perlu kita lakukan. Pada zaman gereja mula-mula, Yakobus menulis kepada orang-orang percaya yang sedang menghadapi pencobaan, yaitu berbagai masalah yang tidak pernah dialami kebanyakan dari kita: dirajam, dipenjara, dan dianiaya karena iman mereka. Ia menyuruh mereka memohon hikmat dan penghiburan dari Allah agar bisa bertahan menghadapi berbagai pencobaan itu: "Hendaklah ia memintanya kepada Allah -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkit-bangkit -- maka hal itu akan diberikan kepadanya" (Yakobus 1:5). 


Ketika Anda menghadapi masalah, ingatlah petunjuk sederhana dari domba tadi untuk "Berdoa saja" dan bicarakan masalah itu dengan Allah. Dia akan memenuhi kebutuhan Anda --AMC 


TAK ADA PERMOHONAN YANG TERLALU BESAR ATAU TERLALU KECIL UNTUK DIBAWA KEPADA ALLAH


Sumber: Renungan Harian

Senin, 25 Desember 2023

BERITA BESAR


Bacaan: Yesaya 8:23-9:6


NATS: Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita (Yesaya 9:5)


Pada bulan Desember tahun 1903, setelah melakukan usaha berulang kali, kakak beradik Wright akhirnya berhasil menerbangkan “mesin terbang” mereka. Dengan penuh semangat, mereka kemudian mengirim pesan berikut ini melalui telegraf kepada saudara perempuan mereka yang bernama Katherine: “Kami sudah benar-benar terbang sejauh 60,96 meter. Kami akan pulang untuk merayakan Natal.” 


Katherine pun segera menemui editor surat kabar setempat sambil menunjukkan pesan dari adik-adiknya itu. Sang editor memandang sekilas pesan tersebut kemudian berkata, “Menyenangkan sekali. Anak-anak itu akan pulang untuk merayakan Natal.” Ia benar-benar telah melewatkan berita besar yang sesungguhnya, yaitu manusia sudah bisa terbang! 


Pada saat ini banyak orang melakukan kesalahan serupa saat mendengar kata Natal. Mereka tidak berpikir tentang Yesus dan kelahiran-Nya yang ajaib. Sebaliknya, mereka berpikir tentang pertemuan keluarga, makanan pesta, dekorasi, dan hadiah. Bagi mereka, Natal membawa nostalgia dan memori masa kanak-kanak. 


Semua perayaan ini tidak salah. Namun, jika itu merupakan satu-satunya makna Natal bagi kita, kita melewatkan arti Natal yang sejati. Arti sejati dari hari yang spesial ini diringkas dalam ucapan malaikat kepada para gembala pada malam yang telah lampau itu: “Aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10,11). 


Itulah berita besar Natal! -RWD 


JANGAN MERAYAKAN NATAL TANPA MENGUNDANG SANG TAMU KEHORMATAN


Sumber: Renungan Harian

Minggu, 24 Desember 2023

DIJAMAH PADA HARI NATAL


Bacaan: Matius 18:1-7; 19:13-15


NATS: Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu … datang kepada-Ku” (Matius 19:14)


Dahulu saya jengkel karena sepanjang Natal kebaktian di gereja penuh sesak. Saya tidak menyukai kursi-kursi gereja yang sesak dan kesulitan mencari tempat parkir. Saya bahkan pernah menggerutu setelah dialihkan ke sebuah ruangan tambahan karena ruang kebaktian sudah penuh jauh sebelum kebaktian dimulai. Saya berpikir mengapa orang-orang yang datang sekali setahun ini tidak tinggal di rumah saja? 


Sikap saya itu sepertinya mencerminkan sikap para murid, yang memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kepada Yesus untuk memperoleh berkat-Nya (Matius 19:13). Apa pun alasannya, para murid pasti berpikir bahwa orang-orang itu tidak berhak berada di sana. Namun Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga” (ayat 14). 


Saya akhirnya menyadari bahwa baik apabila seseorang dibawa ke suatu pertemuan yang merayakan kelahiran Yesus. Entah itu berupa acara anak-anak, ibadah penyalaan lilin, atau konser paduan suara, kita tidak pernah mengetahui kapan seseorang akan bertemu dengan Kristus Tuhan. Wartawan radio dan televisi Harry Reasoner pernah berkata, “Jika seorang kristiani hatinya tersentuh hanya sekali dalam setahun, sentuhan itu tetap memiliki arti. Dan barangkali pada suatu hari Natal, di suatu pagi yang hening, sentuhan itu terjadi.” 


Natal tampaknya memunculkan sifat kanak-kanak yang tersimpan di dalam diri kita. Dan setiap anak disambut oleh Yesus-DCM 


TAK ADA YANG DAPAT MENGGERAKKAN KITA 

SEPERTI SENTUHAN YESUS


Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 23 Desember 2023

Teladan Santo Nikolaus


“Anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” yang berarti: Allah menyertai kita. –Matius 1:23


Ayat Bacaan & Wawasan :

Matius 1:18-25


Tokoh yang kita kenal sebagai Santo Nikolaus (atau Nikolas) lahir sekitar tahun 270 m di sebuah keluarga Yunani yang kaya. Orangtuanya meninggal dunia ketika ia masih kecil, lalu ia tinggal dengan paman yang mengasihinya dan mengajarinya untuk percaya kepada Allah. Ketika masih muda, menurut legenda, Nikolaus mendengar tentang tiga perempuan bersaudara yang tidak mempunyai mahar untuk menikah dan nyaris melarat. Didorong keinginan untuk mengikuti ajaran Tuhan Yesus tentang memberi kepada mereka yang membutuhkan, ia pun memberikan sekantong keping emas dari warisannya kepada masing-masing perempuan itu. Di sepanjang sisa hidupnya, Nikolaus mendonasikan seluruh uangnya untuk memberi makan orang miskin dan merawat sesama. Di kemudian hari, Nikolaus dikenang karena kemurahan hatinya, bahkan mengilhami tokoh yang sekarang kita kenal sebagai Sinterklas.


Meski maraknya sisi komersial dapat mengancam perayaan Natal, tradisi pemberian hadiah sebenarnya memiliki kaitan dengan teladan Nikolaus. Kemurahan hati Nikolaus itu didasarkan pada pengabdiannya kepada Yesus. Nikolaus tahu bahwa Kristus sudah menunjukkan kemurahan hati yang tak terbayangkan dengan membawa hadiah terbesar, yaitu Allah itu sendiri. Yesus adalah “Allah menyertai kita” (Mat. 1:23). Dia mengaruniakan hadiah kehidupan kepada kita. Dalam dunia yang sarat dengan kematian, Dia “menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (ay. 21).


Ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, hati kita dipenuhi kemurahan dan kerelaan berkorban. Kita peduli pada kebutuhan orang lain, dan senang memperhatikan mereka, seperti Allah juga memperhatikan kita. Itulah teladan Santo Nikolaus, bahkan terlebih lagi, itulah teladan Allah.


Renungkan dan Doakan

Bagaimana perasaan Anda ketika memberi hadiah? Apakah Anda cenderung melakukannya dengan terpaksa atau dengan penuh sukacita? Bagaimana teladan hidup Yesus mengubah pandangan Anda tentang kemurahan hati?


Ya Allah, aku mau menjadi murah hati, walaupun terkadang sulit. Mampukanlah aku untuk menunjukkan kemurahan hati yang sejati.


Sumber: Our Daily Bread

Jumat, 22 Desember 2023

Anda Tak Dapat Mengubahnya, Tetapi Tuhan Dapat Menggunakannya


Bacaan Hari ini:

Kejadian 50:20 “ Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”


Ingat kisah Yusuf?


Saudara-saudaranya iri karena Yusuf adalah anak kesayangan ayah mereka sehingga mereka menjualnya sebagai budak, dan kemudian dibawa ke Mesir. Selama 40 tahun pertama hidupnya, segalanya tidak berjalan baik. Dia dijual sebagai budak, dituduh melakukan pemerkosaan, dan dijebloskan ke dalam penjara oleh karena kejahatan yang tidak dilakukannya.


Selama 40 tahun, tampaknya tidak ada yang berjalan baik dalam hidup Yusuf—tetapi Tuhan menempatkan Yusuf berada di tempat yang Dia inginkan. Ia tahu bahwa Yusuf akan dinobatkan menjadi pemimpin terkuat kedua di Mesir, negara terkuat di dunia pada saat itu. Dan karena itulah Yusuf mampu menyelamatkan Mesir dan Israel dari kelaparan.


Dia tidak hanya menyelamatkan dua negara dari kelaparan, tapi dia juga menyelamatkan keluarganya—orang-orang yang telah menjualnya sebagai budak. Ketika saudara-saudaranya muncul di hadapannya, Yusuf bisa saja mengkonfrontasi mereka dan menghukum mereka atas perbuatan mereka terhadapnya dulu.


Namun bagaimana sikap Yusuf terhadap saudara-saudaranya? Dia memperlakukan mereka dengan kasih karunia, bukan dengan kepahitan. Dia mampu melakukan itu sebab dia melihat dari perspektif dan rancangan Tuhan yang jauh lebih besar. Dia tahu Tuhan mampu menggunakan luka terbesar dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan.


Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kejadian 50:20). Tuhan menanggung dosa besar saudara-saudara Yusuf dan menggunakannya untuk menyelamatkan banyak orang.


Akan selalu ada orang-orang dalam hidup Anda yang memiliki niat buruk, yang akan membenci Anda, mengkritik Anda, dan menyakiti Anda. Akan ada saatnya ketika Anda menjadi korban tak berdosa dari dosa orang lain.


Tidak ada pilihan lain.


Anda mungkin tidak memahaminya—maka. Anda tak perlu memahaminya! Akan tetapi,yakin dan percayalah bahwa Tuhan melihat, Dia peduli, dan Dia akan memberikan keadilan. Sama seperti Yusuf, mungkin Anda tak dapat mengubah keadaan Anda saat ini. Mungkin Anda juga bertanya-tanya bagaimana Anda akan melewatinya, atau bertanya-tanya apa yang sedang Tuhan kerjakan.


Tuhan dapat menggunakan segalanya, baik atau buruk, untuk mewujudkan tujuan-Nya. Rencana baik-Nya itu ialah untuk menumbuhkan karakter Anda dan menjadikan Anda semakin serupa dengan Yesus. Itu tidak akan bisa dirampas oleh orang lain. 


Renungkan hal ini:

- Terkadang kita tidak melihat bagaimana Tuhan menggunakan rasa sakit kita untuk kebaikan yang berdampak bertahun-tahun kemudian. Apa contohnya dalam hidup Anda? Apa yang akhirnya Anda pelajari tentang Tuhan lewat keadaan yang menyakitkan itu?

- Mengapa keadaan yang menyakitkan terkadang merupakan cara terbaik bagi kita untuk tumbuh semakin seperti Yesus?

- Dari manakah Anda mendapatkan kekuatan untuk memperlakukan orang yang menyakiti Anda dengan anggun, bukan dengan kepahitan? Dapatkah Anda melakukannya sendiri?


Apa yang orang lain niatkan untuk suatu keburukan, akan Tuhan pergunakan untuk kebaikan.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Kamis, 21 Desember 2023

Proses Tuhan, Siapa Takut?


Ayat Renungan: 

Roma 8: 28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”


1 Korintus 10: 13, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

 

Kitab Roma 8: 28 merupakan sebuah ayat pamungkas dan ampuh buat siapa saja yang mau menetapkan di dalam hidupnya bahwa proses Tuhan bukanlah hal yang menakutkan, mengerikan dan membuat orang memilih mundur. Tapi sebenarnya proses Tuhan adalah kesempatan untuk kita dimurnikan dan disiapkan untuk menerima berkat-berkat yang lebih besar lagi dan untuk kita menjadi lebih dewasa. Jadi, ada banyak sekali keuntungan dari melalui proses dari Tuhan atas hidup kita. 


Selain itu, proses Tuhan juga menandakan bahwa kita cukup matang untuk siap ke level berikutnya. Dan saat kita berhasil melalui proses Tuhan, kita akan sampai pada akhir yaitu siap menerima berkat-berkat yang sudah disiapkan untuk kita. Dari renungan pagi ini, kita akan belajar tentang bagaimana Tuhan bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi semua orang (Roma 8: 28). Dan kita juga akan belajar bagaimana Tuhan bekerja di tengah proses hidup kita, sebagaimana disampaikan dalam Yeremia 18: 1-6, dimana sebuah bejana tanah liat yang rusak bisa dibentuk kembali menjadi indah. 


Dalam proses pembentukan, bisa saja ada beberapa hal yang kurang pas. Sehingga penjunan itu mulai menghancurkan, menyatukan tanah-tanah liat tersebut dan membentuknya menjadi sesuatu yang lebih indah. Kalau tanah ini bisa berbicara, tentu saja dia akan menangis dan kecewa selama melalui proses menyakitkan itu. Hal ini sama seperti ketika Tuhan memproses hidup kita dengan mengizinkan kita melalui berbagai hal yang menyakitkan, kita bisa saja kecewa, marah dan bahkan mundur dari pelayanan. Tapi sama seperti tanah liat ini, ketika dia mau dibentuk dan tidak mengeraskan hatinya maka dia akan mudah dibentuk dan menjadi bejana baru yang lebih indah. Lalu apa yang bisa kita pelajari dari proses pembentukan ini? 


Pertama, Tuhan punya kedaulatan atas setiap kita. Karena Dia lebih tahu yang terbaik untuk hidup kita. Jadi apapun proses yang Tuhan izinkan terjadi atas kita, mari menerimanya sebagai kedaulatan Tuhan.


Kedua, setiap proses Tuhan disertai dengan kekuatan. Dalam 1 Korintus 10: 13 berkata, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” Jadi Tuhan akan selalu sediakan jalan keluar atas persoalan hidup kita. Jangan pernah takut dengan berbagai proses yang datang melanda hidup kita, sebaliknya izinkan Tuhan menyelesaikan proses itu dalam hidup kita untuk menghasilkan emas murni yang berharga melalui kita.


Ketiga, setiap proses Tuhan itu sakit dan tidak mengenakkan. Namun rasa sakit ini tak akan pernah bisa dibandingkan dengan hasil yang akan kita dapatkan. Karena itu, tinggallah tetap di dalam proses Tuhan. 


Hari ini, mari memegang satu pesan yang bisa menguatkan kita hari-hari ini: Jadilah emas yang murni bukan barang palsu. Sehingga hidup kita memiliki nilai yang mahal dan banyak dicari orang. 

 

Action: Di bulan terakhir di tahun 2023 ini, mari menjawab pertanyaan ini: Apa proses paling menyakitkan yang sudah kita lalui sepanjang tahun ini? Jika kamu masih mengalami proses yang sulit belakangan ini bagaimana responmu? Ambil waktu beberapa menit untuk mengundang Tuhan masuk ke dalam hatimu dan izinkan Dia bekerja untuk mendatangkan kebaikan melalui hidupmu.


Ayat Hafalan: Roma 8: 28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”


Hak cipta @Maria Kaesmetan

   

Sumber: Jawaban.com

Rabu, 20 Desember 2023

Kudus dalam Segala Aspek 


Bacaan: 2 Tawarikh 8 


Tak sedikit orang Kristen yang mengaku menjalani hidup kudus dengan rajin beribadah dan membaca Alkitab. Namun, kekudusan hidup sesungguhnya tidak hanya ditandai dengan aktivitas rohani, melainkan seluruh aspek hidup yang berkenan kepada Tuhan.


Salomo menunjukkan ketaatannya kepada Tuhan melalui banyak hal, termasuk mendirikan Bait Suci. Dalam pembacaan nas hari ini, kita melihat bagaimana Salomo terus melakukan yang terbaik untuk Tuhan dalam menjalankan kerajaannya (2-10, 12-16). Namun, kita melihat ada sesuatu yang mengganjal, yaitu dia memiliki istri yang merupakan anak Firaun, raja Mesir (11).


Salomo barangkali menikahi putri Firaun untuk menjaga stabilitas keamanan kerajaannya. Namun, pada dasarnya Salomo sendiri menyadari bahwa hal ini melanggar perintah Tuhan. Ia tidak memperbolehkan putri Firaun tinggal di kota Daud karena istana Daud adalah tempat yang kudus. Hal ini menunjukkan bahwa memperistri putri Firaun adalah sebuah pelanggaran.


Kita juga tahu bahwa kemudian Salomo menikahi banyak perempuan penyembah berhala. Hal ini bertentangan dengan hukum Tuhan (bdk. Ul 7:3-4). Pada akhirnya, istri-istri Salomo yang tidak seiman inilah yang menjadi akar masalah dan mengakibatkan kejatuhannya di hadapan Tuhan (lih. 1Raj 11:1-11). Meskipun Salomo dengan sepenuh hati mengikuti perintah Tuhan dalam membangun Bait Allah dan kerajaannya, ia gagal menjaga kekudusan pernikahan yang menjadi penyebab kehancurannya sendiri.


Betapa baik dan rohaninya kita dalam pekerjaan dan kegiatan kita sehari-hari, hal itu harus disertai dengan kudusnya kehidupan pribadi kita. Pelanggaran dalam hal-hal kecil pun tetaplah pelanggaran. Kekudusan hidup harus diwujudkan secara total!


Janganlah memberi celah dalam hal yang kita anggap sepele sekalipun. Iblis dapat memanfaatkannya untuk menghancurkan kita. Jangan kita berpikir: "Itu cuma dosa kecil, " atau "Tidak apa-apalah, hanya dalam hal kecil ini saja." Ingat, kejatuhan besar selalu dimulai dari hal-hal kecil! [ABL]


Sumber: Santapan Harian

Selasa, 19 Desember 2023

Akhir Yang Tragis


Bacaan: 2 Samuel 18:9-18


Lalu mereka mengambil mayat Absalom dan melemparkannya ke dalam lobang yang besar di hutan itu, kemudian mereka mendirikan di atasnya timbunan batu yang sangat besar.- 2 Samuel 18:17


Absalom adalah nama yang indah, artinya bapak kedamaian. Sayangnya, arti namanya bertolak belakang dengan kehidupannya. Sebagian besar perjalanan hidup Absalom dihabiskan dalam pemberontakan dan menghasilkan perpecahan. Semuanya diawali dendam. Bermula dengan peristiwa yang tampak konyol ketika Absalom tersangkut pohon saat menunggangi bagal, kemudian harus bertemu dengan Yoab yang berdarah dingin yang menghabisinya bersama orang-orangnya, dan akhirnya dikuburkan begitu saja di hutan. Pemberontakannya berujung pada kepahitan. Sungguh nahas akhir hidup Absalom.


Absalom sebetulnya sudah mempersiapkan kudeta dari jauh-jauh hari. Banyak orang Israel yang mengikutinya dan ia berhasil mempermalukan ayahnya, Daud (lih. 2Sam 15:1- 12). Sepertinya Absalom di atas angin. Namun, siapa sangka segala sepak terjangnya berakhir seperti itu. Ia akhirnya hanya dikenal sebagai seorang pemberontak yang gagal. Tidak ada orang yang menghargainya. Absalom tidak pernah bertobat sampai akhir hidupnya. Ia juga tidak punya kesempatan berekonsiliasi dengan ayahnya, hanya luka dan nama buruk yang ditinggalkannya. Sebuah akhir yang tragis.


Daud sebetulnya tetap mengasihi Absalom, bahkan mau bertukar nyawa dengannya. Daud bahkan berharap dapat menggantikan kematian anaknya (2Sam 18:33). Daud sudah mengusahakan dengan berpesan kepada para perwiranya agar jangan membunuh Absalom (2Sam 18:5), tetapi ia tidak dapat mengendalikan apa yang terjadi di medan perang. Daud tidak bisa menjamin hidup seseorang sekalipun dirinya seorang raja. Tuhan sudah menetapkan apa yang akan terjadi pada Absalom.


Belajarlah dari Absalom bahwa kita mungkin bisa menikmati apa saja yang sesuai keinginan kita, bahkan yang tidak sesuai kehendak Tuhan. Kita melihat hidup ini baik-baik saja. Namun, jangan juga melupakan bahwa kita tidak mengetahui ke mana hidup kita bergerak. Hanya Tuhan yang tahu. Banyak orang tidak punya kesempatan untuk bisa bertobat, ajal menjemput begitu cepat, ini akhir yang tragis. Jika Anda belum menerima Tuhan Yesus, segera percayalah kepada-Nya. Jika Anda sudah percaya Tuhan Yesus, jangan sia-siakan hidup. Manfaatkanlah setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk meninggalkan jejak-jejak yang menjadi berkat.


Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan? Apa akibatnya?


Apa tindakan nyata yang lain kali Anda mau lakukan agar dapat memakai kesempatan yang Tuhan berikan dengan baik?


Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Senin, 18 Desember 2023

Relasi Dan Komunikasi


Bacaan: 2 Samuel 5:17-25


Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.- Yohanes 14:15


Kunci utama dalam sebuah hubungan (relasi) adalah komunikasi, setidaknya demikianlah perkataan yang sering kita dengar. Relasi dengan pasangan, teman, saudara, orangtua dan anak, tidak mungkin dapat menjadi sebuah relasi sehat tanpa adanya komunikasi. Prinsip yang sama juga dapat kita terapkan dalam relasi kita dengan Tuhan. Relasi dan komunikasi yang baik dengan Tuhan akan membawa seseorang semakin peka dengan apa yang Tuhan kehendaki.


Daud juga memiliki relasi yang baik dengan Allah. Daud baru saja diangkat menjadi raja Israel. Kabar tersebut sampai ke telinga orang-orang Filistin. Mereka berusaha untuk menangkap Daud sebelum ia memperluas kerajaannya. Daud sadar bahwa ia harus berperang melawan orang Filistin. Namun, sebelum pergi berperang Daud menyempatkan bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu.


Tindakan Daud bertanya kepada Tuhan mengandung makna penting. Biasanya ketika seseorang pergi berperang, ia akan memohon kemenangan kepada Tuhan. Daud tidak memaksa Tuhan untuk memberikan kemenangan, melainkan bertanya hal yang lebih penting, yaitu apakah Tuhan menghendaki ia maju berperang atau tidak. Ini menunjukkan adanya kepercayaan penuh kepada Tuhan.


Allah langsung menjawab pertanyaan Daud dan memberikan janji bahwa Dia akan menyerahkan orang Filistin ke tangan Daud (ay. 19). Kejadian ini bahkan berlangsung dua kali (bdk. ay. 22-24). Kita bisa melihat suatu pola, yaitu Daud bertanya, Allah menjawab, dan Daud taat kepada Allah sehingga memperoleh kemenangan. Kemenangan terjadi karena Daud percaya dan taat sepenuhnya kepada perintah Allah (ay. 25). Ketaatan mutlak Daud kepada Allah menunjukkan adanya relasi yang dekat dengan-Nya. Relasi yang dibangun sejak masa mudanya membuat Daud bisa tahu dengan pasti siapa Allah yang ia percayai sehingga memercayakan keseluruhan hidupnya di tangan Allah, bahkan di dalam masa-masa sulit sekalipun, seperti maju berperang.


Orang yang memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan Yesus akan memiliki pengenalan yang sejati kepada Allah. Pengenalan sejati membawa dirinya semakin mengenal siapa Allah yang ia percaya dan sembah. Kepercayaan tersebut akan membawa pada keyakinan yang besar bahkan di tengah keadaan sulit sekalipun bahwa Tuhan akan tetap mengasihi dan memelihara asalkan kita menuruti segala perintah-Nya. Jadilah anak Tuhan yang selalu bertanya melalui doa sebelum mengambil keputusan. Allah pasti menjawab asal kita mau taat kepada-Nya.


Refleksi Diri:

Bagaimana selama ini komunikasi Anda dengan Tuhan Yesus saat berada dalam kesulitan? Apakah Anda tetap berusaha membina relasi yang dekat?


Apa halangan yang membuat Anda sulit untuk taat kepada Tuhan? Bagaimana cara mengatasinya?


Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Minggu, 17 Desember 2023

TIDAK ADIL


Bacaan: Mazmur 19:8-15


NATS: Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil (Ulangan 32:4)


Ketika menjadi pelatih basket siswi kelas satu SMA di musim gugur 2005, saya heran betapa seringnya saya mendengar ucapan, "Itu tidak adil!" 


Motivasi para siswi itu tampaknya tergantung pada anggapan mereka tentang adil atau tidaknya perintah saya kepada mereka. Apabila saya meminta beberapa siswi untuk berlatih bertahan, sementara yang lain berlatih lemparan bebas, saya akan mendengar suara, "Tidak adil!" Jika saya mengizinkan satu tim menyerang lebih lama daripada tim lainnya, saya akan mendengar, "Tidak adil!" 


Begitu banyak situasi hidup yang meneriakkan, "Tidak adil!" Saya melihat banyak pasangan kristiani yang bergumul untuk memiliki anak, sementara yang lain diberkati dengan memiliki anak-anak tetapi lalu melecehkan mereka. Saya melihat banyak keluarga yang semua anaknya hidup dan sehat, sementara saya tidak memiliki satu anak pun. Saya melihat teman-teman yang rindu untuk melayani Allah, tetapi terhalang oleh masalah kesehatan. 


Sebab itu, saya harus kembali pada kebenaran yang mendasar. Kita ini bukan hakim yang menentukan keadilan. Allah sendirilah yang menjadi hakim, dan Dia jauh lebih mengerti daripada kita mengenai berbagai rencana dan tujuan-Nya. Ini bukan masalah keadilan. Pada akhirnya, ini mengenai kepercayaan kepada Allah yang setia, yang benar-benar tahu apa yang sedang dilakukan-Nya. "Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil" (Ulangan 32:4). 


Hidup tak pernah tampak adil. Namun, jika kita memercayai Allah, kita selalu tahu bahwa Dia setia --JDB 


HIDUP TIDAK SELALU ADIL, TETAPI ALLAH SELALU SETIA


Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 16 Desember 2023

Mempercayai Allah


Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama Tuhan, Allah kita. –Mazmur 20:8


Ayat Bacaan & Wawasan:

Mazmur 20


Saya perlu mendapatkan dua jenis obat dengan segera. Satu untuk alergi yang diderita ibu saya, dan satu lagi untuk mengobati eksim keponakan saya. Penyakit yang mereka derita makin menjadi-jadi, tetapi obatnya tidak lagi tersedia di apotek. Karena putus asa dan tak berdaya, saya berdoa berulang-ulang, Tuhan, tolonglah mereka.


Beberapa minggu kemudian, kondisi mereka membaik. Saya merasa seakan Allah berkata: “Adakalanya Aku menggunakan obat-obatan untuk memberi kesembuhan. Namun, Aku dan bukan obatlah penentunya. Jangan taruh kepercayaanmu pada obat-obatan, melainkan pada-Ku.”


Dalam Mazmur 20, Raja Daud memperoleh penghiburan dalam Allah yang dapat diandalkan. Bangsa Israel memiliki tentara yang kuat, tetapi mereka tahu bahwa kekuatan terbesar datang “dalam nama Tuhan” (ay. 8). Mereka mengandalkan nama Allah—mempercayai diri-Nya, karakter-Nya yang tak pernah berubah, dan janji-janji-Nya yang tidak pernah diingkari. Mereka berpegang pada kebenaran bahwa Dia yang berdaulat dan berkuasa penuh atas segala situasi akan mendengar doa-doa mereka serta menyelamatkan mereka dari musuh (ay. 7).


Meski Allah dapat menggunakan berbagai hal dalam dunia ini untuk menolong kita, pada akhirnya, kemenangan atas masalah-masalah kita datang dari-Nya. Baik Dia memberi jalan keluar atau kesanggupan untuk bertahan, kita bisa percaya bahwa Dia ada bagi kita seperti yang telah Dia nyatakan dalam janji-Nya. Alih-alih terpuruk karena masalah-masalah yang ada, kita dapat menghadapi semuanya dengan damai sejahtera dan pengharapan dari-Nya.


Oleh:  Karen Huang


Renungkan dan Doakan

Dalam pergumulan pribadi Anda, apa atau siapa yang Anda andalkan? Bagaimana cara Anda menghadapi masalah menjadi berbeda, ketika Anda mengandalkan nama Allah?


Bapa Surgawi, berilah aku keberanian untuk mengandalkan-Mu. Tolonglah aku percaya bahwa Engkau ada bagiku, seperti yang telah Engkau janjikan.


Sumber: Our Daily Bread