Kamis, 31 Oktober 2024

Rahasia Pelayanan yang Tidak Diindahkan


Jawab Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini;” — Yohanes 18:36


Bukan kegiatan-kegiatan yang menjadi kekuatan persiapan pelayanan pengutusan, tetapi pada kenyataan sejauh mana kita membenamkan diri dalam kebenaran Allah dalam masa tersebut. Dan, jika kita membuang waktu dalam kegiatan yang terlampau banyak (overactivity), daripada membenamkan diri dalam kebenaran dasar yang agung dari penebusan Allah, kita akan terempas ketika kesukaran dan kesulitan datang menimpa kita.


Musuh besar bagi Tuhan Yesus Kristus dewasa ini adalah konsep kerja serba cepat dan praktis, yang tidak berasal dari Perjanjian Baru, tetapi dari sistem dunia. Sistem kerja ini menekankan pengerahan tenaga dan kegiatan yang tak habis-habisnya, tetapi tidak ada kehidupan pribadi dengan Allah.


Penekanannya diletakkan pada hal yang salah. Yesus berkata, “Kerajaan Allah datang bukan tanpa tanda-tanda lahiriah ... Sebab, sesungguhnya kerajaan Tuhan ada di antara kamu.” Hal itu merupakan hal yang tersembunyi. Seorang pekerja Kristen yang aktif terlalu sering hidup untuk dilihat orang-orang lain, padahal segi batin yang terdalamlah (the innermost), yang menyingkapkan kuasa kehidupan seseorang. Kita harus menyingkirkan wabah roh zaman keagamaan tempat kita kini hidup.


Dalam kehidupan Tuhan kita, Yesus, tak ada tekanan dan kesibukan luar biasa dari kegiatan yang kita pandang tinggi masa kini, dan seorang murid harus menjadi seperti Tuannya. Titik pusat dari kerajaan Yesus Kristus adalah suatu hubungan pribadi dengan Dia, bukan kemanfaatan lahiriah bagi orang lain.


Bukan praktik kegiatan-kegiatan yang menjadi kekuatan pembelajaran Alkitab dalam persiapan pelayanan pengutusan, melainkan seluruh kekuatannya terletak pada kenyataan sejauh mana Anda membenamkan diri dalam kebenaran Allah di hadapan Allah dalam masa persiapan (konteks renungan ini, saat itu disampaikan kepada peserta Bible Training College, tempat Oswald Chambers melayani).


Anda tidak tahu tentang tempat dan cara Allah merancang situasi di hadapan Anda sebagai pekerja-Nya, dan kesulitan serta ketegangan yang akan Anda alami nantinya. Dan, jika Anda membuang waktu dalam kegiatan yang “overactivity” daripada membenamkan diri dalam kebenaran dasar yang agung dari Penebusan Allah, Anda akan terempas ketika kesukaran dan kesulitan datang menimpa Anda. Akan tetapi, jika masa membenamkan diri di hadapan Allah digunakan untuk berakar dan berdasar dalam Dia, yang bisa jadi tampak tidak berguna, Anda akan tetap setia kepada-Nya apa pun yang terjadi.


Sumber: Renungan Oswald Chambers

Rabu, 30 Oktober 2024

Petani dan Mata Air Ajaib


Alkisah seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya, seberapa pun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti, bila si petani mengucapkan kata "cukup".


Si petani pun terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan matanya. Diambilnya beberapa ember untuk menampungnya. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana. Kucuran uang terus mengalir, sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya.


Masih kurang.


Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.


Belum cukup.


Dia membiarkan mata air itu terus mengalir, hingga akhirnya petani itu mati tertimbun.

Petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya, karena dia tak pernah bisa berkata "cukup".


Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia, adalah "cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup ?


Hampir semua pegawai, merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha, selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.


Semua merasa kurang, kurang, dan kurang.


Kapankah kita bisa berkata "cukup" ?


Cukup, bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup, adalah persoalan kepuasan hati. Cukup, hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa bersyukur.


Tak perlu takut berkata "cukup". Mengucapkan kata "cukup", bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.


Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.


Ibrani 13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  


Sumber: Renungan dan Ilustrasi Kristen

Selasa, 29 Oktober 2024

Bagi Allah Saja


Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan. –Kolose 3:23


Ayat Bacaan & Wawasan :

Kolose 3:17, 23-24


Pembina rohani tim basket NBA Denver Nuggets sekaligus pembawa pengumuman di stadion mereka, Kyle Speller, dikenal luas lewat kata-kata penyemangatnya yang menggelegar di sepanjang pertandingan. Saat ia berseru, “Ayo Nuggets!”, ribuan penggemar di dalam arena dan jutaan lainnya yang menonton atau mendengarkan siaran itu menjadi ikut bersemangat. Speller, yang dinominasikan menjadi pembawa pengumuman di pertandingan All Star 2022, berkata, “Saya tahu bagaimana menghangatkan suasana penonton supaya tim kami merasakan dukungan dari penggemarnya.” Meski demikian, setiap kata yang keluar dari suara khasnya—yang juga terdengar dalam berbagai iklan TV dan radio—adalah untuk memuliakan Allah. Pekerjaannya, Speller menambahkan, adalah untuk “melakukan segala sesuatu bagi Allah saja.”


Rasul Paulus menekankan etos serupa kepada jemaat di Kolose, yang sempat membiarkan keraguan mengenai keilahian dan kedaulatan Kristus mempengaruhi hidup mereka sehari-hari. Paulus menasihati mereka, “Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kol. 3:17).


Paulus menambahkan, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (ay. 23). Bagi Kyle Speller, itu termasuk perannya sebagai seorang pembina rohani. Tentang hal itu, ia berkata, “Itulah tujuan saya berada di sini . . . dan menjadi pembawa pengumuman hanyalah bonus yang indah.” 


Pekerjaan yang kita lakukan demi Allah dapat mendatangkan kesukaan, sekalipun itu ditujukan bagi Dia saja.

 

Oleh:  Patricia Raybon


Renungkan dan Doakan

Apa faktor utama yang Anda pegang sebagai etos kerja Anda? Bagaimana pemahaman bahwa sesungguhnya kita bekerja bagi Allah mengubah perspektif Anda?


Tuhan Yesus, terima kasih untuk pekerjaanku, dan mampukanlah aku melakukan segalanya bagi-Mu.


Sumber: Our Daily Bread

Senin, 28 Oktober 2024

Siapa yang Mendapatkan Pujian?


Bacaan Hari ini:

Daniel 2: 27-28 “Daniel menjawab, katanya kepada raja: "Rahasia, yang ditanyakan tuanku raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Nebukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang. Mimpi dan penglihatan-penglihatan yang tuanku lihat di tempat tidur ialah ini:”


Selama beberapa hari terakhir kita telah belajar tentang apa yang Daniel lakukan ketika menghadapi situasi yang mustahil. Sebelumnya sang raja memerintahkan seseorang untuk menafsirkan mimpinya yang aneh. Para orang bijak di kerajaan itu pun tidak dapat menjelaskan arti mimpi tersebut dan hampir ikut terbunuh.


Risikonya besar! Tetapi Daniel menjalani proses hebat yang juga bisa membantu kita: Jangan panik, lalu pelajari semua faktanya. Minta lebih banyak waktu. Kumpulkan tim doa. Minta bantuan Tuhan buat hal yang mustahil. Pujilah Tuhan dan gunakan apa yang telah diajarkan Tuhan kepadanya untuk menyelamatkan orang lain. 


Kita juga melihat bahwa ketika Allah memberi tahu tentang kebenaran, Daniel menggunakan kesempatan itu untuk mengarahkan orang lain kepada Allah.


Alkitab mengatakan bahwa Daniel memberi tahu raja, "Rahasia, yang ditanyakan tuanku raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Nebukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang. Mimpi dan penglihatan-penglihatan yang tuanku lihat di tempat tidur ialah ini” (Daniel 2: 27-28).


Daniel tidak menyombongkan dirinya atas penafsirannya yang luar biasa atas mimpi sang raja. Daniel tahu bahwa Allahlah yang telah memberikan jawabannya kepada dia, dan dia jujur akan hal itu.


Saya tidak tahu dengan Anda, tetapi apabila saya seorang remaja 17 tahun dan saya berhasil melakukan sesuatu yang membuat raja bahagia, saya akan tergoda untuk menerima sedikit pujian dari raja. Daniel berdoa. Dia mendengarkan Allah. Dia taat. Bukankah dia sebenarnya bisa mendapatkan pujian atas tindakannya itu? Dia bisa saja melakukannya, tetapi dia memilih untuk tidak melakukannya. Sebaliknya, dia memuliakan Allah agar orang lain mengenal-Nya.  


Lakukanlah itu, dan Allah akan memberkati Anda. Allah akan melakukan hal-hal besar melalui seseorang yang tidak mengharapkan pujian dari orang lain.


Alkitab memberitahu kita bahwa Raja Nebukadnezar berkata kepad Daniel, "Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan Yang berkuasa atas segala raja, dan Yang menyingkapkan rahasia-rahasia, sebab engkau telah dapat menyingkapkan rahasia itu” (Daniel 2:47).


Coba lihat! Seorang pemimpin yang menyembah berhala mengakui Pencipta sejati alam semesta.


Renungkan hal ini:

- Pikirkan seseorang yang Anda kenal yang selama ini secara konsisten mengarahkan orang lain kepada Allah ketika hal-hal baik terjadi pada mereka. Apa yang Anda pelajari dari orang tersebut tentang menjadi murid yang sejati?

- Apa yang menghalangi Anda untuk mengarahkan orang lain kepada Allah ketika Dia bekerja di dalam hidup Anda?

- Bagaimana Anda membentuk pola pikir Anda untuk melihat bahwa setiap hal baik adalah anugerah dari Tuhan?


Ketika Anda menjalani hidup Anda dengan mengarahkan orang lain kepada Tuhan, mujizat terjadi.

 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Minggu, 27 Oktober 2024

Kecepatan Sukacita


Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. –Yohanes 15:11


Ayat Bacaan & Wawasan :

Yohanes 15:9-11


Berjalanlah dalam kecepatan sukacita. Suatu pagi, ungkapan ini terlintas dalam benak saya sewaktu sedang mendoakan tahun yang akan datang, dan ungkapan tersebut rasanya tepat. Saya mempunyai kecenderungan untuk bekerja terlalu keras, dan ini sering menguras sukacita saya. Jadi, berpegang pada ungkapan tersebut, saya berkomitmen untuk bekerja dengan kecepatan yang menyenangkan di tahun yang baru, dengan menyediakan waktu bagi teman-teman dan melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa sukacita.


Semua berjalan lancar . . . sampai bulan Maret! Waktu itu saya bekerja sama dengan sebuah universitas untuk mengawasi percobaan mata kuliah baru yang tengah saya kembangkan. Untuk menyiapkan kuliah sekaligus menyambut para mahasiswa, saya kembali bekerja lembur agar memastikan semua berjalan dengan baik. Bagaimana saya dapat berjalan dalam kecepatan sukacita saat ini?


Yesus menjanjikan sukacita bagi mereka yang percaya pada-Nya. Sukacita itu dialami ketika kita tinggal di dalam kasih-Nya (Yoh. 15:9), dan dengan membawa permohonan kita dalam nama-Nya (16:24). “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh,” kata Tuhan (15:11). Sukacita ini datang sebagai buah dari Roh-Nya, yang pimpinan-Nya harus kita ikuti (Gal. 5:22-25). Saya mengalami bahwa saya hanya dapat mempertahankan sukacita di tengah kesibukan apabila saya menyediakan waktu setiap malam dalam waktu doa yang tenang dan penuh iman.


Karena sukacita sangatlah penting, maka masuk akal untuk menjadikannya prioritas dalam keseharian kita. Namun, mengingat hidup ini tidak pernah sepenuhnya berada di bawah kendali kita, saya senang ada sumber sukacita lain—Roh Kudus—yang tersedia bagi kita. Bagi saya, berjalan dalam kecepatan sukacita sekarang berarti berjalan dalam kecepatan doa—menyediakan waktu untuk menerima berkat dari Sang Sumber Sukacita.


Oleh:  Sheridan Voysey


Renungkan dan Doakan

Apa yang sering merenggut sukacita Anda? Bagaimana Anda dapat bersandar pada Sang Sumber Sukacita kita hari ini?


Ya Roh Kudus, penuhilah aku hari ini dengan kasih, damai, dan sukacita-Mu.


Sumber: Our Daily Bread

Sabtu, 26 Oktober 2024

Membuatku Lebih Buruk


Bacaan: WAHYU 1:4-8


Bagi Dia, yang mengasihi kita dan telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya. (Wahyu 1:5)


Philip Yancey membuka buku What's So Amazing About Grace? dengan cerita temannya yang melayani orang-orang tersisih di perkampungan kumuh Chicago. Ia bertemu dengan pelacur yang tak mampu membeli makanan untuk putrinya yang berumur dua tahun. Pelacur itu malah terpaksa menyewakan putrinya itu kepada pria yang hendak melampiaskan nafsu seksual tak wajar. Orang itu tertegun, lalu bertanya apakah si pelacur pernah ke gereja untuk mencari bantuan. Pelacur itu malah tersentak, "Gereja! Kenapa aku harus ke sana? Aku ini sudah muak dengan diriku sendiri. Dan mereka malah membuat keadaanku lebih buruk lagi."


Kisah tragis ini mewakili orang-orang yang enggan ke gereja karena gereja cenderung menghakimi. Gereja menuntut orang agar beres dulu hidupnya, barulah mereka akan diterima dengan baik.


Salam pembuka Rasul Yohanes di kitab Wahyu bernada sangat lain. Pernyataannya begitu bersahaja sehingga kita mungkin tidak cermat menyimaknya, mengiranya sekadar pembukaan surat yang kurang penting maknanya. Justru sebaliknya! Salam ini sangat bermakna: Allah tidak mengasihi kita karena kehidupan kita sudah beres dan bebas dari dosa; sebaliknya, Allah sejak awal mengasihi kita, menerima kita, dan, karena itu, Dia pun melepaskan kita dari dosa, memulihkan hidup kita. Bukankah itu hakikat Injil?


Adakah kehadiran gereja menjadi kabar baik bagi orang-orang tersisih di sekitarnya? Ataukah kita justru menjadi tembok penghambat bagi mereka untuk datang kepada Allah? --ARS/www.renunganharian.net


ALLAH TIDAK MENGASIHI MANUSIA KETIKA IA SUDAH BEBAS DARI DOSA, 

TETAPI DIA MENGASIHI MANUSIA UNTUK MEMBEBASKANNYA DARI DOSA.

Jumat, 25 Oktober 2024

Masalah Anda dapat Mendatangkan Kebaikan 


Bacaan Hari ini:

Ayub 36:16 “Juga engkau dibujuk-Nya keluar dari dalam kesesakan, ke tempat yang luas, bebas dari tekanan, ke meja hidanganmu yang tenang dan penuh lemak.”


Tahukah Anda bahwa rasa sakit dapat melindungi Anda dari sesuatu yang lebih buruk? Mungkin Anda menghadapi masalah, tapi sebenarnya masalah itu mencegah masalah yang lebih besar. Mungkin Anda tidak mendapatkan pekerjaan yang Anda inginkan, mungkin Anda melewatkan kesempatan, mungkin Anda tidak berhasil di suatu tempat—tetapi bisa jadi sebenarnya Tuhan sedang melindungi Anda dari situasi yang berbahaya.


Terkadang masalah adalah berkat yang tersembunyi.


Bertahun-tahun yang lalu, teman saya diminta oleh atasannya untuk melakukan sesuatu yang tidak etis. Dia menolak oleh karena imannya kepada Yesus. Namun akibatnya, Dia dipecat, kehilangan pekerjaan dan pensiunnya dicabut. Sebulan kemudian, FCC (semacam Komisi Pemberantasan Korupsi) menuntut perusahaan tersebut, dan banyak orang dipenjara. Teman saya bersyukur pada Tuhan karena ia telah dipecat, yang mana itu menyelamatkannya dari nasib yang lebih buruk


Ketika Ayub mengalami penderitaan, seorang temannya berkata kepadanya, "Juga engkau dibujuk-Nya keluar dari dalam kesesakan, ke tempat yang luas, bebas dari tekanan, ke meja hidanganmu yang tenang dan penuh lemak” (Ayub 36:16).


Masalah sering kali mempersiapkan Anda untuk meraih kesuksesan dan untuk mewujudkan rancangan Tuhan yang lebih besar dan lebih baik yang akan menuntun Anda pada kemerdekaan. Ini adalah soal iman. Anda harus bertanya kepada diri sendiri ketika menghadapi masalah: Apakah Anda akan tetap percaya kepada Tuhan?


Yusuf harus bertanya kepada dirinya sendiri pertanyaan ini. Ia mendapatkan suatu visi untuk menjadi pemimpin yang hebat, tetapi semuanya berjalan salah selama 40 tahun hidupnya. Dikhianati oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, dituduh, dan dijebloskan ke penjara. Akan tetapi, pada akhirnya Yusuf berakhir tepat di tempat yang Tuhan kehendaki. Dia kemudian menjadi penguasa nomor dua di Mesir dan menyelamatkan bangsanya. 


Yusuf berkata, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kejadian 50:20).


Ada orang yang bermaksud menyakiti Anda, tetapi Tuhan merancangkan yang baik. Tuhan lebih besar dari musuh dan pengkritik Anda.


Seorang gembala terkadang harus mematahkan kaki dombanya yang suka berkeliaran untuk melindunginya dari para pemangsa. Jika Tuhan harus “mematahkan” kaki Anda untuk menjaga agar Anda tetap aman, maka Dia akan melakukannya. Itu oleh karena begitu besar kasih-Nya atas Anda. 


Renungkan hal ini:

- Apa kegagalan, masalah, atau kekecewaan Anda di masa lalu yang ternyata merupakan berkat yang terselubung?

- Mengapa Anda harus lebih percaya pada sudut pandang Tuhan terhadap masalah Anda daripada sudut pandang Anda sendiri?

- Tuhan telah memecahkan masalah terbesar Anda: Dia telah memberikan Anda jalan untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya selamanya. Bagaimana hal itu seharusnya memengaruhi cara Anda dalam memandang masalah Anda? 


Kekecewaan dan jalan memutar sering kali merupakan rencana-Nya yang Dia rancang untuk kebaikan Anda.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Kamis, 24 Oktober 2024

Siap Menjadi Tua


Bacaan: AMSAL 20:27-30


Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban. (Amsal 20:29)


Saya pernah melihat tayangan mengenai orang-orang yang mengalami kerusakan penampilan, khususnya bagian wajah, usai menjalani operasi plastik berkali-kali. Sebagian dari mereka begitu terobsesi dengan wajah rupawan, sedangkan yang lain seperti tak siap menerima kenyataan bahwa setiap manusia akan menjadi tua, dengan berbagai tanda-tanda yang menyertai, termasuk dalam penampilan yang tak lagi rupawan.


Ada banyak orang tidak hanya takut mati, tetapi tidak siap menjadi tua. Mereka berusaha "mengingkari" proses penuaan dengan memoles wajah, menyemir rambut, atau berdandan begitu rupa, supaya dirinya tidak tampak tua. Hari ini, lewat firman yang sederhana kita diingatkan bahwa usia tua, yang biasanya ditandai dengan rambut beruban adalah suatu keindahan dan bukanlah kondisi yang memalukan. Begitu pula dengan tanda-tanda penuaan lainnya, seperti kulit keriput, kekuatan yang melemah, dan tanda-tanda penurunan kondisi fisik lain seiring bertambahnya usia. Namun, jika kita mau renungkan, usia lanjut justru dapat menjadi momen yang tepat untuk mengingat setiap perjalanan hidup kita bersama Tuhan, yang dapat kita ceritakan kepada generasi penerus!


Sesungguhnya tak ada manusia yang hidup abadi. Allah sudah membatasi usia manusia dengan kedaulatan-Nya. Oleh karena itu, selama menjalani pertambahan usia, siapkanlah diri kita menerima kenyataan bahwa kita akan menua. Tidak perlu berusaha mengingkari penuaan itu, tetapi isilah hari-hari kita dengan hal-hal yang bermanfaat dan memuliakan Dia! --GHJ/www.renunganharian.net


MENJALANI MASA TUA BERSAMA TUHAN ADALAH HAL YANG INDAH.

Rabu, 23 Oktober 2024

Berdiam Diri di Hadapan Allah


Bacaan Alkitab hari ini:

Mazmur 62


Bila ada orang yang berupaya menghancurkan diri Anda, bagaimana Anda merespons? Saat menghadapi serbuan musuh dan rancangan orang-orang yang berniat menjatuhkan dia dari kedudukannya yang tinggi, Daud meminta agar jiwanya berdiam diri. Orang-orang di sekitar Daud berdusta kepadanya. Di depan Daud mereka memberkati, tetapi di dalam hati mereka mengutuki Daud (62:4-6). Sebenarnya, Daud—yang mengetahui kejahatan dan kelicikan mereka—dapat menghancurkan mereka dengan mudah. Bukankah dia berada di posisi yang tinggi? Bukankah dia adalah raja? Dia dapat memerintahkan orang-orang tertentu untuk menghabisi orang-orang yang berniat buruk terhadap dia dan merebut takhtanya. Yang menarik, Daud tidak melakukan hal itu. Ia malah meminta jiwanya untuk berdiam diri. Diam sering kali dimaknai sebagai kekalahan dalam suatu konflik atau pertikaian. Orang yang diam akan semakin dirundung atau semakin dianiaya. Orang yang diam sering kali dianggap kalah oleh pihak lawan.


Ketika Daud meminta agar jiwanya berdiam diri, apakah berarti bahwa ia kalah? Perhatikan bahwa berdiam diri yang dimaksud adalah berdiam diri di hadapan Allah (62:6). Berdiam diri di hadapan Allah bukan berarti menjadi lemah atau kalah, tetapi justru menunjukkan kekuatan dan kesabaran untuk tidak terpancing melakukan kejahatan yang sama dengan musuh-musuhnya. Sebaliknya, Daud meminta Allah yang menghakimi dengan adil. Orang yang berdiam diri di hadapan Allah dan meminta Allah menolong dan membela adalah orang yang tidak mengandalkan kekuatan diri atau menyombongkan diri. Ia merendahkan diri di hadapan Allah yang kuat dan perkasa, Allah adalah gunung batu dan kota bentengnya, Allah adalah  keselamatan dan kemuliaannya (62:7-8).


Karena hatinya percaya penuh kepada Allah, ia tidak takut pada ancaman musuh. Ia tetap tenang dan tidak goyah (62:2-3). Ia tidak disulut emosi untuk membalas kejahatan orang lain, tetapi dengan tenang ia berdiam diri. Mengapa Daud dapat tetap percaya di tengah situasi yang tidak baik? Keyakinan Daud tidak goyah karena ia berpegang pada firman Tuhan (62:12-13). Ia tahu bahwa orang yang berbuat jahat (hina) seperti angin. Manusia tidak dapat bergantung pada harta (62:10-11). Daud memiliki keyakinan iman yang kuat. Walaupun ia sebenarnya bisa bergantung pada kekuatan militer atau pada hartanya, ia memilih untuk bergantung pada Allah dan berdiam diri di hadapan-Nya. Bagaimana dengan Anda: Saat menghadapi orang-orang yang merancang hal-hal yang jahat kepada Anda, bagaimana sikap Anda? Apakah Anda berusaha membalas atau Anda berdiam diri di hadapan Allah? [GI Wirawaty Yaputri]


Sumber: Renungan GKY

Selasa, 22 Oktober 2024

Berdoalah Senantiasa


Berdoalah senantiasa. –1 Tesalonika 5:17 (BIMK)


Ayat Bacaan & Wawasan :

1 Tesalonika 5:16-22


“Ujianku dapat nilai 84!”

Saya bisa merasakan kegembiraan putri remaja saya ketika membaca pesan singkat darinya. Ia baru mulai bersekolah di jenjang SMA dan sedang menggunakan ponselnya saat istirahat makan siang. Sebagai ibunya, hati saya gembira, bukan hanya karena ia berhasil mengerjakan ujian yang sulit, tetapi karena ia mau menceritakannya kepada saya. Ia ingin membagikan kabar baik yang diterimanya dengan saya!


Saat menyadari bahwa pesan yang dikirim putri saya telah membuat saya gembira, saya pun memikirkan bagaimana perasaan Allah ketika saya datang kepada-Nya. Apakah Dia sama senangnya saat saya berbicara dengan-Nya? Doa adalah cara kita berkomunikasi dengan Allah dan sesuatu yang diperintahkan untuk kita lakukan “senantiasa” (1 Tes. 5:17 BIMK). Berbicara dengan-Nya mengingatkan kita bahwa Dia menyertai kita dalam segala keadaan, baik maupun buruk. Dengan menceritakan apa yang kita alami kepada Allah, meski Dia sudah tahu segalanya tentang kita, fokus kita dapat teralihkan dan kita ditolong untuk selalu mengingat diri-Nya. Yesaya 26:3 berkata, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” Damai sejahtera hadir ketika kita mengalihkan perhatian kita kepada Allah.


Apa pun yang kita hadapi, marilah kita senantiasa berbicara dengan Allah dan tetap terhubung dengan Pencipta dan Juruselamat kita. Ucapkanlah sepenggal doa dan ingatlah untuk bersukacita dan “mengucap syukur.” Lagi pula, seperti kata Paulus, itulah yang “dikehendaki Allah” bagi kita (1 Tes. 5:18).


Oleh:  Katara Patton


Renungkan dan Doakan

Adakah yang perlu Anda ceritakan kepada Allah saat ini? Bagaimana Anda dapat mengingat untuk senantiasa terhubung dengan-Nya di sepanjang hari?


Allah Mahakasih, ingatkanlah aku agar tetap terhubung dengan-Mu di sepanjang hari. Aku mau bersukacita dan mengucap syukur kepada-Mu, dalam segala sesuatu yang kuhadapi.


Sumber: Our Daily Bread

Senin, 21 Oktober 2024

HARI YANG INDAH


Bacaan: Amsal 11:24-31


NATS: Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2Korintus 9:7)


Setelah mengagumi sebuah lukisan di rumah seorang wanita, saya terkejut oleh kemurahan hatinya. Ia menurunkan lukisan itu dan memberikannya kepada saya.


Saya juga telah melihat berbagai perbuatan baik serupa. Selama bertahun-tahun, ibu mertua saya tetap bertahan menggunakan lemari es kunonya agar dapat memberi lebih banyak uang bagi pekerjaan Tuhan.


Saya mengenal sebuah keluarga kristiani yang telah menabung untuk membeli mobil baru. Namun saat mereka mendengar sebuah ladang pelayanan sangat butuh bantuan, mereka tetap menggunakan mobil lama mereka dan memberikan tabungan mereka bagi pelayanan misi.


Saya pun mendengar tentang seorang pengusaha kristiani di Ohio yang menaruh sesuatu di sakunya setiap pagi untuk diberikan kepada orang lain. Barang itu berupa bolpoin, mainan, atau bahkan selembar uang sepuluh dolar. Seiring dengan berlalunya hari, ia mencari seseorang yang akan diberkati dengan menerima hadiah. "Dengan selalu mencari kesempatan untuk memberi," katanya, "saya menikmati hari yang indah."


Pepatah kuno yang mengatakan "Penerima akan makan dengan enak, namun si pemberi akan tidur dengan nyenyak", tidak sepenuhnya benar. Menurut Amsal 11:25, si pemberi juga makan dengan enak: "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."


Kita tidak boleh memberi sambil bersungut-sungut atau dengan terpaksa namun dari dalam hati. Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7) --Joanie Yoder


BANYAK ORANG DENGAN MUDAH MEMBERI PUJIAN KEPADA ALLAH

NAMUN SEDIKIT YANG DENGAN SUKACITA MEMBERIKAN UANGNYA


Sumber: Renungan Harian

Minggu, 20 Oktober 2024

KETIDAKPASTIAN HIDUP


Bacaan: Yakobus 4:13-17


NATS: Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok (Yakobus 4:14)


Satu-satunya kepastian dalam hidup sesungguhnya adalah ketidakpastian belaka. Sebagaimana Kitab Suci mengingatkan, kita "tidak tahu apa yang akan terjadi besok" (Yakobus 4:14). Pengembang real estat Larry Silverstein dapat memberikan kesaksian tentang kebenaran ayat itu. Meski memiliki tanah yang menjanjikan di New York, menurut kesaksiannya, ia terobsesi untuk menjadikan Menara Kembar World Trade Center sebagai property yang dikelolanya juga. Keinginannya menjadi kenyataan. Enam minggu sebelum kedua gedung pencakar langit yang menakjubkan itu dihancurkan para teroris, ia telah mendapatkan kontrak sewa pusat perdagangan yang mewah itu selama 99 tahun seharga 3,2 miliar dolar.


Yang menyedihkan, upaya pemuasan mimpi kita kadang kala dapat berubah menjadi mimpi buruk. Hal ini mengingatkan kita tidak hanya tentang ketidakpastian hidup, tetapi juga tentang perlunya menyatukan kehendak kita dengan kehendak Allah. Pengalaman mengajarkan bahwa jika kita membiarkan kesombongan mengendalikan hidup kita, maka upaya pemuasan impian yang dipaksakan akan berubah menjadi debu dan abu.


Memiliki keinginan adalah sah-sah saja, tetapi kitab Yakobus memberi tahu kita bagaimana melakukan pendekatan terhadap keinginan itu. Daripada menganggap bahwa rencana dan impian kita akan terwujud, lebih baik kita berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu" (4:15).


Bila kita menyerahkan rencana kita pada kehendak Allah, kita bisa menikmati damai sejahtera-Nya di tengah ketidakpastian hidup ini --Vernon Grounds


TULISKAN RENCANA ANDA DENGAN PENSIL LALU BERIKAN PENGHAPUSNYA KEPADA ALLAH


Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 19 Oktober 2024

Carilah Tuhan, Jangan Hanya Berkat-Nya


Bacaan Hari ini:

Mazmur 14:2 “Tuhan memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.”


Jutaan orang Kristen menghabiskan waktu mereka sibuk mencari berkat Tuhan, tapi bukan mencari Dia. 


Ketika Anda berdoa meminta kesembuhan dan pemulihan, sah-sah saja meminta mujizat. Tetapi, pada akhirnya, seharusnya Tuhanlah yang Anda cari—bukan mujizat, pertanda, berkat, atau karunia-karunia Tuhan lainnya. Doa Anda seharusnya: “Tuhan, aku membutuhkan Engkau. Aku ingin mengenal-Mu.” Sebab ketika Anda mencari Tuhan, maka Anda akan mendapatkan yang lainnya.


Tuhan memberi banyak janji dalam Alkitab tentang mereka yang mencari Dia: “Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka” (2 Tawarikh 7:14).


“Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku” (Amsal 8:17).


“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6).


“Dan baru di sana engkau mencari Tuhan, Allahmu, dan menemukan-Nya, asal engkau menanyakan Dia dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. Apabila engkau dalam keadaan terdesak dan segala hal ini menimpa engkau di kemudian hari, maka engkau akan kembali kepada Tuhan, Allahmu, dan mendengarkan suara-Nya. Sebab Tuhan, Allahmu, adalah Allah Penyayang, Ia tidak akan meninggalkan atau memusnahkan engkau dan Ia tidak akan melupakan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu” (Ulangan 4:29-31).


Carilah Tuhan, bukan hanya berkat atau mujizat-Nya. Itu artinya, apakah Anda akan mendapatkan jawaban yang Anda inginkan atau tidak, Anda akan menemukan sukacita dari mengenal Tuhan dengan lebih baik. Apakah Anda akan mendapatkan apa yang menurut Anda terbaik buat Anda atau tidak, Anda akan puas dengan apa yang menurut Tuhan terbaik untuk Anda. Apakah Anda sedang mengalami perceraian atau keguguran atau PHK atau tidak, carilah Tuhan. Dia akan memberikan Anda kelegaan yang jauh melebihi rasa sakit Anda.


Namun, jangan jadikan ini sekadar hobi. Jangan mencari Tuhan di waktu senggang Anda, setelah Anda selesai bekerja, atau saat Anda menggulir halaman media sosial Anda. Jadikan kegiatan mengenal Tuhan sebagai fokus utama hidup Anda.


“Tuhan memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah” (Mazmur 14:2).


Jarang sekali menemukan orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan. Sebagian besar dari kita hanya ingin cukup mengenal Tuhan supaya Dia memberkati kita, tetapi tidak mau Dia mengubah kita.


Anda tidak bisa menjadi atlet Olimpiade di waktu luang Anda. Sama halnya dengan mengenal Allah, Anda tidak bisa menjadi murid Kristus yang setia dengan memberikan sisa-sisa Anda kepada-Nya.


Renungkan hal ini:

- Bagaimana selama ini Anda memberi Tuhan sisa-sisa Anda dalam mengambil langkah menuju pertumbuhan rohani?

- Apa artinya mencari Tuhan secara realistis? Apa hal-hal yang bisa Anda lakukan setiap hari untuk menunjukkan kepada Tuhan bahwa, lebih dari apa pun, Anda ingin mengenal Dia dengan lebih baik?

- Bagaimana Anda dapat memulai doa Anda agar dapat terlebih dahulu bersyukur kepada Tuhan karena siapa Dia, bukan hanya karena apa yang telah Dia berikan kepada Anda? Mengapa hal ini begitu penting?


Berikan pada Tuhan yang pertama dan yang terbaik dan Dia akan menggenapi setiap janji-Nya.


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)




Jumat, 18 Oktober 2024

Respons yang Mencontoh Kristus


Ketika Yesus dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. –1 Petrus 2:23


Ayat Bacaan & Wawasan :

1 Petrus 2:21-25


Ketika George sedang bekerja di sebuah proyek konstruksi di bawah terik matahari musim panas, seseorang yang tinggal di dekat situ memasuki pekarangan tempatnya bekerja. Sambil marah-marah, tetangga itu mengumpat dan mengkritik proyek tersebut dan cara pengerjaannya. George diam saja mendengar caci maki itu, hingga laki-laki itu akhirnya berhenti berteriak. Lalu, George berkata dengan lemah lembut, “Apakah Bapak sedang mengalami masalah?” Seketika, wajah tetangga tersebut melembut, kepalanya tertunduk, lalu ia berkata, “Maafkan cara bicara saya tadi.” Kebaikan George telah meredakan amarah tetangga itu.


Adakalanya kita ingin membalas perbuatan orang lain—cercaan dengan cercaan, makian dengan makian. Namun, George melakukan yang sebaliknya. Ia mencontohkan kebaikan yang dapat kita lihat secara sempurna dalam sikap Yesus yang menanggung akibat dari dosa-dosa kita: “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1 Ptr. 2:23).


Kita semua pasti akan menghadapi saat-saat ketika kita disalahpahami, disalahartikan, atau diserang. Mungkin kita ingin menanggapi dengan cara yang sama, tetapi hati Yesus memanggil kita untuk bersikap sebaliknya—dengan memancarkan kebaikan, mengupayakan kedamaian, dan menunjukkan pengertian. Dengan kesanggupan yang dianugerahkan Allah hari ini, kiranya Dia memakai kita untuk memberkati seseorang yang sedang mengalami masalah dalam hidupnya.


Oleh:  Bill Crowder


Renungkan dan Doakan

Mengapa kita begitu mudah membalas kata-kata tidak mengenakkan yang dilontarkan kepada kita? Bagaimana Anda dapat lebih sungguh-sungguh menunjukkan kebaikan kepada mereka yang bersikap tidak baik kepada Anda?


Bapa Mahakasih, mampukanlah aku menemukan di dalam-Mu kekuatan, kasih, dan hikmat untuk memperlihatkan hati Yesus.


Sumber: Our Daily Bread