Sabtu, 30 November 2024

Tabur - Tuai


Bacaan Alkitab: 2 Korintus 9:6-15


Apakah Anda pernah merasa berat hati mengulurkan bantuan kepada sesama yang membutuhkan pertolongan? 


Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus memberikan landasan kepada para anggota jemaat di Korintus mengapa mereka mengumpulkan bantuan kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem dan di Yudea. Di pasal 8, Rasul Paulus mendorong mereka untuk menyelesaikan pelayanan kasih tersebut yang sudah dimulai satu tahun sebelumnya, dan juga merekomendasikan dan mengutus tiga saudara—yang memiliki rekam jejak yang baik dan kesungguhan hati—kepada mereka untuk mengoordinasikan pengumpulan tersebut. 


Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus memberikan dasar teologis bagi penggalangan bantuan tersebut.

Rasul Paulus mengawali dengan mengemukakan hukum alam pertanian, yaitu hukum tabur-tuai: "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." Prinsip ini berlaku juga atas pemberian bantuan (menabur) untuk orang-orang miskin yang berkekurangan. Prinsip "keseimbangan" tabur-tuai adalah dari Allah. Orang miskin tidak mungkin atau kecil sekali kemungkinan dapat membalas kebaikan dari sang pemberi bantuan. Allah-lah yang akan membalaskan kebaikan tersebut (Amsal 19:17). Rasul Paulus menghendaki agar para anggota jemaat Korintus memberi menurut kerelaan hati mereka, tidak dengan berat hati atau karena tekanan, karena "Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2 Korintus 9:7). 


Allah-lah yang memberi berkat kepada orang-orang yang memberi dengan sukacita, karena Allah sanggup melimpahkan anugerah-Nya kepada mereka, sehingga mereka tidak berkekurangan malah berkelebihan. Allah yang menyediakan benih bagi penabur dan memberi makanan adalah Allah yang sanggup melipatgandakan persediaan benih mereka, sehingga mereka dapat memperbanyak apa yang mereka tabur. Dengan demikian, mereka semakin diperkaya dalam kemurahan hati untuk memberi. 


Inilah kabar baik bagi kita, yaitu bahwa Allah sendiri yang menyediakan berkat bagi kita yang memberi dengan sukacita. Segala perbuatan baik kita dengan dasar teologis ini memimpin—baik kita yang memberi maupun mereka yang menerima pemberian—untuk memuliakan dan bersyukur kepada Allah. Bersama Rasul Paulus, kita mengatakan, "Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!" (9:15)


Apakah Anda telah membiasakan diri untuk menyisihkan sebagian penghasilan Anda guna membantu mereka yang memerlukan bantuan Anda? 


Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita! [Pdt. Abadi]


Sumber: Renungan GKY

Jumat, 29 November 2024

Waktu Tuhan


Kepada-Mu aku percaya, ya Tuhan . . . Masa hidupku ada dalam tangan-Mu. –Mazmur 31:15-16


Ayat Bacaan & Wawasan :

Kejadian 8:1-5, 13-18


Mag telah menanti-nantikan rencana liburannya ke luar negeri. Akan tetapi, seperti kebiasaannya, ia mendoakannya terlebih dahulu. “Itu cuma liburan, mengapa kamu perlu bertanya kepada Tuhan?” tanya seorang teman. Namun, Mag percaya bahwa ia perlu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah. Kali ini, ia merasa Allah mendorongnya untuk membatalkan liburannya. Mag pun taat, dan kemudian epidemi merebak di negara itu pada saat ia seharusnya berada di sana. “Saya merasa Allah melindungi saya,” ujarnya.


Nuh juga mengandalkan perlindungan Allah saat ia dan keluarganya menunggu di dalam bahtera selama hampir dua bulan setelah banjir surut. Setelah terkurung selama lebih dari 10 bulan, tentulah ia tidak sabar lagi untuk segera keluar. Lagi pula, “air sudah surut sama sekali” dan “permukaan tanah sudah kering” (Kej. 8:13 BIMK). Namun, Nuh tidak hanya mengandalkan apa yang dilihatnya. Sebaliknya, ia baru meninggalkan bahtera ketika Allah menyuruhnya (ay. 15-19). Ia percaya bahwa Allah tentu mempunyai alasan kuat untuk membuatnya menunggu selama itu—bisa jadi kondisi daratan belum sepenuhnya aman.


Ketika berdoa tentang keputusan yang perlu kita ambil dalam hidup ini, kita perlu menggunakan kemampuan yang dianugerahkan Allah dan menantikan pimpinan-Nya. Kita juga dapat mempercayai waktu-Nya, dengan menyadari bahwa Allah, Pencipta kita yang bijaksana, mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Kita mengamini pernyataan sang pemazmur, “Kepada-Mu aku percaya, ya Tuhan . . . Masa hidupku ada dalam tangan-Mu” (Mzm. 31:15-16).


Oleh:  Leslie Koh


Renungkan dan Doakan

Menurut Anda, apa yang Allah sedang katakan kepada Anda tentang keputusan yang perlu Anda ambil? Bagaimana Anda dapat mempercayai-Nya dan menantikan petunjuk-Nya?


Bapa, berilah aku hikmat dan petunjuk-Mu, agar aku melangkah sesuai dengan kehendak dan jalan-Mu, karena aku mempercayai rencana-Mu atas hidupku.


Sumber: Our Daily Bread

Kamis, 28 November 2024

Bertanyalah Di Dalam Kesesakan


Bacaan: Ayub 10


Apakah untungnya bagi-Mu mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tangan-Mu, sedangkan Engkau mendukung rancangan orang fasik?- Ayub 10:3


Ayub di awal penderitaannya begitu menakjubkan ketika berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayb. 1:21). Ketika penderitaannya semakin hebat, istrinya menyuruhnya untuk mengutuki Allah yang disembahnya, tetapi lagi-lagi Ayub berkata, “… Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayb. 2:10b) Sungguh luar biasa! Di tengah penderitaan, Ayub masih bisa berkata seperti itu.


Hidup dalam penderitaan yang hebat bisa melemahkan iman. Ada saatnya kebingungan memenuhi kepala dan membuat putus asa. Ayub pun mengalaminya, saat kata-katanya di pasal 10 dipenuhi emosi kegetiran dan kesakitan. Ia dipenuhi pertanyaan yang tidak mendapatkan jawaban, mengapa Allah membiarkan ia mengalami semua penderitaan? Padahal ia sudah memikirkan dengan sangat dan tidak mendapati dirinya layak untuk menderita seperti itu (ay. 1-7). Bahkan ketika melihat kembali kehidupannya, Ayub menyadari Tuhan begitu teliti dan baik menciptakannya, tetapi kenapa justru di dalam segala yang sudah Dia perbuat di kehidupannya, seolah-olah Tuhan menghancurkan hasil karya-Nya yang indah? (ay. 8-12). Ayub merindukan satu masa dimana ia bisa berbahagia walaupun sesaat sebelum menghadapi kematian karena seolah-olah hidupnya akan segera berakhir (ay. 18-22).


Setiap kita sangat mungkin mengalami hal serupa. Di tengah penderitaan yang sangat berat, kita menjadi sangat kebingungan. Namun, kita bisa bertanya tentang banyak hal kepada Tuhan. Kita boleh datang dan bergumul dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Ada ruang yang diizinkan Tuhan untuk kita bisa mengungkapkan isi hati dan kita tidak bisa berhenti sampai di sana karena kita sudah berada di dalam Tuhan Yesus. Sekalipun belum atau tidak menemukan jawaban, percayalah kepada Yesus di tengah situasi terburuk. Kita mungkin belum menerima jawabannya saat ini ataupun mungkin tidak pernah sama sekali. Tetap ingat, penderitaan kita yang terbesar sebetulnya sudah diselesaikan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib dan Dia memahami segala penderitaan kita lebih dari siapa pun. Saat semua membingungkan dan menggentarkan kita, bersandarlah hanya kepada Tuhan Yesus saja.


Refleksi Diri:

Apakah penderitaan yang Anda alami hari ini membingungkan Anda?


Apa pertanyaan yang ingin Anda ungkapkan di hadapan Tuhan? Ajukanlah kepada Tuhan Yesus melalui doa-doa Anda.


Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Rabu, 27 November 2024

Tuhan Membantu Anda Tumbuh


Bacaan Hari ini:

Roma 8:29 “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”


Dari awal tujuan Tuhan untuk Anda ialah untuk bertumbuh secara rohani. Dia ingin Anda menjadi semakin seperti Yesus setiap hari. 


Alkitab mengatakan,“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Roma 8:29).


Sebagai seorang pendeta, pertanyaan nomor satu yang paling sering ditanyakan pada saya adalah: “Mengapa ini terjadi pada saya?” Saya beri tahu Anda alasannya: Itu untuk membantu Anda bertumbuh.


Sesungguhnya, segala sesuatu dalam kehidupan ini dapat membantu Anda bertumbuh secara rohani—yang baik, yang buruk, yang jelek, segala sesuatu yang merugikan diri Anda atau yang dilakukan orang lain terhadap Anda. Allah bukanlah Pencipta yang jahat, tapi sebaliknya, Dia mendatangkan kebaikan dari dalam keburukan. 


Setiap situasi dalam kehidupan bisa membuat Anda kepahitan, atau sebaliknya membuat Anda lebih baik. Cara Anda meresponsnya ialah pilihan Anda. Alih-alih bertanya, "Tuhan, mengapa ini terjadi padaku?" bertanyalah, "Tuhan, apa yang Engkau mau aku pelajari dari kejadian ini?"


Setiap masalah punya tujuan: untuk membantu Anda tumbuh secara rohani dan untuk menjadikan Anda semakin serupa seperti Yesus Kristus.


Jadi, bila salah satu tujuan hidup Anda adalah untuk bertumbuh secara rohani dan menjadi seperti Yesus, seperti apakah Yesus itu? Lihat saja buah Roh: Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Inilah kualitas yang Tuhan ingin tumbuhkan dalam diri Anda.


Bagaimana Tuhan menciptakan kualitas-kualitas itu dan membantu Anda tumbuh secara spiritual? Dia menempatkan Anda dalam situasi-situasi yang berlawanan.


Tuhan mengajarkan Anda sukacita di tengah kesedihan. Dia mengajarkan Anda damai sejahtera ketika hidup Anda dikelilingi oleh kekacauan. Dia mengajarkan Anda kesabaran ketika kesukaran datang bertubi-tubi.


Tuhan akan mengajarkan Anda kualitas-kualitas ini di sepanjang hidup Anda—dan proses itu akan berlangsung hingga akhir hidup Anda. Anda bisa percaya bahwa, apa pun yang Anda hadapi hari ini, Dia akan menggunakannya untuk membantu Anda mengembangkan kedalaman rohani dan menjadikan Anda semakin serupa dengan Kristus.


Renungkan hal ini:

- Dalam situasi-situasi seperti apa Tuhan membentuk Anda untuk menjadi semakin seperti Kristus?

- Menurut Anda mengapa begitu banyak orang Kristen belum dewasa secara rohani?

- Prioritas apa saja yang yang penting untuk pertumbuhan rohani dalam hidup Anda? Apakah ada prioritas Anda yang perlu Anda ubah? 


Tuhan mengajarkan Anda kasih dengan cara menempatkan Anda di sekitar orang-orang yang tidak menyenangkan.  


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Selasa, 26 November 2024

BULDOG BERLIPSTIK


Bacaan: Matius 4:17-25


NATS: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! (Matius 4:17)


"Dalam banyak organisasi, membuat perubahan bagaikan memoleskan lipstik pada anjing buldog. Anda harus berusaha keras. Sering kali yang Anda dapatkan hanyalah noda lipstik, dan seekor anjing buldog yang marah." Demikian tulis Dave Murphy dalam San Francisco Chronicle (Kronik San Fransisco).


Perubahan yang sejati, entah dalam bisnis, gereja, keluarga, atau dalam diri kita sendiri, mungkin sangat sulit dilakukan dan sukar dipahami. Saat kita merindukan perubahan yang mendalam dan berkelanjutan, sering kali kita hanya dapat melakukan perubahan tambal sulam yang tidak menyelesaikan apa pun serta tidak memuaskan seorang pun.


Kata bertobat digunakan Alkitab untuk menggambarkan awal perubahan rohani yang sejati. Seorang ahli bahasa, W. E. Vine, mengartikan bertobat sebagai "perubahan pikiran atau tujuan seseorang". Dalam Perjanjian Baru, pertobatan selalu melibatkan perubahan ke arah yang lebih baik yaitu ketika seseorang meninggalkan dosa dan berpaling kepada Allah. Yesus memulai pelayanan-Nya kepada orang banyak dengan berseru, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 4:17).


Saat kita menyesal karena melakukan kesalahan atau karena tertangkap setelah berbuat salah, perasaan ini hanyalah sekadar kosmetik rohani. Pertobatan yang sejati terjadi di lubuk hati kita yang terdalam dan membuahkan perbedaan yang nyata dalam perbuatan kita.


Ketika kita berpaling kepada Kristus dan menyerahkan diri kepada-Nya, Dia mengadakan perubahan yang sejati, bukan sekadar perubahan tambal sulam --David McCasland


PERTOBATAN BUKANLAH SEKADAR PERKATAAN, MELAINKAN PERBUATAN NYATA


Sumber: Renungan Harian

Senin, 25 November 2024

Cara Melewatkan Surga 


Bacaan Hari ini:

1 Timotius 6:21 “Karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia menyertai kamu!”


Ada jarak 18 inci (45.72 cm) antara kepala dengan jantung Anda. Sayangnya, karena jarak 18 inci itu, beberapa orang bisa melewatkan surga. Mereka tahu Tuhan di kepala mereka, tetapi tidak di hati mereka. Secara pengetahuan, mereka percaya Injil, tetapi mereka tidak pernah membiarkannya mengubah hati mereka.


Saya sekolah untuk waktu yang lama, total 24 tahun jika ditambah gelar master dan doktoral saya. Jujur saja, saya sudah lupa banyak pelajaran yang saya pelajari selama masa itu.


Tetapi saya tidak akan pernah melupakan kebenaran paling penting yang telah saya pelajari: Kita diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Apabila kita tidak memahami konsep ini, hidup kita tidak akan pernah masuk akal kita. 


Anda tidak diciptakan untuk diri Anda sendiri.


Alkitab mengatakan, “Karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia menyertai kamu!” (1 Timotius 6:21).


Mungkin Anda tahu tentang teori Dawai, teori Kekacauan, atau Fisika Kuantum. Tetapi  jika Anda tidak kenal Tuhan, Anda sudah melewatkan tujuan hidup Anda.


Di akhir hidup Anda, Allah akan memberikan Anda ujian akhir. Ini kabar baiknya: Ini ujian buka buku. Semua jawabannya ada di dalam Alkitab!


Dalam ujian tersebut, Allah tidak akan bertanya apakah nilai raport Anda A. Dia tidak peduli seberapa hebatnya Anda dalam karir Anda. Dia tidak akan meminta Anda menunjukkan saldo bank Anda. 


Kemudian, buatlah sebuah rencana. Mengenal Tuhan tidak terjadi secara kebetulan. Pun itu tidak terwujud dengan Anda menunggu waktu yang tepat untuk mempelajari Firman Tuhan. Jika Anda hanya menunggu waktu luang dalam jadwal Anda untuk menghabiskan waktu bersama Tuhan, itu tidak akan pernah berhasil!


Sebaliknya, luangkan waktu untuk Tuhan. Katakan "tidak" pada hal-hal lain—bahkan pada hal-hal yang baik sekali pun—sehingga Anda dapat memberikan yang terbaik kepada Pribadi yang paling penting. 


Renungkan hal ini:

- Apa yang membuat kita sulit untuk beralih dari apa yang kita tahu tentang Tuhan kepada apa yang kita percayai tentang Tuhan?

- Menurut Anda mengapa Tuhan mau Anda lebih mengenal Dia setelah Anda menjadi seorang Kristen? 

- Apabila Tuhan bertanya kepada Anda hari ini, "Apakah engkau mengenal Anak-Ku?" bagaimana Anda akan menjawabnya?


Tunjukkan kepada-Nya bahwa Anda ingin mengenal Dia lebih dari apa pun dengan menjadikan Dia prioritas Anda. 


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Minggu, 24 November 2024

Luka dan Cuka


Bacaan: AMSAL 25:17-20


Bagaikan orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan bagaikan cuka pada luka, demikianlah orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih. (Amsal 25:20)


Seorang penceramah memulai presentasinya dengan menceritakan suatu kejadian lucu. Mendengar cerita itu, spontan meledaklah tawa para peserta seminar itu. Tak lama kemudian, penceramah ternama itu menceritakan lagi humor yang sama. Sebagian hadirin masih menyambut dengan tawa, sisanya diam saja. Sesudahnya, penceramah itu masih mengulang lelucon itu untuk ketiga kalinya. Kali ini tak seorang pun tertawa. Ia berpesan kepada hadirin, "Kejenakaan pun menjemukan apabila diulangi terus, maka jangan terus tenggelam mengulangi terus cerita sedih dalam hatimu! Anda harus belajar untuk move on!"


Penulis Kitab Amsal mengingatkan tentang bahayanya suatu pengulangan yang tidak tepat. Seperti bertandang ke rumah orang. Walau itu bagian dari kesantunan memelihara hubungan, tetapi jika terlalu sering justru mengganggu bahkan kelak bisa merusak hubungan itu (ay. 17). Begitu pun kesedihan hati. Apabila terlalu sering diulangi-layaknya nyanyian-akan menenggelamkan orang dalam kubangan kesusahan yang berkepanjangan. Ia tak bisa bangkit karena rasa perihnya terus disentuh, ibarat luka yang ditetesi cuka (ay. 20).


Kesedihan tak terhindarkan dalam kehidupan ini. Yang harus kita hindari adalah tenggelam atau larut hanyut dalam kesedihan. Oleh karena itu, sesulit apa pun itu, kita jangan sampai membiarkan cerita sedih terus menghantui akibat kemurungan, keluh kesah dan ratap tangis yang terus-menerus diulangi hingga melebihi dosis. Jika luka di hati kita terus ditaburi cuka, proses pemulihannya akan terhambat. Berilah kesempatan untuk luka di hati kita bisa sembuh, serta melangkahlah maju! --PAD/www.renunganharian.net


SAYANGI DIRIMU. JANGAN MENGABADIKAN KESEDIHANMU. MASA DEPAN MENANTIKAN SENYUM DAN PENGHARAPANMU BANGKIT KEMBALI.

Sabtu, 23 November 2024

Setiap Orang Punya Waktunya Masing-Masing


Jakarta 2 jam lebih awal dari Papua, tetapi tidak berarti Papua lambat, atau Jakarta cepat. Keduanya bekerja sesuai “zona waktu”-nya masing-masing.


Ada orang yang masih sendiri. Ada orang yang menikah dan harus menunggu 10 tahun untuk memiliki momongan. Ada juga yang memiliki momongan dalam setahun usia pernikahannya.


Ada orang yang lulus kuliah di usia 22 tahun, tapi menunggu 5 tahun untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Yang lainnya lulus di usia 27 tahun dan langsung bekerja.


Seseorang menjadi CEO di usia 25 taun dan meninggal di usia 50 tahun saat yang lain menjadi CEO di usia 50 tahun dan hidup hingga usia 90 tahun.


Setiap orang bekerja sesuai “zona waktu”-nya masing-masing. Seseorang bisa mencapai banyak hal dengan kecepatannya masing-masing. Bekerjalah sesuai “zona waktu”-mu.


Kolegamu, teman-teman, adik kelasmu mungkin “tampak” lebih maju. Mungkin yang lainnya “tampak” di belakangmu. Setiap orang di dunia ini berlari di perlombaannya sendiri-sendiri, jalurnya sendiri-sendiri, dalam waktunya masing-masing. Waktu berbeda untuk setiap orang. Jangan iri kepada mereka atau mengejeknya. Itu “zona waktu” mereka.


Kamu pun berada di “zona waktu”-mu sendiri! Kamu tidak terlambat. Kamu tidak lebih cepat. Kamu punya “zona waktu” sendiri.

Yang penting terus berusaha dan berkarya yang terbaik sehingga semuanya akan indah pada waktunya.


Pengkhotbah 3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.


Sumber: Renungan Kristen

Jumat, 22 November 2024

CARA YESUS


Bacaan: Markus 1:21-39


NATS: Ia ... pergi ke luar. Ia pergi tempat yang sunyi dan berdoa di sana (Markus 1:35)


Pernahkah Anda melalui hari yang begitu sibuk sehingga merasa waktu dua puluh empat jam sehari masih kurang? Hari itu mungkin setiap orang mencari Anda untuk minta bantuan dan tugas-tugas Anda tampaknya tidak pernah selesai. Anda mungkin bertanya-tanya: Apakah Yesus pernah menggumulkan hal yang sama? Dan jika ya, bagaimana Dia menanganinya?


Renungkanlah suatu hari dalam kehidupan Yesus yang dicatat dalam Markus 1:21-34. Dia mengawali hari itu dengan berkunjung ke rumah ibadat untuk mengajar dengan kuasa. Lalu terjadi keributan. Seorang lelaki yang kerasukan roh jahat mulai berteriak-teriak kepada Yesus. Dengan tenang tetapi tegas, Sang Guru mengusir roh jahat itu keluar.


Ketika Yesus meninggalkan rumah ibadat, Dia dengan para sahabat-Nya ke rumah Petrus. Namun, Dia tidak dapat beristirahat. Ibu mertua Perus sakit dan memerlukan jamahan-Nya yang menyembuhkan. Lalu semua penduduk kota berkerumun di depan pintu. Mereka meminta Yesus untuk menyembuhkan lebih banyak orang sakit dan mengusir lebih banyak roh jahat. Hari itu sangat melelahkan.


Bagaimana Yesus menghadapi hari itu? Apakah besoknya Dia meliburkan diri? Pergi ke sungai yang sejuk di puncak gunung Kaisarea di Filipi? Tidak, hari berikutnya Dia bangun sebelum matahari terbit, mencari tempat yang sunyi, dan berdoa (ayat 35). Dia mencari pemulihan kekuatan dalam hadirat Bapa-Nya.


Bagaimana Anda mengatasi hari yang begitu sibuk? Menyendirilah bersama Allah dan mohon pertolongan-Nya. Mulailah hari Anda seperti cara Yesus --Dave Branon


BILA ANDA TERLALU SIBUK HINGGA TAK SEMPAT BERDOA BERARTI ANDA SUDAH KELEWAT SIBUK


Sumber: Renungan Harian

Kamis, 21 November 2024

Kekuatan dari Sang Gembala


Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. –Mazmur 23:1


Ayat Bacaan & Wawasan :

Mazmur 23


Sekitar 107.000 penonton berdiri penuh harap di dalam stadion saat Seth Small, penendang football dari Universitas Texas A&M, memasuki lapangan dua detik sebelum pertandingan berakhir. Saat itu skor imbang 38-38 antara A&M dan lawannya yang tangguh, sehingga satu tendangan yang menghasilkan gol akan membawa kemenangan yang tidak disangka-sangka. Dengan ketenangan luar biasa, Small menendang bola yang kemudian berhasil melewati tiang gawang dan mencetak skor penentu. Seluruh stadion pun meledak dalam kegembiraan yang tak terbendung!


Ketika para wartawan bertanya bagaimana ia mempersiapkan diri untuk momen menegangkan itu, Small berkata bahwa ia terus mengulang ayat pertama dari Mazmur 23, “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” Ketika Small membutuhkan kekuatan dan jaminan, ia menerimanya dari gambaran pribadi yang mendalam tentang Allah sebagai gembalanya.


Mazmur 23 menjadi mazmur yang digemari banyak orang karena di dalamnya terdapat jaminan bahwa kita dapat memiliki damai sejahtera, atau penghiburan, karena kita mempunyai Gembala penuh kasih yang dapat diandalkan dan yang senantiasa mempedulikan kita. Dalam mazmur itu, Daud tidak hanya menyebutkan tentang ketakutan yang dirasakannya dalam situasi sulit atau menegangkan, tetapi juga tentang penghiburan yang Allah sediakan (ay. 4). Kata yang diterjemahkan sebagai “menghibur” menyatakan jaminan, atau keyakinan dan keberanian untuk terus melangkah maju karena Allah senantiasa hadir untuk membimbing kita.


Saat melangkah ke dalam situasi yang sulit, dan kita tidak tahu hasil apa yang akan kita capai, hati kita dapat dikuatkan dengan mengingat kembali bahwa Sang Gembala yang Baik itu selalu hadir menyertai kita.


Oleh:  Lisa M. Samra


Renungkan dan Doakan

Kapan Anda pernah mengalami penggembalaan Allah yang penuh kasih? Bagaimana pemeliharaan-Nya yang dapat diandalkan memberi Anda keberanian untuk melangkah?


Bapa Surgawi, kuatkanlah aku untuk melangkah dengan berani, karena Engkau adalah gembalaku yang penuh kasih.


Sumber: Our Daily Bread

Rabu, 20 November 2024

APA YANG KAUTAKUTKAN?


Bacaan: Yohanes 6:16-21


NATS: [Yesus] berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" (Yohanes 6:20)


Salah satu dongeng karya Grimm mengisahkan seorang pemuda agak bodoh yang tak tahu artinya gemetar ketakutan. Orang-orang berusaha membuatnya takut dengan menempatkannya di berbagai situasi menyeramkan, tetapi sia-sia. Akhirnya pemuda itu dapat merasa gemetar, tetapi bukan karena takut. Ia gemetar ketika seseorang menuangkan seember air dingin lengkap dengan ikan menggelepar-gelepar ke atas tubuhnya sewaktu ia tidur.


Ada yang tidak beres dalam diri kita jika kita tidak pernah takut. Takut adalah reaksi wajar manusia terhadap segala macam kesulitan atau bahaya, dan Allah tidak mengutuknya. Namun, Allah juga tak ingin kita dilumpuhkan ketakutan. Yesus berkali-kali berkata kepada murid-murid-Nya, "Jangan takut" (Lukas 5:10; 12:4; Yohanes 6:20). Setiap kali mengatakannya, Yesus menggunakan bentuk kata kerja yang mengandung arti keberlanjutan. Dengan kata lain, Yesus berkata kepada mereka, "Jangan terus-menerus merasa takut."


Jangan sampai kita ditaklukkan oleh ketakutan kita. Kita juga jangan sampai menolak melakukan apa yang dikehendaki Allah hanya karena merasa takut. Allah dapat mengubah rasa takut kita menjadi kekuatan. Kita dapat mempercayai Allah dan menjadi "tidak takut" (Mazmur 56:12).


Keberanian bukan tiadanya ketakutan, melainkan penguasaan atas rasa takut. Jadi, mari kita lawan ketakutan kita dan hadapilah dengan iman kepada Tuhan, karena Dia telah berfirman, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibrani 13:5) --David Roper


KITA MAMPU MENGHADAPI KETAKUTAN TERHADAP APA PUN

APABILA KITA TAHU BAHWA TUHAN DI DEKAT KITA


Sumber: Renungan Harian

Selasa, 19 November 2024

Carilah Allah Terlebih Dahulu


Bacaan: Yakobus 1:1-5


Ketika suami saya ditawari pekerjaan di sebuah universitas di luar daerah, ia memutuskan untuk memasukkan lamarannya. “Tuhan akan menutup pintunya jika kita memang tidak diizinkan-Nya ke sana,” kata suami saya. “Belum tentu,” ujar saya. “Kadang-kadang, Dia mengizinkan kita mempertimbangkan dulu sebelum mengambil keputusan.”


Kami pun berdoa masing-masing dan membahas pro-kontranya. Tak sampai sebulan kemudian, kami akhirnya pindah ke kota itu. Meski saya merindukan kampung halaman dan kepindahan kami tidak masuk akal bagi saya, saya tahu kami berada tepat di tempat yang Allah inginkan pada saat itu.


Sepanjang hidup ini, kita sering membuat keputusan yang tidak masuk akal pada saat tertentu, tetapi keputusan itu kemudian terbukti tepat dan memang dibutuhkan untuk membawa kita ke tempat yang diinginkan Allah. Namun, proses pengambilan keputusan itu bukanlah atas jasa kami sendiri.


Yakobus berkata bahwa kita akan menghadapi beragam pencobaan yang menguji iman (Yak. 1:2-3). Ia menawarkan sebuah proses pengambilan keputusan yang telah teruji waktu, memuliakan Allah, dan menghasilkan ketekunan (ay. 4). Jika kekurangan hikmat, kita perlu “memintanya dari Allah, maka Allah akan memberikan kebijaksanaan kepadanya; sebab kepada setiap orang, Allah memberi dengan murah hati” (ay. 5 BIMK). Cara kita menghampiri-Nya juga penting. Ketika berdoa, kita “tidak boleh ragu-ragu. Sebab orang yang ragu-ragu adalah seperti ombak di laut yang ditiup angin ke sana ke mari” (ay. 6 BIMK). Sikap “ragu-ragu” membuat kita terombang-ambing antara mempercayai Allah atau mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita menjadi ragu akan kesetiaan dan kebaikan-Nya.


Saat kita mengambil keputusan, besar atau kecil, melibatkan Allah adalah langkah pertama untuk bertumbuh dalam hikmat dan kedewasaan rohani. Dia akan selalu menyediakan yang kita perlukan, menurut rencana dan waktu-Nya yang sempurna dan selaras dengan kebenaran Kitab Suci, sembari kita mengikuti pimpinan-Nya dengan keberanian dan keyakinan yang dikaruniakan Roh Kudus.


Yakobus 1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya. 


Xochitl Dixon, penulis Our Daily Bread

Senin, 18 November 2024

PENDERITAAN ADA GUNANYA


Bacaan: Yesaya 28:23-29


NATS: Dan ini pun datangnya dari Tuhan semesta alam; Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan (Yesaya 28:29)


Di masa-masa susah, saya sering mengeluh, “Siapa yang butuh penderitaan? Saya tidak perlu!” Namun, Yesaya 28 dan pengalaman saya sendiri telah membuktikan bahwa pertanyaan seperti itu merupakan reaksi yang kurang tepat. Kita memang tidak memerlukan kesusahan, tetapi kita perlu diubah dan bertumbuh menjadi dewasa. Di tangan Allah, kesusahan dapat menjadi alat yang efektif untuk memacu pertumbuhan yang kita perlukan.


Di ayat 23-28 kita membaca perumpamaan Nabi Yesaya “yang puitis”. Perumpamaan itu ditulis untuk membantu orang Israel agar dapat memahami bagaimana cara Allah bekerja dan apa yang ingin diwujudkan-Nya dalam hidup mereka ketika melalui masa-masa sukar. Seorang petani digambarkan sedang membajak tanahnya dengan sangat terampil, menabur benih, kemudian mengirik hasil panennya. Jika tanah dapat bicara, mungkin ia akan mengeluh, “Siapa yang mau dibajak dengan menyakitkan seperti ini?” Namun, penderitaan bukannya tidak berguna. Yesaya menceritakan bahwa petani telah diajar Allah untuk bekerja menurut ukuran dan tepat waktu; memperlakukan gandum yang lembut dengan hati-hati dan gandum jenis lain dengan dipukul-pukul. Dan masa panen pun pasti segera tiba.


Saat menghadapi masa-masa sukar, kita mendapatkan jaminan bahwa Allah petani itu adalah Allah kita juga, yang “ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan” (ayat 29). Dia selalu memperlakukan kita secara bijaksana dan mempunyai tujuan, sehingga menghasilkan “buah kebenaran yang memberikan damai” (Ibrani 12:11) --Joanie Yoder


BILA KITA MEMERCAYAI ALLAH

PENDERITAAN ADALAH KESEMPATAN UNTUK BERTUMBUH


Sumber: Renungan Harian

Minggu, 17 November 2024

BAPA YANG MENCARI


Bacaan: Yohanes 4:21-24


NATS: Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya Tuhan (Mazmur 27:8)


Ketika saya masih muda, seorang kawan mengajak saya untuk melakukan "saat teduh rutin" bersamanya. Saya tahu bahwa membaca Alkitab, berdoa, dan menghadiri kebaktian secara rutin sangatlah penting, dan saya ingin meluangkan waktu bersama Allah. Namun, rencana kawan saya itu tidak pernah berhasil saya terapkan. Saya memang mengikuti rutinitasnya selama satu atau dua minggu, bangun awal setiap pagi untuk membaca Alkitab dan berdoa. Saya menerapkan disiplin itu pada diri saya sendiri, seperti halnya melakukan push-up 50 kali setiap hari. Namun, itu tidak berlangsung lama. Akhirnya saya menyerah. Saya tidak tahu bagaimana memenuhi kerinduan hati saya untuk meluangkan waktu bersama Allah.


Kemudian suatu hari saya tersentak saat membaca tentang ucapan yang dilontarkan Yesus kepada perempuan di dekat sumur: "Bapa mencari" mereka yang akan menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Baca: Yohanes 4:23). Saat itulah saya menyadari bahwa Allahlah yang berinisiatif menaruh kerinduan di dalam hati saya supaya meluangkan waktu bersama-Nya.


Pemazmur mengatakan bahwa ia menanggapi panggilan Tuhan untuk mencari wajah-Nya (Mazmur 27:8). Gagasan bahwa Allah rindu untuk bersekutu dengan sayalah yang kini menarik saya ke dalam hadirat-Nya. Saat teduh saya bersama Allah tidak lagi menjadi kewajiban yang membosankan, melainkan sebagai tanggapan saya kepada Bapa yang rindu meluangkan waktu bersama saya.


Apakah Anda mendengar suara Bapa yang memanggil Anda? --David Roper


BERBICARALAH DENGAN ALLAH

DIA RINDU UNTUK MENDENGAR ANDA


Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 16 November 2024

Belajar dari Sang Ahi Kunci


Alkisah ada seorang ahli kunci yang merupakan ahli kunci terbaik dan dipercaya oleh beberapa perusahaan termasuk beberapa bank untuk merancang dan mengatasi masalah brankas yang rusak. Karena usianya, ia berencana untuk pensiun dan mewariskan semua ilmunya pada seorang murid terbaiknya untuk melanjutkan pekerjaan tersebut.


Sang ahli kunci tersebut menyeleksi dan ia mendapatkan 2 orang murid terbaiknya. Lalu ia menguji kemampuan kedua murid tersebut.

Sang ahli kunci mempersiapkan 2 buah peti yang sama dan keduanya diisi dengan berlian dan dibungkus kain. Masing-masing diletakkan di sebuah ruangan tersendiri. Kedua muridnya dipersilahkan masuk ke dalam ruangan masing-masing dalam waktu bersamaan.


Beberapa waktu kemudian murid pertama lebih dahulu keluar dengan membawa gembok yang sudah terbuka. Sang guru bertanya, "Apakah kamu sudah berhasil membuka peti tersebut?"

Sang murid dengan girang menjawab, "Saya berhasil membuka dengan cepat guru!"

"Apa isi dari peti yang kau buka?"

Sang murid dengan antusias menjelaskan, "Di peti itu berisi berlian yang dibungkus dengan kain putih." Lalu sang guru meminta ia menunggu di luar


Beberapa waktu kemudian keluarlah murid kedua dari ruangan. Ia membawa gembok dan menunjukan pada gurunya. Sang guru lalu bertanya, "Apa isi dalam peti tersebut?"

Murid kedua itu menjawab, "Saya tidak melihat isi dalam peti tersebut, dan itu bukan bagian dari pekerjaan saya. Tugas saya hanya membongkar gembok ini."


Sang guru pun mengumumkan, dari kedua murid terbaiknya, murid kedualah yang ia pilih untuk mendapatkan semua ilmu dia.

Murid pertama merasa tidak terima dengan keputusan sang guru. "Guru, bukankah aku lebih cepat dari dia? Tapi kenapa engkau memilih dia sebagai pewaris ilmu!"


Sang guru pun menjelaskan dengan bijak. "Saya tahu itu. Namun saya memiliki sebuah alasan untuk kalian ketahui. Tugas seorang ahli brankas adalah membuat sistem brankas yang aman, dan membuka brankas dalam keadaan darurat. Tugas kita hanya itu saja. Muridku, kamu memang cepat. Namun satu kesalahan kamu, kamu melihat isi peti. Itu bukan bagian dari wewenang kita."

Sang guru kembali melanjutkan. "Aku sebenarnya sedang tidak menguji kemampuan kalian. Kalian berdua sama-sama hebat. Aku sedang menguji tanggung jawab kerja kalian, karena itulah hal yang paling penting."


Kita semua tahu keahlian dan kepintaran adalah hal yang penting. Tapi orang yang pintar tanpa memiliki kejujuran dan perilaku yang baik, ia bisa berpotensi menjadi orang jahat yang sangat berbahaya. Jadi kita jangan hanya menjadi orang yang pintar, namun kejujuran dan moral yang baik harus kita tumbuhkan dalam diri kita.


"Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya." (Amsal 2:7)


Sumber: Renungan Kristen