Kamis, 31 Desember 2020

Ingatan Pendek

Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! (Mazmur 103:2)

Saat dihadapkan pada Laut Teberau sementara di belakang tentara Mesir mengejar, bangsa Israel berpikiran buruk tentang apa yang diperbuat Tuhan. Mereka berpikir hendak dikubur di padang gurun (Kel 14:10-12). Padahal Tuhan baru memunculkan sepuluh tulah untuk mengeluarkan mereka dari perbudakan Mesir! Sampai di Mara, mereka bersungut-sungut karena tidak mendapat air (Kel 15:23-24). Padahal Tuhan baru "membelah" Laut Teberau di depan mata mereka! Di padang gurun Sin, mereka mengeluh tak ada makanan (Kel 16:2-3). Padahal Tuhan baru mengubah air di Mara yang pahit menjadi manis! Di Rafidim, mereka marah karena tidak ada air (Kel 17:1-3). Padahal Tuhan baru menurunkan manna! Ingatan bangsa Israel ternyata pendek!

Kita pun sering dihinggapi ingatan pendek. Kita tidak fokus dan sering mengabaikan pertolongan Tuhan. Daud sadar dirinya pun cenderung mendapat serangan ingatan pendek! Karena itulah Daud mengatakan pada jiwanya untuk tidak melupakan segala kebaikan Tuhan (ay. 2). Banyak hal Tuhan lakukan dalam hidup kita. Dia mengampuni dosa, menyembuhkan penyakit, mencurahkan kasih setia dan rahmat serta mengelilingi kita dengan kebaikan (ay. 3-5). Tuhan adil, Dia pembela, penyayang dan pengasih, pula panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya (ay. 6-8).

Saat persoalan datang menerpa, alih-alih menjadi kecewa, ingatlah kembali kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita. Jika sebelumnya Tuhan menolong, sekarang Dia pasti akan menolong! Tenangkan jiwa kita dan nantikan pertolongan dari Tuhan! --LIN/www.renunganharian.net

MENGINGAT KEMBALI KEBAIKAN TUHAN AKAN MEMBUAT DIRI KITA KUAT SAAT MENGHADAPI PERSOALAN.

#Bacaan hari ini dari Kolose pasal 3#

Rabu, 30 Desember 2020

Racun Pikiran

Pada tahun 1939, George Dantzig adalah mahasiswa sebuah universitas di AS. Pada suatu hari, ia datang terlambat pada mata kuliah matematika Prof. Jerzy Neyman. Ketika masuk kelas, ternyata dosen dan teman-teman kuliahnya sudah pulang.

George kemudian melihat 2 buah soal pada papan tulis kelas. Pikirnya, itu pasti PR yang baru diberikan oleh sang profesor! Dia pun segera mencatat pada bukunya dan pulang.

Berhari-hari dia mencoba untuk menyelesaikan PR tersebut, berbagai cara ia coba. “Tidak biasanya dosen memberi tugas demikian sulitnya, tapi pasti ada jawabannya… pasti ada…,” gumamnya.

Pada akhirnya, ia berhasil mengerjakan soal no.1. Keesokan harinya ia pun mengumpulkan tugas tersebut, yang diletakkan di ruang kerja profesornya.

Siang hari, ia dicari oleh sang profesor yang bertanya keheranan, sekaligus penuh semangat, “Bagaimana kamu bisa menyelesaikan soal tersebut?”

George menjelaskan semua usahanya.

Anda tahu apa jawaban dari sang profesor tersebut?

Soal itu ternyata ditulis oleh sang profesor ketika ia sedang menjelaskan tentang dua buah soal tersulit di muka bumi ini dan hingga saat itu belum ada yang bisa memecahkannya!

Berarti, kalau saja saat itu George mengikuti mata kuliah tersebut, mungkin saat itu ia berpikir bahwa itu memang soal tersulit; juga berpikir bahwa memang tak ada seorang pun dapat menyelesaikannya.

George Bernard Dantzig kemudian menjadi profesor yang sangat terkenal dan disegani di Stanford University.

Dialah pemecah soal tersulit, dan dia memecahkannya ketika dia memang tak tahu bahwa yang dikerjakannya adalah soal tersulit di dunia ini.

Pikiran kita sesungguhnya memiliki kemampuan yang luar biasa. Tetapi seringkali diracuni oleh hal-hal negatif yang masuk dari luar diri kita sehingga melemahkan pikiran kita. Dalam hal ini, kata-kata seperti: “Tidak mungkin”, “Sangat sulit”, “Mustahil”, “Tidak ada harapan”, “Tidak akan bisa”, dan lainnya adalah racun pikiran yang bisa menciptakan mental block, yang akan membatasi dan melemahkan kemampuan pikiran kita.

Oleh karena itu, buang jauh-jauh semua pikiran negatif itu jika mau berhasil. Jadilah pribadi yang selalu positif dalam menjalani kehidupan ini!

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)

Sumber: Renungan Kristen

#Bacaan hari ini dari Kolose pasal 2#

Selasa, 29 Desember 2020

Bacaan: Kolose 1:9-10 


Rasul Paulus berdoa utk jemaat di Kolose spy mrk:

1. Punya hikmat dan pengertian yg benar

2. Tahu kehendak Tuhan

3. Berkenan kpdNya dlm sgl hal

4. Memberi buah

5. Bertumbuh dlm pengenalan akan Tuhan. 

Mari kita sama2 saling mendoakan spt doa rasul Paulus utk jemaat di Kolose 😇🙏


SELINGAN MENYENANGKAN

NATS: Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu (Roma 12:2)

Teman saya mencari gereja untuk beribadah. Lalu ia mengatakan bahwa ia telah menemukan gereja yang ia inginkan, “Saya menyukai gereja ini karena tak harus mengubah gaya hidup saya yang suka berpesta pora. Gereja ini tak membuat saya merasa bersalah atau menuntut apa pun dari diri saya. Saya puas dengan diri saya ketika berada di sana.”

Ceritanya itu membuat saya bertanya-tanya berapa banyak orang yang berada di situasi semacam itu. “Kekristenan” mereka disebut penulis W. Waldo Beach sebagai “selingan akhir pekan yang menyenangkan”.

Namun, apakah Yesus memanggil kita untuk hidup seperti itu? Beach berkata, “Tak ada AC dan bangku gereja yang empuk di gereja pinggiran kota yang dapat menutupi kebenaran bahwa ... menjadi murid Kristus itu menuntut harga; bahwa bagi pengikut yang setia, selalu ada salib yang harus dipikul. Tak seorang pun dapat memahami kekristenan secara mendalam bila hendak masuk ke dalamnya hanya untuk menikmatinya sebagai selingan akhir pekan yang menyenangkan.”

Menjadi orang kristiani berarti mengenal Yesus secara pribadi. Kita telah menerima-Nya dengan iman sebagai Juruselamat dari dosa, dan kita memberi diri untuk-Nya. Kita menyangkal kehendak kita dan memilih kehendak-Nya. Dia mengubah cara berpikir, nilai-nilai, dan prioritas kita untuk mencerminkan apa yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1,2).

Apakah agama Anda hanya suatu selingan akhir pekan yang menyenangkan? Tak ada yang dapat menggantikan hubungan kita yang sangat penting dengan Yesus! --Anne Cetas

PEMURIDAN MENUNTUT KEDISIPLINAN

Sumber: Renungan Harian

#Hari ini kita mulai membaca surat Paulus kepada jemaat di Kolose#

Senin, 28 Desember 2020

Bacaan: Filipi 4:4-9

Filipi 4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! 

Paulus mengatakan ini ktk dlm penjara. Jgnkan dlm penjara, dlm kehidupan sehari2 pun tdk mudah utk bersukacita apalagi kl bnyk mslh.

Sy berpikir knp Paulus bs bersukacita dlm penjara? Ayat di atas blg sukacita "dalam Tuhan". Jd sukacita Paulus bukan bergantung pd keadaannya tp krn dia sdh memiliki Kristus.

Utk spt Paulus, sy tahu tdk mudah tp dgn belajar di ayat2 selanjutnya (5-9), sy diajar bagaimana spy bs bersukacita dlm Tuhan.

1. Ayat 5 -> peduli kpd org lain.

2. Ayat 6 -> tdk kuatir tp berdoa dan bersyukur.

3. Ayat 7 -> hidup damai dgn smua org (Roma 12:18). 

4. Ayat 8 -> isi pikiran dgn hal positif.

5. Ayat 9 -> lakukan kehendak Allah.


Sucikan Bait Allah

Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." (Yohanes 2:16)

Seharusnya sebuah rumah Tuhan sebenarnya merupakan tempat perjumpaan kita dengan Tuhan dan suatu tempat yang harus selalu dikuduskan dan disucikan, tetapi seringkali menjadi ajang bisnis dan menjadi tempat untuk meraup keuntungan bagi oknum-oknum tertentu.

Ayat bacaan di atas diceritakan bagaimana Tuhan Yesus datang ke Bait Suci di Yerusalem, la mendapati para pedagang yang sedang berjualan, segera la mengusir mereka, karena la tidak setuju dan tidak suka jika rumah BapaNya dikotori dan menjadi tempat berjualan.

Bait Suci ini berbicara mengenai tempat di mana Bapa kita bertahta, tidak hanya melulu mengenai gereja saja, namun suatu bentuk Bait Suci yang terkecil adalah pribadi kita. Saat pribadi kita dijadikan tempat untuk berdagang, maksudnya motivasi utama kita dalam beribadah adalah melakukan transaksi yang hanya mendatangkan keuntungan untuk diri kita sendiri, itu bisa dikatakan sebagai Bait Suci yang tidak berkenan di hadapan Tuhan Yesus. Ataupun jika kita mengisi diri kita dengan hal-hal yang kotor, layaknya pasar yang tidak terawat, maka hal itu pun mendatangkan kejijikan di hadapanNya. Ketika pribadi kita yang berstatus sebagai Bait Suci, namun tidak sesuai dengan namanya, yaitu Bait yang Suci, maka Tuhan tidak berkenan atas kita.

Setiap motivasi kita ketika berada di hadapan Tuhan itu tidak bisa kita tutup-tutupi. Jadi mari kita menjadi pribadi yang memiliki motivasi yang benar di hadapan Tuhan. Motivasi yang mencari Tuhan dengan segenap hati.

Renungan :
Tuhan tidak berkenan kepada keadaan yang kotor dan berbagai kenajisan dalam BaitNya. Apakah kita telah bersih dari kotoran itu ?

Apakah manusia rohani kita sudah tidak berdaki lagi ?

Sumber: Renungan Bethany Graha

#Surat Paulus kepada jemaat di Filipi sebanyak 4 pasal telah selesai kita baca hari ini. Apa yang dapat kita pelajari dari surat ini?

Minggu, 27 Desember 2020

KURIR

NATS: Sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu (Daniel 10:12)

Di sela-sela tugasnya sebagai seorang serdadu selama Perang Dunia II, seorang kawan saya yang bernama Oscar juga menjadi kurir militer. Ia bertugas membawa pesan ke unit-unit lain yang berada di dekat garis depan. Pada malam hari ia harus berjalan melalui semak-semak dan pepohonan untuk menyampaikan informasi penting tentang strategi perang. Beberapa kali ia berpapasan dengan patroli musuh sehingga ia terpaksa harus mengambil jalan lain. Untuk tugas ini ia pernah tertembak lebih dari sekali.

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, Daniel menggambarkan suatu peristiwa, saat malaikat masih menjadi kurir yang bertugas membawa pesan dari surga ke bumi. Pada waktu itu, Setan berusaha menghalang-halangi agar pesan tersebut tidak sampai. Dan kaki tangan Setan (dalam hal ini raja orang Persia) berhasil memperlambat perjalanan malaikat yang membawa pesan Allah itu (Daniel 10:13). Sebenarnya tidak mengherankan, karena ini adalah bagian dari strategi perang Setan.

Saya yakin sampai saat ini Setan dan anak buahnya terus berusaha menghalangi agar pesan Allah tidak sampai kepada umat manusia, bahkan dalam hal-hal yang kita hadapi sehari-hari. Misalnya saat kita membaca Alkitab, muncul berbagai macam interupsi. Saat khotbah disampaikan, pikiran kita mungkin melayang ke hal-hal lain. Saat kita merasa perlu mengabarkan keselamatan dari Yesus kepada seseorang, usaha kita mungkin terhalangi. Dalam situasi-situasi seperti ini, kita harus merendahkan hati dan berseru memohon pertolongan Allah (ayat 12). Dia mampu membuat pesan-Nya tersampaikan -Dave Egner

TIPU MUSLIHAT SETAN TIDAK DAPAT MENANDINGI KEBIJAKSANAAN ALLAH

Sumber: Renungan Harian

#Bacaan hari ini Filipi pasal 3#

Sabtu, 26 Desember 2020

BERIKAN KEPADA SESAMA

NATS: Bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi (1Tesalonika 2:8)

Para orangtua, guru, dan anggota dewan sekolah di Texas tengah, terkejut ketika sepasang orang tua pensiunan menawarkan beasiswa empat tahun kuliah kepada 45 siswa kelas satu di sebuah sekolah setempat. Persyaratannya hanyalah anak-anak tersebut harus menjauhkan diri dari narkoba, lulus dari SMU di wilayah itu, dan masuk universitas negeri terakreditasi di Texas, akademi, atau sekolah dagang. Beberapa tahun sebelumnya, sebuah perusahaan telah membayar setengah biaya kuliah salah satu penyumbang beasiswa tersebut, dan ia tak pernah melupakan hal itu. "Mereka telah menolong saya," katanya, "dan kini adalah giliran saya."

Kita semua telah menerima karunia yang dapat dibagikan kepada orang lain. Meskipun mungkin bukan berupa uang, yang pasti itu adalah sesuatu yang telah meningkatkan taraf hidup kita. Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa "kami ... bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi" (1Tesalonika 2:8).

Apakah yang telah diberikan kepada Anda yang perlu Anda teruskan kepada sesama dalam nama Kristus? Karunia mendengarkan ketika seseorang ingin mengutarakan persoalannya? Membagikan kesaksian dalam kelompok pendalaman Alkitab tempat orang ingin menyuburkan hidup dengan firman Tuhan? Mengirim kartu sebagai tanda perhatian kepada seseorang yang berbeban berat?

Injil selalu menjadi lebih efektif bila dibagikan oleh orang-orang yang dengan senang hati memberikan hidup mereka kepada sesama --David McCasland

ALLAH MEMBERI KEPADA ANDA SEHINGGA ANDA DAPAT MEMBERI BAGI SESAMA

Sumber: Renungan Harian

#Bacaan hari ini dari Filipi pasal 2#

Jumat, 25 Desember 2020

Punya Akses Langsung Kepada Tuhan

Roma 5: 1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

Sebuah studi tahun 2018 yang membahas tentang data penggunaan media sosial oleh remaja menemukan bahwa kurang dari sepertiga anak remaja saat ini lebih suka melakukan percakapan secara langsung. Sisanya, mereka lebih suka mengirim pesan teks atau memakai cara digital lain untuk berkomunikasi.

Waktu kamu berteman dengan seseorang, kamu akan terus menerus berbicara dengan dia bukan? Mungkin kamu bicara di telepon atau secara langsung atau melalui pesan teks, tapi percakapan itu bisa berlanjut sepanjang hari. Berlanjut sampai keesokan harinya.

Ini adalah gambaran dari sebuah jalinan persahabatan. Biasanya teman suka  berkomunikasi satu sama lain. Teman suka menghabiskan waktu satu sama lain. Dengan cara yang sama, Tuhan mau kamu berkomunikasi dengan Dia. Karena Dia selalu ingin mendengarkan dan berbicara denganmu.

Bagaimana hubungan persahabatan yang erat dengan Tuhan ini bisa terjalin? Kita bisa bersahabat dengan Tuhan karena Yesus yang membuka aksesnya. Tak ada yang bisa kita lakukan untuk mendapatkannya kecuali Yesus sendiri yang memberikannya.

Di Roma 5: 1, Rasul Paulus menyampaikan bahwa, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”  Persahabatan dengan Tuhan memberi kita kedamaian pribadi. Di malam Natal pertama, malaikat berkata, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2: 14)   Kedamaian di dalam Tuhan membuat kita tidak terhanyut ke masa lalu kita. Dia tidak lagi mengingat dosa-dosa kita.

Apalagi kita punya akses langsung kepada Dia. Kita bisa datang kepada Tuhan kapan pun kita mau. Roma 5 ayat 2 berkata, “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.”

Kedatangan Yesus ke dunia telah memberikan kita akses masuk ke hadirat-Nya.

Hari ini mari bersyukur atas kelahiran Yesus yang kita rayakan hari ini. Mari bersukacita dan menikmatinya dengan penuh damai.

Sumber: Harvest Ministries, disadur dari Crosswalk.com

#Hari ini kita mulai membaca surat Paulus kepada jemaat di Filipi#

Kamis, 24 Desember 2020

Ada Yesus Ada Mujizat

”Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ” (Yohanes 2:1)

Pada ayat bacaan diatas, diceritakan bahwa di sebuah pesta pernikahan di Kana dan Tuhan Yesus turut diundang untuk ikut merasakan sukacita sebuah pernikahan. Namun hal yang tak terduga pun terjadi. Ketika semua orang sedang menyantap hidangan yang ada, mereka kekurangan anggur untuk dihidangkan. Suatu hal yang sangat memalukan apabila orang mengadakan pesta, dan telah mengundang banyak orang, namun di tengah-tengah pesta, mereka kekurangan minuman atau makanan untuk dihidangkan.

Di pesta itu tiba-tiba suatu hal terjadi: mereka kehabisan anggur! Ketika mereka memutuskan untuk mengundang Tuhan Yesus, mereka tidak mungkin berpikiran bahwa mereka akan kekurangan anggur. Saya percaya bahwa mereka mengundang Yesus dengan tulus, sebab saat itu Yesus belum terkenal dan belum mengadakan satu tanda mujizat pun. Bukankah Alkitab berkata bahwa pesta pernikahan di Kana ini Yesus melakukan mujizat pertama kalinya ?

Jadi tujuan utama mereka mengundang Yesus adalah agar Tuhan Yesus pun ikut merasakan sukacita pesta pernikahan. Dan ketika ternyata terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, Tuhan Yesus mengerti akan hal itu, dan Dia segera mengadakan pertolongan. Mujizat pun terjadi.

Saudara, banyak sekali orang yang mengundang Tuhan Yesus hadir dalam kehidupannya adalah ketika mereka sedang menghadapi suatu kesulitan. Ketika mereka menghadapi permasalahan, mereka segera mencari Tuhan Yesus. Mereka segera mengundang Tuhan Yesus, entah melalui pengadaan persekutuan-persekutuan doa ataupun meminta hamba Tuhan untuk mendoakannya. Namun apakah yang terjadi saat keadaan mereka sedang baik-baik saja, bahkan cenderung dalam berkelimpahan? Mereka melupakan Tuhan Yesus. Mereka lupa, bahwa keadaan yang sedang mereka hadapi, yaitu keadaan yang berkelimpahan itu adalah dari Tuhan. 

Renungan :
Melalui perenungan kali ini, mari kita belajar untuk selalu mengundang Tuhan Yesus untuk hadir dalam kehidupan kita. Apapun keadaan kita, senang ataupun susah, kita tetap mengundang Dia, biar Dia selalu menjadi bagian hidup kita yang tidak pernah bisa terpisahkan.

Tanpa Yesus tidak ada mujizat.

Sumber: Renungan Bethany Graha

#Hari ini kita membaca pasal ke 6 dari surat Paulus kepada jemaat di Efesus dan ini adalah pasal yang terakhir. Kiranya firman Tuhan terus menolong dan membimbing kita untuk semakin mengasihi, bertumbuh dan berbuah bagi kemuliaan Tuhan 

Rabu, 23 Desember 2020

BERSIKAP DEWASA SAAT DALAM MASALAH

"Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan kitapun terluput!"  Mazmur 124:7

Masalah apa pun yang sedang kita alami pasti mendatangkan kebaikan jika kita mampu melihat dan memandangnya dari sudut pandang yang benar, jika kita mampu meresponinya dengan sikap hati yang benar pula.  Sebesar apa pun masalah yang kita alami saat ini pasti ada pelajaran berharga yang kita dapatkan.  Jika kita menyikapi masalah sebagai pemelajaran hidup dan bagian dari proses pendewasaan iman, maka kita percaya bahwa hal-hal yang baik pasti terjadi dalam hidup kita.  Tak perlu kita takut, kecewa dan marah kepada Tuhan jika sedang berada dalam masalah.  Jika Tuhan ijinkan masalah kita alami, percayalah Tuhan pasti memberikan jalan keluar yang terbaik untuk kita.

Tak banyak orang Kristen mampu menyikapi masalah dari sudut pandang yang benar!  Kebanyakan memberikan respons negatif terhadap masalah yang dialaminya.  Ada masalah sedikit saja mereka langsung mengeluh, mengomel, merengek-rengek, bersungut-sungut, tersinggung, marah, tak mau dinasihati, tak mau ditegur, lalu mogok ke gereja dan mogok dari pelayanan.  Bukankah ini menunjukkan bahwa kita ini masih berlaku seperti kanak-kanak alias tidak dewasa rohani.  Menjadi tua secara fisik adalah pasti bagi semua orang, tetapi menjadi dewasa rohani itu akibat kita mau berproses, salah satu prosesnya adalah melalui masalah.  Melalui masalah yang ada sesungguhnya Tuhan sedang menggiring kita untuk mendekat kepada-Nya.  Kalau mau jujur, tidak sedikit orang Kristen yang ngotot pergi ke gereja karena mereka sedang mengalami pergumulan hidup  (masalah)  yang berat.  Dari situlah kita sadar bahwa sesungguhnya kekuatan dan kemampuan kita sangat terbatas, karena itu kita membutuhkan Tuhan dalam hidup ini. 

Melalui masalah, kita diajar bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan belajar memegang teguh janji firman Tuhan!  Janji manusia mudah sekali tidak ditepati dan meleset, tapi janji Tuhan adalah ya dan amin!  "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."  (Matius 24:35).  Jangan terpaku pada masalah atau situasi, sebab hidup kita ini adalah karena percaya.

"Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."  1 Korintus 13:11b

Sumber: Air Hidup Blog 

#Bacaan hari ini Efesus pasal 5#

Selasa, 22 Desember 2020

RELA MENJALANI

[[Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?]] (Ayub 2:10b)

Pendeta Henry Covington adalah salah seorang tokoh dalam buku kisah nyata, Have a Little Faith , karangan penulis buku laris, Mitch Albom. Ketika remaja, ia seorang berandalan; suka mencuri, beberapa kali merampok, pengedar sekaligus pemakai narkoba. Berulang kali Henry lolos dari jerat hukum. Sampai suatu kali ia dijebloskan ke dalam penjara untuk suatu kasus pembunuhan yang justru tidak ia lakukan. Ia sangat marah. Ia merasa itu tidak adil. Henry lupa, entah sudah beberapa belas kali seharusnya ia masuk penjara namun lolos.

Seperti Henry remaja, umumnya kita lebih peka terhadap hal buruk yang menimpa daripada terhadap hal baik. Bukan saja dalam relasi kita dengan sesama, tetapi juga dalam relasi kita dengan Tuhan. Akibatnya, kita cenderung lebih mudah mengeluh daripada bersyukur, memprotes daripada berterima kasih. Kita mengeluh dan marah ketika hal buruk terjadi, terlebih kalau kita merasa tidak pantas mengalaminya. Namun, ketika hal baik terjadi, walaupun kita juga tidak pantas menerimanya, kita diam-diam saja.

Tidak demikian dengan Ayub. Ketika hal-hal buruk menimpanya, dan ia punya alasan untuk memprotes Tuhan, ia justru berkata, ”Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Ya, baik dan buruk, suka dan duka, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidup ini. Ibarat dua sisi pada satu mata uang yang sama. Oleh karena itu, yang terbaik adalah menerima dan menjalani apa pun yang terjadi dengan rela hati. (Ayub Yahya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

#Bacaan hari ini dari Efesus pasal 4#

Senin, 21 Desember 2020

LEBIH BERBAIK HATI

NATS: Ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia (Titus 3:4)

Aldous Huxley (1894-1963), seorang cendekiawan dunia terkemuka, mengunjungi Houston Smith, profesor filsafat dan agama terkenal. Lalu mereka mengendarai mobil menuju suatu pertemuan. Di tengah perjalanan Huxley berkata, "Tahukah engkau, Houston, rasanya agak memalukan harus menghabiskan hidup untuk memikirkan kondisi manusia ... tetapi akhirnya saya mendapati bahwa nasihat yang benar-benar berarti hanyalah, 'Cobalah untuk sedikit lebih berbaik hati.'"

Paulus melihat kebaikan hati dari sudut pandang yang berbeda. Dalam Efesus 4:32, ia menghubungkan sikap baik hati, lemah lembut, dan penuh pengampunan dengan perlakuan Allah kepada kita. Dalam Titus 3:4, ia berkata bahwa "kemurahan Allah ... dan kasih-Nya" memberikan keselamatan yang kekal.

Dalam dunia di mana keegoisan yang tanpa perasaan dan sikap tidak peduli terhadap orang lain sudah dianggap sangat umum, kebaikan hati dapat membuat hidup kita berbuah jika digerakkan oleh kasih seperti Kristus. Apabila jalan hidup kita selaras dengan perkataan kesaksian kita, maka hidup kita akan memberikan dampak yang menarik perhatian orang lain dengan mengarahkan mereka pada kasih yang Allah sediakan bagi mereka dalam Yesus Kristus. Jika Huxley telah mempelajari apa yang dipelajari Paulus, ia pasti melihat bahwa mencoba untuk sedikit lebih berbaik hati adalah salah satu kebenaran yang terdalam.

Apa yang memotivasi kita untuk mencoba melakukannya? Tak ada alasan yang lebih baik daripada kasih Allah seperti yang telah dinyatakan Yesus kepada kita --Vernon Grounds

BERBAIK HATI BERARTI MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN SEPERTI ALLAH MEMPERLAKUKAN ANDA

Sumber: Renungan Harian

#Bacaan hari ini dari Efesus pasal 3#

Minggu, 20 Desember 2020

PERANG DALAM BATIN

NATS: Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging (Galatia 5:16)

Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus mencoba membuat mereka memahami konflik batin yang akan dialami semua orang yang menjadi milik Kristus. Peperangan ini terjadi antara "daging" (sifat dasar manusiawi kita yang berdosa) dan Roh Kudus yang tinggal di dalam kita (Galatia 5:17).

Karena sifat alami kita yang berpusat pada diri sendiri menginginkan jalannya sendiri, maka keinginan itu bertentangan dengan perintah Kristus di dalam diri kita. Akhirnya, kita kerap mengikuti keinginan diri sendiri, bukannya kehendak Allah (ayat 17).

Suatu kali saya berdoa dengan putus asa, "Tuhan, tolong tunjukkan bagaimana cara mengatasi masalah ini!" Tuhan pun menuntun saya pada ucapan Paulus dalam Galatia 5:16, "Hiduplah oleh Roh." Saya terus membacanya, dan akhirnya dapat mengenali "perbuatan daging" dalam diri saya, yakni iri hati, amarah, kebencian, dan kepentingan diri sendiri (ayat 19-21).

Saya memohon ampun kepada Allah, dan akhirnya mengerti bahwa saya telah disalib bersama Kristus (ayat 2:20). Kuasa tubuh dosa saya telah dipatahkan (Galatia 5:24; Roma 6:6,7). Perlahan-lahan, saya belajar membuat "kematian" ini bekerja dengan menjadikan daging saya tidak lebih dari jasad! Saya pun membuat suatu keputusan untuk hanya mengenali dan menaati kehendak Kristus setiap hari. Kadang saya gagal, tetapi pertobatan membawa saya kembali melangkah bersama Roh Kudus.

Kita menghadapi konflik ini setiap hari, tetapi Roh dapat mengatasi hasrat kita yang penuh dosa dan memenangkan peperangan. Bagian manakah dari hidup Anda yang menang? --Joanie Yoder

ALLAH AKAN MEMBERI KITA KEMENANGANN NAMUNKITA HARUS BERSEDIA UNTUK BERPERANG

Sumber: Renungan Harian

#Hari ini kita membaca Efesus pasal 2#

Sabtu, 19 Desember 2020

Jangan Biarkan Kepahitan Menguras Emosi Anda

Amsal 27: 3 “Batu adalah berat dan pasirpun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh.”

Kepahitan bukan hanya mencekik kebahagiaan dan emosi sehat Anda, tetapi juga mencekik jiwa Anda. Ketika Anda menyimpan kepahitan di hati Anda, maka Anda tak dapat bernafas secara spiritual.

Kepahitan hanya akan membebani Anda dan melemahkan jiwa Anda. Amsal 27: 3 mengatakan, “Batu adalah berat dan pasirpun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh.”

Memilih untuk menjadi kepahitan itu ibarat memilih untuk membawa sebuah beban besar ke mana pun Anda pergi, sepanjang waktu. Itu beban yang tak ada gunanya tetapi Anda memilih untuk memikulnya.

Kadang Anda mungkin berpikir bahwa Anda bisa menyakiti orang yang menyakiti Anda dengan mengingat-ingat apa yang telah terjadi — bahwa dengan tetap marah, orang tersebut akan menjadi sengsara.

Akan tetapi, kepahitan ialah senjata yang sia-sia. Itu tidak menyakiti orang yang ingin Anda balas. Itu hanya akan membuat Anda sengsara.

Orang yang menyakiti Anda mungkin tidak sadar bahwa Anda sedang memikirkan mereka sepanjang waktu. Kepahitan itu bagaikan meminum racun dan berharap itu membunuh orang yang menyakiti Anda, tapi kenyataannya orang itu ada di luar sana sedang makan malam steak dan menikmati hidup mereka. Bahkan mereka tidak memikirkan Anda sekali pun! Mereka sudah melanjutkan hidup mereka. Anda hanya membuang-buang waktu Anda jika terus mencoba menggunakan kepahitan Anda sebagai senjata. Anda hanya akan melukai diri sendiri.

Anda mungkin telah lama disakiti oleh seseorang, dan saya turut berempati karena Anda harus mengalami rasa sakit itu. Namun, ini kabar baiknya: Mereka tidak dapat menyakiti Anda lagi! Satu-satunya cara mereka bisa terus menyakiti Anda yaitu bila Anda memilih untuk menyimpan rasa sakit Anda dan mengingat-ingat itu terus menerus dalam pikiran Anda. Alkitab berkata dalam Ayub 18: 4, “Engkau yang menerkam dirimu sendiri dalam kemarahan, demi kepentinganmukah bumi harus menjadi sunyi, dan gunung batu bergeser dari tempatnya?”

Anda tidak perlu terluka lagi. Lepaskan rasa sakit dan luka Anda. Serahkan itu pada Tuhan. Ketika Anda melakukannya, Anda akan menghirup udara segar kebebasan dan mampu bergerak maju dengan hidup yang bertujuan.

Renungkan hal ini:
- Selama masa pandemi ini, ada banyak beban yang tidak bisa Anda pilih, termasuk beban luka masa lalu. Anda bisa memilih untuk memikul beban yang seperti itu atau tidak. Luka apa yang harus Anda serahkan kepada Tuhan hari ini?
- Apakah selama ini kepahitan selalu berlanjut dalam keluarga Anda? Jika demikian, apa yang harus Anda lakukan untuk memutus siklus itu di generasi Anda?
- Mengapa Anda mengalami kebebasan ketika Anda menyerahkan luka Anda kepada Tuhan?

Setiap kali Anda menghirup kepahitan, Anda sedang mencekik jiwa Anda

Sumber: Daily Devotional by Rick Warren 

#Hari ini kita akan mulai membaca surat Paulus kepada jemaat di Efesus#

Jumat, 18 Desember 2020

Memberi yang Terbaik

Ia mentahirkan . . . , menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan. –Maleakhi 3:3

Saat memasuki sebuah rumah penampungan tunawisma di lingkungan kami, di hadapan kami ada setumpuk sepatu hasil sumbangan. Pimpinan tempat itu mengundang persekutuan kaum muda kami untuk membantu menyortir timbunan sepatu bekas itu. Kami menghabiskan waktu sepanjang pagi mencari pasangan sepatu-sepatu tersebut dan menjejerkannya di lantai beton. Di akhir kegiatan itu, kami membuang lebih dari setengah sepatu yang ada karena kondisinya sudah terlalu jelek untuk bisa dipakai lagi. Walaupun tempat penampungan itu tidak bisa melarang orang memberi barang-barang yang sudah rusak, tetapi mereka menolak membagikan sepatu-sepatu yang sudah tidak layak pakai.

Bangsa Israel juga bermasalah dengan pemberian yang tidak layak kepada Allah. Melalui Nabi Maleakhi, Allah menegur orang Israel yang mempersembahkan binatang yang buta, timpang, atau sakit, padahal mereka punya hewan-hewan yang sehat untuk dipersembahkan (ay.6-8). Dia menyatakan ketidaksenangan-Nya (ay.10), menegaskan kelayakan-Nya untuk menerima yang terbaik, dan menegur umat-Nya karena mereka menyimpan yang terbaik untuk diri mereka sendiri (ay.14). Namun, Allah juga berjanji mengirimkan Mesias, dengan kasih dan anugerah yang akan mengubah hati mereka dan membangkitkan kerinduan mereka untuk membawa persembahan yang berkenan kepada-Nya (3:1-4).

Ketika kita merenungkan semua yang telah Allah lakukan, kita akan memberikan yang terbaik kepada-Nya.

Terkadang, kita tergoda memberikan sisa-sisa milik kita kepada Allah. Kita memuji Allah dan mengharapkan Dia memberikan segalanya kepada kita, tetapi sebaliknya kita hanya memberikan remah-remah kepada-Nya. Ketika kita merenungkan semua yang telah Allah lakukan, kita dapat bersukacita merayakan kelayakan-Nya dan memberikan yang terbaik dari kita kepada-Nya.

Mengapa terkadang Anda tergoda memberikan barang sisa atau rusak kepada Allah? Dengan apa Anda bisa memberikan yang terbaik bagi-Nya hari ini?

Allah yang perkasa, tolonglah aku mengutamakan Engkau dan memberikan yang terbaik kepada-Mu.

Wawasan
Nabi Maleakhi menegur bangsa Israel atas perilaku mereka yang kurang ajar terhadap Allah. Mereka menunjukkannya dengan cara melecehkan kemurnian korban yang harus mereka bawa untuk dipersembahkan. Mereka membawa hewan yang buta, timpang, dan sakit (1:8), padahal Allah mengharuskan hewan persembahan yang tak bercela (lihat Imamat 1:3,10; 3:1,6; 4:3,23,28,32). Allah menganugerahkan pemberian-pemberian yang baik kepada bangsa Israel, dan mereka juga diharapkan memberikan yang terbaik kepada-Nya. Mempersembahkan korban yang bercela adalah tanda sikap tidak hormat, dan berarti mereka hanya melakukan ritual dan bukan menghormati Allah sepenuh hati mereka. –J.R. Hudberg
  
Sumber: Santapan Rohani

#Hari ini kita menyelesaikan pembacaan surat Paulus kepada jemaat di Galatia pasal 6# 

Kamis, 17 Desember 2020

Menghitung Pengampunan?

Yesus berkata kepadanya, "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (Matius 18:22)

Ajaran tentang pengampunan rasanya takkan ada habisnya untuk dibahas. Sepanjang kehidupan manusia berlangsung, dengan potensi konflik dan masalah yang sangat mungkin terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, kebutuhan untuk pengampunan akan tetap ada. Termasuk dalam relasi di antara sesama orang percaya maupun dalam kehidupan berkeluarga, yang notabene seharusnya diwarnai kehidupan yang penuh kasih dan saling mengampuni.

Pertanyaan yang diajukan Petrus tentang pengampunan mendapat tanggapan yang mengejutkan dari Yesus. Jika Petrus merasa bahwa tujuh kali pengampunan sudah cukup, Yesus "melipatgandakan" hingga 70 kali lipat! Tentu yang Yesus maksud bukanlah perhitungan matematis, yakni tujuh puluh kali tujuh. Yesus hendak mengajarkan bahwa dalam mengampuni, sebaiknya kita tidak melakukan hitung-hitungan. Artinya, kapan pun pengampunan dibutuhkan, diharapkan kita dapat memberikannya. Semuanya demi kebaikan kita dan orang yang kita ampuni, supaya relasi dapat kembali terjalin dalam suasana damai sejahtera. Bagi orang yang menolak atau sukar mengampuni, ia melupakan fakta bahwa dirinya juga telah diampuni oleh Tuhan, yang tak pernah hitung-hitungan dalam memberikan pengampunan terhadap setiap dosa dan kesalahan yang diperbuatnya.

Sampai hari ini, kita tentu sudah menerima banyak pengampunan, yang menenteramkan hati, melegakan, dan memberi kita harapan baru untuk berubah ke arah yang lebih baik. Maukah kita mengalirkan berkat yang sama kepada orang yang memerlukan pengampunan kita? --GHJ/www.renunganharian.net

ORANG YANG MENYADARI DIRINYA DIAMPUNI
AKAN LEBIH MUDAH MEMBERIKAN PENGAMPUNAN.

#Bacaan hari ini dari Galatia pasal 5. Pelajaran apakah yang bisa kita dapat dari buah Roh dalam ayat 22 dan 23?

Rabu, 16 Desember 2020

TAMPAK ROHANI HANYA DI DEPAN MANUSIA

"Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah."  1 Petrus 2:1

Adalah kesalahan besar di dalam diri orang Kristen bila kita berusaha menunjukkan diri agar tampak rohani di hadapan manusia.  Kita berusaha menunjukkan kesucian hidup dengan perkataan-perkataan yang tampak rohani dan alkitabiah.  Tidak ada keuntungan yang kita dapatkan ketika kita berusaha berkenan di hati manusia, ketika kita bersikap pura-pura baik dan berpura-pura rohani di depan umum, dengan maksud untuk mendapatkan perhatian, pujian dan sanjungan.  Inilah yang biasa dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi!  "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;"  (Matius 23:5).  Kita lupa bahwa apa yang terlihat dari luar bukanlah kriteria penilaian Tuhan, sebab Tuhan menyelidiki isi hati.  Tuhan sangat mengasihi orang-orang yang menjaga hatinya, tapi Ia benci terhadap kemunafikan.

     Mengapa kita cenderung lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan?  Mengapa kita lebih menginginkan pengakuan dari mulut manusia daripada mendapatkan perkenanan dari Tuhan?  Mungkin kita berpikir bahwa ketika kita berlaku hidup benar dan menjaga hati tetap murni kita justru mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari manusia:  dibenci, dijauhi, dicemooh, Iblis pun mengambil keuntungan dari situasi ini dengan menarik perhatian kita untuk lebih mengutamakan penilaian manusia terhadap kita.

     Berhati-hatilah!  Jangan sampai kita terjebak dalam belenggu kepura-puraan, dengan berusaha untuk tampak benar di hadapan manusia.  Jangan sampai kita hanya dapat mengajarkan orang lain untuk hidup dalam kebenaran dan membangun hubungan yang karib dengan Tuhan, tetapi kita sendiri justru tidak memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan, karena segala sesuatu yang kita kerjakan hanya sebatas aktivitas agamawi.  Segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat!  Jangan sampai kita ini berlaku seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi!  "...mengajarkannya tetapi tidak melakukannya."  (Matius 23:3).  Jangan hanya menjadi seorang Kristen teori!  Apalah artinya pujian dan penghormatan dari manusia, tapi akhirnya ditolak oleh Tuhan.

Tuhan menghendaki kita menjadi pelaku-pelaku firman!  Sebab yang Tuhan lihat dan perhatikan adalah buah-buah pertobatan dari hidup kita!

Sumber: Air Hidup Blog 

#Bacaan hari ini Galatia pasal 4#

Selasa, 15 Desember 2020

Tahun yang Buruk di Tengah Natal yang Indah

Mazmur 56: 8 Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?

Wajah Carrie tampak memulas di kursinya setelah mendengar alunan lagi It’s the Most Wonderful Time of the Year. Dia tampak tidak nyaman dan seolah bertanya pada dirinya sendiri, ‘Bagaimana kalau ini bukanlah masa yang paling indah?’

Anak bungsunya menarik-narik lengan bajunya dan tersenyum kea rah Carrie dengan sangat polos. Anak berusia setahun lebih itu sama sekali tidak paham dengan kondisi hati ibunya, kalau saat itu dia merasa sepanjang tahun adalah masa-masa yang paling menyedihkan. Dia banyak mengalami hal buruk, mulai dari kehilangan rumah dan putri sulungnya ikut terbakar di dalamnya. Bau asap sekecil apapun masih membuat Carrie mengingat kejadian mengerikan itu.

Saat alunan lagu itu bergema, pendeta melangkah menuju ke belakang podium. Dengan senyum penuh kasih, dia menyampaikan, “Natal bukanlah waktu yang indah untuk semua orang.”

Apakah sang pendeta bisa membaca pikiran Carrie? Karena saat itu, dia memang sedang menghadapi masa sulit.

Lalu sang pendeta melanjutkan, “Tetapi Tuhan punya hadiah bagi semua orang yang merasakan patah hati di tahun ini. Di terjemahan baru Mazmur 56: 8 kita diingatkan, “Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?””.

Lalu putri kecil Carrie merengek dan mengadu, “Mama, jari-jariku terluka.”

Carrie menunduk setelah menyadari bahwa dia meremas tangan aanknya yang berusia empat tahun. Dia lalu mengusap kulit yang memerah itu dan berbisik, “Maaf sayang.”

Lalu pendeta melanjutkan, “Banyak yang menderita karena hal-hal yang tidak akan pernah bisa mereka lupakan. Tapi banyak orang sering kali tidak mengerti, bahwa Tuhan sendiri sudah lebih dulu mengalaminya. Bayangkan kesedihan-Nya ketika Dia kehilangan satu-satunya anak-Nya, Yesus Kristus, berkorban untuk orang yang tidak tahu terima kasih seperti kita.”

Perlahan Carrie merasa tetesan air mata jatuh di pipinya.

“Karena Dia benar-benar tahu bagaimana perasaan kita, Tuhan mampu menghibur kita di tempat-tempat menyakitkan kita. Dan di 2 Korintus 1: 4, Dia mendorong kita untuk mengikuti teladan-Nya saat kita diberitahu bahwa ‘Dia menghibur kita untuk setiap masalah kita, jadi kita juga bisa menghibur orang lain. Saat mereka menghadapi masalah, kita bisa memberi mereka penghiburan yang sama seperti yang Tuhan berikan kepada kita,” kata pendeta.

Dengan mata berkaca-kaca, Carrie memandang ke deretan kursi di depannya. Dia memperhatikan seorang ibu muda yang baru kehilangan bayi laki-lakinya saat melahirkan.

Setelah ibadah selesai, Carrie mendekati ibu muda tersebut. Dia memandang wanita itu sama seperti dirinya, hidup dalam luka. Tapi saat itu, dia tertantang untuk membagikan pesan Natal seperti dalam khotbah yang dia dengar.

Tak lama setelah itu, Carrie baru menyadari bahwa melalui setiap peristiwa pahit yang dilaluinya, Tuhan tetap membimbingnya. Dia mendapati dirinya mulai bisa tersenyum dan menikmati hal-hal sederhana yang terjadi dalam hidupnya.

Carrie dan wanita muda itu memang tidak akan bisa melupakan luka yang mereka alami. Tapi mereka menghargai pengorbanan Yesus untuk hidup mereka. Bahwa itu adalah hadiah kasih karunia yang sudah mereka dapatkan dan yang bisa mereka bagikan kepada orang lain.

Dia akhirnya memahami bahwa Kristus yang dirayakan di hari Natal adalah momen untuk mengingat kasih setia Tuhan bagi semua orang yang terluka. Kalau orang lain memandang Natal sebagai momen yang paling indah, maka bagi Carrie itu adalah momen yang paling berarti.

Hak cipta Anita Angers-Brooks, digunakan dengan izin Cbn.com

#Bacaan hari ini Galatia pasal 3#     

Senin, 14 Desember 2020

Hentikan Pertengkaran dengan Kerendahan Hati dan Kasih Karunia

Yakobus 4: 6-7 “Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”

Oleh karena pandemi COVID-19, banyak keluarga punya kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Tetapi itu juga artinya ada kemungkinan besar mereka akan saling kesal terhadap satu sama lain. Mari kita jujur, walaupun kita teramat mencintai seseorang, kedekatan yang konstan bisa menyebabkan perselisihan. Dan seringkali itu terjadi karena harga diri kita yang tinggi.

Misalnya, pernahkah Anda terlalu angkuh sehingga Anda tidak mau berkompromi akan sesuatu meski Anda tahu Anda harus melakukannya? Pernahkah Anda bertengkar dengan pasangan atau teman baik Anda di mana Anda tahu Anda salah tetapi Anda tidak mau mengakuinya? Tentu saja Anda pernah. Kita semua pernah! Kita semua dipenuhi dengan keangkuhan, dan itulah sebabnya kita punya konflik dalam hidup kita.

“Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4: 6-7).

Tuhan menyatakan perang terhadap kesombongan, ego, arogansi dan keegoisan. Setiap kali keangkuhan muncul dalam hidup Anda, maka Anda berada di sisi berlawanan dengan Tuhan — dan lengan Anda terlalu pendek untuk bertarung melawan Dia.

Tuhan tidak memandang kesombongan dan hanya berkata "Oh, itu hal sepele.”Namun, Dia secara terbuka menentang orang-orang yang sombong. Tuhan menyatakan perang terhadap ego.

Anda mungkin pernah memperhatikan ini: Tuhan punya cara unik dalam merencanakan keadaan-keadaan yang menurunkan ego Anda. Menentang Allah itu sangatlah berbahaya. Ketika Anda berada di jalur yang bertabrakan dengan Pencipta alam semesta, maka Anda akan kalah.

Jika kesombongan menyebabkan pertengkaran, maka hal yang sebaliknya juga berlaku. Kerendahan hati dapat menghentikan pertengkaran. Obat pertengkaran adalah kerendahan hati. Setiap kali Anda merendahkan hati, Anda akan hidup berdampingan lebih baik dengan istri Anda, anak-anak Anda, teman Anda, karyawan Anda, sesama anggota gereja, dan tetangga Anda.

Yakobus 4 mengatakan Tuhan memberi kasih karunia kepada mereka yang rendah hati. Kasih karunia adalah kekuatan untuk berubah. Jika Anda ingin menghentikan perselisihan dalam hidup Anda, maka Anda membutuhkan kasih karunia. Dan hanya ada satu cara untuk mendapatkan rahmat-Nya: Rendah hati. Tuhan menentang orang-orang yang sombong, tapi sebaliknya memberi kasih karunia kepada mereka yang rendah hati.

Rendahkanlah hatimu, lalu tunduklah sepenuhnya kepada Tuhan.

Tunduk kepada Tuhan berarti menyerahkan segalanya, termasuk harga diri Anda.

Renungkan hal ini:
- Pikirkan tentang konflik yang baru-baru ini terjadi dalam hidup Anda. Menurut Anda bagaimana itu bisa berubah seandainya Anda menunjukkan kerendahan hati?
- Secara nyata, seperti apa rasanya menyerahkan diri kepada Tuhan?
- Tuhan menentang orang-orang sombong dan memberikan kasih karunia-Nya kepada mereka yang rendah hati. Menurut Anda bagaiman sifat Tuhan jika dilihat dari kebenaran ini?

Rendahkan diri Anda agar Anda dapat dimerdekakan dari perselisihan dan konflik.

Sumber: Daily Devotional by Rick Warren

#Bacaan hari ini Galatia pasal 2#


Minggu, 13 Desember 2020

Pesan Penting Dibalik Khotbah yang Berulang

1 Korintus 15: 3-4 Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci...

Seorang pendeta mulai menggembalakan gereja barunya. Di minggu pertama di sana, dia menyampaikan khotbah dari Yohanes 3: 16 yang berjudul: Bagaimana Menjadi Lahir Baru. Pesan itu diterima dengan baik olehpara jemaat, tapi tak seorang pun yang dari mereka yang berkomitmen untuk menyerahkan dirinya untuk mengikut Kristus saat itu.

Lalu di minggu kedua, sang pendeta menyampaikan khotbah yang sama berjudul: Bagaimana Menjadi Lahir Baru. Sekali lagi, tidak ada satu pun yang mengambil keputusan untuk mengikut Kristus. Lalu di minggu ketiga, sang pendeta juga menyampaikan khotbah yang sama.

Mengetahui hal itu, pendeta lain mulai merasa kuatir karena pendeta baru ini mengkhotbahkan pesan yang sama berulang kali di gereja. Sampai mereka memutuskan untuk melakukan pertemuan bersama sang pendeta untuk membahas khotbah tersebut.

Lalu seorang diaken bertanya, ‘Apakah Anda tidak punya khotbah lagi yang bisa dibagikan?’ Pendeta baru menjawab, ‘Ya, saya punya banyak khotbah. Tapi, saya akan terus mengkhotbahkan pesan itu sampai kita melakukannya dengan benar!’

Ya, untuk memahami kebenaran kita perlu mendengarkan kebenaran itu berulang kali. Itulah alasannya kenapa menghafalkan Alkitab sangat penting. Sebab dengan mempelajari setiap kata dalam Alkitab akan membantu kita untuk mendapatkan pemahaman yang baru tentang kebenaran di balik kata-kata tersebut.

Jadi, jangan pernah merasa kalau kamu sudah tahu betul soal dasar kebenaran firman Tuhan. Jadilah orang yang tidak tahu setiap hari sehingga kamu rindu untuk mendengarnya setiap hari.

Hari ini, berdoalah supaya Tuhan mengingatkanmu setiap hari tentang kebenaran mendasar dari firman Tuhan. Karena itu adalah kunci satu-satunya untuk mengalami pertumbuhan rohani yang semakin baik setiap hari.

Sumber: Senior Living Ministries, disadur dari Crosswalk.com

#Hari ini kita akan mulai membaca surat Paulus kepada jemaat di Galatia#

Sabtu, 12 Desember 2020

Hanya Tuhan Yang Dapat Memenuhi Semua Kebutuhan Anda

Yakobus 4: 2 “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.”

Salah satu penyebab pertengkaran terbesar dalam keluarga Anda, teman-teman Anda, atau di tempat kerja Anda adalah karena Anda mengharapkan orang-orang di sekitar Anda untuk memenuhi kebutuhan dalam hidup Anda yang hanya dapat dipenuhi oleh Tuhan. Hal ini sering kali terlihat paling jelas dalam pernikahan. Anda menemukan orang yang bisa Anda percayai dan yang mengenal Anda dengan baik. Kemudian, Anda mulai mencari mereka untuk memenuhi apa yang Anda butuhkan secara secara emosional dan spiritual.

Adalah wajar jika orang menikah dan menganggap bahwa pasangan mereka harus dan akan melengkapi segala kebutuhan mereka. Bagaimanapun, Anda memang harus saling melengkapi, bukan? Namun, itu tidak realistis, tidak adil, dan hanya akan membuat Anda frustasi! Pasangan Anda bukanlah Tuhan. Teman Anda bukanlah Tuhan. Rekan kerja Anda bukanlah Tuhan. Tak satu pun dari mereka yang mengenal Anda sedalam Tuhan. Tak satu pun dari mereka yang dapat memenuhi kebutuhan Anda seperti Dia. Mereka hanya manusia pendosa, sama seperti Anda dan saya!

Inilah saatnya untuk mengubah ekspektasi Anda, sehingga rasa frustrasi Anda tidak menyebabkan lebih banyak konflik dan pertengkaran dalam hubungan Anda.

Karena itu, apa yang harus Anda lakukan ketimbang mencari orang lain untuk memenuhi setiap kebutuhan emosional, spiritual, dan jasmani yang Anda miliki? Anda harus mendoakannya.

“Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa” (Yakobus 4: 2). Ketika Anda mengharapkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan Anda, alih-alih Tuhan, maka itu akan menyebabkan Anda frustrasi. Dan rasa frustrasi menyebkan pertengkaran. Bila Anda tidak berdoa dan meminta Tuhan untuk memenuhi apa yang Anda butuhkan, maka Anda hanya akan membuang lebih banyak waktu untuk menuntut orang lain untuk melengkapi apa yang Anda butuhkan. Anda tidak memilikinya karena Anda belum memintanya kepada Tuhan!

Jika Anda memiliki sebuah kebutuhan, jangan datang mencari pasangan Anda atau teman Anda terlebih dahulu. Datanglah kepada Tuhan dahulu.

Renungkan hal ini:
- Apa beberapa kebutuhan yang selama ini Anda harapkan ada pada pasangan Anda namun ternyata menyebabkan kekecewaan? Bagaimana dengan sahabat Anda? Rekan kerja Anda?
- Kebutuhan apa yang Anda mau Tuhan sediakan dalam hidup Anda? Selama ini bagaimana doa Anda mencerminkan iman Anda kepada-Nya dalam menyediakan kebutuhan Anda tersebut?
- Menurut Anda mengapa Tuhan ingin Anda mendoakan kebutuhan Anda padahal Dia sudah tahu apa yang Anda butuhkan?

Tuhan sudah tahu apa yang Anda butuhkan, dan Dia siap memberikannya untuk Anda. Anda hanya perlu memintanya.

Sumber: Daily Devotional by Rick Warren

#Bacaan 2 Korintus pasal 13. Hari ini kita menyelesaikan pembacaan surat 2 Korintus. Besok kita akan lanjut ke surat untuk jemaat di Galatia

Jumat, 11 Desember 2020

Hal Sederhana yang Patut Disyukuri Dalam Hidup


Roma 8: 28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Aku dan keluargaku baru saja pindah dari Los Angeles ke rumah baru kami di Richmond, Virginia untuk memulai pekerjaan baruku di sana. Kalau boleh jujur, aku sama sekali sulit bersyukur di tengah keadaan yang aku alami. Aku banyak menggerutu baik soal cuaca, lalu lintas, pepohonan dan banyak hal lainnya yang terlihat sepele.

Tapi tetap saja tak satupun dari hal itu bisa dibenarkan. Sebaliknya, itu adaah dosa.

Untuk membantu menghadapi gerutuan itu, aku mengumpulkan anak-anak kami di suatu malam untuk secara khusus menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan. Barangkali satu diantara kita pernah melakukan hal ini, beralih dari satu orang ke orang lain dan mulai menyoroti sesuatu yang pantas disyukuri dalam hidup.

Samuel, putra kami yang baru berusia sembilan tahun membutuhkan waktu untuk berpikir. Tapi pada akhirnya dia menawarkan beberapa daftar yang patut dia syukuri, termasuk gereja baru kami. Selanjutnya Anna, putri kami yang berusia tujuh tahun merasa bersyukur atas teman-teman barunya. Begitu juga dengan John, yang mengaku jika dia bersyukur karena punya teman yang baik.

Sementara aku mengungkapkan rasa syukurku kepada Tuhan dengan cara yang sangat umum. Aku merasa tidak bisa menemukan berkat Tuhan yang spesifik terjadi atas hidupku. Sampai keesokan paginya, di perjalanan menuju ke tempat kerja aku mulai bertanya, ‘Tuhan, hal apa yang paling aku syukuri?’

Satu hal yang paling membuat hatiku dan pikiranku tersentuh adalah pemeliharaan-Nya. Faktanya, Dia sudah mengatur segala sesuatu dalam hidupku untuk kemuliaan dan kebaikanku. Itulah janji-Nya yang tertulis dalam Roma 8: 28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Dalam buku berjudul Respectable Sins: Confronting the Sins We Tolerate, Jerry Bridges bahwa Tuhan membuat segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk mendatangkan kebaikan. Dia berkata bahwa bukan keadaan kita yang menghasilkan kebaikan. Sebaliknya, Tuhan sendiri yang memberikan hasil atas keadaan itu untuk kebaikan kita.

Lalu apa sih hal baik yang Tuhan kerjakan? Itu adalah ‘menjadi serupa dengan Kristus’.

Aku mulai merasakan kelimpahan dengan ucapan syukur saat membayangkan Tuhan memimpinku melalui keadaanku dan memakainya sebagai alat untuk aku bisa mengalami pertumbuhan.

Di hari Thanksgiving ini, aku berharap aku dan keluargaku ‘berlimpah dengan ucapan syukur’. Dan untuk mengalami hal itu, kita perlu merenungkan bagaimana Tuhan bekerja dalam hidup kita.

Jadi luangkanlah waktumu saat ini untuk bertanya kepada dirimu sendiri: Apa hal khusus yang patut kamu syukuri dari Tuhan? Ungkapkanlah ucapan syukurmu kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Sumber: Mike Pohlman, disadur dari Crosswalk.com

#Bacaan hari ini dari 2 Korintus pasal 12#



Kamis, 10 Desember 2020

PENGKHOTBAH CEROBOH

NATS: Janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya (Matius 23:3)

Orang-orang yang memusuhi kekristenan mungkin lebih menentang kemunafikan daripada menentang Yesus. Ironisnya, mereka tidak sadar kalau sebenarnya tak ada orang yang lebih menentang kemunafikan selain Kristus sendiri.

Kita semua pernah mendengar para pencela yang sering berkata, "Gereja itu penuh dengan kemunafikan!" Namun, alangkah baiknya jika kita menanggapinya dengan akal sehat dan tidak menolak mentah-mentah ungkapan semacam itu tanpa membuktikannya terlebih dahulu. Siapa tahu mereka memang benar.

Kita cenderung berpikir bahwa ungkapan seperti itu tidak benar. Namun, marilah kita renungkan kembali. Berapa kali kita bersikap seperti seorang wanita yang mengintip lewat jendela, sekadar untuk melihat tetangga cerewet dan suka merumpi berjalan mendekati pintu rumahnya? Anak-anaknya yang masih kecil dan mudah terpengaruh mendengar ia menggerutu, "Uh, lagi-lagi dia!" Kemudian, ia membukakan pintu dan dengan basa-basi berkata, "Senang sekali berjumpa dengan Anda!"

Perkataan dan perbuatan kita sering kali tidak sejalan. Yesus menggambarkan kemunafikan para ahli Taurat dan memperingatkan para murid-Nya, "Janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya" (Matius 23:3).

Allah memperingatkan kita bahwa orang-orang yang memusuhi Kristus akan terpengaruh oleh kemunafikan ceroboh yang kita lakukan. Tuhan, mampukan kami untuk menjadi "pengkhotbah" yang berhati-hati --Joanie Yoder

SALAH JIKA KITA BERPIKIR DAPAT MENGESANKAN DUNIA DENGAN BERKOMPROMI DENGANNYA

Sumber: Renungan Harian

#Baca dan renungkan apa yang Tuhan ingin katakan kepada kita hari ini dari 2 Korintus pasal 11#

Rabu, 09 Desember 2020

Belajar Dari Kalkun

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. –Matius 6:26

Saya baru saja kembali dari kegiatan akhir pekan di sebuah pondok di gunung. Selama di sana, setiap hari saya mengagumi sekawanan kalkun yang berjalan berbaris melewati teras kami.

Saya tidak pernah memperhatikan kalkun sebelumnya. Mereka mengais-ngais tanah dengan cakarnya yang besar dan kokoh. Lalu mereka berburu dan mematuk-matuki tanah. Untuk makan, rasanya. (Saya tidak begitu yakin karena itu pertama kalinya saya mengamati kalkun.) Tumbuh-tumbuhan di kawasan itu terlihat gersang dan tidak dapat menjadi bahan pangan. Namun, selusin kalkun itu terlihat gemuk dan sehat.

Jika hidup seekor burung saja berharga di mata-Nya, betapa lebih berharganya kita bagi Dia?

Melihat kalkun-kalkun yang cukup makan itu, saya teringat pada perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 6:26: “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” Yesus menggunakan karya pemeliharaan Allah terhadap burung-burung yang kelihatannya tidak berharga itu untuk mengingatkan kita pada pemeliharaan-Nya atas hidup kita. Jika hidup seekor burung saja berharga di mata-Nya, betapa lebih berharganya kita bagi Dia? Kemudian Yesus membandingkan kekhawatiran kita atas kebutuhan hidup sehari-hari (ay.27-31) dengan hidup yang mendahulukan “Kerajaan Allah dan kebenarannya” (ay.33), yaitu hidup yang meyakini pemeliharaan-Nya yang berlimpah atas segala kebutuhan kita. Jika Allah dapat memelihara hidup sekawanan kalkun liar, Dia pasti juga dapat memelihara hidup Anda dan saya.

Pernahkah Anda mengalami pemeliharaan Allah atas sesuatu yang Anda khawatirkan? Bagaimana mengingat pemeliharaan Allah di masa lalu membantu kita tidak mengkhawatirkan masa depan?

Ya Bapa, terkadang aku takut, khawatir, dan sulit untuk percaya. Terima kasih untuk pemeliharaan-Mu atas hidupku. Tolonglah aku mengingat bahwa Engkau telah menyediakan kebutuhanku di masa lalu supaya aku dapat memercayakan masa depanku kepada-Mu.

Sumber: Santapan Rohani

#Bacaan hari ini dari 2 Korintus pasal 10#