Minggu, 30 April 2023

Bekerja Dipenuhi Roh Kudus

Bacaan: Keluaran 31:1-11

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, 
- Keluaran 31:1-3

Banyak orang Kristen memaknai hidup yang dipenuhi Roh Kudus mengenai hal-hal spektakuler. Jika melihat pekerjaan Roh Kudus hanya sebatas itu maka kuasa kerja Roh Kudus tampak sangat terbatas dan tidak efektif karena hanya bekerja di saat-saat tertentu dan dalam wujud hal-hal spektakuler saja. Apakah Anda pernah berpikir bahwa ketika Anda melakukan pekerjaan sehari-hari seharusnya juga dilakukan berdasar kepenuhan Roh Kudus?

Waktu Tuhan akan membuat kemah suci, Dia memilih dua orang yang ahli dalam pekerjaannya, yaitu Bezaleel dan Aholiab. Yang menarik adalah mereka bekerja dengan pimpinan Roh Tuhan bukan hanya dengan skill (keahlian) mereka saja, seperti yang dikutip pada ayat emas. Padahal pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang tampak biasa, tetapi tetap bermakna rohani. Bisa dibayangkan ketika mereka mengasah batu pertama, mengukir kayu, menenun kain dengan jarum dan benang yang ada di tangannya, orang-orang mungkin melihat semuanya adalah pekerjaan biasa. Namun, kita melihat mereka bekerja dalam kepenuhan Roh Tuhan. Mereka bukan asal ahli, tetapi Roh Tuhan yang memimpin sehingga mereka bisa menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya. Seperti dua orang yang dipilih oleh Tuhan, mereka mampu melakukan itu karena dimulai dengan dipenuhi Roh Tuhan. Setiap pekerjaan itu penting bagi Tuhan.

Kita pun harus ingat ini di dalam Efesus 2:10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Kita diciptakan bukan hanya untuk bekerja atau mencari uang, melainkan dengan tujuan yang lebih utama. Tuhan Yesus yang telah mati dan bangkit, menyelamatkan untuk mengembalikan kita kepada tujuan semula Tuhan, yaitu berkarya di semua lini kehidupan untuk kemuliaan Tuhan.

Pekerjaan apa pun yang Anda jalani hari ini, ingat berjalanlah dalam pimpinan Roh Kudus. Biarlah setiap karya yang Anda buat, tetap terhubung dengan Tuhan. Renungkan dan pikirkan dari pekerjaan yang Anda kerjakan, apa yang bisa dibuat untuk Tuhan? Bagaimana bisa menjadi berkat buat orang banyak?

Refleksi Diri:

Apakah tujuan dan makna dari pekerjaan Anda saat ini?
Apakah yang mau Anda lakukan dari pekerjaan Anda agar dapat memuliakan Tuhan?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 29 April 2023

Sumber: Renungan Oswald Chambers My Utmost (B. Indonesia)

... memang Yoab telah memihak kepada Adonia, sekalipun ia tidak memihak kepada Absalom ... — 1 Raja-Raja 2:28

Renungan hari ini mengajak kita untuk selalu waspada terhadap hal-hal yang tampaknya paling mustahil menggoda kita. Janganlah pernah berpikir bahwa kita tidak mungkin terantuk dan jatuh. Dikatakan, kekuatan yang tidak dijaga sebenarnya adalah kelemahan yang besar karena di situlah godaan yang tidak terduga berhasil melemahkan kekuatan.

Selalu Waspada

Yoab bertahan dalam ujian terbesar dalam hidupnya dengan tetap setia kepada Daud, tanpa berpaling untuk mengikuti Absalom yang memesona dan berambisi. Namun, menjelang akhir hidupnya dia berpaling untuk mengikuti Adonia yang lemah dan pengecut.

Hendaklah Anda waspada karena tempat di mana seseorang telah berpaling itu merupakan tempat di mana siapa pun mungkin tergoda untuk berpaling (lihat 1 Korintus 10:11-13). Anda mungkin telah berhasil menang atas suatu krisis besar, tetapi sekarang waspadalah terhadap hal-hal yang tampaknya paling mustahil menggoda Anda. Janganlah berpikir bahwa Anda tidak mungkin terantuk dan jatuh dalam segi-segi hidup yang di dalamnya Anda telah mengalami kemenangan pada masa lalu.

Kita cenderung berkata, “Aku tidak mungkin akan berbalik lagi kepada hal-hal duniawi setelah mengalami krisis terbesar dalam hidupku.” Jangan mencoba meramal di mana godaan akan datang karena justru dalam hal yang paling tidak terduga terdapat bahaya yang sesungguhnya. Adalah setelah peristiwa rohani yang besar maka hal-hal yang tidak terduga itu mulai menunjukkan pengaruhnya. Hal-hal itu mungkin tidak tampak kuat dan dominan, tetapi hal-hal tersebut ada. Dan jika Anda tidak berhati-hati, hal- hal itu akan menjatuhkan Anda. Anda telah tetap setia kepada Allah dalam pencobaan yang besar -- sekarang waspadalah terhadap arus bawah yang tidak terlihat.

Jangan menyelidiki batin Anda sendiri secara berlebihan, dan menanti-nanti dengan ketakutan, melainkan tetaplah waspada; biarlah ingatan Anda tetap tajam di hadapan Allah. Kekuatan yang tidak dijaga sebenarnya adalah kelemahan yang besar karena di situlah godaan yang tidak terduga berhasil melemahkan kekuatan. Para tokoh Alkitab tersandung pada sifat-sifat mereka yang kuat, tidak pernah pada kelemahan mereka.

“... dipelihara dalam kekuatan Allah ...” -- itulah satu-satunya keselamatan/kekuatan kita (1 Petrus 1:5).

Jumat, 28 April 2023

Dibela oleh Tuhan

Bacaan: MAZMUR 113

Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur. (Mazmur 113:7)

Pernah mengalami peristiwa dipandang sebelah mata oleh orang lain, dilihat mulai dari kepala sampai ujung kaki dengan mata sinis? Tidak enak bukan? Atau pernahkah kita dihina begitu rupa, bahkan oleh keluarga sendiri, hanya karena secara ekonomi kita dianggap tidak setara dengan mereka? Dianggap sebelah mata karena tidak punya mobil pribadi? Dipandang hina karena memiliki kekurangan secara fisik? Sakit! Tidak enak! Kecewa! Apakah lantas kita punya hak untuk membalas, atau untuk menuntut orang-orang seperti itu dengan mudah mengubah pandangannya terhadap kita? Tidak juga.

Mazmur yang terdiri dari 3 stanza (ay. 1-3, 4-6, dan 7-9) berisikan puji-pujian kepada Tuhan. Dua stanza pertama jelas berisikan hal ini. Pemazmur mengungkapkan betapa Tuhan patut dimasyhurkan dan ditinggikan di sepanjang kehidupan ini. Tuhan yang Agung dan Tinggi, justru adalah Tuhan yang menunjukkan rasa peduli dan perhatian yang tinggi kepada umat-Nya (ay. 6). Hal ini menunjukkan betapa Tuhan mengasihi umat-Nya. Tindakan nyata dari kasih Tuhan ini adalah membela mereka yang lemah, miskin, teraniaya, tersisihkan dan dipandang sebelah mata oleh sesamanya. Jelas hal ini bukanlah berarti Tuhan pilih kasih, tetapi Tuhan menunjukkan keberpihakan-Nya kepada yang lemah supaya keadilan dan damai sejahtera itu ditegakkan.

Jangan kecewa dan menjadi marah bila orang lain melihat kita sebelah mata, menghina kita bahkan memperlakukan tidak adil. Itu urusan mereka. Jangan menuntut balas, apalagi balik membenci mereka. Doakan mereka saja. Percayalah bahwa Tuhan Allah Yang Maha Agung itu tahu apa yang terjadi, dan Ia pasti membela kita dengan cara-Nya sendiri. Mengadulah kepada Tuhan dan memohon kesabaran untuk dapat menghadapi semuanya. Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah memandang kita sebelah mata. --AAS/www.renunganharian.net

TUHAN TIDAK PERNAH MEMANDANG KITA SEBELAH MATA, SEBAB KITA BERHARGA DI MATA-NYA.

Kamis, 27 April 2023

PERTANYAAN SEPANJANG ZAMAN

Bacaan: Ayub 2:1-10

NATS: Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? (Ayub 2:10)

Saat Jeremy berusia 17 tahun, ia bergumul dengan pertanyaan yang telah digumuli para teolog berabad-abad. Masalahnya tidak teoritis, tetapi praktis. Ia berusaha memahami mengapa ibunya harus menjalani operasi otak. Ia bertanya, "Mengapa orang baik menderita, Bu?" 

Ibunya berkata, "Penderitaan menjadi bagian hidup di dunia yang terkutuk dosa, dan orang baik menderita seperti orang lain. Karena itu Ibu gembira kita memiliki Yesus. Jika meninggal, Ibu akan ke tempat yang lebih baik, dan Ibu akan merindukan saat Ibu dapat bertemu denganmu lagi." Ibunya lalu berkata, ia mengerti kefrustrasian Jeremy, tetapi ia meminta Jeremy tak menyalahkan Allah. 

Jika kita bingung oleh penderitaan yang dialami orang-orang baik, kita dapat bertanya secara terus terang di hadapan Allah, beradu pendapat dengan-Nya jika memang harus, dan bergumul dengan keraguan kita. Namun, janganlah kita menyalahkan Dia. 

Allah tidak memberi penjelasan kepada Ayub tentang apa yang sedang dilakukan-Nya, tetapi Dia berkata bahwa Ayub dapat memercayai Dia untuk melakukan apa yang benar (Ayub 38-42). Dan Dia telah memberi jaminan bagi kita di dalam firman-Nya bahwa Yesus menderita bagi kita, bangkit dari kematian, dan kini sedang menyiapkan sebuah tempat yang bebas dari penderitaan bagi kita. 

Semua ini mungkin bukan merupakan jawaban yang kita inginkan, tetapi semua itu adalah jawaban yang kita perlukan untuk menolong kita hidup dengan pertanyaan tentang penderitaan yang ada sepanjang zaman dan kerap kali tak terjawab itu --DJD 

Mengapa mesti menderita begini? Aku tak tahu; 
Satu yang kutahu, perbuatan-Nya baik bagiku. 
Aku percaya kepada-Nya dengan segenap hati, 
sehingga aku mengatasi, apa pun yang terjadi. --Smith 

ALLAH TIDAK HARUS MEMBERI KITA JAWABAN TETAPI DIA MENJANJIKAN ANUGERAH-NYA

Sumber: Renungan Harian 

Rabu, 26 April 2023

Memulihkan Hubungan

Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. –Efesus 4:32

Ayat Bacaan & Wawasan:
Efesus 4:22-32

Ketika masih muda, saya dan saudara perempuan saya sering bertengkar. Namun, ada satu momen yang terpatri dalam ingatan saya. Setelah kami saling melontarkan perkataan yang menyakitkan, ia mengucapkan sesuatu yang tidak termaafkan saat itu. Melihat kebencian di antara kami makin meningkat, nenek kami mengingatkan tanggung jawab kami untuk saling mengasihi. “Allah memberimu seorang saudara perempuan dalam hidup ini. Kalian harus lebih menghargai satu sama lain,” kata beliau. Ketika kami akhirnya meminta Allah untuk memenuhi hati kami dengan kasih dan pengertian, Dia menolong kami mengakui bagaimana kami telah saling menyakiti, dan sekarang harus saling mengampuni.

Sungguh mudah kita memendam kepahitan dan amarah, tetapi Allah rindu kita mengalami damai sejahtera yang hanya akan datang jika kita meminta-Nya untuk menolong kita mengenyahkan perasaan marah itu (Ef. 4:31). Daripada memendam perasaan tersebut, kita dapat mengikuti teladan pengampunan yang diberikan Kristus, yang berasal dari kasih dan anugerah-Nya, dengan terus berupaya untuk bersikap “ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni [kita]” (ay. 32).

Ketika terasa sulit untuk mengampuni, kiranya kita mengingat anugerah yang dilimpahkan-Nya kepada kita setiap hari. Berapa kali pun kita jatuh, kasih setia-Nya tak pernah berkesudahan (Rat. 3:22). Allah dapat menolong kita mencabut akar pahit dari hati kita, sehingga kita bebas untuk terus berharap dan siap menerima kasih-Nya - Kimya Loder

Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda disakiti oleh orang lain? Apa yang Anda pelajari dari peristiwa itu?

Bapa Surgawi, terima kasih untuk orang-orang yang telah Engkau tempatkan dalam hidupku. Tolonglah aku untuk memiliki hati yang rela mengasihi dan mengampuni.

Sumber: Santapan Rohani

Senin, 24 April 2023

TATKALA TEKANAN MELANDA

Bacaan: Roma 5:1-5

NATS: Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketabahan (Roma 5:3)

Apa yang membuat buah apel yang mengilap tampak begitu nikmat? Kulit luarnya, tentu saja. Namun, apa yang sebenarnya membuat apel begitu nikmat? Sari buah dan zat-zat di dalamnya. Itulah "karakter" buah apel yang sesungguhnya. 

Saya mempelajari hal ini ketika masih kecil, saat melihat ibu saya membuat sari apel. Dengan penumbuk dari kayu, ia menumbuk begitu banyak apel yang menjadi lunak setelah direbus di sebuah mangkuk saringan. Di bawahnya ada mangkuk lain yang menampung hasil saringan. Akhirnya yang tersisa di mangkuk saringan itu hanyalah kulit apel yang sudah gepeng berwarna cokelat seperti lumpur. Namun oh, sari apel itu nikmat sekali! 

Allah memakai tekanan hidup untuk menghasilkan keindahan karakter yang menyerupai Kristus di dalam diri kita. Kesengsaraan (yang berarti "tekanan" dalam bahasa Yunani) juga menolong kita untuk menyadari potensi natur dosa kita yang mengerikan dan memandangnya sebagaimana adanya -- buruk dan hambar. Di bawah tekanan, segala jenis dosa mulai muncul ke permukaan -- keserakahan, keegoisan, hawa nafsu, kesombongan. 

Entah muncul dari perfeksionisme yang realistis dari dalam batin atau bukan, tekanan merupakan fakta dunia kita yang telah jatuh ke dalam dosa. Allah mengendalikan intensitas dan kelangsungan tekanan supaya kita dapat menyadari, mengakui, dan menolak "kulit" luar yang menghambat karakter Kristus berdiam dalam diri kita. 

Kesengsaraan bukanlah hal yang dicari manusia. Namun ketika hal itu datang, Roh Kudus akan memakainya untuk menciptakan dalam diri kita ketabahan, sikap tahan uji, dan harapan (Roma 5:3,4) --DJD 

KEINDAHAN KARAKTER YANG SERUPA DENGAN KRISTUS
DIBENTUK OLEH TEKANAN DAN DIMURNIKAN OLEH GESEKAN

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 23 April 2023

YANG HANCUR

Bacaan: Mazmur 31:10-25

NATS: Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati, telah menjadi seperti barang yang pecah (Mazmur 31:13)

Hanya ada sedikit kehidupan yang masih utuh di dunia ini, yang berguna bagi Allah. Hanya sedikit orang yang dapat memenuhi harapan dan rencana mereka tanpa mengalami kekecewaan pada saat menggapainya. Namun, berbagai macam kekecewaan yang kita alami tersebut adalah janji Allah, dan segala yang kita yakini sebagai suatu tragedi barangkali sebenarnya merupakan berkat yang terselubung, yaitu kesempatan yang dipakai oleh Allah untuk menunjukkan kasih dan anugerah-Nya. 

Kadang kala orang kristiani menyusun berbagai rencana yang sangat baik, tetapi tiba-tiba semuanya gagal total. Dari sudut pandang manusia, kita akan menilai kehidupan mereka sebagai tragedi. Namun, kita harus menelusuri kehidupan mereka sampai akhir untuk melihat bahwa mereka yang menderita justru telah menjadi orang-orang kristiani yang lebih baik dan lebih efektif. Mereka mungkin justru tidak akan berguna bagi Allah jika menjalankan rencana dan maksud mereka sendiri. 

Sobat, apakah kehidupan Anda saat ini sedang hancur? Apakah hal yang paling Anda kasihi dalam hidup ini telah direnggut dari Anda? Bila Anda dapat melihat maksud dari semua peristiwa ini lewat sudut pandang Allah, Anda akan dapat menghapus air mata dan memuji Tuhan untuk semua itu. Kita memiliki janji-Nya bahwa Dia tidak akan menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela (Mazmur 84:12). 

Hal yang paling baik dalam hidup ini akan datang kepada kita tatkala kita mengizinkan Allah memenuhi kehendak-Nya dalam diri kita --MRD 

YANG HANCUR AKAN MENJADI BERGUNA DI TANGAN ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 22 April 2023

"MEREKA MENOLAK-KU!"

Bacaan: Matius 11:20-30

NATS: Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, aku akan memberi kelegaan kepadamu (Matius 11:28)

Seorang wanita terjebak di lantai atas dari sebuah bangunan yang terbakar. Api dan asap memenuhi semua jalan keluar. Ketika petugas pemadam kebakaran datang, salah seorang dari mereka menaiki tangga menuju jendela tempat wanita itu berteriak minta tolong. Dengan tangan terjulur, petugas itu menawarkan pertolongan kepadanya. Namun, ketika wanita itu memandang ke bawah dan melihat betapa tingginya tempat itu dari atas tanah, ia menjadi panik dan kembali ke dalam ruangan. 

Petugas tersebut meminta wanita itu untuk memercayainya demi keselamatannya sendiri, tetapi permintaan itu tidak dipedulikan. Di tengah ketakutan yang bodoh itu ia justru menjauhi uluran tangan petugas tersebut. Akhirnya, setelah usaha petugas itu tak berhasil sampai ia dipaksa turun, dengan berurai air mata ia berkata, "Saya sudah berusaha melakukan apa saja untuk menyelamatkannya, tetapi ia menolak saya!" 

Perkataan itu membuat saya berpikir tentang bahaya rohani yang menghadang begitu banyak manusia. Yesus sangat rindu untuk mengampuni dosa-dosa mereka, tetapi mereka ngotot menolak keselamatan yang ditawarkan-Nya. Dengan menolak memercayai-Nya, mereka sama seperti wanita yang mati sia-sia di tengah nyala api tadi, meski sesungguhnya ia dapat meloloskan diri. 

Sahabat, percayalah kepada Tuhan Yesus sekarang juga! Dia mengundang Anda untuk datang kepada-Nya (Matius 11:28). Jangan menjadi orang yang kepadanya Tuhan terpaksa berkata, "Aku sudah berusaha melakukan apa saja untuk menyelamatkannya, tetapi ia menolak-Ku!" --RWD 

IMAN ADALAH TANGAN YANG MENERIMA HADIAH DARI ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 21 April 2023

Kado Ini Tidak Dijual di Toko

Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa menghadiahkannya setiap saat dan tak perlu membeli. Meski begitu, 8 macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.

1. Kehadiran

Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir di hadapannya lewat telepon atau video call. Namun dengan berada di sampingnya, Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian, dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan.

2. Mendengar

Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini. Sebab, kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketahui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberikan tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasih pun akan terdengar manis baginya.

3. Diam

Seperti kata-kata, di dalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya, diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya "ruang". Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik, bahkan mengomel.

4. Kebebasan

Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah: "kau bebas berbuat semaumu". Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

5. Keindahan

Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado loh. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari, Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.

6. Tanggapan Positif

Tanpa sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran,sikap, atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir Anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf) adalah kado indah yang sering terlupakan.

7. Kesediaan Mengalah

Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado "kesediaan mengalah". Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut- larut? Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

8. Senyuman

Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan syarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliiling kita. Kapan terakhir kali Anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi?

Bagaimana? Bisakah Anda menghadiahkan kado ini kepada orang-orang yang Anda sayangi? Anda tidak akan rugi kok, karena semua kado ini gratis!

Sumber: Renungan Kristen

Kamis, 20 April 2023

Apa yang Anda Beri Makan pada Pikiran Anda?

Bacaan Hari ini:
Filipi 4:8 “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”

Anda bisa tahu banyak tentang kesehatan fisik seseorang hanya dengan melihat pola makannya. Apakah mereka makan berbagai makanan bergizi? Apakah mereka makan banyak makanan cepat saji? Apakah pola makan mereka penuh dengan makanan yang membantu mereka tumbuh kuat dan berenergi, atau apakah makanan yang mereka konsumsi membuat mereka lelah?

Hal yang sama juga berlaku dalam kesehatan spiritual, mental, dan emosional. Anda bisa tahu banyak tentang kesehatan spiritual, mental, dan emosional Anda dengan melihat pola makan jiwa Anda.

Menghabiskan berjam-jam menonton TV, berita, sinetron, media sosial, atau maraton film sama saja dengan memberi makan pikiran Anda dengan junk food. Itu tidak sehat; itu racun buat Anda. Itu melemahkan kemampuan Anda untuk menjalani kehidupan yang berarti.

Amsal 15:14 mengatakan, “Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk dengan kebodohan.” Anda punya pilihan, dan setiap hari Anda harus memilih untuk memberi makan pikiran Anda dengan ide dan pemikiran yang terbaik.

Filipi 4:8 menjelaskan secara spesifik jenis pemikiran yang paling baik bagi kesehatan mental, emosional, dan spiritual Anda: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

Apakah semua hal itu menggambarkan apa yang paling sering Anda pikirkan? Jika Anda jujur, pasti jawabannya adalah "tidak.” Kita semua akan menjawab "tidak.” Pikiran kita tidak secara alami tertuju pada hal-hal tersebut sebab kita adalah manusia penuh dosa.

Oleh karena itu, latihlah cara berpikir Anda untuk memikirkan yang benar, yang mulia, yang adil, yang suci, yang manis, yang sedap didengar, yang disebut kebajikan dan yang patut dipuji. Bagaimana caranya? Dengan melakukannya! Berlatihlah mengisi pikiran Anda dengan hal-hal ini dengan membaca Alkitab, merenungkannya, dan menghafalnya.

Bagaimana Anda berpikir menentukan bagaimana Anda menjalani hidup. Apa yang Anda masukkan ke dalam pikiran Anda akan memengaruhi setiap bidang kehidupan Anda. Dengan demikian, Anda memerlukan makanan kebenaran dari Firman Tuhan secara konsisten.

Renungkan hal ini:
- Bagaimana Anda menggambarkan pola makan jiwa Anda? Apakah itu menyehatkan hidup Anda atau membuat Anda lelah?
- Bagaimana media sosial berubah menjadi racun bagi pikiran Anda? Buat Anda, apakah kualitas penebusannya lebih besar daripada kualitas destruktifnya?
- Apa yang perlu diubah dari studi Alkitab Anda sehingga Anda memiliki pola makan Firman Tuhan yang konsisten?

Anda harus lapar akan Firman Tuhan.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Rabu, 19 April 2023

Penyakit Dan Hukuman 

Bacaan: Mazmur 38

Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-
pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”
- Yohanes 9:3

Tidak ada seorang pun yang ingin sakit. Namun, realitanya sakit adalah bagian dari kehidupan manusia. Penyakit bukan hanya mengakibatkan penderitaan fisik tetapi juga rohani dan mental. Pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang sakit biasanya: apakah dosa saya sehingga menderita seperti ini? Sebagai hamba Tuhan, saya sering sekali menerima pertanyaan itu dari jemaat, di antaranya ada yang sudah lama menjadi orang Kristen. Ketika divonis penyakit kanker pada tahun 2016, saya tidak menanyakan pertanyaan itu, karena saya tahu pertanyaan itu tidak bermanfaat bahkan hanya akan menambah kesusahan hati saya.

Dalam Mazmur 38, kita membaca bahwa pemazmur juga mengaitkan sakit-penyakitnya dengan dosa dan penghukuman Allah. Dengan lantang ia mengatakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh dosanya (ay. 4-6). Karena dosanya, hukuman Allah menimpanya. Apakah jalan pikiran pemazmur benar? Bagaimana kita memahami hubungan antara penyakit dengan dosa dan hukuman Allah?

Kita harus mengakui bahwa kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengakibatkan penderitaan, termasuk sakit-penyakit. Jadi, sakit-penyakit datang ke dalam dunia karena dosa Adam dan Hawa. Andaikata Adam dan Hawa tidak berdosa, maka kita akan sehat-sehat selalu. Akan tetapi, kita tidak bisa menarik kesimpulan bahwa setiap kali seseorang menderita sakit, itu pasti dipicu oleh dosa yang dilakukannya. Ada dosa maka muncul penyakit. Ini keliru!

Tidak semua penyakit diakibatkan dosa spesifik. Tuhan Yesus mengoreksi kesalahan ini dalam Yohanes 9:3 ketika murid-murid-Nya mengaitkan dosa dengan kebutaan sejak lahir. Perkataan Tuhan Yesus, “… tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” menunggangbalikkan ajaran yang salah di atas. Ini pula yang saya yakini ketika menderita sakit kanker, bahwa Allah bekerja melalui penderitaan saya. Saya tidak dicampakkan tetapi justru dijadikan saluran berkat di dalam penderitaan.

Saudaraku, jika Anda saat ini mungkin sedang bergumul dengan sakit penyakit yang diderita, yakinlah bahwa terkadang itu dialami semata-mata untuk menyatakan kemuliaan Allah melalui diri Anda. Tuhan berhak untuk memakai Anda sebagai alat menyatakan kemuliaan-Nya dengan cara apa pun yang Dia kehendaki, salah satunya barangkali melalui sakit Anda. Mari melihat pekerjaan Allah dinyatakan melalui penderitaan Anda.

Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah mengaitkan penderitaan yang Anda alami dengan dosa yang Anda perbuat? Mengapa?
Bagaimana cara Anda memaknai penderitaan yang dialami sebagai cara Allah bekerja dalam hidup Anda?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Selasa, 18 April 2023

BUKU YANG TERLUPAKAN

Bacaan: Mazmur 119:89-104

NATS: Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku (Mazmur 119:93)

Suatu kali seorang anak kecil memerhatikan sebuah buku besar berwarna hitam. Buku itu berselimut debu dan ditaruh di sebuah rak yang tinggi. Kemudian dengan penuh rasa ingin tahu ia bertanya kepada ibunya tentang buku itu. Dengan malu sang ibu segera menjelaskan, "Itu Alkitab. Bukunya Allah." Anak itu berpikir sesaat, lalu berkata, "Kalau itu bukunya Allah, mengapa kita tidak mengembalikannya saja kepada Allah? Kan tidak ada lagi seorang pun di sini yang membacanya."

Dalam banyak keluarga, Alkitab nyaris tidak pernah dibaca atau bahkan dipedulikan keberadaannya. Orang membacanya hanya tatkala muncul masalah, penyakit, atau kematian di tengah keluarga. Bahkan pada saat seperti itu pun seseorang bisa jadi masih kebingungan ke mana harus mencari bantuan yang dibutuhkan.

Kapan terakhir kali Anda mengambil Alkitab dan mempelajarinya untuk mendapatkan sukacita, menerima teguran rohani, dan mengalami pertumbuhan rohani? Memang Alkitab adalah bukunya Allah, tetapi Dia tidak ingin buku itu dikembalikan kepada-Nya. Dia ingin agar Anda memiliki, merenungkan, memahami, memercayai, dan menaati pesan yang ada di dalamnya.

Itulah alasan utama mengapa buklet Renungan Harian ini diterbitkan. Setiap artikel renungan di dalamnya bertujuan untuk membantu Anda memahami firman Allah.

Sudahkah Anda membaca bacaan Kitab Suci hari ini? Jika belum, mengapa Anda tidak membacanya sekarang juga? Jangan biarkan Alkitab menjadi Buku yang terlupakan di dalam rumah Anda --RWD

SEMAKIN RAJIN ANDA MEMBACA ALKITAB
SEMAKIN BESAR RASA CINTA ANDA KEPADA "PENULIS"NYA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 17 April 2023

Peperangan di dalam Otak Anda

Yakobus 4:1 “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?”

Di setiap detik dalam hidup Anda, ada sebuah peperangan yang sedang terjadi di dalam otak Anda. Ada sebuah pertarungan mental yang sedang terjadi sekarang! Itu bisa berupa pertarungan antara apa yang benar dan apa yang salah, antara apa yang mudah dan apa yang sulit, atau antara apa yang sehat dan apa yang tidak.

Semua emosi negatif Anda—tekanan, depresi, kekhawatiran, kesepian, ketakutan, kecemburuan—merupakan suatu pergumulan mental. Semua konflik internal Anda dimulai dari pikiran Anda. Bahkan, begitu pula dengan semua konflik eksternal Anda.

Yakobus 4:1 berkata, “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?” Peperangan yang tengah berlangsung di dalam pikiran Anda antara keinginan-keinginan yang saling   bertabrakan bisa berlanjut hingga terbawa tidur, di mana Anda tidur gelisah dan mengalami mimpi buruk. Itu pertempuran yang berlangsung 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu.

Peperangan di dalam otak Anda bersifat konstan dan intens karena pikiran Anda adalah aset terbesar Anda. Anda adalah pikiran Anda, keinginan Anda, emosi Anda, jiwa Anda. Tanpa otak Anda, Anda bukanlah diri Anda.

Alkitab berkata dalam Roma 7:22-23, “Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.”

Jika Anda adalah murid Yesus, maka Roh Allah tinggal di dalam Anda. Itulah bagian dari sifat baru Anda. Itu artinya Setan tidak bisa mengendalikan pikiran Anda, tetapi dia bisa memberikan Anda saran. 

Satu-satunya pengaruh yang Setan miliki dalam kehidupan seorang Kristen yaitu bahwa dia dapat memasukkan pemikiran-pemikiran ke dalam kepala Anda. Dia bisa mencuri perhatian Anda — dan ini masalah yang berbahaya. Mengapa? Sebab apa pun yang menarik perhatian Anda akan menarik diri Anda. Begitu dia menaruh sebuah pemikiran ke dalam benak Anda, maka Anda harus memutuskan apakah Anda akan menerima atau menolak sarannya. 

Mintalah Tuhan untuk membantu Anda memilih yang benar daripada yang salah, yang sehat daripada yang merusak dan memilih kebenaran-Nya daripada kebohongan Setan. Dia siap untuk memberikan Anda kekuatan yang Anda perlukan melalui Roh Kudus!

Renungkan hal ini: 
- Bagaimana informasi dan hiburan yang Anda konsumsi memengaruhi pilihan Anda untuk memilih apa yang benar ketimbang apa yang salah?
- Apakah Anda percaya bahwa Roh Kudus sedang bekerja dalam hidup Anda? Mengapa atau mengapa tidak?
- Apa saja hal yang paling menarik perhatian Anda? Pikirkan bagaimana Anda dapat lebih mendisiplinkan diri Anda di bidang-bidang itu sehingga Setan tidak dapat menggunakannya untuk memancing Anda untuk berbuat dosa.

Ada banyak hal yang sedang terjadi di pikiran Anda dan semuanya itu pada akhirnya akan muncul melalui sikap dan tindakan Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)


Minggu, 16 April 2023

KE MANA SAYA BERTUMBUH?

Bacaan: Galatia 6:7-10

NATS: Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7)

Sebagian orang menua dengan memiliki sifat menarik, sementara sebagian lainnya menua dengan memiliki sifat suka menggerutu dan pemarah. Kita perlu mengetahui ke mana kita bertumbuh karena kita semua akan tambah tua. 

Seseorang tidak akan menjadi mudah tersinggung dan pemarah hanya karena bertambah tua. Penuaan tak seharusnya membuat kita menjadi suka mencela dan mudah marah. Tak begitu. Tampaknya kita menjadi pribadi seperti yang sudah kita bentuk selama ini. 

Paulus menulis, "Siapa yang menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan ..., tetapi siapa yang menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal ..." (Gal. 6:8). Mereka yang membantu orang lain demi kepentingan diri sendiri dan hanya memikirkan diri sendiri, menabur benih yang akan menghasilkan tuaian berupa kesengsaraan dalam diri mereka dan orang lain. Sebaliknya, mereka yang mengasihi Allah dan memedulikan sesama, menabur benih yang kelak akan menghasilkan tuaian berupa sukacita. 

C.S. Lewis berkata, "Setiap Anda membuat keputusan, sebenarnya Anda mengubah inti dari diri Anda, yaitu bagian diri Anda yang turut membuat keputusan, menjadi sesuatu yang agak berbeda dengan sebelumnya." Kita bisa menyerahkan kehendak kita kepada Allah setiap hari, sambil memohon kekuatan dari-Nya untuk hidup bagi Dia dan sesama. Ketika Dia bekerja di dalam diri kita, sifat-sifat yang menarik dan kebaikan akan tumbuh dalam diri kita. 

Maka, kita perlu bertanya: Ke mana saya bertumbuh? --DHR

BENIH YANG KITA TABUR HARI INI MENENTUKAN JENIS BUAH YANG AKAN KITA TUAI ESOK HARI

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 15 April 2023

 Tembok Yerikho

Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
- Galatia 1:10

Kisah runtuhnya tembok Yerikho seringkali disalahtafsirkan, seolah-olah jika memiliki iman berarti hal-hal spektakuler akan terjadi. Padahal “hal-hal spektakuler” bukanlah poin utama kisah Yerikho.

Coba bayangkan, Anda seorang Israel yang disuruh mengelilingi sambil menyoraki sebuah kota besar dengan tembok yang tak teruntuhkan sebanyak tiga belas kali dalam tujuh hari. Orang Yerikho pasti mengira Anda gila. Tak ayal Anda akan kelihatan bodoh. Mereka akan menertawakan dan mengolok-olok Anda selama tujuh hari. Telinga memanas dan wajah memerah karena malu. Rasanya ingin berhenti melakukan hal bodoh ini.

Meski tidak secara literal mengelilingi tembok, ada kalanya Tuhan mengizinkan bahkan menyuruh kita melakukan sesuatu yang membuat kita kelihatan bodoh, sok suci, tidak kekinian atau yang lainnya, dan penilaian orang-orang lain adalah hal yang paling menyita perhatian kita. Ketika ejekan “sok alim” dari teman-teman membuat kita enggan menjaga kekudusan. Ketika ejekan “radikal” atau “fundamentalis” membuat kita takut menyampaikan kebenaran. Bahkan, ketika gagal atau melakukan kesalahan, kita lebih memilih membenarkan diri sendiri dan menutup-nutupi kegagalan tersebut karena takut terlihat jelek di depan orang lain. Inilah peer pressure.

Namun, orang-orang Israel yang dipimpin Yosua tetap beriman di tengah ejekan-ejekan tersebut. Mereka tetap melakukan yang Tuhan suruh meski kelihatan bodoh bahkan gila. “Bodo’ amat apa kata orang-orang Yerikho, yang penting kita taat!” Itulah iman mereka. Marilah jujur kepada diri sendiri, sebagai orang Kristen yang tahu hidup kita adalah untuk memuliakan nama Tuhan. Kita lebih peduli kata orang tentang kita daripada kata orang tentang Tuhan, bukan? Akibatnya, hidup kita adalah untuk memuliakan nama sendiri. Nama Tuhan? “Yah, kalau aku ingat.”

Tetap menjaga kekudusan hidup, menyampaikan kebenaran, dan menegur kesalahan orang lain dalam kasih, mengakui kesalahan dan berkata “maaf”, menerima kegagalan pribadi tanpa menyalahkan pihak lain, menerima kritik dan saran dari junior, adalah hal-hal yang susah kita lakukan karena “apa kata orang tentang aku?” Namun, mana yang lebih penting: “apa kata orang tentang aku?” atau “apa kata Tuhan tentang aku?”

Refleksi Diri:

Apakah Anda tipe orang yang mudah sekali dipengaruhi perkataan orang lain? Apakah penilaian orang tentang Anda sering Anda jadikan penentu dalam pengambilan keputusan?
Apa hal yang Anda tahu Tuhan kehendaki tetapi tidak Anda lakukannya karena takut “apa kata orang tentang aku”?

Sumber: Renungan Hok Im Tong

Jumat, 14 April 2023

Apa yang Sedang Memperlambat Anda?

Bacaan Hari ini:
Ibrani 12:1-2 “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”

Ketika Anda hendak menjalani diet, apa hal pertama yang Anda lakukan? Banyak orang langsung pergi ke lemari es, mengeluarkan semua junk food, lalu membuangnya ke tempat sampah. Mereka bertekad menyingkirkan semua makanan tidak sehat itu agar diet mereka berhasil.

Ketika Anda menyadari bahwa Anda memerlukan pengaturan ulang hidup dari Tuhan, maka membuang apa pun yang tidak penting atau yang tidak sehat adalah sebuah langkah penting.

Ibrani 12:1-2 berkata, “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”

Sering kali kita khawatir dengan junk food dan segala akibatnya bagi kesehatan kita. Tapi, bagaimana dengan junk food mental?

Bila Anda ingin mengubah hidup Anda, mungkin Anda perlu mencabut televisi Anda selama beberapa bulan atau membatalkan langganan layanan streaming Anda. Agar pola pikir Anda dapat benar-benar berubah, maka Anda harus menghentikan sampah yang masuk melalui Internet. Atau mungkin juga Anda memerlukan istirahat dari tekanan dan perbandingan dengan orang lain, serta dari berbagai macam informasi yang tidak ada faedahnya di media sosial.

Mungkin Anda perlu melepaskan sebuah hubungan yang semakin mendorong Anda ke bawah—misalnya, seorang teman atau pacar yang membuat Anda semakin menjauh dari Yesus. Mereka yang menuntun Anda ke arah yang salah. Jika Anda mencoba untuk mengangkat seseorang tapi mereka mencoba menjatuhkan Anda, siapa yang akan menang? Biasanya akan lebih mudah untuk ikut tertarik ke bawah daripada menarik ke atas.

Anda mungkin perlu mengakui dosa Anda. Apakah Anda melakukan itu secara rutin? Jika belum, dosa-dosa yang tidak Anda akui sedang menumpuk di dalam hidup Anda. Itu akan berpengaruh pada hubungan Anda dengan Tuhan dan ikut mempengaruhi setiap bidang kehidupan Anda. Agar pengaturan ulang hidup Anda berhasil, maka Anda perlu menyingkirkan apa pun yang sedang menghalangi Anda dengan Tuhan. Dengan kata lain, Anda perlu menyingkirkan dosa Anda yang belum Anda akui kepada Dia.

Hal-hal dalam hidup Anda yang tidak sehat dan yang tidak ada manfaatnya kelihatan seperti tingkah laku, buku, film, musik, gangguan, hobi, atau kebiasaan yang buruk.

Renungkan hal ini:
- Anggaplah hidup Anda sebagai suatu perlombaan di mana tujuannya ialah untuk menjadi seperti Yesus. Hal-hal apa yang sedang memperlambat langkah Anda dan yang mengalihkan perhatian Anda dari berfokus pada tujuan pertumbuhan rohani Anda?
- Apa saja hal tidak sehat dalam hidup Anda yang menurut Anda paling sulit untuk ditinggalkan? Apa yang telah Tuhan sediakan buat Anda untuk membantu Anda dalam hal ini?
- Bagaimana Anda dapat menjadikan pengakuan dosa sebagai suatu kebiasaan? Mengapa penting untuk melakukan itu?

Apa yang perlu Anda singkirkan atau lepaskan untuk membantu Anda mengatur ulang hidup Anda, dan fokus pada Yesus saat Anda berlomba dalam lomba kehidupan?

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Kamis, 13 April 2023

Mintalah Pengaturan Ulang dari Tuhan dengan Spesifik

Bacaan Hari ini:
2 Korintus 13:5 “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.”

Tidak akan ada yang berubah apabila Anda tidak memintanya dengan spesifik. Kapan pun Anda dapat meminta kepada Tuhan sebuah awal yang baru dalam hidup Anda. Namun, jangan hanya berdoa, "Tuhan, ubahlah aku.” Dia ingin tahu perubahan apa saja yang Anda inginkan.

Anda tak akan bisa memecahkan masalah apa pun sebelum Anda lebih dulu mengidentifikasinya sebagai suatu masalah—dan itu artinya Anda harus mengakui bahwa ada masalah dalam hidup Anda. Semakin spesifik Anda akan apa yang Anda ingin Tuhan ubah dalam hidup Anda, semakin cepat itu akan terlaksana.

Alkitab mengatakannya seperti ini: “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji” (2 Korintus 13:5).

Di area apa Anda membutuhkan penyetelan ulang? Apa yang Anda ingin Tuhan ubah dalam hidup Anda untuk sebuah awal yang baru?

Bagaimana dengan hubungan Anda dengan Tuhan? Jika pernah ada satu masa dalam hidup Anda di mana Anda merasa lebih dekat dengan Tuhan dibanding saat ini, maka itu perlu pengaturan ulang.

Bagaimana dengan tubuh Anda? Apakah Anda memerlukan bantuan Tuhan dengan metabolisme tubuh Anda atau kebugaran Anda atau dengan penyakit kronis Anda? Anda dapat meminta itu kepada Tuhan!

Bagaimana dengan prioritas-prioritas Anda? Apakah saat ini Anda menghabiskan seluruh waktu Anda untuk melakukan hal-hal yang Anda tahu tidak terlalu penting? Itu artinya Anda perlu pengaturan ulang dalam jadwal Anda.

Bagaimana dengan hubungan Anda dengan sesama? Apakah Anda perlu mengatur ulang hubungan yang telah stagnan atau yang kian memburuk? Anda dapat meminta bantuan Tuhan akan hal itu.

Bagaimana dengan karir Anda? Jika saat ini Anda sedang menganggur atau jika pekerjaan Anda menjauhkan Anda dari Kristus, maka itu memerlukan pengaturan ulang.

Apakah Anda memerlukan pengaturan ulang dengan pemikiran Anda? Bila Anda memiliki pemikiran yang Anda tahu salah, yang tidak dapat Anda kendalikan, atau yang membuat Anda takut, maka Anda membutuhkan Tuhan untuk membantu Anda mengatur ulang pikiran Anda dan memberikan Anda yang baru.

Mungkin Anda perlu mengatur ulang kebiasaan Anda, pola asuh Anda, jadwal Anda, keuangan Anda, atau bahkan impian Anda.

Renungkan hal ini:
- Menurut Anda mengapa Tuhan ingin Anda menguji dan menyelidiki diri Anda apa saja yang secara khusus perlu diatur ulang dalam hidup Anda meskipun Dia sudah mengetahuinya?
- Bagaimana seorang Kristen yang bisa Anda percaya membantu Anda untuk menyelidiki apa saja yang mungkin perlu diatur ulang dalam hidup Anda?
- Bidang-bidang kehidupan Anda yang membutuhkan perhatian sering kali tidak teridentifikasi dalam hiruk pikuk kehidupan Anda sehari-hari. Jadi, apa yang perlu Anda lakukan untuk bisa menjadi bijaksana dan bersungguh-sungguh dalam menguji dan menyelidiki bidang-bidang kehidupan Anda yang perlu diatur ulang?

Apa pun yang perlu ditransformasi dalam hidup Anda, minta saja kepada Tuhan - secara spesifik!

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Rabu, 12 April 2023

KETIKA API PADAM

Bacaan: Amsal 26:17-28

NATS: Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran (Amsal 26:20)

Jika api telah habis membakar sesuatu, maka ia akan padam. Demikian juga apabila gosip sampai ke telinga seseorang yang tidak akan meneruskannya, maka berakhirlah gosip itu. 

Gosip, seperti halnya dosa-dosa yang lain, bagaikan "sedap-sedapan perkataan" (Amsal 26:22). Kita senang mendengar dan menceritakannya kepada orang lain karena "rasanya" mengasyikkan. Gosip berakar pada keinginan kita untuk menyenangkan diri sendiri. Saat kita menjelek-jelekkan orang lain, kita menganggap seolah-olah diri kita lebih baik. 

Karena itulah, penyebaran gosip sangat sulit dihentikan. Diperlukan doa dan anugerah Allah agar kita dapat menolak menceritakan atau bahkan mendengar gosip -- bahkan terhadap gosip tersamar dalam keprihatinan pribadi atau permintaan untuk mendoakan teman yang berbuat dosa dan bermasalah. 

Kita perlu memohon hikmat dari Allah agar kita dapat mengetahui kapan harus berbicara, apa yang dibicarakan, dan kapan kita perlu menutup mulut. Karena "di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi" (Amsal 10:19). 

Kerap kali, lebih bijaksana apabila kita tetap diam atau tidak banyak mengucapkan kata-kata. Namun apabila kita harus berbicara, marilah kita membicarakan hal-hal yang membangkitkan semangat dan mendorong orang lain untuk lebih dekat dengan Allah, dan bukan hal-hal yang akan melemahkan dan melukai mereka. "Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan" (Amsal 12:18) --DHR 

HANCURKANLAH GOSIP DENGAN MENGABAIKANNYA

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 11 April 2023

PENDETEKSI RASA SAKIT

Bacaan: Kisah 24:16

NATS: Aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia (Kis. 24:16)

Dokter Paul Bran, misionaris medis di India, berbicara tentang penderita lepra yang mengalami perubahan bentuk tubuh karena ujung-ujung syaraf mereka tak dapat merasakan sakit. Mereka tak akan kesakitan bila melangkah di atas api atau bila jari mereka terluka oleh pisau. Akibatnya, mereka tak sadar jika luka itu terbuka. Ini penyebab terjadinya infeksi dan cacat tubuh. 

Dokter Brand menciptakan alat yang akan berbunyi jika terkena api atau benda tajam. Alat itu memperingatkan bila terdapat luka pada orang yang tak dapat merasakan sakit. Segera mesin itu ditempelkan pada jari dan kaki pasien. Alat itu bekerja dengan baik sampai saat mereka hendak bermain bola basket. Mereka akan mencopot alat itu sehingga mereka kerap terluka lagi tanpa menyadarinya. 

Seperti fungsi rasa sakit bagi tubuh kita, hati nurani berguna mengingatkan kita akan kerusakan rohani. Namun, dosa yang menjadi kebiasaan dan belum dipertobatkan dapat membuat hati nurani mati rasa (1Tim. 4:1-3). Untuk menjaga kemurnian hati nurani, kita perlu menanggapi rasa sakit akibat kesalahan kita dengan mengaku dosa (1Yoh. 1:9), bertobat (Kis. 26: 20), dan menebus kerugian yang ditanggung sesama akibat perbuatan kita (Luk. 19:8). Dengan yakin Paulus berkata, "Aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia" (Kis. 24:16). Seperti Paulus, kita seharusnya tidak mati rasa pada peringatan Allah yang menyakitkan tentang dosa, tetapi justru mengizinkan peringatan itu menghasilkan karakter saleh dalam diri kita --HDF 

HATI NURANI YANG MURNI
IBARAT SEBUAH TILAM YANG LEMBUT

Sumber: Renungan Harian

Senin, 10 April 2023

Saksi Iman: Yakub

Lebih baik berlindung kepada TUHAN, dari pada percaya kepada manusia - Mazmur 118:8.

Yakub, yang namanya bersinonim dengan “penipu” adalah salah satu tokoh yang paling menjengkelkan di seluruh Alkitab. Aneh sekali orang seperti ini menjadi kakek moyang bangsa Israel.

Sejelek-jeleknya Yakub, satu-satunya hal yang patut diteladani darinya adalah bahwa ia berbeda dengan kakaknya. Ia sangat menghargai janji Tuhan, yakni bahwa keturunannya akan memiliki tanah Kanaan. Itulah motivasi Yakub di balik tindakan memperdayai Esau untuk menjual hak kesulungan kepadanya (Kej. 25:29-34) dan menuruti rencana ibunya untuk menipu ayahnya (Kej. 27:1-29). Sesudah ia melihat bagaimana Kanaan dilanda kelaparan (Kej. 41:56; 43:1) dibandingkan dengan betapa majunya peradaban Mesir, ia tetap memilih Kanaan. Mengapa? Karena Kanaan adalah tanah yang Tuhan janjikan baginya.

Itulah sebabnya Yakub meminta dikuburkan di tanah Kanaan, bukan di Mesir. Setelah anaknya Yusuf mengiyakan, Yakub “menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya” (Ibr. 11:21). Meski terjemahan LAI berbeda, klausa ini adalah kutipan langsung dari Kejadian 47:31 versi Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani), “Sujudlah Israel di sebelah kepala tempat tidurnya”. Yakub tahu bahwa bukan Mesir melainkan Kanaan yang Tuhan sediakan untuknya, tidak peduli seberapa baiknya tanah Mesir. Inilah iman Yakub.

Di sepanjang hidup ini, kita akan mengalami problema yang sama. “Aku tahu Tuhan ingin aku masuk jurusan ini. Tapi sepertinya jurusan itu lebih santai.” “Aku tahu Tuhan ingin aku berkiprah di bidang ini. Tetapi bidang itu lebih banyak untungnya.” “Aku tahu berkarya dan mengabdi di negara ini. Tetapi tinggal di negara itu lebih enak.” Bahkan, “Aku tahu Tuhan ingin aku beribadah dan berjemaat di gereja ini karena aku lebih bertumbuh di sini. Tetapi di gereja itu musiknya lebih asyik, khotbahnya lebih dalam, orang-orangnya lebih ramah, koneksinya lebih baik, dsb.” Seringkali kita lebih mirip Esau daripada Yakub: memilih hal-hal lain dibanding yang Tuhan sediakan, sama seperti Esau memilih semangkuk sup kacang merah karena menganggap sepi yang Tuhan berikan.

Mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan adalah langkah awal yang sangat baik. Namun, apa artinya jika kita tidak melakukannya? Memiliki iman Yakub berarti mengambil langkah untuk menerima yang Tuhan sediakan, meski alternatifnya kelihatannya lebih baik di mata kita.

Refleksi Diri:

Bagaimana cara Anda mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidup? Apakah mencari tahu dulu apa yang Tuhan sediakan atau langsung memilih berdasar apa yang Anda pandang baik?
Apakah ada area-area dalam hidup yang tidak sejalan dengan yang Tuhan berikan kepada Anda?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Minggu, 09 April 2023

KEMENANGAN OLEH YESUS KRISTUS

[[Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. ]] (1 Korintus 15:55-58)

Pernahkah Anda menyaksikan pertandingan sepakbola di mana klub favorit bertanding dan menang? Apa yang Anda rasakan pada saat itu? Tentu saja rasa senang dan gembira, bukan? Anda tidak bertanding di lapangan, tetapi turut bergembira atas kemenangan mereka yang bertanding di lapangan. Kemenangan tim favorit itu memberikan sukacita bagi Anda. 

“Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Korintus 15:57). Perhatikan frasa “yang telah memberikan kepada kita kemenangan”. Ya, Kristus menang atas kuasa kematian. Kebangkitan di hari Paskah adalah tanda kemenangan itu. Firman Tuhan menegaskan bahwa Allah telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus. Kita menang atas maut bukan karena berjuang. Kita menang karena Kristus memberikan kemenangan itu.

Apa yang selanjutnya menjadi respons kita? Firman Tuhan menjelaskan di ayat selanjutnya, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Ya, kita harus terus berpegang pada Kristus yang memberikan kemenangan itu, dan melakukan pekerjaan Tuhan. Aktivitas kita dalam hidup dan pelayanan bukan berdasarkan kekuatan, melainkan berdasarkan kemenangan Kristus atas maut.

Selamat merayakan Paskah. Selamat merayakan kemenangan! Giatlah dalam pekerjaan Tuhan (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini

Sabtu, 08 April 2023

DIAM DAN MENANTI

[[Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." Tetapi kamu enggan. ]] (Yesaya 30:15)

Diam dan menanti ternyata bukan hal yang mudah. Saya kerap kali mengamati di ruang tunggu periksa dokter betapa beberapa pasien tampak gelisah. Ada yang sedang asyik bermain gadget , ada yang berjalan kian kemari, ada yang membaca, dan ada pula yang terus menelepon seseorang. Ya, penantian itu kadang kala memang terasa membosankan. Ada rasa tidak berdaya karena tidak dapat mempercepat sesuatu, dan berjuang untuk mengisi masa penantian itu dengan aktivitas apa pun.

Hari ini adalah Sabtu Sunyi dalam kalendar gerejawi. Tak banyak gereja yang merayakannya dengan ibadah khusus. Sabtu Sunyi adalah ajakan untuk menghayati bahwa menanti adalah bagian dari kehidupan. Antara penyaliban di hari Jumat dan kebangkitan di hari Minggu ada Sabtu Sunyi. Diam dan menanti. Sungguh bukan hal yang mudah untuk diam dan menanti. Yesaya pernah menegur keras orang Israel karena mereka enggan untuk bertobat dan tinggal diam menantikan pertolongan Tuhan. Orang Israel lebih memilih untuk percaya kepada pertolongan bangsa lain karena tidak mau menanti. Hasilnya? Orang Israel mengalami kekalahan besar.

Mungkin saat ini kita sedang dalam kondisi menantikan sesuatu. Belajar berdiam diri dan percaya bahwa dalam tinggal tenang dan percaya, di situlah terletak kekuatan kita (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Jumat, 07 April 2023

Drama Korea "The Glory"

Kemarin sy baru selesai nonton drakor The Glory. Pas hari ini adalah Paskah. Apakah persamaan cerita drakor itu dgn cerita Paskah? 

Persamaannya adalah tokoh utama dlm drakor tsb dibully, disiksa, dihina, dilecehkan dan dianiaya ktk msh sekolah. Sedangkan tokoh utama dalam Paskah yaitu Tuhan Yesus Kristus ktk hidup di dunia sbg manusia, Dia juga disiksa, dihina, dilecehkan dan dianiaya. 

Tapi apa perbedaan drakor itu dan Paskah? Perbedaannya adalah tokoh utama drakor tsb kemudian hidup dgn fokus utk membalas dendam seumur hidupnya. 
SANGAT BERBEDA dgn YESUS KRISTUS, Dia dtg ke dunia sbg manusia dan hidup utk menanggung dosa dan justru menyelamatkan org2 yg menyiksa dan menghina Dia dgn mati menderita di atas kayu salib. Yesus bgt mengasihi kita, terbukti di atas kayu salib bahkan ktk Dia bgt kesakitan dan menderita, Yesus msh bisa berkata ampunilah mereka (yg menghina, menganiaya dan menyalibkan Dia), krn mrk tdk tahu apa yg mrk perbuat.

Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu - Efesus 4:31-32

Yesus Kristus datang utk mengampuni dan menyelamatkan kita yg sdh berdosa kpd Dia bukan utk membalas dendam....


SETERU SALIB

[[Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.]] (Filipi 3:18-20)
 



Seteru artinya lawan. Seteru salib berarti lawan dari salib Kristus itu. Apa yang menjadi tanda bahwa seseorang adalah seteru salib? Paulus memberikan tiga ciri khas seteru salib itu di dalam Filipi 3:19, “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju pada perkara duniawi.” Ciri pertama, ber-Tuhan-kan perut alias kenikmatan. Para seteru salib itu adalah pemburu kenikmatan berapa pun harganya. Hedonis merupakan kata yang mungkin cocok untuk menggambarkan perilaku ini. Ciri kedua, kemuliaan mereka ialah aib mereka. Orang-orang yang melawan salib itu berbangga atas dosa dan kesalahan mereka, alih-alih menyembunyikannya. Ketiga, pikiran seteru salib itu hanya tertuju pada perkara duniawi. Hal ini berarti mereka tidak memedulikan Tuhan dan kehendak-Nya.

Pada hari Jumat Agung ini tatkala kita memperingati penyaliban Kristus, sungguh saat yang tepat bagi kita untuk memeriksa diri. Apakah kita berpihak pada salib Kristus itu atau menjadi seteru salib itu? Jangan-jangan, walaupun mulut berujar bahwa kita mencintai Yesus Kristus, tetapi perilaku kita menggambarkan tiga ciri seteru salib itu. Tak perlu sibuk menunjuk orang lain, namun mari kita memeriksa perjalanan hidup kita pribadi.

Salib Kristus adalah tanda kasih karunia-Nya bagi semua manusia. Sebagian orang memandang salib itu dengan rasa syukur, sebagian lagi diam-diam atau terang-terangan melawan salib itu. Siapa diri kita di hadapan salib-Nya? Sahabat atau seteru salib Kristus?
 (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini

Kamis, 06 April 2023

Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri. [Matius 26:56]

Dia tidak pernah meninggalkan mereka, tetapi mereka karena takut akan hidup mereka, meninggalkan Dia dari awal permulaan penderitaan-Nya. Ini hanyalah sebuah contoh yang mengajarkan kita lemahnya setiap orang percaya jika mereka dibiarkan sendiri; mereka paling-paling hanyalah domba, dan mereka melarikan diri ketika serigala datang. Mereka semua telah diperingatkan akan datangnya bahaya, dan mereka telah berjanji lebih baik mati daripada meninggalkan Tuan mereka; namun mereka tiba-tiba dihinggapi panik, dan melarikan diri. Mungkin saja, pada awal hari ini, aku telah memutuskan dalam pikiran untuk menanggung ujian demi Tuhan, dan membayangkan bahwa diriku pasti akan setia dengan sempurna; tapi hendaklah aku sangat cemburu pada diriku sendiri, jangan-jangan aku sama seperti para rasul itu, memiliki hati jahat yang tidak percaya, yang akan meninggalkan Tuhanku. Berjanji jauh berbeda dengan melaksanakan. Padahal apabila mereka gagah berdiri di sisi Yesus, itu merupakan kehormatan yang kekal bagi mereka; tetapi mereka lari dari kehormatan; semoga aku dilindungi agar tidak meniru mereka! 

Di mana lagi mereka bisa begitu aman selain dekat Tuan mereka, yang saat itu bisa saja memanggil dua belas pasukan malaikat [Matius 26:53]? Mereka lari dari keselamatan mereka yang sejati. Ya Allah, janganlah aku berlaku bodoh juga. Anugerah ilahi dapat menjadikan pengecut berani. Kain lenan yang berasap bisa menyala seperti api di atas mezbah jikalau Tuhan menghendakinya. Para rasul ini, yang penakut seperti kelinci, tumbuh menjadi berani bagaikan singa setelah Roh itu turun ke atas mereka, demikian pula Roh Kudus dapat membuat jiwaku yang penakut berani mengakui Tuhan dan bersaksi tentang kebenaran-Nya.

Pastilah kepedihan yang begitu mendalam dirasakan Juruselamat saat Dia melihat teman-teman-Nya begitu tidak beriman! Itu memang salah satu bahan dari isi cawan-Nya; tapi cawan itu sekarang sudah kering; biarlah aku tidak menambahkan setetes lagi ke dalam cawan itu. Jika aku meninggalkan Tuhanku, aku akan menyalibkan lagi Dia, dan menghina-Nya di muka umum [Ibrani 6:6]. Lindungi aku, ya Roh yang terpuji, dari akhir hidup yang begitu memalukan itu.

Renungan Pagi (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).

Rabu, 05 April 2023

Turut Merasakan

Bacaan: IBRANI 4:14-5:10

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa. (Ibrani 4:15)

Saya mempunyai seorang kakak laki-laki yang mengidap gangguan kejiwaan. Semasa remaja, karena dampak dari gangguan kejiwaannya, kakak suka berbuat onar. Malam hari sewaktu kami semuanya tidur, ia malah berteriak-teriak. Itulah mengapa saya merasa sangat kesulitan untuk mengasihinya. Suatu hari karena dihadapkan pada banyak masalah, saya jadi stres berat dan kejadian itu menyebabkan jiwa saya terganggu. Meskipun tidak parah dan saya kemudian dapat bangkit kembali, pengalaman itu membuat saya menjadi lebih bisa mengasihi kakak serta memaklumi perbuatannya.

Banyak orang tidak benar-benar dapat memahami sesamanya sampai mereka sendiri mengalami hal yang sama. Alih-alih memaklumi, mereka malah menghakimi. Untungnya, Yesus yang adalah Imam Besar kita saat ini tidak bersikap demikian. Dia yang adalah Anak Allah, rela turun ke dunia dan kemudian menjelma menjadi manusia. Selain untuk menebus kita dari dosa, tujuan dari inkarnasi Yesus adalah supaya Dia dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Faktanya, Yesus tahu bagaimana memikatnya godaan-godaan dosa yang diiming-imingkan oleh iblis. Dia juga tahu betapa kuatnya keinginan daging di dalam diri manusia. Namun berita baiknya, Yesus berhasil menang! Firman Tuhan mencatat, "... Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa."

Oleh kemenangan Yesus, tidak hanya Dia dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, tetapi Dia juga mampu memberi kita strategi untuk menang melawan godaan-godaan iblis. Dalam peperangan rohani, libatkan Yesus sebab Dia mengasihi kita, mengerti kelemahan kita dan memahami keterbatasan kita. Namun yang terutama, Dia tahu bagaimana cara untuk memenangkan pertempuran. --LIN/www.renunganharian.net

Selasa, 04 April 2023

Saksi-saksi Iman: Habel

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia - Kolose 3:23

Patut disayangkan gereja masa kini terkadang memiliki konsep yang salah tentang iman. Iman hanya dikaitkan dengan keselamatan dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Iman seringkali didefinisikan sebagai pengetahuan akan seperangkat pernyataan teologis yang kemudian dipercayai. Ibrani 11:1-2 sering dipakai untuk mendukung definisi ini. Namun, definisi ini terlalu sempit! Iman sebagaimana diteladankan oleh para saksi-saksi iman dalam Ibrani 11 sangatlah praktis dan tidak “diawang-awang”. Hari ini kita mulai dengan Habel.

Sesudah manusia jatuh ke dalam dosa, kehidupan mereka menjadi sangat sulit (Kej. 3:17-19). Panen bisa saja gagal. Wabah bisa saja menyerang. Intinya, kita tidak dapat mengontrol masa depan. Apa pun yang kita kerjakan dapat berakhir dengan kesia-siaan dan kegagalan sehingga muncul pemikiran, apa gunanya mengusahakan yang terbaik? Bukankah ini yang dilakukan oleh Habel? Meski kakak-beradik tersebut sama-sama memberikan persembahan, Kain hanya “mempersembahkan sebagian dari hasil tanah”, mengindikasikan bahwa persembahannya adalah ala kadarnya. Habel, sebaliknya, memberikan yang terbaik (Kej. 4:4). Bagian ini umumnya ditafsirkan bahwa sikap Kain dan Habel tidak hanya berlaku dalam aspek ibadah, tetapi juga dalam aspek-aspek hidup lainnya, misalnya pekerjaan.

Meski Habel memberikan yang terbaik dan Tuhan mengindahkannya, kelihatannya sia-sia saja yang dilakukannya. Pada akhirnya ia mati dibunuh kakaknya. Kain, sebaliknya, meski persembahannya tidak diindahkan Tuhan dan dihukum, malah pada akhirnya membangun kota dan memiliki keturunan-keturunan yang luar biasa (Kej. 4:17-24).

Mengapa orang baik berakhir tragis dan yang tidak baik berakhir sukses? Di sinilah iman sangat berperan. Terkandung pula dalam pengertian iman, yakni suatu sikap untuk tetap memberikan yang terbaik, meski sepertinya kerja keras kita kelihatan sia-sia dan justru mereka yang ala kadarnya lebih sukses. Mengapa? Karena, “Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu…” (Ibr. 11:4b).

Anda punya rekan kerja yang asal-asalan, sering lewat tenggat waktu, bahkan suka melimpahkan tugas, tetapi mendapat promosi? Padahal Anda yang bekerja keras tidak dihargai sedikit pun? Dalam kondisi seperti ini, apakah Anda tetap memberikan yang terbaik? Karena meski atasan Anda tidak melihat, iman Anda mengatakan bahwa Tuhan tidak buta.

Refleksi Diri:
Apakah selama ini Anda telah memberikan yang terbaik dalam setiap aspek hidup Anda (keluarga, pekerjaan, pelayanan, dsb.)? Jika tidak, mengapa?
Bagaimana respons Anda saat merasa usaha Anda sia-sia dibandingkan mereka yang asal-asalan malah “kelihatannya” lebih sukses?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Senin, 03 April 2023

JALAN BERGELOMBANG

Bacaan: Filipi 1:27-30

NATS: Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia (Filipi 1:29)

Ketika orang-orang mengatakan kepada saya bahwa hidup itu susah, saya selalu menjawab demikian, "Tentu saja." Saya rasa jawaban tersebut lebih memuaskan daripada jawaban lain yang dapat saya utarakan. Penulis Charles Williams berkata, "Dunia ini memang menyengsarakan dalam segala hal. Akan tetapi sungguh tak tertahankan apabila seseorang mengatakan bahwa kita diciptakan untuk menyukai hal tersebut." 

Jalan yang ditunjukkan Allah kepada kita, kerap kali tampaknya menjauhkan kita dari apa yang kita anggap baik, sehingga kita percaya bahwa kita salah jalan dan tersesat. Hal itu terjadi karena banyak di antara kita telah diajar untuk memercayai bahwa jika kita berada di jalur yang benar, maka kebaikan Allah itu sama artinya dengan hidup yang tanpa masalah. 

Namun, itu merupakan angan-angan yang sangat berbeda dengan pandangan alkitabiah. Kasih Allah sering memimpin kita melalui jalan yang menjauhkan kita dari kenyamanan duniawi. Paulus berkata, "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia" (Filipi 1:29). Apabila kita telah sampai di ujung lembah kekelaman, kita akan mengerti bahwa setiap keadaan diizinkan terjadi demi kebaikan kita. 

"Tidak ada jalan yang seaman dan sepasti jalan yang telah kita lewati," kata seorang pengajar Alkitab, F.B. Meyer. "Jika saja kita dapat melihat jalan tersebut sebagaimana Allah selalu melihatnya, maka kita pun pasti akan memilih jalan yang dipilih Allah bagi kita" —DHR 

TIDAK ADA PENCOBAAN YANG DAPAT MEMBUAT KITA PUTUS ASA JIKA KITA MEMAHAMI ALASAN ALLAH MENGIZINKANNYA TERJADI

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 02 April 2023

AGAMA ATAU KRISTUS?

Bacaan: Efesus 2:1-10

NATS: Karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman; ... itu ... pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu (Ef. 2:8,9)

Mary bekerja keras karena ingin atasannya mengetahui prestasinya dan menghargainya dengan memberi kedudukan yang bergaji lebih tinggi. Nancy mencintai pekerjaannya dan menyukai produk yang dijual perusahaannya. Karena kesetiaannya, ia bekerja keras untuk menghasilkan produk yang semakin baik. 

Mary adalah ibarat orang yang berharap supaya perbuatan baiknya akan diberi upah oleh Allah kelak. Orang-orang seperti itu berharap bahwa perbuatan baik mereka akan membawa mereka masuk surga. 

Adapun Nancy adalah gambaran orang yang beriman bahwa Allah akan membawa mereka masuk surga. Orang-orang seperti itu berbuat baik sebagai ungkapan syukur dan kasih mereka kepada Allah. 

Seseorang yang beragama bisa jadi percaya kepada Allah, pergi ke gereja, berdoa, memperlihatkan kebaikan, dan dipandang sebagai orang baik. Orang beragama memiliki banyak sifat baik, tetapi agama bukan pengganti iman dalam Yesus Kristus. 

Orang yang beriman percaya kepada Yesus untuk mendapatkan pengampunan dosa. Mereka mendapatkan jaminan masuk surga dan berusaha menjadi semakin serupa dengan Yesus setiap hari. Rasul Paulus mengatakan bahwa karena anugerah, orang mendapatkan keselamatan oleh iman. Keselamatan diperoleh bukan karena perbuatan kita, melainkan karena pemberian Allah (Ef. 2:8,9). 

Satu-satunya jalan menuju Bapa di surga adalah melalui iman di dalam Yesus (Yoh. 14:6) 

Mana yang Anda pilih, agama atau Kristus? --AMC 

Tak ada banyak jalan ke surga; 
Tuhan berfirman ada satu jalan saja; 
Mengakui Kristus Sang Juru Selamat, 
Percaya kepada Putra tunggal-Nya. --Sper 

KITA DISELAMATKAN BUKAN KARENA PERBUATAN KITA
MELAINKAN KARENA KITA PERCAYA PADA PERBUATAN KRISTUS

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 01 April 2023

TITIK DAN LUBANG DONAT

Bacaan: Mazmur 104:1-15

NATS: Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! (Mazmur 103:2)

Tatkala seorang pendeta sedang berbicara kepada sekelompok orang, ia mengambil secarik kertas dengan ukuran besar lalu membuat sebuah titik berwarna hitam di tengah-tengahnya. Kemudian ia mengangkat kertas tersebut dan bertanya apa yang mereka lihat di situ. 

Salah seorang menjawab, "Saya melihat sebuah tanda berwarna hitam." "Benar," jawab sang pendeta. "Apa lagi?" Tidak seorang pun yang memberikan jawaban. "Saya sungguh terkejut," kata sang pendeta. "Kalian telah mengabaikan hal yang terpenting—yaitu lembaran kertas ini." 

Kerap kali, perhatian kita justru tersita oleh setitik kekecewaan yang sangat kecil, dan kita cenderung melupakan begitu banyak berkat yang kita terima dari Tuhan. Namun, seperti lembaran kertas, hal-hal yang baik sebenarnya jauh lebih penting daripada segala kesulitan yang menyita perhatian kita. 

Hal ini mengingatkan saya akan sebuah pepatah aneh yang menyatakan sebuah nasihat praktis yang baik. "Saat Anda menapaki jalan hidup, jadikanlah hal berikut ini tujuan Anda: Arahkan pandangan Anda pada kue donat, jangan pada lubang yang ada di tengahnya!" 

Ya, daripada memusatkan diri pada berbagai pencobaan yang terjadi di dalam hidup, kita seharusnya mengarahkan perhatian pada berkat-berkat kehidupan. Marilah kita berkata seperti pemazmur, "Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Dia menanggung bagi kita" (Mazmur 68:20). 

Marilah kita terus memuji Dia, agar perhatian kita tidak tertuju pada titik kecil dan lubang pada donat —RWD 

MANFAATKAN WAKTU ANDA UNTUK MENGHITUNG BERKAT-BERKAT BUKAN UNTUK MELAMBUNGKAN KELUH KESAH ANDA

Sumber: Renungan Harian