Bertumbuh bersama melalui firman Tuhan dan rasakan pengalaman berjalan bersama Tuhan setiap hari
Rabu, 31 Agustus 2022
Selasa, 30 Agustus 2022
Senin, 29 Agustus 2022
Minggu, 28 Agustus 2022
Sabtu, 27 Agustus 2022
Jumat, 26 Agustus 2022
Kamis, 25 Agustus 2022
DALAM NAMANYA
Bacaan: Matius 25:31-46
NATS: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Matius 25:40)
Menurut sebuah kisah, suatu hari Fransiskus dari Assisi (1182-1226) sedang menunggang kuda tatkala ia berjumpa dengan seorang penderita kusta yang sedang mengemis di tepi jalan yang akan dilewatinya. Ia kemudian turun dari kudanya, memberikan sejumlah uang dan mencium pipi orang tersebut. Ketika Franciskus melanjutkan perjalanan, ia menoleh ke belakang dan berpikir sesaat bahwa ia telah melihat Kristus sendiri berdiri di tempat pengemis itu.
Cerita ini merupakan ilustrasi yang sangat mengena mengenai kebenaran Alkitab: Kita melayani Tuhan bila kita melayani orang yang kekurangan. Yesus menyatakan hal ini dengan jelas tatkala Dia berkata bahwa setiap kebaikan yang dilakukan kepada mereka yang lapar, haus, tidak memiliki tempat tinggal, sakit, miskin, dan dipenjara, akan dinilai sebagai tindakan yang dilakukan langsung kepadaNya (Matius 25:40,45). Dia mengidentifikasikan diri dengan sangat dekat pada orang-orang yang terhimpit dalam hidup sehingga bila kita melayani mereka dalam namaNya, berarti kita telah melayani Dia.
Kita cenderung membatasi pelayanan kita kepada Kristus dengan berpikir bahwa hamba Tuhan dan utusan Injil adalah orang yang paling tepat untuk melakukan hal itu. Namun ketika kita mengulurkan pertolongan dalam nama Yesus Kristus melalui tindakan kita, Yesus sendiri hadir di sana sekalipun kita tidak dapat melihatNya. Dan suatu saat, ketika kita berdiri di hadapanNya kelak, Dia akan mengingat kembali perbuatan kasih kita yang dilakukan dalam namaNya dan Dia akan berkata, "Baik sekali perbuatanmu!"
Marilah kita terus melayani Dia dengan cara melayani orang lain yang membutuhkan -- DJD
KITA MELAYANI KRISTUS TATKALA KITA MELAYANI ORANG-ORANG YANG MEMBUTUHKAN
Sumber: Renungan Harian
Rabu, 24 Agustus 2022
Bukan Menyemprot Wewangian
Bacaan: 1 SAMUEL 26
Lalu berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel untuk mencari Daud di padang gurun Zif. (1 Samuel 26:2)
Alkisah, si dungu berkeluh kesah kepada si bijak. "Tiap hari aku menyemprot rumahku dengan berbagai wangi-wangian, namun bau busuk tetap menyengat." Sejenak si bijak menghela nafas. "Jikalau kau ingin bau busuk itu hilang lenyap, caranya bukan menyemprotkan wewangian, melainkan menyingkirkan semua sampah dari rumahmu!"
Pada kali pertama Daud membiarkannya hidup, Saul menyesal sudah berupaya membunuh Daud. Sambil menangis ia mengatakan, "Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu" (1Sam 24:18). Rasa penyesalan menjadikan bau busuk seketika lenyap dari Saul. Sayang, Saul hanya "menyemprotkan" wewangian, tetapi tidak menyingkirkan sampah kedengkian dari hatinya. Faktanya, Saul tetap tidak menerima kenyataan bahwa dirinya telah ditolak, dan sebagai gantinya Tuhan telah memilih Daud. Beberapa waktu kemudian, bau busuk itu tercium kembali. Ketika seseorang melaporkan bahwa Daud ada di bukit Hakhila, kembali Saul mengejar hendak membunuhnya (ay. 2).
Apabila kita kerap jatuh bangun di dalam dosa, artinya masih ada sampah tertimbun dalam kehidupan kita. Pertobatan yang kita lakukan belum menyeluruh, hanya sekadar upaya penyemprotan wangi-wangian. Jika kita tidak ingin berlama-lama berada dalam lingkaran "berdosa, bertobat, lalu berdosa lagi", tidak ada cara lebih tepat selain menyingkirkan semua sampah dari kehidupan kita. Berbekal hikmat Tuhan, kita dapat menyadari berbagai sampah-sampah itu. Segera singkirkan semuanya supaya kehidupan menjadi bersih dan memancarkan keharuman surgawi! --LIN/www.renunganharian.net
SEBENARNYA KITA TIDAK MEMBUTUHKAN WANGI-WANGIAN, TETAPI KESEDIAAN UNTUK MENGELUARKAN TIMBUNAN SAMPAH DARI KEHIDUPAN KITA.
Selasa, 23 Agustus 2022
Respon Hati yang Benar Saat Mendengar Firman Tuhan
Yakobus 1:21 ”Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu”.
Setiap orang yang mengaku sebagai orang Kristen memiliki respon yang berbeda-beda, satu dengan yang lainnya. Tak jarang kita menjumpai orang Kristen yang sudah menjadi Kristen sejak lahir (karena latar keluarga), berulang kali pindah dari satu gereja ke gereja lain. Seringkali hati mereka seakan terusik dan memberontak karena “disentil” oleh pemberitaan Firman Tuhan.
Bukan hanya berpindah gereja, namun mereka juga memutuskan keluar dari komunitas agar merasa aman dari koreksi firman Tuhan. Ditambah lagi dengan tidak adanya kerendahan hati, ketika ada orang yang lebih muda dan tak berpengalaman, menegur atau mengingatkan kesalahannya.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada jaminan bahwa semakin lama seseorang menjadi Kristen, berarti dia juga semakin dewasa dalam iman atau kerohanian dan memiliki kerendahan hati.
Bagaimana respon hati kita terhadap ‘benih’ yang disampaikan, akan menentukan efektif atau tidaknya kuasa firman itu dalam hidup kita. Hati sebenarnya harus benar-benar dijaga karena hati memegang peran penting dalam kita melewati kehidupan. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23)
Saat hati kita bersih maka kita sedang mempersilakan Roh Kudus berdaulat penuh atas kehidupan kita. Kita pun akan beres dengan masa lalu yang seringkali mengintimidasi kita. Dan ketika hati kita bersih, saat itu jugalah kita mampu merespon dengan benar akan pemberitaan Injil.
Dan Injil itu sendiri merupakan kekuatan bagi setiap orang yang mau diatur dan diarahkan untuk bisa hidup serupa dengan Kristus. “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31-32)
Agar setiap firman yang disampaikan bisa bekerja dengan maksimal dalam hidup kita, perlu adanya perubahan dari kita sendiri untuk benar-benar mau diperbaharui. Meninggalkan dosa, mengambil komitmen, dan memandang pada Yesus sebagai pemilik kehidupan adalah satu-satunya cara untuk kita dapat merespon setiap firman yang didengar dengan baik.
Kiranya Allah yang penuh kasih, melimpahkan rahmatnya bagi setiap kita. Amin.
Sumber: Jawaban.com
Senin, 22 Agustus 2022
Minggu, 21 Agustus 2022
Kita Butuh "Pelatih"
Bacaan: IBRANI 10:19-27
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, terlebih lagi sementara kamu melihat hari Tuhan semakin mendekat. (Ibrani 10:25)
Di balik kesuksesan seorang atlet, pastilah memiliki pelatih yang setia mendampinginya. Kesuksesan atlet bulu tangkis asal Cina, Lin Dan, memenangi berbagai gelar bergengsi, tidak luput dari pendampingan pelatihnya, Xia Xuanze. Padahal jika mereka berdua diadu, sang pelatih pun tak kuasa menandinginya. Tapi Lin Dan tetap membutuhkan pelatihnya itu untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dilihatnya sendiri. Setiap kali bertanding, sang pelatihlah yang terus-menerus menasihati, mengingatkan, dan menegur jika atletnya itu kerap membuat kesalahan, di samping memberitahu letak kelemahan lawannya.
Penulis kitab Ibrani menasihati agar setiap orang kristiani tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah. Tak sekadar beribadah, dalam pertemuan itulah setiap orang berkesempatan untuk saling mengingatkan, saling menegur jika salah, saling mendoakan, dan saling membangun dalam kasih. Dengan cara seperti itulah iman semakin bertumbuh, setiap orang butuh sesamanya untuk bertumbuh.
Ibarat seorang atlet, kita selalu butuh orang lain untuk menjadi "pelatih" kita. Dalam hidup, terkadang kita melakukan hal-hal yang keliru yang tidak kita lihat atau sadari dan itu bisa sangat membahayakan hidup kita. Sejatinya kita membutuhkan orang-orang yang mampu melihat apa yang tidak mampu kita lihat untuk menegur, menasihati, bahkan mengkritik kesalahan kita. Mari belajar rendah hati untuk menyadari bahwa Allah dapat berbicara melalui mereka untuk menyelamatkan hidup kita dari hal-hal yang lebih buruk. --SYS/www.renunganharian.net
SIAPA MENGINDAHKAN DIDIKAN, MENUJU JALAN KEHIDUPAN,
TETAPI SIAPA MENGABAIKAN TEGURAN, TERSESAT.-AMSAL 10:17
Sabtu, 20 Agustus 2022
Jumat, 19 Agustus 2022
Kamis, 18 Agustus 2022
Rabu, 17 Agustus 2022
Selasa, 16 Agustus 2022
Senin, 15 Agustus 2022
Minggu, 14 Agustus 2022
Sabtu, 13 Agustus 2022
Perangkap Konyol
Bacaan: KELUARAN 32
Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami ...." (Keluaran 32:1)
Salah satu tantangan bagi pemimpin ialah adanya godaan untuk menyenangkan para pengikutnya, dengan cara yang keliru. Tidak berani menolak permintaan mereka, sekalipun jelas bertentangan dengan kebenaran. Memilih tetap populer dan mendapat pengakuan banyak orang, sekalipun menyimpang dari jalur yang seharusnya. Hanya cari aman, serta demi kenyamanan sendiri.
Harun terjebak dalam perangkap ini pada salah satu episode kepemimpinannya. Musa telah naik ke Gunung Sinai selama 40 hari, sedangkan seluruh umat berkemah di padang gurun. Selama absennya Musa, Harunlah pemimpin mereka. Lalu, umat itu meminta Harun membuat allah bagi mereka. Sebuah patung untuk disembah, yang akan memimpin mereka menuju Kanaan.
Mudah sekali melihat bahwa ini adalah permintaan yang salah dan konyol. Setelah mengalami berbagai mukjizat Allah untuk membebaskan mereka dari Mesir, bagaimana mungkin mereka berpikir bahwa Allah yang hidup dan berkuasa itu dapat diganti dengan sebuah patung? Namun yang lebih parah lagi adalah reaksi Harun. Ia tidak membantah atau mengoreksi mereka. Malahan, ia meminta anting-anting emas seluruh bangsa itu, lalu membentuknya menjadi patung lembu. Seluruh umat itu pun jatuh dalam penyembahan berhala, yang harus mereka bayar mahal dengan hilangnya tiga ribu nyawa.
Seperti Harun, terkadang kita bertindak secara salah bukan karena kita tidak mengetahuinya, namun karena kita lebih memilih untuk menyenangkan manusia. Satu kesalahan fatal yang nantinya kita sesali. Hendaknya kita terus belajar menaati Tuhan. Itulah yang menyenangkan hati-Nya. --HT/www.renunganharian.net
MENGETAHUI KEBENARAN TIDAKLAH CUKUP, DIPERLUKAN KEBERANIAN UNTUK MENERAPKANNYA DALAM HIDUP.
Jumat, 12 Agustus 2022
Kamis, 11 Agustus 2022
Rabu, 10 Agustus 2022
Selasa, 09 Agustus 2022
Senin, 08 Agustus 2022
Menabur Kebahagiaan dengan Membantu Orang yang Lemah
Kisah Para Rasul 20: 35 Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.
Pengaruh materialisme dan individualisme mendorong orang untuk mementingkan dirinya sendiri. Bahkan ada banyak kegiatan sosial sekarang ini dikerjakan untuk konten pribadi agar viral, atau mendapatkan viewer dan subcriber. Tak jarang hal-hal yang di post itu ternyata hanya palsu dan sudah diatur sedemikian rupa.
Ayat ini mengingatkan kita untuk berani menolong orang yang lemah dan dalam kesulitan tanpa ada motivasi dibaliknya. Amsal 19:17 mengingatkan bahwa orang yang berbelas kasihan pada orang lemah sebenarnya mereka sedang memiutangi Tuhan dan Tuhan pasti akan membalasnya. Jadi menolong orang lemah itu sebenarnya tidak rugi.
Secara kasat mata kelihatannya kita kehilangan, karena apa yang harusnya menjadi milik kita malah diberikan pada orang lain. Tetapi dibalik itu semua, sebenarnya kita tidak akan rugi atau kehilangan, karena Allah akan membalasnya kepada kita.
Berkat lain dibalik menolong orang lemah adalah kebahagiaan. Orang yang memberi sebenarnya sedang menabur kebahagiaan, karena hampir tidak ada orang yang akan marah ketika diberi. Mayoritas orang akan bahagia ketika diberi. Dengan kita memberi, sebenarnya kita sedang menabur kebahagiaan dan suatu saat kita pun akan menuainya.
Siapkah kita menuai kebahagiaan? Jika ingin menuai kebahagiaan, mari tabur kebahagiaan dengan menolong orang yang lemah. Tuhan memberkati.
Sumber: Jawaban.com
Minggu, 07 Agustus 2022
Sabtu, 06 Agustus 2022
Mengasihi Orang Lain Seperti Mengasihi Tuhan
Matius 25:40 “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
Pandemi Covid 19 memberikan banyak pelajaran bagi kita semua, khususnya dalam hal materi dan kesehatan. Banyak orang-orang kaya yang tidak bisa diselamatkan karena terkena covid. Seperti contohnya kematian Sang Milyarder Antonio Vieira Monteiro. Dia adalah Presdir Santander Bank Portugal yang meninggal karena Covid-19 sepulang dari Italia. Tetapi yang menarik adalah ungkapan hati putrinya, dituangkan dalam tulisan di media sosial.
Dia mengatakan bahwa mereka dari keluarga kaya raya, tapi ayahnya meninggal seorang diri. Dia sulit bernapas seperti tercekik karena mencari sesuatu yang gratis tanpa biaya, yaitu udara segar. Sedangkan harta yang dikumpulkan, ternyata tidak bisa membantunya, bahkan ditinggalkan selamanya dirumah. Ini merupakan pesan berharga bagi setiap kita. Apa arti bergelimang harta, jabatan dan kekuasaan, jika ajal menjemput? Semua itu tidak bisa menyelamatkannya. Bahkan mencari udara gratis saja tidak bisa.
Kisah di atas sangat kontras dengan apa yang Tuhan Yesus ajarkan. Yesus mengajarkan agar kita memiliki kasih yang tulus kepada sesama, kepedulian dan rasa empati kepada yang miskin, hina, terpinggirkan. Peduli kepada yang lapar, haus, membutuhkan tumpangan, sakit yang berada dalam penjara. Harta yang kita miliki tidak boleh digunakan untuk membangun kerajaan kita sendiri, tetapi untuk kita salurkan kepada yang membutuhkan. Bahkan jika kita melakukan perbuatan kasih kepada yang hina, kita sedang melakukannya untuk Tuhan Yesus.
Dalam Matius 22 ayat 38-39, Tuhan Yesus menegaskan hukum yang terutama dan yang pertama, agar kita mengasihi Allah, dengan segenap hati, jiwa dan dengan segenap akal budi. Hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Apa yang dilakukan Bunda Theresa adalah contoh nyata dalam melakukan perbuatan kasih kepada sesama. Ia pernah mengatakan, God give us things to share, God doesn’t give us things to hold. Jadi, Tuhan memberi kita banyak hal untuk dibagikan. Tuhan tidak memberikan banyak hal kepada kita hanya untuk kita pegang sendiri.
Sahabat, hidup tidak sekedar menumpuk harta, melainkan juga harus menumpuk kebaikan pada sesama. Jadi tunggu apa lagi? Mari kita mulai berbagi.
Sumber: Jawaban.com