Sabtu, 31 Desember 2022

Jangan Pakai Pedas

Bacaan: Amsal 15:1-12

Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas
membangkitkan marah.
- Amsal 15:1

Anda pasti tidak asing dengan judul berita semacam ini: Seorang paman dibunuh keponakannya, gara-gara keponakannya sakit hati sering dihina-hina. Atau: Tidak tahan dengan hujatan netizen di sosmednya, seorang artis bunuh diri. Banyak kasus-kasus mengerikan terjadi karena disulut perkataan. Belum lagi perceraian pernikahan muncul karena dimulai saling menyakiti pasangan melalui perkataan. Tak terhitung hubungan kakak adik menjadi dingin karena perkataan pedas. Perkataan yang salah bisa menimbulkan banyak masalah pelik dan dampaknya menghancurkan.

Salah satu hal yang paling sulit dilakukan adalah berkata-kata lemah lembut di tengah situasi yang penuh emosi. Sangat mungkin dalam situasi tersebut perkataan yang keluar adalah kata-kata pedas yang menyayat hati. Perkataan pedas sering menyerang kelemahan-kelemahan pribadi seseorang. Perkataan pedas dapat melukai harga diri seseorang. Hati-hati dengan perkataan pedas karena membangkitkan amarah. Kadang ada tipe orang yang berkata, “Yah saya sih kadang pedes kalau ngomong, tapi sesudahnya sih cepet lupa juga, jadi nggak usah diambil hati.” Ini egois sekali! Perkataan-perkataan pedas tidak bisa dihilangkan dengan penghapus begitu saja. Orang yang disakiti hatinya bisa mengingat perkataan pedas yang dikatakan seseorang kepadanya sampai titik komanya, padahal peristiwanya terjadi belasan tahun yang lalu. Perkataan pedas tidak pernah membuat adem, malahan membuat panas hati.

Mari bicara jangan pakai pedas, berkatalah dengan lemah lembut. Jawaban lemah lembut bukan hanya soal intonasi suara tetapi perkataan yang menyesuaikan dengan kehendak Tuhan, yang rela menahan diri, dan di dalam kata-katanya ada kasih. Perkataan lemah lembut meredakan kegeraman. Dampaknya luar biasa karena dapat memberikan situasi yang damai.

Lihatlah kembali kepada Tuhan Yesus. Hanya karena kelemahlembutan-Nya kita bisa diselamatkan. Jika Yesus telah lemah lembut kepada kita, masakan kita tidak melakukannya kepada orang lain? Kita memang tidak akan mampu untuk bicara lemah lembut dengan kekuatan sendiri. Mintalah Roh Kudus menolong kita untuk memproses perkataan kita supaya penuh kelemahlembutan. Biarlah yang pedas itu sambal saja, jangan perkataan kita.

Refleksi diri:
Coba refleksikan diri, apakah perkataan Anda sering pedas sehingga menyakiti orang lain?

Apa komitmen Anda untuk berusaha berkata-kata dengan lemah lembut seperti Tuhan Yesus?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Jumat, 30 Desember 2022

INI UNTUK TUHAN!

Bacaan: 2 Korintus 9

NATS: Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)

Penulis James Duff menceritakan sebuah pengalaman dari pendeta dan teolog Inggris bernama Andrew Fuller (1754-1815) tatkala mengumpulkan dana untuk misi di luar negeri. Salah seorang yang ia hubungi adalah sahabat lamanya. Ketika Andrew menceritakan tentang kebutuhan itu, sahabat lamanya itu berkata, "Baiklah Andrew, karena kamu yang meminta, saya beri 5 poundsterling."

"Tidak," kata Fuller, "Aku tak dapat menerima uangmu kalau itu hanya demi aku," dan ia mengembalikan uang itu.

Orang itu pun menangkap maksudnya. "Andrew, kamu benar. Aku akan beri 10 poundsterling, karena ini untuk Yesus Kristus."

Duff menyimpulkan, "Ingatlah, Tuhan tidak hanya melihat jumlah uang yang kita beri untuk menunjang pekerjaan Tuhan; tetapi juga motif di balik pemberian itu."

Motif yang benar sangat penting dalam pelayanan kristiani, baik berupa uang maupun talenta. Tuhan lebih memperhatikan alasan mengapa kita memberikannya, daripada jumlah yang kita berikan. Kita tidak boleh memberi demi menerima pujian orang lain, melainkan karena kita mengasihi Allah dan ingin melihat nama-Nya dipuji dan dimuliakan.

Rasul Paulus berkata, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2Korintus 9:7).

Kapan pun kita memberi persembahan bagi pekerjaan Allah, hendaknya dengan jujur kita berkata, "Ini untuk Tuhan!" [RWD]

ALLAH MELIHAT SI PEMBERI, BUKAN HANYA PEMBERIANNYA -- HATINYA, BUKAN HANYA TANGANNYA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 29 Desember 2022

Ada Tujuan di Balik Masalah dalam Pekerjaan Anda

Bacaan Hari ini:
Roma 5:3-4 “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.”

Pernahkah Anda mengalami masalah di tempat kerja? Tentu saja. Setiap orang—di mana pun mereka bekerja atau dengan siapa mereka bekerja—pada suatu titik, pasti pernah mengalami permasalahan di dalam pekerjaan mereka.

Alkitab memberi tahu apa yang harus dilakukan dengan masalah seperti ini: “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan” (Roma 5:3-4).

Tuhan turut bekerja menyempurnakan Anda; bukan memanjakan Anda. Tujuannya dalam hidup dan dalam pekerjaan Anda bukanlah untuk membuat Anda nyaman; tujuannya ialah untuk membantu Anda bertumbuh dewasa. Dan Dia menggunakan masalah dalam hidup Anda untuk menumbuhkan karakter Anda.

Ketika Anda memiliki masalah di tempat kerja, jangan bertanya kepada Tuhan mengapa Anda mengalami masalah itu. Alih-alih, tanyakan kepada Tuhan, “Apa yang Engkau mau aku pelajari dari masalah ini? Apa yang hendak Engkau ajarkan kepadaku? Apa titik butaku? Apa masalah kepribadianku yang harus kuperbaiki?

Saat Anda bertanya kepada Tuhan, “Apa?” juga ingatlah kebenaran sederhana ini: Saat Anda mengerjakan pekerjaan Anda, Tuhan sedang bekerja atas Anda.

Kadang pencobaan akan menjadi masalah bagi Anda di tempat kerja—tetapi Tuhan dapat menggunakan pencobaan sekali pun untuk kebaikan Anda! Banyak orang percaya mengatakan bahwa mereka tidak suka bekerja dengan orang tak percaya karena mereka membawa lebih banyak godaan. Tetapi itu tidak benar. Anda akan dicobai beserta orang percaya lainnya sama seperti para orang tak percaya. Lagi pula, bukanlah dosa jika dicobai, tetapi yang menjadi dosa ialah jika kita menyerah pada pencobaan. Alkitab mengatakan Yesus dicobai dalam segala hal, sama seperti Anda, namun Dia tidak pernah berdosa.

Anda akan dicobai seumur hidup Anda, di mana pun Anda bekerja. Tetapi Tuhan dapat menggunakan pencobaan itu untuk kebaikan. Dia dapat menggunakannya untuk membangun karakter Anda. Setiap kali Anda tergoda, Anda harus membuat pilihan. Anda dapat memilih untuk menolaknya, atau Anda dapat memilih untuk menghadapinya.

Setiap kali Anda menyerah, godaan sedang bersorak kegirangan. Setiap kali Anda memilih untuk berbuat baik, pencobaan akan menjadi batu loncatan dalam pertumbuhan Anda.

Renungkan hal ini:
- Mengapa Tuhan ingin Anda bersukacita ketika mengalami masalah dan pencobaan (Roma 5:3-4)? Menurut Anda apa yang diperlukan untuk mampu melakukannya?
- Bagaimana bertanya kepada Tuhan “apa” alih-alih “mengapa” mengubah perspektif Anda?
- Apa yang telah Tuhan sediakan untuk membantu Anda tahan terhadap pencobaan di tempat kerja?

Tuhan jauh lebih tertarik pada karakter Anda, dibanding dengan kenyamanan Anda. 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Rabu, 28 Desember 2022

Menolak Firman

Bacaan: YEREMIA 36:20-32

Setiap kali apabila Yehudi selesai membacakan tiga empat lajur, maka raja mengoyak-ngoyaknya dengan pisau raut, lalu dilemparkan ke dalam api yang di perapian itu, sampai seluruh gulungan itu habis dimakan api yang di perapian itu. (Yeremia 36:23)

Seorang teman saya mengaku, "Ketika mengucapkan Doa Bapa Kami dalam kebaktian, saya selalu diam dan melompati bagian 'dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami'. Saya sedang bermusuhan dengan seseorang. Ia menyakiti saya. Dan saya belum bisa mengampuninya."

Cara Raja Yoyakim lain lagi. Ia tidak suka mendengarkan isi firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Yeremia. Bahwa malapetaka mengerikan akan menimpa Yehuda, di mana raja Babel akan memusnahkan negeri yang dipimpinnya beserta penduduknya (ay. 29). Ia tidak menanggapi ajakan pertobatan yang disampaikan Yeremia. Ia malah mengoyak-ngoyak dan membakar habis gulungan firman itu. Ia juga memerintahkan agar Yeremia beserta Barukh, sang juru tulis ditangkap. Namun penolakan itu tidak menggagalkan firman Tuhan. Sesuai perintah Tuhan, Yeremia kembali mendiktekan firman itu dan Barukh pun menuliskannya. Tidak lama kemudian, firman itu pun digenapi (2Raj 24).

Mark Twain, seorang penulis, berkata, "Bukan bagian-bagian Alkitab yang tidak saya mengerti yang mengganggu saya, melainkan bagian-bagian yang sungguh-sungguh saya mengerti dan sadari seolah tak masuk akal. Saya pikir, ini juga menjadi pergumulan kita. Bahwa firman Tuhan begitu terang dan jelas bagi kita. Tetapi kita bersikeras tidak menaatinya. Mungkin karena ia menegur dan mengoreksi kesalahan kita. Atau karena mematuhinya akan memaksa kita meninggalkan zona nyaman. Namun hendaknya kita ingat, bahwa menaati Tuhan tetaplah yang terbaik. Janganlah kiranya kita terus mengeraskan hati. --HT/www.renunganharian.net

BERSIKERAS MENOLAK FIRMAN TUHAN HANYA AKAN MENAMBAH BERBAGAI KESUKARAN DI DALAM HIDUP KITA.

Selasa, 27 Desember 2022

DIUBAHKAN

Bacaan: 2 Kor 5:12-21

NATS: Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor 5:17)

Bertahun-tahun yang lalu di Irlandia Utara, ada seorang pecandu alkohol meratap kepada Kristus dalam keputusasaan. Ia memohon agar Tuhan menyelamatkan jiwanya dari dosa dan membebaskannya dari kecanduan alkohol. Akhirnya ia menjadi seorang Kristen, dan dengan kuasa Kristus ia berhenti minum minuman keras.

Sahabat-sahabat lamanya di bar menganggap pertobatannya sebagai suatu masa yang akan segera berlalu. "Lihat saja satu bulan lagi," kata mereka,"ia akan kembali kepada botol-botol ini."

Sebulan berlalu, tetapi ia tidak juga meminum alkohol setetes pun. Karena itu para sahabat lamanya mengejek imannya yang baru. "Apakah kamu percaya bagian Alkitab di mana Kristus mengubah air menjadi anggur?"

"Tentu saja saya percaya," jawabnya.

"Maukah kamu memintaNya untuk melakukan hal itu bagi kami? Baik sekali kalau Dia mau mengabulkannya. Atau kamu pikir hal itu hanyalah sesuatu hal yang dibuat-buat tentang Dia, yang membuat orang-orang seperti kamu bertobat?" Orang itu menjawab,"Saya percaya bahwa Kristus mengubah air menjadi anggur. Bahkan Dia berbuat lebih dari itu bagi saya. Dia mengubah minuman keras menjadi perabot rumah tangga dan makanan. Kalau tidak percaya, tanya saja keluarga saya."

Iman kepada Kristus membawa perubahan radikal dalam hati dan pada akhirnya akan mengubah perilaku (2 Kor 5:17). Kebiasaan buruk gugur. Keinginan-keinginan baru tumbuh menggantikan yang lama. Jika Anda menginginkan perubahan semacam itu terjadi dalam hidup Anda, terimalah Kristus sebagai Juru selamat dan Tuhan Anda saat ini juga. -- HWR

KELAHIRAN BARU MENCIPTAKAN SELERA YANG BARU

Sumber: Renungan Harian

Senin, 26 Desember 2022

KEMARAHAN MENAMBAH MASALAH

[[Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.]] (Amsal 15:18)

Suatu kali saya menemani anak-anak di sebuah tempat bermain di dalam mal. Ada dua anak yang tanpa sengaja bertabrakan. Keduanya menjadi bertengkar. Lalu, datanglah orangtua salah satu anak yang segera memarahi anak yang lain. Anak yang dimarahi itu memanggil orangtuanya. Kini kedua orangtua itulah yang bertengkar. Orang-orang pun berkerumun, satpam muncul dan bertanya mengapa kedua orangtua itu bertengkar.  

Merasa tidak mendapatkan jawaban yang jelas, satpam itu menanyakan di mana anak-anak yang tadi bertengkar. Kedua orangtua itu pun menengok ke kiri dan ke kanan, mencari anak-anak mereka. Eh ternyata mereka sudah bergandengan tangan, tertawa-tawa, dan bermain bersama. Betapa malunya kedua orangtua itu. 

“Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan” (Amsal 15:18). Amsal ini mengategorikan orang dalam dua jenis: si pemarah dan orang yang sabar. Beda keduanya pun jelas. Si pemarah membangkitan atau menimbulkan pertengkaran. Si pemarah selalu melihat orang lain sebagai lawan. Si pemarah suka cari perkara.

Sebaliknya, orang yang sabar memadamkan perbantahan. Orang yang sabar tidak mencari perkara, tetapi justru menyelesaikan perkara. Bukankah memang hanya kesabaran, dan bukan kemarahan, yang akan menyelesaikan banyak urusan di dalam hidup ini?

Tugas kita sekarang bukanlah mengingat siapa saja teman-teman kita yang termasuk kategori pemarah dan siapa yang bukan. Tugas kita adalah memeriksa diri kita apakah selama ini kita lebih banyak memulai pertengkaran atau memadamkan konflik? Apakah kita adalah pemarah atau orang yang sabar?

Ingatlah kemarahan hanya menambah masalah, sedangkan kesabaran, perlahan namun pasti, akan menyelesaikan masalah (Wahyu Pramudya).

Sumber: Amsal Hari Ini 

Minggu, 25 Desember 2022

Natal: Saat Yang Tepat

Bacaan: Matius 1:18-23

Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat - Galatia 4:4.

Frasa “setelah genap waktunya” memiliki arti Allah mengendalikan sejarah dan bahwa Kristus datang pada waktu yang tepat. Banyak ahli tafsir melihat frasa ini berhubungan dengan: (1) Romawi dalam keadaan damai. (2) Banyak jalan menuju Roma sehingga perdagangan dan lalu lintas lancar. (3) Adanya bahasa umum yang dimengerti di seluruh area. (4) Adanya pencarian agama dan moral dari dunia Mediterania akan Allah yang benar, untuk mencari persekutuan dengan-Nya. Semua itu seolah dirancang untuk menyambut Yesus, Sang Juruselamat. Sungguh waktu yang tepat!

Satu kali istri saya membelikan hadiah Natal pada awal Desember dan memberi pengumuman: Jangan Dibuka Sampai Natal! Anak-anak yang waktu itu masih kecil, suka menanti dan membayangkan apa isi kado tersebut. Anak-anak diajar bersabar. Kesabaran adalah suatu kebajikan dan kami menyadari pentingnya waktu yang tepat.

Namun seringkali kita sulit menunggu, terutama saat sedang terluka dan menginginkan kelegaan atau sedang mengantisipasi sesuatu yang istimewa. Atau waktu kita berpikir ingin berubah supaya hidup lebih baik. Saya ingin sarankan, berubahlah ketika masih punya waktu karena mungkin akan tiba saat dimana Anda ingin berubah, waktu tak lagi Anda miliki. Hal yang sama berlaku dalam pekerjaan Tuhan. Kita menderita kehilangan, bergumul dengan doa yang tak terjawab, atau menghadapi permasalahan rohani, dan segera kita berseru, “Cepatlah, Tuhan!” Kita bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak bertindak dan “penundaan” sering membuat kita mempertanyakan Tuhan.

Atau saat kita merenungkan kedatangan Kristus yang kedua kali. Kita merindukan dunia yang bebas dari dosa, setan dikalahkan, ketidakadilan diluruskan, dan segala sesuatu dibuat baru. Jadi kita berseru, “Datanglah, Yesus! Cepat datang!” Selama berabad-abad orang percaya menunggu kelahiran Juruselamat dan bertanya-tanya, “Berapa lama?” Tuhan tidak terlambat. Dia punya rencana, dan dalam kepenuhan waktu, Allah mengutus Yesus.

Saat menunggu pertolongan Tuhan atau kedatangan-Nya yang kedua kali, kita mengingat janji Tuhan bahwa “mereka yang berharap kepada TUHAN akan memperoleh kekuatan baru”. Tuhan mungkin tidak datang saat kita kehendaki, tapi kita bisa memercayai-Nya—waktu-Nya tepat. Saudara, teruslah berharap kepada-Nya dan pertolongan akan datang tepat pada waktu-Nya.

Refleksi diri:
Apa penantian yang Anda harapkan segera terwujud saat ini? Bagaimana Anda menyikapinya?

Di momen Natal ini, sudahkah Anda mensyukuri kedatangan Yesus yang tepat pada waktu-Nya?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 24 Desember 2022

Kabar Baik dari Kasih Allah

Bacaan Hari ini:
1 Timotius 2:5 “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.”

Natal adalah tentang Kabar Baik. Tetapi ini bukan kabar baik tentang hadiah istimewa. Ini bukan kabar baik tentang makan besar. Ini juga bukan kabar baik tentang menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.

Natal adalah tentang Kabar Baik kasih Allah.
Alkitab mengatakan bahwa manusia tersesat jika tanpa Allah. Tanpa Allah, Anda tidak memiliki arah. Dampak yang Anda berikan pada dunia ini tidak terlihat nyata, sebab Anda hidup tanpa sukcita yang sejati. Begitu pula kekekalan Anda di surga yang tidak terjamin. 

Kabar Baik Natal ialah tentang Allah yang mengutus Yesus untuk mencari dan menyelamatkan yang tersesat. Alkitab mengatakan, “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5).

Anda mungkin sering mendengar kata “keselamatan.” Tetapi Anda mungkin tak tahu apa artinya di dalam Alkitab. Kata keselamatan ini ibarat berlian. Anda dapat melihatnya dari berbagai sudut. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Yesus datang untuk menyelamatkan Anda. Anda tidak dapat menyelesaikan semua masalah Anda sendirian. Tanpa Yesus, Anda terjebak dalam ekspektasi orang lain. Anda terjebak dalam kehidupan yang hanya mengejar penerimaan dari rekan-rekan Anda. Anda terjebak dalam kecanduan. Mungkin Anda telah mencoba untuk berubah berulang-ulang kali, tetapi Anda tetap tidak mempunyai kekuatan yang Anda butuhkan untuk melarikan diri. Oleh karena itulah, Yesus datang untuk memberi Anda kekuatan itu.
- Yesus datang untuk memulihkan Anda. Anda rindu memulihkan bagian hidup Anda yang telah tersesat. Tanpa Kristus, Anda rindu memulihkan kekuatan, kepercayaan diri, reputasi, kepolosan, dan hubungan Anda dengan Allah. Tetapi hanya Yesuslah yang dapat memulihkan hal-hal itu, 
- Yesus datang untuk menghubungkan Anda kembali. Banyak orang berpikir bahwa Allah akan memarahi mereka apabila mereka kembali kepada-Nya. Tetapi ketahuilah, Allah tidak marah dengan Anda. Dia sangat sayang pada Anda. Yesus datang ke Bumi pada Natal pertama untuk mendamaikan Anda dengan Allah Bapa—untuk memberi Anda keharmonisan lagi dengan-Nya.

Yesus datang ke Bumi untuk memberi Anda hadiah, yaitu diri-Nya sendiri. Terlalu banyak orang merayakan hari ulang tahun-Nya di hari Natal tanpa menerima hadiah keselamatan dari-Nya cuma-cuma itu. Hadiah itu dibuka dari tahun demi tahun, maka, janganlah membuat kesalahan yang sama dalam hidup Anda. Anda diciptakan oleh Allah dan untuk Allah. Apabila Anda belum memahami itu, hidup Anda tidak akan pernah masuk akal.

Renungkan hal ini:
- Yesus datang untuk menyelamatkan, memulihkan, dan menghubungkan Anda kembali dengan Allah. Manakah dari aspek keselamatan tersebut yang paling penting dalam hubungan Anda dengan Allah? Mengapa?
- Bagaimana Anda dapat "membuka" hadiah dari Tuhan Yesus di Natal ini? Bagaimana Anda dapat memberi tahu orang lain tentang hadiah tersebut?
- Apa yang dpat Anda lakukan untuk benar-benar merayakan hari lahir Yesus?

Di Natal ini, bukalah hadiah terpenting yang telah Anda terima: hubungan yang baru dengan Allah melalui Yesus Kristus.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Jumat, 23 Desember 2022

KATA-KATA YANG HIDUP

Bacaan: Kol 4:2-6

NATS: Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya (Ams 18:21)

Kata-kata yang memberi dorongan bagi seseorang dapat menjadi kata-kata yang "hidup" sehingga membawa motivasi baru dalam hidup kita. Mark Twain berkata bahwa ia dapat hidup selama satu bulan penuh berdasarkan satu pujian yang baik!

Namun pemberian dorongan secara kristiani lebih dari sekadar pujian atau tepukan di punggung, walaupun keduanya juga berharga. "Seorang penulis menggambarkannya sebagai jenis ekspresi yang menolong seseorang untuk ingin menjadi orang Kristen yang lebih baik, bahkan saat ia mengalami hidup yang sukar."

Pada saat masih muda, Larry Crabb mengalami gagap yang membuatnya malu di depan pertemuan-pertemuan sekolah.Beberapa saat kemudian, tatkala ia berdoa dengan keras di sebuah ibadah gereja, kegagapannya menyebabkan ia mengacaukan kata-kata dan teologi dalam doa. Menduga bahwa ia akan ditegur dengan keras, Larry Crabb menyelinap keluar dari ibadah itu, dan bertekad tidak akan berbicara di depan umum lagi! Ketika berjalan keluar, ia dihentikan oleh seorang tua yang berkata, "Lang, ada satu hal yang saya ingin kamu tahu. Apapun yang kamu lakukan bagi Tuhan, saya mendukung kamu seratus persen." Tekad Larry untuk tidak pernah lagi berbicara di depan umum melemah saat itu juga! Sekarang, bertahun-tahun kemudian,ia sering berbicara di depan massa yang melimpah tanpa mengalami gagap.

Paulus berkata kepada kita untuk membumbui kata-kata yang kita ucapkan dengan "kasih" sehingga kita tahu bagaimana memberi jawab kepada setiap orang (Kol 4:6). Maka melalui itu kita akan mengucapkan kata-kata yang "hidup" yang memberi dorongan. -- JEY

TEGURAN DAPAT MEREMUKKAN KITA TETAPI DORONGAN SEMANGAT AKAN MEMOTIVASI KITA

Sumber: Renungan Harian


Kamis, 22 Desember 2022

JANGAN LUPAKAN AKU, TUHAN!

Bacaan: Mazmur 13

NATS: Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus menerus? (Mazmur 13:2)

Pernahkah Anda bertanya-tanya dalam hati apakah Tuhan telah melupakan Anda? Apakah tampaknya Dia tidak begitu memperhatikan Anda lagi seperti dulu? Jika demikian yang Anda alami, ingatlah bahwa apa yang tampak di permukaan seringkali menyesatkan. Apa pun yang Anda rasakan saat ini, sesungguhnya Tuhan tidak jauh dari Anda. Mungkin Dia sedang memberi Anda kesempatan untuk mempercayai-Nya, menantikan pertolongan-Nya, dan tidak bergantung pada kemampuan Anda sendiri.

Kita semua mengenal ujian semacam ini dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua mana yang ketika hendak pergi sejenak tidak menyuruh anaknya untuk tetap tinggal di suatu tempat sampai orangtuanya kembali? Dan orangtua mana yang tidak merasa kuatir jika anaknya itu tidak mau menunggu dan malah lari semaunya sendiri?

Daud, penulis Mazmur 13, melukiskan pikiran seorang anak Allah yang harus selalu menyenangkan Bapa Surgawi. Saat itu Daud sedang menghadapi suatu ujian. Ia tahu bagaimana rasanya ditinggalkan Tuhan. Namun, ia tetap yakin bahwa satu-satunya pengharapannya yang sejati hanyalah di dalam Allah dan bahwa Dia akan memberkati imannya.

Apakah Anda sedang diuji saat ini? Apakah Allah terasa jauh dari Anda? Inilah kesempatan bagi Anda untuk belajar tentang apa yang telah Daud pelajari, yaitu bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan Anda. Dia memelihara semua orang yang percaya kepada-Nya [MRD II]

MEREKA YANG MENYERAHKAN DIRI KEPADA ALLAH
TAK AKAN PERNAH DITINGGALKAN ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 21 Desember 2022

Lari kepada Perlindungan Kita

Ya, Tuhan, bukit batuku, . . . —Engkaulah kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku. –2 Samuel 22:2-3

Ayat Bacaan & Wawasan:
2 Samuel 22:1-7

Pertandingan bola basket kelas enam sekolah dasar itu berlangsung seru. Banyak orangtua dan kakek-nenek menyemangati para pemain, sementara adik-adik dari anggota regu yang bertanding asyik bermain di lorong sekolah. Tiba-tiba saja sirene meraung dan lampu tanda bahaya di gimnasium menyala berkedip-kedip. Alarm kebakaran berbunyi, dan anak-anak kecil yang panik itu langsung berlarian memasuki gimnasium untuk mencari orangtua masing-masing.

Ternyata tidak ada kebakaran, hanya alarm yang tidak sengaja menyala. Namun, saat menyaksikan semua itu, saya kagum melihat bagaimana anak-anak itu—begitu merasa ada bahaya—tanpa ragu berlari mendapati dan memeluk orangtua masing-masing. Sungguh, perbuatan itu menggambarkan keyakinan besar kepada mereka yang dapat memberikan rasa aman dan kepastian di tengah ketakutan!

Kitab Suci menuturkan suatu masa ketika Daud merasa sangat ketakutan. Saul dan sejumlah musuh lain mengejarnya (2 Sam. 22:1). Setelah dilepaskan Allah hingga tiba di tempat yang aman, Daud pun bersyukur dengan menyanyikan lagu pujian mengenai pertolongan yang diberikan-Nya. Ia menyebut Allah “bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku” (ay. 2). Ketika “tali-tali dunia orang mati” dan “perangkap-perangkap maut” membayanginya (ay. 6), Daud “berseru” kepada Allah dan seruannya “minta tolong masuk ke telinga [Allah]” (ay. 7). Pada akhirnya, Daud menyatakan bahwa Allah “melepaskan aku” (ay. 18,20,49).

Di tengah ketakutan dan ketidakpastian, kita dapat berlari kepada “gunung batu” kita (ay. 32). Saat kita memanggil nama Allah, Dia sajalah yang menyediakan perlindungan dan pertolongan yang kita perlukan (ay. 2-3) - Dave Branon

Renungkan dan Doakan
Apa ketakutan yang sedang Anda hadapi hari-hari ini? Bagaimana Allah dapat menolong Anda untuk menghadapi dan mengatasinya?

Ya Allah, saat aku takut, ingatkanlah aku untuk mempercayai-Mu, bergantung pada-Mu, dan memuji nama-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Selasa, 20 Desember 2022

Beriman

Bacaan: 1 SAMUEL 30:1-20

... Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya. (1 Samuel 30:6)

Saat mengalami persoalan, sering kali kita dinasihatkan agar tidak khawatir. Kita harus beriman kepada Tuhan. Sejenak kita bingung makna kata "beriman". Apakah itu berarti kita melupakan kesulitan yang kita hadapi? Apakah kita tidak lagi memikirkan jalan keluar dari masalah? Tentu tidak! Beriman bukan menyangkali keadaan. Tetap kita menerima kenyataan bahwa kita sedang bermasalah. Namun kita tidak berkubang dalam perasaan takut. Beriman adalah berjuang bersama Tuhan. Bersama Tuhan, penuh keberanian kita bertindak mengatasi persoalan.

Betapa berat situasi hari itu dihadapi oleh Daud. Ziklag, kota tempat tinggalnya terbakar dan semua orang di situ ditawan musuh. Pula ia hendak dilempari batu oleh orang-orangnya yang terlampau sedih merasakan apa yang mereka alami. Saat melihat situasi buruk di depan mata, Daud tidak takut. Namun ia juga tidak berdiam diri, duduk bersantai seolah tidak ada masalah. Sebaliknya, Daud menguatkan iman kepada Tuhan (ay. 6) lalu bertindak bersama Tuhan (ay. 7-8). Penuh keberanian ia memimpin orang-orangnya yang baru saja ingin mencabut nyawanya. Penuh keberanian ia mengejar dan menghancurkan musuh. Dan akhirnya Daud menang. Ia berhasil membebaskan semua tawanan, pula mendapat banyak jarahan (ay. 18, 20).

Hari ini, apakah kita melihat persoalan? Jika ya, jangan kita takut atau khawatir! Perasaan-perasaan seperti itu tidak seharusnya ada dalam diri orang beriman. Pula jangan bersikap acuh, seolah tidak ada masalah. Acuh bukan tanda seorang yang beriman. Masalah tidak untuk ditakuti, tetapi perlu ditangani. Mari datang kepada Tuhan dalam doa dan Dia akan memberi hikmat untuk mengatasi persoalan. --LIN/www.renunganharian.net

BERIMAN IALAH PENUH KEBERANIAN BERTINDAK MENGATASI MASALAH
KARENA KITA MENYADARI BAHWA TUHAN BERADA DI PIHAK KITA.

Senin, 19 Desember 2022

Yesus Ada, Kekuatiran Tiada

Baca: Mazmur 55

"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." 
(Mazmur 55:23)

Salah satu tanda seseorang mengalami kekuatiran adalah gampang sekali mengeluh, mengomel, dan bersungut-sungut. Hal inilah yang dialami oleh bangsa Israel. Ketika keluar dari Mesir menuju ke tanah perjanjian, di mana bangsa Israel harus melintasi padang gurun. Seperti yang kita ketahui padang gurun sangatlah gersang, panas, tidak ada air, tumbuh-tumbuhan, ataupun hujan. Selama 40 tahun berada di padang gurun mereka terus dibelenggu oleh kekuatiran dan ketakutan meskipun Tuhan sudah menyatakan mujizat-Nya di sepanjang perjalanan mereka hari lepas hari. Makanan disediakan Tuhan berupa manna; saat mereka membutuhkan daging, Tuhan menyediakan burung puyuh; demikian juga ketika mereka butuh air untuk minum, Tuhan menyediakan dengan cara-Nya yang ajaib.

Meski demikian mereka tidak pernah mengucap syukur kepada Tuhan, justru mereka selalu mengeluh, bersungut-sungut, dan mengomel. Mereka merasa lebih enak dan nyaman tinggal di Mesir, padahal di Mesir mereka menjadi budak, artinya mereka direndahkan serta kehilangan harkat dan martabatnya sebagai umat pilihan Tuhan.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada di "padang gurun". Berhentilah mengomel dan bersungut-sungut, apalagi menyalahkan Tuhan, karena Dia tetap beserta dengan kita. Firman Tuhan menasihati, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Kalau kita mencari dan mengutamakan kebenaran Tuhan lebih dari semuanya, di situlah kita sedang mengundang sorga untuk turun ke bumi. Artinya, Tuhan akan bertindak dan memberikan pertolongan kepada kita sehingga kita akan mengalami dan menikmati Kerajaan Sorga. Apabila kita taat kepada Tuhan, Dia akan memelihara hidup kita.

Jadi, janganlah kita kuatir. Apabila kita melibatkan Tuhan di segala perkara serta mengandalkan kekuatan Roh Kudus dalam kehidupan kita, kita akan melakukan perkara yang besar. Kehadiran Tuhan Yesus dalam kehidupan kita selalu berdampak secara luar biasa.

Kuatir hanya akan merugikan diri sendiri dan menghambat kemajuan dalam segala hal!

Sumber: Renungan Kristen

Minggu, 18 Desember 2022

Karena Pekerjaan Tuhan

Bacaan: YOHANES 9

Jawab Yesus, "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia." (Yohanes 9:3)

Saya mengenal sahabat yang adalah seorang tunanetra. Dulu saya mengenal dia sebagai orang yang gampang putus asa dan minder karena sering diolok-olok temannya. Dia selalu menganggap Tuhan tidak adil bagi dirinya sampai suatu saat ia dipertemukan dengan seorang hamba Tuhan yang banyak mengubahkan hidupnya. Hamba Tuhan ini mengajarkan kepadanya arti hidup, perjuangan dan kerja keras. Beberapa tahun kemudian, sahabat saya ini bersemangat untuk membuat hidupnya lebih berarti dan sampai sekarang Tuhan memakainya untuk menjadi berkat bagi penyandang tunanetra lainnya di sekolah luar biasa yang berhasil didirikannya.

Ketika melihat orang buta ini, murid-murid Yesus berpendapat bahwa kebutaannya ini adalah akibat dari dosa dirinya atau orang tuanya (ay. 2), namun Yesus menyadarkan kepada mereka bahwa keberadaan si buta ini adalah untuk menyatakan pekerjaan Allah. Setelah Yesus menyembuhkannya, hidup si buta ini malah menjadi inspirasi bagi kebanyakan orang karena dia mengalami sendiri pengalaman rohani bersama Allah (ay. 28-33) meskipun banyak orang Farisi yang menentang kejadian ini. Saat Allah bekerja, tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi pekerjaan-Nya, dan siapa saja bisa dipakai-Nya.

Tuhan tidak memandang orang dari penampilan luarnya. Dia sanggup membuat orang bersemangat dalam melayani bahkan menjadi kesaksian yang baik meskipun ia memiliki banyak keterbatasan. Masihkah kita memandang orang seperti itu dengan sebelah mata? Apakah kita tidak tergerak juga untuk memotivasinya agar ia berjumpa secara pribadi dengan Tuhan? --YDS/www.renunganharian.net

BERIKAN HIDUPMU UNTUK MELAYANI MEREKA YANG TERBATAS
AGAR MEREKA BERTEMU YESUS SECARA PRIBADI.

Sabtu, 17 Desember 2022

Masih Dapat Dilakukan

Bacaan: FILIPI 1:12-26

Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. (Filipi 1:22 a)

Seorang anak kecil jatuh dari tangga, lengan kanannya patah. "Aku tidak dapat menulis, bersepeda dan main basket, " katanya. "Coba sebutkan tiga hal yang masih dapat kaulakukan, " kata ayahnya. Anak itu berpikir sejenak lalu berkata, "Aku dapat membaca, nonton TV dan berdoa." Tiba-tiba raut wajahnya berubah gembira. "Ayah, boleh aku menyebut beberapa lagi?" ia bertanya. "Tentu, " jawab ayahnya. Sang ayah senang berhasil menyadarkan anaknya bahwa masih banyak hal dapat ia lakukan.

Sejak berjumpa secara pribadi dengan Yesus, fokus hidup Paulus berubah. Tidak lagi suka menganiaya jemaat, tetapi senang menginjil. Tetapi ketika ada situasi di mana ia tidak dapat lagi berkeliling mengabarkan Injil karena dipenjara, Paulus tidak kecewa. Ia mengerti masih banyak hal dapat ia lakukan untuk Tuhan. Surat kepada jemaat Filipi adalah salah satu buah pekerjaan Paulus dari penjara. Dalam surat tersebut Paulus memberi kesaksian yang menguatkan iman jemaat serta berbagai nasihat lainnya. Sebab berfokus kepada hal-hal yang masih dapat dilakukan, hati Paulus selalu dipenuhi sukacita (ay. 18b). Pula kehidupannya dapat terus-menerus memberi buah bagi Kerajaan Allah (ay. 22a).

Saat ini kita mungkin ditempatkan dalam situasi di mana ruang gerak kita terbatas. Mungkin kita mengalami cedera atau menderita sakit. Hal-hal yang sebelumnya mudah dilakukan, sekarang tidak dapat lagi kita lakukan. Tidak perlu merasa tawar hati. Karena sesungguhnya masih banyak hal dapat kita lakukan. Mari berdoa kepada Tuhan meminta hikmat. Tuhan akan menunjukkan hal-hal menyenangkan yang dapat kita lakukan, hal-hal yang baik dan memuliakan nama Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net

KETERBATASAN APA PUN TIDAK PERNAH DAPAT MENGHALANGI KITA UNTUK TERUS-MENERUS BERBUAH BAGI KERAJAAN ALLAH.

Jumat, 16 Desember 2022

MENDAKI SEMAKIN TINGGI

Bacaan: 1 Petrus 5:5-11

NATS: Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum.... Lawanlah dia dengan iman yang teguh (1 Petrus 5:8-9)

Pendeta Dale Kurtz tertawa terbahan-bahak sampai pinggangnya terasa sakit. Ia sedang mengamati seekor tupai yang frustrasi karena mencoba memanjat tiang besi penyangga tempat makanan burung. Tupai itu berulangkali berhasil memanjat hingga tengah tiang, tetapi kemudian perlahan-lahan merosot kr bawah. Ketika menceritakan kejadian itu, Kurtz menulis, "Tupai itu tidak tahu bahwa saya telah melumasi tiang tersebut!"

Kurtz lalu mengungkapkan bahwa "melumasi tiang" adalah salah satu taktik Setan untuk merintangi orang Kristen dalam pendakian rohani mereka. "Pelumas" yang sering digunakannya adalah perasaan bangga, puas diri, dan mampu berdiri sendiri. Bayangkan, Setan pasti tertawa terbahak-bahak mengamati kita!

Dalam pembacaan Alkitab hari ini, Petrus menuliskan empat hal yang akan menolong kita melanjutkan pendakian rohani kita tanpa tergelincir turun kembali:

1. Merendahkan diri seorang kepada yang lain (1 Petrus 5:5).

2. Merendahkan diri pada Tuhan Yang Mahakuasa (ayat 6).

3. Menyerahkan segala kekuatiran pada Tuhan yang memelihara kita (ayat 7).

4. Mendisiplin diri dan berjaga-jaga (ayat 8).

Keempat tindakan dan sikap ini akan memungkinkan kita melawan serangan Setan (ayat 9) dan mengizinkan kasih karunia Allah menguatkan kita dan mengokohkan iman kita (ayat 10).

Setan ingin merintangi kita untuk bertumbuh dalam kehidupan rohani. Namun, dengan pertolongan Tuhan, kita akan dapat terus mendaki [JEY]

UNTUK MENGHINDARI TRAGEDI DOSA, PELAJARILAH STRATEGI SETAN

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 15 Desember 2022

KONFLIK DI SEPUTAR NATAL

Bacaan: Matius 10:16-34

NATS: Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala... karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya (Matius 10:16-17)

Saat-saat di sekitar Natal di Amerika, adalah saat-saat di mana ruang sidang pengadilan kembali dipenuhi para pengacara yang memperdebatkan masalah-masalah seputar Natal yang tak enak kedengarannya, misalnya tentang penyelenggaraan acara Natal tertentu yang telah melanggar hak azasi seseorang, atau mengapa acara Christmas Carol diselenggarakan dalam konser sekolah.

Jika kita adalah orang yang mudah terhanyut, konflik-konflik mengenai Natal yang diperdebatkan setiap tahun ini, mungkin dapat mengganggu perasaan kita dalam merayakan Natal.

Namun, jika kita mengerti perkataan Yesus sendiri, bahwa kedatanganNya memang tidak selalu membawa damai, akan lebih mudah bagi kita untuk menerima permasalahan-permasalahan yang timbul di seputar Natal.

Ketika Yesus mengutus kedua belas muridNya untuk memberitakan Injil, Yesus juga mengatakan tentang penderitaan yang akan mereka alami. Mereka akan dibenci, bahkan dianiaya; konflik-konflik dalam keluarga pun akan banyak terjadi (Matius 10:21-23). Yesus dengan tegas berkata, "Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang" (Matius 10:34).

Kelihatannya seperti tak masuk akal perkataan ini diucapkan oleh Yesus, Sang Raja Damai, tetapi kenyataannya memang demikian. Yesus menawarkan damai, sejahtera dan sukacita kepada semua orang yang percaya kepadaNya. Tetapi, bagi orang yang menolak anugerah keselamatanNya, peringatan akan kedatanganNya dapat menjadi masalah, bahkan pada saat merayakan Natal -- JDB

YESUS MENJANJIKAN DAMAI BAGI DUNIA YANG PENUH KONFLIK

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 14 Desember 2022

Makanan Baru Masak

Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. –Matius 25:40

Ayat Bacaan & Wawasan:
Matius 25:34-40

Ayam panggang, buncis, spageti, roti. Pada suatu hari yang dingin di bulan Oktober, setidaknya lima puluh empat tunawisma menerima makanan baru masak yang disiapkan oleh seorang wanita yang merayakan ulang tahunnya yang kelima puluh empat. Tidak seperti kebiasaannya merayakan ulang tahun dengan makan-makan di restoran, sang wanita dan teman-temannya memutuskan untuk memasak dan membagikan makanan bagi para tunawisma di jalanan kota Chicago. Di media sosial, ia juga mendorong orang lain untuk melakukan perbuatan baik apa saja sebagai hadiah ulang tahun.

Kisah itu mengingatkan saya pada perkataan Yesus dalam Matius 25: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (ay. 40). Yesus mengucapkan kata-kata itu setelah menyatakan bahwa domba-domba-Nya akan diundang ke dalam kerajaan-Nya untuk menerima warisan mereka (ay. 33-34). Pada waktu itu, Yesus akan mengakui bahwa merekalah orang-orang yang memberi-Nya makan dan pakaian oleh karena iman mereka yang murni kepada-Nya, tidak seperti pemuka agama yang angkuh dan tidak percaya kepada-Nya (lihat 26:3-5). Meski “orang-orang benar” akan bertanya kapan mereka memberi makan dan pakaian kepada Yesus (25:37), Dia meyakinkan mereka bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan bagi orang lain sesungguhnya telah mereka lakukan bagi-Nya (ay. 40).

Memberi makan mereka yang lapar hanyalah salah satu cara Allah untuk menolong kita melayani umat-Nya, menyatakan kasih kita kepada-Nya, dan menunjukkan hubungan kita dengan-Nya. Semoga Dia menolong kita untuk memenuhi kebutuhan sesama hari ini (Katara Patton).

Renungkan dan Doakan

Perbuatan baik apa yang dapat Anda lakukan hari ini, untuk menyatakan kasih Allah kepada sesama? Bagaimana Anda juga melayani-Nya, ketika Anda memenuhi kebutuhan mereka?

Allah Maha Pemurah, tolonglah aku untuk menyatakan kasih-Mu melalui perbuatanku hari ini.

Sumber: Our Daily Bread

Selasa, 13 Desember 2022

HUBUNGAN PRIBADI BUKAN AGAMA

Bacaan: 2 Korintus 4:13-18

NATS: Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan (Ibrani 11:27)

Seorang penulis renungan terkenal, Henri Nouwen, rindu agar orang-orang dapat mengenal Allah secara pribadi melalui Yesus Kristus. Suatu kali, tatkala ia mengikuti sebuah konferensi di bidang seni dan kehidupan rohani, Nouwen duduk semeja dengan seorang wanita yang mengeluh bahwa ia tidak lagi pergi ke gereja karena tidak setuju dengan kebijakan-kebijakan yang diberlakukan di gerejanya.

Henri bersandar dan berkata kepadanya, "Semua itu memang menjengkelkan. Saya tidak bermaksud menentang atau membantah keluhan Anda, tetapi sebenarnya itu adalah masalah yang tak perlu Anda hiraukan. Yang terpenting adalah hubungan Anda dengan Yesus."

Nouwen memahami benar pentingnya hubungan pribadi dengan Sang Juruselamat. Walaupun Dia tidak dapat dilihat dengan mata dan disentuh dengan tangan, bukan berarti bahwa Dia tidak ada. Listrik juga tidak tampak, tetapi merupakan sumber tenaga yang sangat besar. Begitu juga dengan Yesus. Kita dapat senantiasa bersekutu dengan-Nya melalui doa, mempelajari firman-Nya dengan tekun, dan merasakan pimpinan Roh Kudus-Nya.

Nouwen menyarankan, "Ambillah waktu 5 menit setiap hari selama dua minggu untuk duduk diam dan merasakan kehadiran Yesus bersama Anda. Lalu, temui saya dan ceritakan; apa yang terpenting bagi Anda."

Inti dari kekristenan adalah hubungan dengan Tuhan Yesus Kristus. Bersediakah Anda menyediakan waktu 5 menit hari ini untuk mencari hadirat-Nya? -- VCG

SAAT ANDA BERHUBUNGAN DENGAN ALLAH SECARA PRIBADI, BERARTI ANDA MEMBINA HUBUNGAN PRIBADI DENGAN ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Senin, 12 Desember 2022

KESAKSIAN DAGING DOMBA

Bacaan: 2 Korintus 4:1-7

NATS: Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yohanes 3:18)

Pernahkah Anda mendengar orang bersaksi dengan menggunakan daging domba? W.H. Lax, seorang pendeta Metodis yang telah melayani selama 38 tahun di London, melakukan hal itu.

Suatu ketika pendeta Lax mengunjungi seorang pria tua yang sakit parah. Pria itu tidak menyambut pendeta Lax dengan ramah. Tatkala ia melihat jubah kependetaan Lax, ia langsung membuang muka dan tidak mau berbicara.

Lax menduga persediaan makanan pria itu menipis. Karenanya, ketika pulang Lax mampir ke toko daging dan memesan dua potong daging domba untuk pria tua itu. Beberapa hari kemudian, ia berkunjung kembali dan mendapati sikap yang lebih bersahabat dari pria tersebut. Dalam perjalanan pulang, Lax memesan daging domba lagi di toko yang sama. Pada kunjungannya yang ketiga, ia mendapati banyak perubahan. Pria itu menjadi lebih simpatik dan bersahabat, bahkan mengizinkan Lax bersaksi tentang imannya.

Ketika Lax sedang pergi menginjil, pria itu meninggal dunia. Tampaknya pria tersebut telah percaya kepada Kristus, karena sebelum menghembuskan napas terakhir, ia sempat berkata, "Katakan kepada pendeta itu bahwa saya sudah berubah sekarang. Saya akan pergi menghadap Allah. Dan katakan padanya, bukan kata-katanya yang mengubah saya, tetapi daging dombanya!"

Memenuhi kebutuhan orang lain dapat menjadi suatu kesempatan yang baik untuk mengabarkan Injil. Dengan melakukannya Anda akan dapat meluluhkan hati yang paling keras dan membuka pintu yang telah terkunci sekian lama. Adakah Anda mengenal seseorang yang membutuhkan "daging domba" hari ini? -- HWR

SERINGKALI KESAKSIAN TERBAIK ADALAH KEBAIKAN

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 11 Desember 2022

UJIAN HATI

[[Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.]] (Amsal 21:2)

Jika Anda adalah seorang penggemar olahraga golf, maka nama Tiger Wood tentunya sudah sangat Anda kenal. Tiger Wood adalah salah seorang pegolf terbaik di dunia pada saat ini. Namun, tahukah Anda siapa pelatih Tiger Wood? Tiger Wood pernah dilatih oleh Butch Harmann dan Hank Hanney. Tentu kita jarang mendengar nama dua pelatih itu, bukan?

Renungkan sejenak, mengapa pegolf sehebat Tiger Wood masih membutuhkan pelatih? Saya yakin jika Tiger Wood bertanding dengan pelatihnya, dengan mudah Wood akan mengalahkan pelatihnya.  

Lalu, apa gunanya pelatih itu? Pelatih melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh seorang atlet. Sehebat-hebatnya Tiger Wood, ia perlu dibantu oleh mata orang lain untuk mengenal titik-titik kelemahan dan keterbatasannya.

“Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati” (Amsal 21:2). Amsal ini memberikan penegasan bahwa pada umumnya kita merasa tidak ada yang salah dengan pandangan dan perasaan kita. Kita merasa pandangan dan perasaan kita sepenuhnya benar. Namun, belum tentu demikian di mata orang lain, apalagi di mata Tuhan. 

Pada umumnya, kita mudah mengkritik orang lain, tetapi pengamatan kita pada diri sendiri tidak setajam itu. Itulah sebabnya kita membutuhkan kehadiran Tuhan melalui firman-Nya sebagai cermin yang akan memperlihatkan dengan jelas apa adanya diri kita.

Sama seperti setiap hari kita becermin untuk memeriksa penampilan kita, biarlah kita juga becermin pada kebenaran firman Tuhan untuk menilai pemikiran dan perasaan kita (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini

Sabtu, 10 Desember 2022

Tidak Harus Sensasional

Bacaan: 1 RAJA-RAJA 19:9-18

... Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya .... (1 Raja-raja 19:12-13)

Pada suatu acara kebangunan rohani, seorang pemuda menyaksikan hamba Tuhan begitu berapi-api menyampaikan firman sehingga banyak jiwa dimenangkan. Juga banyak orang menerima mukjizat kesembuhan. "Luar biasa!" gumamnya. Dalam perjalanan pulang, pemuda itu melihat seorang anak kecil menggendong adiknya yang kakinya cacat sambil mendendangkan lagu "Tuhan Yesus baik". Terpancar kebahagiaan pada raut wajah keduanya. Pemuda itu terpana, "Ini pun luar biasa!"

Firman Tuhan kepada Elia, "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan!" Kemudian, datanglah angin besar dan kuat, disusul gempa dan api. Ketiganya merupakan peristiwa spektakuler. Angin membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, gempa menggetarkan permukaan bumi dan api dapat menghanguskan. Menariknya, Tuhan tidak ada di sana! Baru setelah ketiga peristiwa spektakuler itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Tidak ada yang spektakuler pada bunyi angin sepoi-sepoi basa. Tetapi rupanya, Tuhan hadir di sana sehingga segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya lalu bercakap-cakap dengan-Nya.

Banyak orang mendambakan kehidupan spektakuler dan meremehkan yang biasa-biasa. Rumah harus mentereng, karier gemilang, pelayanan hebat, pasangan keren dan anak-anak genius. Padahal, untuk menikmati kehidupan, segala sesuatunya tidak harus spektakuler. Melalui hal-hal sederhana sekalipun, Tuhan dapat menyatakan diri-Nya, kasih-Nya dan kebaikan-Nya kepada kita. Mulai saat ini, jangan meremehkan setiap hal sederhana di kehidupan kita karena Tuhan juga bekerja di sana. --LIN/www.renunganharian.net

TANPA TUHAN, APA YANG SENSASIONAL MENJADI BIASA.
BERSAMA TUHAN, APA YANG SEDERHANA DAPAT MENJADI SENSASIONAL.

Jumat, 09 Desember 2022

Belajar Cukup

Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah - 1 Timotius 6:8

Kenapa hidupmu dan hidupku jadi susah? Kita merasa tidak punya ini dan tidak punya itu. Seandainya aku punya ini dan punya itu. Bahkan dalam kelebihan kita merasa kurang.

Penyakit utama manusia: tidak pernah puas. Keinginan tak terbatas. Hati-hati, segera belajar berkata: Cukup! Punya satu, mau dua. Sudah punya warna hijau, eh lihat yang biru, lucu ya... mau juga. Rambut keriting, kepingin dibonding. Yang rambutnya lurus, malah minta dikeriting. Yang hitam, mau putih. Yang putih, mau coklat. Gemuk, mau kurus. Kurus, mau gemuk. Hujan minta panas. Panas minta hujan. Gitu aja muter terus nggak ada puasnya. Kapan beresnya? Kapan cukupnya? Manusia memang membingungkan. Lalu kita bilang, “Hidup ini susah, hidup ini berat. Aku tak kuat!” Yuk, baca firman-Nya hari ini, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” Alkitab sudah bilang jelas, yang buat berat itu kita sendiri. Hidup ini sederhana asal ada makanan dan pakaian cukup. Tapi kita buat ribet, makannya apa, terbuat dari apa dan makannya dimana? Lalu pakaiannya jahit dimana? Merk apa. Bahannya apa?

Hidup jadi ribet, ruwet, dan mumet. Karena kita sendiri yang buat njelimet. Ada nasi maunya mie. Dikasih supermie, minta ifumie. Hidup jadi ribet. Karena kamu tak bisa berkata cukup pada keinginanmu.

Mending hidup bersama Tuhanku. Dan aku tahu apa yang kumau, asal ada makanan dan pakaian cukup.

Hidup itu soal pilihan dan keputusan. Saya memberikan dua pilihan hidup, silahkan dipilih. Rahasia hidup ruwet: ikuti apa maumu dan ikuti segala keinginanmu atau rahasia hidup tak ruwet: belajar berkata CUKUP.

Sekarang waktunya menata hidup dengan benar dengan mulai berkata: CUKUP.

Refleksi diri:
Adakah hal-hal yang selama ini Anda selalu merasa tidak puas sehingga justru membuat hidup Anda menjadi ruwet dan ribet?

Apa komitmen Anda dalam hal belajar berkata cukup?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Kamis, 08 Desember 2022

UCAPAN SYUKUR YANG DANGKAL

Bacaan: 2 Korintus 4:8-18

NATS: Mengucap syukurlah dalam segala hal (1 Tesalonika 5:18)

Sehari sebelum Natal menjadi hari pengucapan syukur bagi keluarga saya. Mobil kami dipenuhi dengan anak-anak dan barang-barang bawaan menuju ke rumah nenek yang berjarak sekitar 650 km. Sudah menjadi kebiasaan kami, sebelum berangkat kami berdoa memohon perlindungan Allah bagi perjalanan kami. Dan memang, Dia mengabulkan doa kami, tetapi dengan suatu cara yang tidak umum.

Pada saat kami sedang menuju Ohio, mobil kami melindas sesuatu di jalan raya. Hal ini menimbulkan suara yang keras, tetapi tidak menyebabkan kerusakan -- paling tidak itulah yang kami pikirkan. Semakin jauh kami berjalan, kami merasa bahwa saat-saat krisis telah berakhir. Namun, ketika kami meninggalkan jalan bebas hambatan untuk mengisi bensin, kami demikian terkejut. Saya tertunduk lesu dan dibuat pusing di depan mobil. Kedua ban depan mobil kami gembos.

Kami merasa sedih karena harus mengganti ban depan itu, tetapi kami mengucap syukur atas perlindungan Allah. Kami mengucap syukur karena kami tidak mengalami kecelakaan. Kami mengucap syukur ban itu kempes ketika kami telah keluar dari jalan bebas hambatan. Kami mengucap syukur karena di dekat pompa bensin ada mobil derek. Kami mengucap syukur karena bengkel mobil masih buka. Kami mengucap syukur karena Allah menjawab doa kami.

Pencobaan yang kita alami dalam kehidupan ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Rasul Paulus. Namun ia tetap mengucap syukur kepada Allah, dan ia berkata bahwa kita harus mengucap syukur "dalam segala hal." Setiap hari dapat menjadi hari pengucapan syukur kita, bahkan ketika kita mengalami hal-hal yang tidak beres -- JDB

JIKA KITA BERHENTI SEJENAK UNTUK BERPIKIR KITA AKAN MENEMUKAN ALASAN UNTUK MENGUCAP SYUKUR

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 07 Desember 2022

PENGELUH YANG TAK BERSYUKUR

Bacaan: Mazmur 103:1-5,22

NATS: Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! (Mazmur 103:2)

Beberapa tahun yang lalu sebuah majalah menceritakan kisah tentang seorang anak muda bernama Ben yang memiliki kebiasaan mengeluh. Dia mengeluh tentang cuaca, mendapati kesalahan pada keluarga dan teman-temannya, dan membiarkan hal-hal yang sepele menyusahkannya.

Kemudian suatu hari ia membaca kalimat ini: "Jika Anda benar-benar mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas semua berkat yang diberikanNya, Anda akan memiliki amat sedikit waktu untuk mengomel atau meratap." Ia lalu menyadari bahwa perasaan selalu tidak puas telah membuatnya tidak memperhatikan pemberian Allah yang terus-menerus tercurah baginya.

Ben mengetahui bahwa dengan pertolongan Allah, ia akan dapat melepaskan dirinya dari kebiasaan ini. Jadi, kapan pun ia mulai terganggu atau mulai mengeluh, ia akan segera berhenti dan mengucap syukur kepada Allah atas begitu banyak hal yang telah ia nikmati. Dan cara ini berhasil! Dengan memusatkan perhatian pada pujian ketimbang keluhan, ia merasa lebih mudah menghindari suasana hati yang uring-uringan.

Sebagai orang Kristen, kita memiliki begitu banyak hal untuk disyukuri. Sifat mudah bersyukur dan mengucapkan terima kasih harus menjadi karakteristik setiap orang percaya (Mazmur 34:2; Efesus 5:20).

Semua kehidupan akan mempunyai corak yang berbeda jika kita menghabiskan waktu dengan menghitung berkat ketimbang mengeluh. Marilah kita bersyukur! -- HGB

BERKAT YANG DIBUNGKUS DENGAN PUJIAN TIDAK AKAN KUSUT

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 06 Desember 2022

Si Murid yang Bijak

Seorang guru membuat garis sepanjang 100 cm di papan tulis, lalu berkata, "Anak-anak, coba perpendek garis ini!"

Anak pertama maju ke depan. Ia menghapus 20 cm dari garis itu menjadi 80 cm.

Sang guru mempersilakan anak ke-2. Ia pun melakukan hal yang sama, sekarang garisnya tinggal 60 cm.

Anak ke-3 dan ke 4 pun maju ke depan melakukan hal yang sama, hingga garis itu tinggal 20 cm.

Terakhir, seorang anak yang bijak maju ke depan. Ia tidak mengurangi garis yang sudah tinggal 20 cm, namun membuat garis baru sepanjang 120 cm, lebih panjang dari garis yg pertama.

Sang guru menepuk bahunya, "Kamu memang bijak, untuk membuat garis itu menjadi pendek, tak perlu menghapusnya, cukup membuat garis lain yang lebih panjang, maka garis pertama akan menjadi lebih pendek dengan sendirinya."

Untuk menjadi yang terbaik tak perlu menjatuhkan, menyingkirkan, atau menjelekkan pihak lain. Cukup lakukan kebaikan yang lebih baik secara konsisten.

Biarkan waktu yang akan membuktikan kualitas kita. Permata akan tetap bersinar meskipun tertimbun oleh lumpur pekat. Jadilah baik tanpa harus menjelekkan. Jadilah benar tanpa harus menyalahkan. Naiklah setinggi-tingginya tanpa harus menjatuhkan. Majulah tanpa harus menyingkirkan.

Sumber: Renungan Kristen

Senin, 05 Desember 2022

MENERIMA TEGURAN

[[Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi.]] (Amsal 27:5)

Suatu kali saya lepas kendali. Kata-kata saya menjadi tajam dan tentu saja melukai lawan bicara. Suasana yang tenang berubah menjadi tegang karena lawan bicara saya pun terbawa emosi. Pertemuan berakhir tidak menyenangkan.

“Seharusnya bapak tidak mengatakan kalimat itu. Ada cara yang lebih baik untuk mengutarakan maksud yang sama,” tegur seorang rekan sepelayanan kepada saya esok harinya. Saya terdiam mendengarkan tegurannya. Rekan itu kemudian memberitahu bagaimana menyampaikan hal yang sama dengan cara yang lebih baik. Akhirnya, saya pun belajar satu keterampilan baru.

“Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5). Mengapa? Karena lewat teguran itu kita akan mendapatkan masukan yang berguna untuk memperbaiki diri. Ketika kita terus memperbaiki diri, maka kualitas hidup kita pun makin meningkat.  

Memang mendengarkan teguran terasa tidak enak sejenak. Apalagi bila teguran itu disampaikan secara terbuka di hadapan orang lain. Namun, ketika kita membela diri dan menolak mengoreksi diri, maka teguran itu tidak akan membawa arti. Teguran itu hanya akan meninggalkan rasa sakit hati.

Daripada sakit hati, mari kita jadikan teguran itu sebagai bahan memperbaiki diri. Bersyukurlah untuk orang-orang yang menegur kita sebab mereka sedang memberitahu apa saja yang harus kita perbaiki.
 (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini

Minggu, 04 Desember 2022

"ENGKAU MASIH MEMILIKI SAYA"

Bacaan: 1 Timotius 6:6-10

NATS: Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah (1 Timotius 6:8)

"Ada masalah apa, Ma?" tanya anak laki-laki berusia tiga tahun itu dengan sungguh-sungguh. Kimberly Fast baru saja menerima beberapa berita yang kurang menyenangkan. Ia merasa sedih dan anaknya merasakan hal ini pula. Setelah ragu-ragu sejenak, anaknya yang masih kecil itu berkata, "Tidak apa-apa, Ma. Engkau masih memiliki saya!"

Belakangan Kimberly berkomentar, "Keyakinannya membuat saya menangis saat saya mengingat betapa beruntungnya saya. Saya memiliki keluarga yang sehat dan penuh kasih, para sahabat yang penuh perhatian dan dukungan, gereja yang berpusatkan pada Kristus, makanan, pakaian, dan sebuah rumah yang hangat. Saya tidak hanya sekadar beruntung. Jika dibandingkan dengan kebanyakan orang lain, saya cukup makmur!"

Mengapa kita terus menerus berpikir tentang apa yang tidak kita miliki, dan bukannya apa yang telah kita miliki? Apa yang menyebabkan kita membiarkan sesuatu hal seperti perjalanan yang tertunda atau penghasilan yang menurun mempengaruhi kita sedemikian dalam? Ketika seorang wanita dan suaminya kehilangan kesempatan untuk membeli sebuah rumah tertentu, saya mendengar istrinya berkomentar, "Hal itu menghancurkan seluruh hidup saya!" Apakah semua yang ada di dunia ini benar-benar sangat penting? Jika kita tergoda untuk merasa seperti itu, kita perlu mengingat bacaan Alkitab kita hari ini.

Daripada membiarkan hidup kita menderita karena kehilangan pendapatan dan kesempatan misalnya, lebih baik kita memeriksa hati kita dan memohon kepada Tuhan untuk mengajar kita bersyukur. Maka kita dapat benar-benar bersukacita dalam segala hal yang telah Dia sediakan dan merasa cukup -- DCE

PUSATKAN PERHATIAN PADA APA YANG KITA MILIKI BUKAN PADA APA YANG TIDAK KITA MILIKI

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 03 Desember 2022

Bersyukur Dan Berbahagia

Bacaan: 1 Tesalonika 5:14-22

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di
dalam Kristus Yesus bagi kamu.
- 1 Tesalonika 5:18

Suatu hari saya bersepeda sendirian. Di sebuah belokan saya temui seorang ibu tua penjual buah sayuran di emperan toko. Ia berjualan seadanya. Pisang dua sisir, nangka mentah dua, sayur ala kadarnya. Barang jualannya tak banyak, mungkin faktor usia memengaruhi.

Saya hampiri Si Mbah, ingin mengajaknya bincang-bincang. Karena kemampuan bahasa Jawa masih amburadul, saya hanya memahami perkataannya setengah-tengah. Si Mbah menawarkan dagangannya dan saya pilih sayur yang ingin dibeli. Ia berkata, “Gangsal ewu.” Berapa neh dalam hati? Jadi saya tanya lagi, “Berapa, Mbah?” Ia tersenyum lalu menjawab, “Lima ngewu.” Oh goceng alias 5 ribu.

Saya membayarnya dan sekaligus menyelipkan dua lembar uang 10 ribuan, “Ini untuk beli makan ya, Mbah...” Ia berusaha susah payah berdiri untuk mengembalikan uang itu. Namun, saya bilang, “Jangan Mbah, untuk beli jajan dan makan siang nanti.” Ia tersenyum dan bicara dalam bahasa Jawa lagi. Sepintas ia bersyukur kepada Tuhan karena jualannya sejak kemarin belum ada yang beli. “Matur sembah nuwun Gusti... Matur nuwun Gusti,” berulang-ulang diucapkannya.

Melihatnya bahagia, hati saya pun bahagia. Bahagia itu sederhana, nggak perlu ribet. Nggak pake mumet. Cukup dengan berbagi yang tak seberapa tapi buat hati orang lain dan saya bahagia. Hati bersyukur untuk semua yang saya lihat dan alami pagi itu.

Anda mau bahagia? Gampang caranya. Mengucap syukur. Jalani sepanjang hari dengan bersyukur. Bersyukur penting karena dengan bersyukur hati kita terhibur. Dengan bersyukur hidup kita tak jadi takabur.

Jangan tunggu makmur baru bersyukur. Jangan tunggu hari libur baru bersyukur. Jangan tunggu tubuh subur baru bersyukur. Bersyukur harus senantiasa ada dalam hidup. Bersyukur bukan hanya ketika mendapat apa yang dipinta atau karena rezeki berlimpah. Belajarlah bersyukur dengan hidup yang Tuhan Yesus percayakan.

Bersyukur walaupun ada masalah karena melaluinya kita ingat Allah. Bersyukur walaupun susah karena melaluinya kita diberi kekuatan untuk tidak menyerah. 

Sudahkah Anda bersyukur hari ini?

Refleksi diri:
Apa hal-hal yang bisa Anda syukuri selama seminggu ini? Sudahkah Anda bersyukur atasnya?

Bagaimana rasa bersyukur bisa membuat Anda berbahagia?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Jumat, 02 Desember 2022

SUKACITA DALAM HIDUP, KEMENANGAN DALAM KEMATIAN

Bacaan: Filipi 1:12-26

NATS: Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21)

Karena kehilangan istri yang sangat dicintainya selama bertahun-tahun, seorang pria yang berusia 96 tahun mengungkapkan kerinduan hatinya kepada seorang pendeta yang telah pensiun, "Tidak ada hal lain yang lebih saya ingini daripada bersama istri saya lagi."

Pendeta itu menjawab, "Saya dapat memahami hal itu, tetapi jika ia telah pergi ke surga dan engkau tidak mau menjadi seorang Kristen, bagaimana engkau bisa berharap berada bersamanya di surga bila engkau mati nanti?" Setelah berpikir beberapa saat, pria itu mengungkapkan suatu pengakuan yang menyedihkan, "Engkau benar -- pemikiran untuk meninggalkan dunia ini amat menakutkan saya. Saya bosan dengan hidup ini, tetapi saya juga takut untuk mati!"

Demikian kontrasnya pandangan pria itu dengan pandangan Paulus. Rasul ini ingin hidup bersama Kristus di surga tetapi dengan senang akan tetap tinggal di bumi untuk meneruskan pelayanannya (Filipi 1:21).

Anda mungkin tidak mengalami keputusasaan sedalam pria berusia 96 tahun itu. Hidup ini mungkin menyenangkan bagi Anda, tetapi apakah Anda telah siap untuk menghadapi kekekalan? Jika Anda telah siap, Anda dapat berkata seperti pemazmur, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku" (Mazmur 23:4).

Jika tidak, terimalah karunia hidup kekal yang ditawarkan Allah hari ini juga. Dengan mempercayai Kristus sebagai Juruselamat pribadi Anda, Anda akan menemukan sukacita dalam hidup dan kemenangan dalam kematian! -- RWD

KITA TIDAK AKAN SIAP MENJALANI HIDUP INI JIKA KITA TIDAK SIAP MENGHADAPI KEMATIAN

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 01 Desember 2022

Jangan Rumpie!

Bacaan: Yakobus 3:1-10

Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
- Yakobus 3:9-10

Gibah, gosip, gunjing, kasak-kusuk, kabar burung, itu semua kata yang serumpun. Inti beritanya mungkin benar tapi bumbunya terlalu banyak, kebanyakan asumsi dan emosi. Kita perlu berhati-hati berurusan dengan rumpun kata-kata ini. Jangan asal rumpie! Dulu sempat trending topic tentang putusnya putra orang nomor satu di Indonesia dengan pacarnya. Setelah lima tahun pacaran, tiba-tiba ia ditikung oleh karyawannya dan meninggalkan pacarnya. Komen-komen negatif, sumpah serapah, unfollow, bermunculan di medsos. Netizen menyalahkan dan menyayangkan. Lalu muncullah asumsi, praduga, rumpie, dan sejenisnya. Awalnya senang, gemes, dan positif tapi kemudian berubah menjadi benci, bully, makian dan bahkan rasis.

Alkitab ajarkan dengan tegas melarang kita menghakimi sesama. Allah mengaruniakan kita kemampuan berbicara bukan untuk menjelek-jelekkan orang lain. Karena ketika kita menjelek-jelekkan orang, kita sedang menempatkan diri lebih baik dari orang lain. Itulah kesombongan. Tidak ada manusia yang lepas dari kesalahan. Semua manusia telah berdosa dan pasti tak lepas dalam perkataan yang salah. Tidak ada orang yang bisa mengendalikan seluruh bagian tubuhnya dari dosa (ay. 2).

Jika kita menggunakan lidah untuk berbicara, haruslah berdasar fakta. Lidah kita berucap tujuannya untuk apa? Untuk menjelekkan atau menjatuhkan? Untuk kepuasan atau pelampiasan? Tidak boleh begitu... Lidah memiliki kekuatan dan kita harus berhati-hati dengan cara kita menggunakan kata-kata. Tuhan menciptakan lidah kita untuk menyampaikan perkara-perkara besar yang membawa berkat bagi sesama (ay. 5).

Berkomentar di medsos pun perlu diperhatikan, jangan sampai komentar kita ikut menyebarkan kabar bohong dan kebencian, menghakimi, mengutuk, menyulut pertengkaran, membuka rahasia orang, dan sebagainya. Ingat lho sama jargon berikut: mulutmu adalah harimaumu. Apa yang kita sampaikan melalui komentar dan postingan di medsos yang merupakan ruang publik hendaklah sampaikan dengan hati-hati dan bijak. Jangan sembarangan ngomong. Salah bicara Anda bisa di-bully atau yang lebih parah dijerat hukum.

Yuk, jaga mulut kita. Teladani Yesus Kristus yang selalu berkata-kata penuh berkat dan kasih. Jangan rumpie ya.

Refleksi diri:
Bagaimana selama ini Anda menjaga perkataan dari rumpie, gosip, dan gibah baik secara lisan (langsung) atau melalui medsos?

Apa ucapan berkat dan perkara besar yang ingin Anda sampaikan kepada orang-orang terdekat?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong