Bertumbuh bersama melalui firman Tuhan dan rasakan pengalaman berjalan bersama Tuhan setiap hari
Sabtu, 31 Desember 2022
Jumat, 30 Desember 2022
INI UNTUK TUHAN!
Bacaan: 2 Korintus 9
NATS: Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)
Penulis James Duff menceritakan sebuah pengalaman dari pendeta dan teolog Inggris bernama Andrew Fuller (1754-1815) tatkala mengumpulkan dana untuk misi di luar negeri. Salah seorang yang ia hubungi adalah sahabat lamanya. Ketika Andrew menceritakan tentang kebutuhan itu, sahabat lamanya itu berkata, "Baiklah Andrew, karena kamu yang meminta, saya beri 5 poundsterling."
"Tidak," kata Fuller, "Aku tak dapat menerima uangmu kalau itu hanya demi aku," dan ia mengembalikan uang itu.
Orang itu pun menangkap maksudnya. "Andrew, kamu benar. Aku akan beri 10 poundsterling, karena ini untuk Yesus Kristus."
Duff menyimpulkan, "Ingatlah, Tuhan tidak hanya melihat jumlah uang yang kita beri untuk menunjang pekerjaan Tuhan; tetapi juga motif di balik pemberian itu."
Motif yang benar sangat penting dalam pelayanan kristiani, baik berupa uang maupun talenta. Tuhan lebih memperhatikan alasan mengapa kita memberikannya, daripada jumlah yang kita berikan. Kita tidak boleh memberi demi menerima pujian orang lain, melainkan karena kita mengasihi Allah dan ingin melihat nama-Nya dipuji dan dimuliakan.
Rasul Paulus berkata, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2Korintus 9:7).
Kapan pun kita memberi persembahan bagi pekerjaan Allah, hendaknya dengan jujur kita berkata, "Ini untuk Tuhan!" [RWD]
ALLAH MELIHAT SI PEMBERI, BUKAN HANYA PEMBERIANNYA -- HATINYA, BUKAN HANYA TANGANNYA
Sumber: Renungan Harian
Kamis, 29 Desember 2022
Rabu, 28 Desember 2022
Menolak Firman
Bacaan: YEREMIA 36:20-32
Setiap kali apabila Yehudi selesai membacakan tiga empat lajur, maka raja mengoyak-ngoyaknya dengan pisau raut, lalu dilemparkan ke dalam api yang di perapian itu, sampai seluruh gulungan itu habis dimakan api yang di perapian itu. (Yeremia 36:23)
Seorang teman saya mengaku, "Ketika mengucapkan Doa Bapa Kami dalam kebaktian, saya selalu diam dan melompati bagian 'dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami'. Saya sedang bermusuhan dengan seseorang. Ia menyakiti saya. Dan saya belum bisa mengampuninya."
Cara Raja Yoyakim lain lagi. Ia tidak suka mendengarkan isi firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Yeremia. Bahwa malapetaka mengerikan akan menimpa Yehuda, di mana raja Babel akan memusnahkan negeri yang dipimpinnya beserta penduduknya (ay. 29). Ia tidak menanggapi ajakan pertobatan yang disampaikan Yeremia. Ia malah mengoyak-ngoyak dan membakar habis gulungan firman itu. Ia juga memerintahkan agar Yeremia beserta Barukh, sang juru tulis ditangkap. Namun penolakan itu tidak menggagalkan firman Tuhan. Sesuai perintah Tuhan, Yeremia kembali mendiktekan firman itu dan Barukh pun menuliskannya. Tidak lama kemudian, firman itu pun digenapi (2Raj 24).
Mark Twain, seorang penulis, berkata, "Bukan bagian-bagian Alkitab yang tidak saya mengerti yang mengganggu saya, melainkan bagian-bagian yang sungguh-sungguh saya mengerti dan sadari seolah tak masuk akal. Saya pikir, ini juga menjadi pergumulan kita. Bahwa firman Tuhan begitu terang dan jelas bagi kita. Tetapi kita bersikeras tidak menaatinya. Mungkin karena ia menegur dan mengoreksi kesalahan kita. Atau karena mematuhinya akan memaksa kita meninggalkan zona nyaman. Namun hendaknya kita ingat, bahwa menaati Tuhan tetaplah yang terbaik. Janganlah kiranya kita terus mengeraskan hati. --HT/www.renunganharian.net
BERSIKERAS MENOLAK FIRMAN TUHAN HANYA AKAN MENAMBAH BERBAGAI KESUKARAN DI DALAM HIDUP KITA.
Selasa, 27 Desember 2022
Senin, 26 Desember 2022
Minggu, 25 Desember 2022
Sabtu, 24 Desember 2022
Jumat, 23 Desember 2022
Kamis, 22 Desember 2022
Rabu, 21 Desember 2022
Selasa, 20 Desember 2022
Beriman
Bacaan: 1 SAMUEL 30:1-20
... Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya. (1 Samuel 30:6)
Saat mengalami persoalan, sering kali kita dinasihatkan agar tidak khawatir. Kita harus beriman kepada Tuhan. Sejenak kita bingung makna kata "beriman". Apakah itu berarti kita melupakan kesulitan yang kita hadapi? Apakah kita tidak lagi memikirkan jalan keluar dari masalah? Tentu tidak! Beriman bukan menyangkali keadaan. Tetap kita menerima kenyataan bahwa kita sedang bermasalah. Namun kita tidak berkubang dalam perasaan takut. Beriman adalah berjuang bersama Tuhan. Bersama Tuhan, penuh keberanian kita bertindak mengatasi persoalan.
Betapa berat situasi hari itu dihadapi oleh Daud. Ziklag, kota tempat tinggalnya terbakar dan semua orang di situ ditawan musuh. Pula ia hendak dilempari batu oleh orang-orangnya yang terlampau sedih merasakan apa yang mereka alami. Saat melihat situasi buruk di depan mata, Daud tidak takut. Namun ia juga tidak berdiam diri, duduk bersantai seolah tidak ada masalah. Sebaliknya, Daud menguatkan iman kepada Tuhan (ay. 6) lalu bertindak bersama Tuhan (ay. 7-8). Penuh keberanian ia memimpin orang-orangnya yang baru saja ingin mencabut nyawanya. Penuh keberanian ia mengejar dan menghancurkan musuh. Dan akhirnya Daud menang. Ia berhasil membebaskan semua tawanan, pula mendapat banyak jarahan (ay. 18, 20).
Hari ini, apakah kita melihat persoalan? Jika ya, jangan kita takut atau khawatir! Perasaan-perasaan seperti itu tidak seharusnya ada dalam diri orang beriman. Pula jangan bersikap acuh, seolah tidak ada masalah. Acuh bukan tanda seorang yang beriman. Masalah tidak untuk ditakuti, tetapi perlu ditangani. Mari datang kepada Tuhan dalam doa dan Dia akan memberi hikmat untuk mengatasi persoalan. --LIN/www.renunganharian.net
BERIMAN IALAH PENUH KEBERANIAN BERTINDAK MENGATASI MASALAH
KARENA KITA MENYADARI BAHWA TUHAN BERADA DI PIHAK KITA.
Senin, 19 Desember 2022
Minggu, 18 Desember 2022
Karena Pekerjaan Tuhan
Bacaan: YOHANES 9
Jawab Yesus, "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia." (Yohanes 9:3)
Saya mengenal sahabat yang adalah seorang tunanetra. Dulu saya mengenal dia sebagai orang yang gampang putus asa dan minder karena sering diolok-olok temannya. Dia selalu menganggap Tuhan tidak adil bagi dirinya sampai suatu saat ia dipertemukan dengan seorang hamba Tuhan yang banyak mengubahkan hidupnya. Hamba Tuhan ini mengajarkan kepadanya arti hidup, perjuangan dan kerja keras. Beberapa tahun kemudian, sahabat saya ini bersemangat untuk membuat hidupnya lebih berarti dan sampai sekarang Tuhan memakainya untuk menjadi berkat bagi penyandang tunanetra lainnya di sekolah luar biasa yang berhasil didirikannya.
Ketika melihat orang buta ini, murid-murid Yesus berpendapat bahwa kebutaannya ini adalah akibat dari dosa dirinya atau orang tuanya (ay. 2), namun Yesus menyadarkan kepada mereka bahwa keberadaan si buta ini adalah untuk menyatakan pekerjaan Allah. Setelah Yesus menyembuhkannya, hidup si buta ini malah menjadi inspirasi bagi kebanyakan orang karena dia mengalami sendiri pengalaman rohani bersama Allah (ay. 28-33) meskipun banyak orang Farisi yang menentang kejadian ini. Saat Allah bekerja, tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi pekerjaan-Nya, dan siapa saja bisa dipakai-Nya.
Tuhan tidak memandang orang dari penampilan luarnya. Dia sanggup membuat orang bersemangat dalam melayani bahkan menjadi kesaksian yang baik meskipun ia memiliki banyak keterbatasan. Masihkah kita memandang orang seperti itu dengan sebelah mata? Apakah kita tidak tergerak juga untuk memotivasinya agar ia berjumpa secara pribadi dengan Tuhan? --YDS/www.renunganharian.net
BERIKAN HIDUPMU UNTUK MELAYANI MEREKA YANG TERBATAS
AGAR MEREKA BERTEMU YESUS SECARA PRIBADI.
Sabtu, 17 Desember 2022
Jumat, 16 Desember 2022
Kamis, 15 Desember 2022
Rabu, 14 Desember 2022
Selasa, 13 Desember 2022
Senin, 12 Desember 2022
Minggu, 11 Desember 2022
Sabtu, 10 Desember 2022
Tidak Harus Sensasional
Bacaan: 1 RAJA-RAJA 19:9-18
... Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya .... (1 Raja-raja 19:12-13)
Pada suatu acara kebangunan rohani, seorang pemuda menyaksikan hamba Tuhan begitu berapi-api menyampaikan firman sehingga banyak jiwa dimenangkan. Juga banyak orang menerima mukjizat kesembuhan. "Luar biasa!" gumamnya. Dalam perjalanan pulang, pemuda itu melihat seorang anak kecil menggendong adiknya yang kakinya cacat sambil mendendangkan lagu "Tuhan Yesus baik". Terpancar kebahagiaan pada raut wajah keduanya. Pemuda itu terpana, "Ini pun luar biasa!"
Firman Tuhan kepada Elia, "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan!" Kemudian, datanglah angin besar dan kuat, disusul gempa dan api. Ketiganya merupakan peristiwa spektakuler. Angin membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, gempa menggetarkan permukaan bumi dan api dapat menghanguskan. Menariknya, Tuhan tidak ada di sana! Baru setelah ketiga peristiwa spektakuler itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Tidak ada yang spektakuler pada bunyi angin sepoi-sepoi basa. Tetapi rupanya, Tuhan hadir di sana sehingga segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya lalu bercakap-cakap dengan-Nya.
Banyak orang mendambakan kehidupan spektakuler dan meremehkan yang biasa-biasa. Rumah harus mentereng, karier gemilang, pelayanan hebat, pasangan keren dan anak-anak genius. Padahal, untuk menikmati kehidupan, segala sesuatunya tidak harus spektakuler. Melalui hal-hal sederhana sekalipun, Tuhan dapat menyatakan diri-Nya, kasih-Nya dan kebaikan-Nya kepada kita. Mulai saat ini, jangan meremehkan setiap hal sederhana di kehidupan kita karena Tuhan juga bekerja di sana. --LIN/www.renunganharian.net
TANPA TUHAN, APA YANG SENSASIONAL MENJADI BIASA.
BERSAMA TUHAN, APA YANG SEDERHANA DAPAT MENJADI SENSASIONAL.