Jumat, 31 Maret 2023

LATIHAN OTAK

Bacaan: Roma 12:1-8

NATS: Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu (Roma 12:2)

Ada sebuah istilah yang lazim digunakan oleh para ilmuwan peneliti otak manusia. "Gunakan otak Anda sebelum Anda kehilangannya." Kita memiliki kemampuan untuk menjaga agar otak kita sehat dan bekerja dengan baik. Dr. Lawrence Katz, seorang ahli syaraf dari Duke University, menyarankan orang-orang untuk melakukan latihan otak setiap hari, seperti menyikat gigi dengan tangan yang tidak dominan atau melakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda, untuk merangsang kemampuan otak sekaligus menjaganya tetap sehat. Tujuan latihan ini adalah untuk menggantikan rutinitas yang sudah dihafal dengan kesadaran yang segar dan fokus yang baru. 

Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita dapat memetik pelajaran dari hal ini. Bahkan membaca Alkitab dan berdoa, yang merupakan disiplin rohani yang penting, dapat menjadi sebuah kebiasaan belaka yang tidak lagi melibatkan kesadaran kita. 

Agar tidak tergelincir pada kebiasaan rohani semacam itu, mungkin Anda perlu menghafal ayat Kitab Suci pada saat teduh Anda setiap hari. Itu merupakan latihan otak yang dilakukan untuk mencapai perubahan rohani. Sang pemazmur menulis, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau" (Mazmur 119:11). Paulus berkata, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna" (Roma 12:2). 

Menghafal dan merenungkan firman Allah yang penuh kuasa adalah sesuatu yang lebih berarti daripada latihan otak --DCM 

IZINKAN FIRMAN ALLAH MEMENUHI PIKIRAN ANDA
MENGUASAI HATI DAN MENUNTUN LANGKAH ANDA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 30 Maret 2023

MENGATASI KEGAGALAN

[[Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya.]] (Amsal 8:33)

Failure does not shape you. The way you responds to failure shapes you (Kegagalan tidak membentuk Anda. Cara Anda merespons kegagalanlah yang membentuk Anda). Kalimat ini berasal dari seorang penulis buku laris bernama John Ortberg. Lewat kalimat ini kita belajar tentang pentingnya menentukan pilihan sikap dalam menghadapi dinamika kehidupan, khususnya kegagalan. Sekali lagi, yang terpenting bukan apa yang terjadi, melainkan bagaimana kita menyikapinya.

“Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya” (Amsal 8:33). Amsal ini menegaskan tentang pentingnya mendengarkan didikan. Didikan dapat berasal dari pelbagai sumber: mulai dari ruang kelas, publikasi media massa, dan pengalaman kehidupan. Mendengarkan didikan berarti memproses sumber-sumber pengetahuan sehingga bermanfaat untuk masa depan. Mendengarkan didikan berarti belajar. Belajar akan menghasilkan kepandaian dan kebijaksanaan.

Salah satu penghalang utama untuk belajar adalah sikap sok tahu. Orang sok tahu merasa diri sudah tahu dan tidak perlu diberitahu. Orang-orang sok tahu akan mempermalukan diri sendiri. Pengetahuan mereka lambat laun tertinggal, kontribusi mereka tak lagi berarti.

Kehidupan memberikan banyak sumber pengajaran. Langkahkan kaki dan nikmatilah sumber-sumber pengajaran itu agar hidup ini menjadi lebih tegar lewat proses belajar (Wahyu Pramudya).

Sumber: Amsal Hari Ini

Rabu, 29 Maret 2023

Apakah Anda Berpusat pada Tuhan atau Berpusat pada Diri Sendiri?

Bacaan Hari ini:
Filipi 4:6-7 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Apa yang akan menjadi pusat kehidupan Anda?

Sederhananya, untuk siapa atau untuk apa Anda hidup? Anda punya banyak pilihan. Anda bisa memusatkan hidup Anda pada karier, olahraga, hobi, mencari nafkah, atau untuk kesenangan. 

Tidak ada yang salah dengan hal-hal tersebut. Itu wajar-wajar saja, tetapi itu semua akan jadi pilihan yang salah. 

Anda butuh sesuatu di tengah-tengah kehidupan Anda yang tak akan pernah berubah selamanya, yang tak akan pernah bisa direnggut dari Anda. Apabila yang menjadi pusat kehidupan Anda bisa lenyap, maka Anda akan selalu berada di bawah tekanan ketika Anda tahu bahwa Anda akan kehilangan jaminan Anda. Itulah mengapa Anda perlu memusatkan hidup Anda pada sesuatu yang tak akan berubah dan yang dapat memberikan jaminan yang kekal. 

Hanya ada satu hal yang bisa Anda jadikan sebagai pusat kehidupan Anda yang tak akan pernah berubah dan yang cukup kuat untuk menopang Anda seumur hidup: Yesus Kristus.

Apakah Anda ingat mainan tradisional bekel? Ketika Anda memantulkan bola bekel ke tanah, itu akan melambung tinggi ke udara. Mengapa? Karena bagian inti bola ini padat dan kokoh, bukan bagian inti yang empuk seperti bola tenis. Inti padat inilah yang memberikan itu kemampuan untuk melambung tinggi. 

Ketika inti Anda kokoh di dalam Yesus, Anda juga memiliki kemampuan untuk bangkit. Anda bangkit kembali dari stres lebih cepat. Anda bangkit kembali dari masalah lebih cepat. Anda bangkit kembali dari kesedihan lebih cepat. Anda bangkit kembali dari krisis lebih cepat. Anda memiliki sesuatu yang kokoh dalam hidup Anda yang tak akan berubah dan kekhawatiran Anda berkurang.  

Alkitab berkata dalam Filipi 4:6-7, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Salah satu cara mengetahui bahwa Yesus adalah pusat hidup Anda ialah kekhawatiran Anda berkurang. Setiap kali Anda mulai khawatir, itu seharusnya menjadi bendera merah buat Anda, sebuah tanda peringatan yang berbunyi, "Saya telah mengizinkan seseorang atau sesuatu sebagai pusat kehidupan saya, bukan Tuhan." Jika Anda telah menjadikan seseorang sebagai pusat kehidupan Anda, maka Anda akan mengalami stres sebab Anda tahu orang itu suatu saat bisa pergi dari hidup Anda atau bahkan mati. Dengan mengetahui bahwa pusat kehidupan Anda tidak terjamin akan mendatangkan stres yang tak ada habisnya. 

Lalu, apa yang menjadi pusat kehidupan Anda? Jika itu adalah pasar saham, cucu Anda, atau kehidupan kencan Anda—sesuatu selain Yesus—maka Anda akan stres. Sebaliknya, jika Yesus adalah pusatnya, maka Anda akan diberkati.

Renungkan hal ini: 
- Apa yang paling Anda pikirkan? Bagaimana prioritas-prioritas Anda tercermin dari pikiran Anda tersebut?
- Menurut Anda mengapa Anda dapat bangkit kembali lebih cepat dari kesulitan ketika hidup Anda terpusat pada Yesus?
- Seandainya Anda menjalani kehidupan yang berpusat pada Yesus, perubahan-perubahan apa yang menurut Anda akan dilihat oleh orang lain dalam diri Anda?

Pilihan ada di tangan Anda: Apakah Anda akan menjalani kehidupan yang berpusat pada diri Anda sendiri atau berpusat pada Tuhan? Ambil keputusan itu hari ini.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Selasa, 28 Maret 2023

Singkirkan Stres Anda dengan Menyerahkan Kendali Anda

Bacaan Hari ini:
Matius 11:29-30 “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."

Jika saat ini Anda sedang menjalani hidup yang berbeban terlalu berat, inilah salah satu alasannya: Anda terlalu banyak memegang kendali. Anda menganggap semua hal tergantung pada Anda. Anda menganggap, “Jika saya mau, maka itu terserah saya. Saya tidak akan menyerah. Saya harus membuat ini berhasil.” 

Saudara, Anda bukanlah manajer dari alam semesta ini. Semakin besar keinginan Anda untuk mengontrol, semakin stres hidup Anda. 

Yesus punya rencana yang berbeda buat Anda: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah dari-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Karena kuk saya enak dan beban saya ringan ”(Matius 11: 29-30). 

Anda berkata, “Tunggu dulu.” Memikul kuk yang Tuhan pakai? Itu terdengar seperti sebuah beban. Saya tidak memerlukan lebih banyak beban. Saya sudah memikul beban terlalu berat!”

Mari kita lihat lagi apa yang Yesus katakan dalam Matius 11 ketika Dia menyuruh Anda memikul kuk yang Dia pasang atas Anda. Jika Anda tidak dibesarkan di area pertanian, Anda mungkin tidak tahu apa itu kuk. Kuk adalah sebatang kayu yang menyatukan dua hewan ternak sehingga mereka dapat berbagi beban. Kuk bukanlah baju zirah. Saat Anda memasang tali kekang pada hewan, maka ia akan menarik seluruh beban. Akan tetapi dengan kuk, Anda dapat menggabungkan dua hewan atau lebih sehingga beban itu bisa dibagi, dan itu meringankan pekerjaan hewan itu. Kuk membuat hidup hewan lebih mudah, bukan lebih sulit.

Ketika Yesus menyuruh Anda untuk memikul kuk yang Dia pasang atas Anda. Dia sedang berkata, “Aku tidak pernah merancang engkau untuk memikul semua masalahmu sendiri. Biarkan Aku membantumu! Bergabunglah dengan-Ku, jadilah sahabat-Ku. Aku akan membantumu memikul beban itu.”

Jika saat ini Anda merasa stres, berarti Anda tidak terhubung dengan Yesus Kristus. Stres adalah sebuah tanda peringatan. Itu memberi tahu Anda bahwa Anda sedang mencoba mengendalikan banyak hal dan menangani terlalu banyak hal sendiri.

Anda mungkin seorang pengikut Kristus, tetapi bila saat ini Anda berlebihan beban, berarti Anda tidak terhubung dengan-Nya. Sebaliknya, setiap kali Anda tersambung kembali dan berbagi beban dengan-Nya, Yesus akan membantu Anda menarik beban itu. Dan stres Anda pun akan menurun.

Sangat menggoda buat berpikir bahwa penangkal stres ialah dengan melarikan diri. Akan tetapi, masalahnya adalah stres itu ada di dalam pikiran Anda — jadi Anda membawanya serta ke mana pun Anda pergi. Anda bisa sama stresnya saat berbaring di pantai berpasir putih seperti saat Anda berada tepat di tengah masalah Anda di rumah.

Jawabannya ialah dengan menyerahkan kendali Anda dan memikul kuk yang Yesus pasang. Ketika Anda melakukannya, Tuhan akan memberikan Anda damai sejahtera. 

Renungkan hal ini:
- Area apa saja dalam hidup Anda yang selama ini Anda coba kendalikan tapi malah menimbulkan stres?
- Secara praktis, seperti apakah menyerahkan kendali kepada Kristus?
- Bagaimana Anda dapat terhubung kembali dengan Yesus di minggu ini sehingga Dia dapat membantu memikul beban Anda?

Setiap kali Anda terputus dari Yesus, stres akan meningkat dalam hidup Anda. 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Senin, 27 Maret 2023

Hanya Tuhan Yang Dapat Menghilangkan Stres Jiwa Anda

Bacaan Hari ini:
Matius 11:28 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Saat Anda stres, bagaimana biasanya Anda melepaskan penat? Saat Anda kelelahan dan berbeban berat, bagaimana biasanya Anda menghilangkannya? Mungkin Anda menonton film. Mungkin Anda pergi makan malam sehingga Anda tak perlu repot memasak. Atau mungkin Anda punya hobi atau olahraga yang membantu Anda melepaskan penat. 

Tak ada yang salah dengan hal itu, tetapi tak satupun dari itu semua yang akan memberikan Anda kelegaan yang benar-benar Anda butuhkan. Anda bisa mengambil semua tidur siang di dunia ini, dan itu akan mengistirahatkan tubuh Anda — tetapi itu tidak dengan mengistirahatkan jiwa Anda.

Hanya ada satu hal yang dapat mengistirahatkan jiwa Anda: Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat memberikan Anda ketenangan jiwa yang bisa sepenuhnya menghilangkan stres Anda.

Yesus berjanji, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28).

Dia tidak berkata, “Pergilah ke gereja.” Dia tidak menyuruh Anda untuk mengikuti pendalaman Alkitab atau bergabung dalam kelompok kecil. Saat Anda berbeban berat, hanya ada satu pribadi yang memahami apa yang dimaksud dengan istirahat jiwa. Di saat-saat seperti itu, yang paling Anda butuhkan lebih dari apapun ialah menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan Tuhan.

Namun, jika Tuhan adalah yang paling Anda butuhkan, mengapa Anda tidak lebih sering datang kepada-Nya? Apabila Anda seperti kebanyakan orang, Anda menganggap bisa mengatasi segalanya sendiri—atau mungkin Anda tidak menyadari bahwa Tuhan sedang menunggu Anda untuk memanggil-Nya. Berulang kali di dalam Alkitab, Tuhan mengatakan hal-hal seperti, “Berserulah kepada-Ku. Panggillah Aku. Bicaralah dengan-Ku. Serahkan bebanmu padaku.”

Jika sudah lama sejak Anda menghabiskan waktu teduh dengan Tuhan, Anda mungkin tak tahu harus mulai dari mana. Inilah yang Yesus katakan kepada para pengikut-Nya mengenai doa: “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Matius 6:6).

Mungkin Anda tak pernah menghabiskan waktu teduh dengan Tuhan, atau mungkin sudah berminggu-minggu atau berbulan-bulan lalu. Itulah sebabnya Anda berbeban berat. Anda perlu menghabiskan waktu teduh bersama Tuhan di dalam keheningan. Saat Anda duduk bersama-Nya, luangkan waktu untuk berdoa dan membaca Alkitab.

Renungkan hal ini: 
- Perbedaan apa yang Anda lihat sepanjang hari ketika Anda melakukan waktu teduh pagi bersama Tuhan?
- Mengapa penting untuk mengalihkan fokus Anda kepada Tuhan saat Anda stres?
- Menurut Anda mengapa Tuhan menunggu Anda untuk memanggil-Nya sebelum Anda merasakan damai sejahtera-Nya?

Apakah Anda kehabisan tenaga hari ini? Hal pertama yang perlu Anda lakukan ialah berseru kepada Tuhan, meminta bantuan-Nya. Datanglah kepada Kristus, dan Dia akan memberikan Anda istirahat.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Minggu, 26 Maret 2023

Kekristenan yang Mengubahkan

Bacaan: LUKAS 7:18-23

Lalu Yesus menjawab mereka, "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberita (Lukas 7:22)

Kerala adalah salah satu negara bagian di India yang 25 persen penduduknya percaya kepada Kristus. Sejak kekristenan masuk di Kerala pada tahun 52 M, diyakini dibawa oleh Rasul Tomas, terjadi perubahan positif bagi masyarakat setempat. Angka penduduk yang melek huruf cenderung meningkat dan kehidupan orang-orang percaya di sana juga memberi kontribusi signifikan secara nasional, termasuk lewat lembaga pendidikan dan rumah sakit yang tersebar di seluruh negeri. Kekristenan masuk ke Kerala tidak hanya membawa Injil, tetapi juga meningkatkan kualitas dan taraf hidup penduduk setempat. Sungguh luar biasa.

Kekristenan seharusnya membawa kebaikan bagi sekelilingnya. Kekristenan tak hanya berkaitan dengan surga dan neraka, tetapi kehidupan yang diubahkan dan berdampak positif bagi dunia ini. Sepanjang sejarah, ada banyak orang mengalami jamahan kasih Yesus dan kehidupan mereka diubahkan menjadi lebih baik. Simaklah perkataan Yesus seperti yang dicatat oleh Lukas: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan orang miskin menerima kabar baik. Ya, kedatangan Yesus selalu membawa kebaikan bagi orang-orang yang menerimanya.

Sampai hari ini, sudah berapa lama kita menjadi pengikut Kristus? Apakah perubahan hidup itu sudah terjadi secara nyata, juga dapat dirasakan dampaknya oleh sekitar kita? Jika belum, sepertinya ada yang keliru, karena kehadiran Kristus seharusnya mengubahkan kehidupan seseorang, sehingga hidupnya menjadi berkat. --GHJ/www.renunganharian.net

SEMAKIN LAMA KITA MENGENAL TUHAN, KUALITAS HIDUP KITA SEHARUSNYA SEMAKIN BAIK.

Sabtu, 25 Maret 2023

Kasihilah sesamamu manusia. [Matius 5:43]

“Kasihilah sesamamu manusia.” Mungkin dia berlimpah dengan kekayaan, sedangkan engkau miskin dan tinggal di rumahmu yang kumuh bersebelahan dengan rumahnya yang sangat mewah; setiap hari engkau melihat kediamannya, pakaiannya yang indah, dan makanan pestanya yang berlimpah dan mahal; Allah telah memberikan dia karunia-karunia itu, janganlah menginginkan kekayaannya, dan jangan berpikir buruk mengenai dia. Puaslah dengan tanahmu sendiri jika engkau tidak bisa mendapatkan yang lebih baik, tetapi janganlah melihat tetanggamu dan berharap dia menjadi seperti dirimu. Kasihilah dia, maka engkau tidak akan iri hati kepadanya.

Sebaliknya, mungkin engkau kaya raya dan ada orang miskin yang tinggal di dekatmu. Jangan menganggap remeh mereka. Ketahuilah bahwa engkau wajib mengasihi mereka. Dunia menyebut mereka lebih rendah daripada engkau. Dalam hal apa mereka lebih rendah? Mereka jauh lebih sederajat dengan engkau dan sama sekali tidak lebih rendah dari engkau, karena “Dari satu orang saja Allah telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi.” [Kisah Para Rasul 17:26] Pakaian milikmulah yang lebih baik daripada pakaian mereka, tetapi dirimu tidak sama sekali lebih baik daripada mereka. Perhatikanlah bahwa engkau harus mengasihi sesamamu walaupun dia berpakaian compang-camping ataupun tenggelam dalam kemiskinan.

Tetapi, mungkin, engkau berkata, “Aku tidak bisa mengasihi sesamaku, karena setiap hal yang kulakukan mereka balas tanpa rasa terima kasih dan tanpa hormat.” Ada lebih banyak lagi ruang untuk kepahlawanan kasih. Akankah engkau menjadi seorang prajurit yang lembek seperti kasur bulu, alih-alih menanggung kasarnya pertarungan kasih? Orang yang paling berani, akan menang paling banyak; dan apabila kasihmu melalui jalan yang kasar, jalanilah itu dengan berani, dengan terus mengasihi sesamamu dalam saat-saat yang mudah maupun sulit. Timbunlah bara api di atas kepalanya [Amsal 25:22], dan apabila mereka sulit untuk disenangkan, janganlah berusaha menyenangkan mereka, tetapi senangkanlah Tuhanmu; dan ingatlah apabila kasihmu ditolak mentah-mentah oleh mereka, Tuhanmu tidak menolaknya, dan perbuatanmu akan diterima Tuhanmu seperti kalau mereka menerimanya. Kasihilah sesamamu manusia, karena dengan melakukannya engkau mengikuti jejak kaki Kristus.

Sumber: Renungan Pagi (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).


Jumat, 24 Maret 2023

BEBAS DARI DOSA?

[[Adakah orang yang bisa berkata, “Hatiku bersih, aku sudah bebas dari dosa?”]] (Amsal 20:9—BIS)

Di tengah kegelapan malam, saya dan rekan-rekan berjalan di pematang sawah. Kami kurang beruntung pada waktu itu karena bukan saja kegelapan terasa begitu pekat, tetapi juga pematang sawah itu licin sekali. Kami pun berulang kali terjatuh. Setiap kali berdiri lagi, kami berusaha membersihkan diri sebisa mungkin. Kami merasa kotoran yang melekat itu telah lenyap. Namun, makin kami mendekati base camp yang penuh dengan nyala lampu, makin kami sadar ada begitu banyak kotoran yang masih melekat.

“Adakah orang yang bisa berkata, ‘Hatiku bersih, aku sudah bebas dari dosa?’” (Amsal 20:9—BIS). Adakah manusia yang bebas dari dosa? Ada orang-orang tertentu yang merasa demikian, atau setidaknya merasa tidak seburuk orang lain. Ada sebuah paradoks terkait kesadaran diri sebagai orang berdosa dalam relasi dengan Tuhan. Makin dekat seseorang dengan Tuhan, makin peka ia menyadari keberdosaan dan ketidaklayakannya. Makin jauh seseorang dari Tuhan, makin ia tidak mampu melihat keberdosaannya.

Menyadari keberdosaan adalah awal yang baik. Awal untuk melangkah lebih dekat kepada Tuhan yang sudah berlari lebih dulu untuk mendapatkan diri kita. Hanya di dalam kasih dan anugerah-Nya, kita menemukan kekuatan untuk meninggalkan dosa. Hanya di dalam kasih dan anugerah-Nya, kita mampu melangkah lebih dekat dan lebih mantap di dalam kehendak-Nya.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini

Kamis, 23 Maret 2023

Kehendak-Mu yang Jadi

Seorang wanita yang hanya mempunyai seorang anak berkata kepada istri pendetanya, “Saya tidak berani untuk berkata kepada Tuhan ‘kehendak-Mu yang jadi’ karena saya takut Tuhan akan mengambil anak laki-lakiku satu-satunya dan juga memberiku pencobaan-pencobaan yang berat!”

Mendengar hal itu temannya menjawab, “Seandainya anakmu datang kepadamu dan berkata bahwa anakmu ingin melakukan apa saja yang ibunya inginkan, apakah engkau akan berpikir: ‘Nah inilah kesempatan supaya segala pekerjaan saya digantikannya. Saya mau memberi pekerjaan yang berat baginya, supaya ia tidak dapat bermain diluar hari ini.’”

“Oh... tidak,” kata si ibu, “tentu saja saya akan memberinya pekerjaan yang dapat dikerjakannya.”

“Apakah engkau berpikir bahwa Tuhan yang penuh kasih itu tidak mempunyai hati yang lebih baik dari hatimu?” tanya wanita itu lagi.

Ibu itu terdiam sesaat, lalu sambil tersenyum ia berkata, “Yah, sekarang saya mengerti !”

Kita sekarang tidak perlu lagi ragu, kuatir, maupun takut untuk berkata “kehendak-Mu yang jadi, Tuhan.” Mari kita menyerahkan sepenuhnya keinginan dan kehendak kita kepada Tuhan dan biarkan Dia sepenuhnya yang berkarya atas kehidupan kita. Biarlah kehendak Tuhan yang jadi.

“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!” (Lukas 11:13)

Sumber: Renungan Kristen

Rabu, 22 Maret 2023

MEMBOSANKAN?

Bacaan: Bilangan 11:1-9

NATS: Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat (Bilangan 11:6)

Kebanyakan keluh kesah kita bukanlah mengenai sesuatu yang tidak kita miliki, melainkan mengenai sesuatu yang telah kita miliki tetapi kita anggap tidak menarik. Kebosanan atas pekerjaan, gereja, rumah, atau pasangan membuat kita mengeluh bahwa semua itu bukanlah yang kita inginkan atau butuhkan. Frustrasi semacam ini telah dialami oleh manusia sejak semula. 

Perhatikan keluh kesah umat Allah tentang makanan mereka di padang gurun. Sambil mengingat berbagai jenis makanan yang dimakan saat mereka menjadi budak di Mesir, mereka meremehkan cara Allah menyediakan makanan bagi mereka: "Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat" (Bilangan 11:6). 

Allah menyediakan apa yang mereka perlukan setiap hari, tetapi mereka ingin sesuatu yang lebih menarik. Apakah kita tergoda untuk melakukan hal yang sama? Oswald Chambers mengatakan, "Kebosanan adalah batu ujian terhadap karakter. Ada saat-saat di mana tidak ada cahaya dan getaran hati, yang ada hanyalah kegiatan sehari-hari dan tugas yang biasa. Rutinitas merupakan cara Allah untuk menempatkan kita di saat-saat perenungan. Jangan berharap Allah akan selalu memberikan saat-saat yang menggetarkan hati, tetapi belajarlah hidup dalam wilayah kebosanan dengan kekuatan dari Allah." 

Di dalam masa-masa yang membosankan, Allah sedang bekerja untuk menanamkan karakter-Nya di dalam diri kita. Kebosanan merupakan kesempatan bagi kita untuk mengalami hadirat Tuhan —DCM 

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 21 Maret 2023

GODAAN YANG MENEKAN

Bacaan: Matius 4:1-11

NATS: [Aku] berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Flp. 3:14)

Penggemar bisbol Ardent akan ingat pada Kirby Puckett yang meninggal secara mendadak pada tahun 2006. Ia telah membawa Minnesota Twins memenangkan berbagai kejuaraan pada tahun 1987 dan 1991. Meskipun mendapatkan banyak tawaran kontrak yang lebih besar dari tim lainnya, ia tetap setia pada Twins sepanjang kariernya. Ketika Puckett didiagnosis menderita glaukoma pada tahun 1996, kariernya langsung berakhir. 

Ketika ia masuk dalam Hall of Fame bisbol pada tahun 2001, Puckett ingat kesulitan-kesulitan yang dihadapinya ketika tumbuh dewasa. Hasratnya yang besar untuk menjadi pemain bisbol profesional kerap dihadapkan pada godaan. Para penyalur narkoba dan anggota geng berulang kali mengundangnya untuk bergabung dalam gaya hidup mereka yang merusak. Namun, setiap kali godaan memikatnya, Kirby teringat bahwa ia memiliki panggilan yang lebih tinggi, yaitu bisbol. 

Meskipun kita didorong untuk menjadi "orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu" (Ef. 4:1), kita hidup di dunia yang penuh dengan daya tarik yang mengacaukan. Mungkin kita mendapatkan tawaran pekerjaan dengan gaji tinggi, namun syaratnya kita harus mau mengompromikan prinsip-prinsip alkitabiah yang kita miliki. Ingatlah, panggilan kita adalah senantiasa melakukan kehendak Allah. 

Ketika kita dihadapkan pada sebuah godaan untuk menyimpang dari jalan Allah dalam hidup kita, kita harus ingat bahwa kita memiliki panggilan yang lebih tinggi sebagai hamba Yesus --VCG 

UNTUK MENGALAHKAN DOSA HENTIKAN GODAAN DI SAAT-SAAT AWAL SERANGAN

Sumber: Renungan Harian

Senin, 20 Maret 2023

Anda Dapat Menggapai Lebih Banyak dengan Melakukan Lebih Sedikit

Bacaan Hari ini:
1 Korintus 6:12 “segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.”

Jika Anda hendak membuat margin (batas-batas) dalam hidup Anda, maka Anda harus memangkas aktivitas Anda secara berkala.
Salah satu hal yang saya lakukan untuk bersantai ialah dengan menanam mawar. Saya merencanakan memanen bunga mawar di musim depan. Saya telah mempelajari bahwa jika saya ingin mawar saya berbunga di musim berikutnya, saya harus memangkas kembali tanaman saya, biasanya sekitar minggu ketiga bulan Januari. Ketika saya bersiap untuk memangkas, ternyata masih banyak cabang dengan kuncup-kuncup yang menunggu untuk mekar. Tahukah Anda betapa sulitnya memotong bunga mawar yang belum mekar? Itu butuh ketelitian— tetapi saya tahu saya harus melakukannya.

Mengapa tukang kebun memangkas tanaman? Untuk kesehatan tanaman dan agar tanaman berbuah di musim berikutnya. Jika tidak ada pemangkasan, maka tidak akan ada buah di musim memanen.

Setiap tahun dalam hidup Anda, Anda menumbuhkan cabang-cabang aktivitas baru. Saat ini Anda melakukan beberapa hal yang tidak Anda lakukan setahun yang lalu. Anda sudah menambahkan hal-hal baru, tetapi apa saja yang sudah Anda hentikan? Apa yang sudah Anda pangkas? Anda tak bisa terus membuat panjang daftar kegiatan Anda tanpa menguranginya, tanpa memangkasnya.

Ini rahasia yang saya pelajari saat saya berkebun: Saat Anda memangkas tanaman, Anda bukan hanya memotong kayu mati; Anda juga memotong cabang-cabang hidup yang masih produktif.

Ini sama dengan hidup Anda. Terkadang Anda perlu menghentikan beberapa aktivitas yang masih berjalan atau yang masih membuahkan hasil. Anda harus memangkasnya untuk mendapatkan kesehatan dan keberhasilan di musim yang baru.

Paulus berkata dalam 1 Korintus 6:12, "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.”

Tuhan memberikan Anda kehendak bebas. Anda diizinkan melakukan apa saja. Anda dapat memilih untuk pergi dan membebani jadwal harian Anda 10 kali lipat, dan Tuhan tidak akan menghentikan Anda. Namun meski begitu, bukan berarti itu adalah hal yang bermanfaat untuk dilakukan.

Bagi kebanyakan orang, mengatakan "tidak" jauh lebih sulit daripada mengatakan "ya.” Tentunya Anda ingin belajar mengatakan "tidak" sebab Anda tak punya waktu, tenaga, usaha, atau bahkan berkat Tuhan untuk setiap kesempatan yang akan datang kepada Anda.

Karena Anda tidak dapat melakukan segalanya, maka Anda perlu menentukan hal-hal benar untuk Anda lakukan. Anda perlu bertanya pada diri sendiri: Apa yang Tuhan ingin saya lakukan dengan waktu dan tenaga saya?

Anda perlu mencari tahu apa yang akan Anda lakukan dan apa yang tidak akan Anda lakukan.

Kegiatan-kegiatan dalam hidup Anda harus dipangkas secara berkala. Jika Anda tidak melakukannya sendiri, maka Tuhanlah yang pada akhirnya akan menggunakan sesuatu, seperti keadaan atau persoalan untuk melakukan pemangkasan buat Anda—sebab Anda tidak boleh hidup melampaui margin kehidupan Anda bulan demi bulan, tahun demi tahun. Seperti yang dikatakan dalam Amsal 20:30, “Bilur-bilur yang berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati.”
Hari ini, lihatlah hidup Anda dengan jujur ?dan selidikilah apa yang perlu Anda pangkas agar Anda siap untuk kesehatan dan keberhasilan di musim berikutnya.

Renungkan hal ini:  
- Bagaimana Tuhan menggunakan pengalaman yang menyakitkan untuk menunjukkan kepada Anda bahwa Anda perlu memangkas jadwal Anda?
- Mengapa begitu sulit untuk mengakui bahwa Anda memiliki keterbatasan? Mengapa lebih sulit mengatakan "tidak" daripada mengatakan "ya" pada peluang atau kesempatan?
- Apa kegiatan baik dan bermanfaat dalam hidup Anda yang perlu Anda pangkas untuk memberikan ruang bagi kegiatan yang baru?

Menyeleksi adalah kunci kehidupan yang efektif. 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Minggu, 19 Maret 2023

Identitas Anak-anak Allah

Bacaan Alkitab hari ini:
Matius 5:13-20

Menjadi garam dan terang dunia adalah identitas, bukan tugas anak-anak Allah. Bila menggarami dan menerangi dunia adalah tugas, kita hanya akan menggarami dan menerangi dunia saat sedang bertugas. Pelaksanaan tugas akan membuat kita merasa puas, dan kita akan pensiun sesudah tugas selesai. Akan tetapi, bila menggarami dan menerangi dunia telah melekat pada identitas kita, kita akan menggarami dan menerangi dunia secara otomatis, kapan pun kita berinteraksi dengan orang lain di dunia ini. Bila menggarami dan menerangi dunia telah menjadi bagian dari identitas kita, kita tidak akan melakukan kehendak Allah karena mengharapkan pujian, karena tujuan hidup kita adalah agar Allah dimuliakan, bukan agar kita mendapat penghargaan. 

Sadarilah bahwa menggarami dan menerangi dunia bukan berarti berbuat baik menurut standar yang kita tetapkan sendiri, tetapi berarti melaksanakan kehendak Allah sesuai dengan pengertian yang benar mengenai apa yang tertulis dalam firman Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, kehendak Allah masih belum terungkap secara utuh. Banyak perintah dalam Perjanjian Lama yang masih samar-samar, belum diketahui maksudnya secara jelas. Saat Tuhan Yesus hadir secara fisik di tengah umat-Nya, Ia memperjelas kehendak Allah. Dia tidak meniadakan hukum Taurat, tetapi Ia memperjelas maksud hukum Taurat agar hukum Taurat itu bisa diterapkan secara tepat. Ia mengoreksi pemahaman dan praktik hukum Taurat yang keliru pada masa itu.

Anak-anak Allah harus bersikap toleran. Bersikap toleran bukan berarti berkompromi atau menyesuaikan hidup kita dengan kemauan orang-orang yang berinteraksi dengan diri kita. Bila cara hidup kita sama seperti cara hidup dunia yang berdosa, kita tidak akan bisa menggarami dunia. Kita hanya akan bisa menggarami dunia melalui hidup kita bila kita berani menentang arus dan mengambil risiko untuk melakukan kehendak Allah secara benar. Kita harus menyadari bahwa tipu daya dosa telah membuat dunia ini berada dalam kegelapan. Yesus Kristus, Sang Mesias itu, adalah Terang yang sesungguhnya. Saat memercayai Kristus, kita memperoleh Terang itu, sehingga melalui kesaksian hidup kita, kita bisa menerangi dunia ini. Supaya kita bisa ikut menerangi dunia ini, kita tidak boleh bersikap eksklusif atau memisahkan diri dari masyarakat. Sebaliknya, kita harus berani tampil beda dalam masyarakat yang dikuasai oleh tipu daya dosa itu. Bagaimana dengan kehidupan Anda: Apakah hidup Anda telah membawa pengaruh dan pencerahan terhadap dunia ini, sehingga Anda membuka jalan bagi orang berdosa untuk mengenal dan memercayai Yesus Kristus, Sang Mesias yang dijanjikan Allah itu? [GI Purnama]

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 18 Maret 2023

Iman: Kunci Mengalahkan Ketakutan! 

Baca: Markus 4:35-41

"Lalu Ia berkata kepada mereka: 'Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?'" (Markus 4:40)

Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menegaskan bahwa Tuhan tidak memberikan kepada kita roh ketakutan (baca 2 Timotius 1:7). Artinya bahwa roh ketakutan itu bukan berasal dari Tuhan melainkan dari Iblis yang berusaha untuk melemahkan dan menghancurkan kehidupan orang percaya.

Jika seseorang terus dikuasai oleh rasa takut, ia tidak akan dapat melangkah maju menggapai berkat Tuhan karena yang tertanam di hatinya hanyalah: "Tidak mungkin, terlalu sukar, aku pasti tidak mampu" seperti yang dialami oleh 10 pengintai yang diutus Musa. Mereka dan orang-orang yang terpengaruh laporannya akhirnya tidak bisa menikmati janji Tuhan. Sebaliknya Kaleb dan Yosua dapat mencapai tanah perjanjian karena keduanya dapat mengalahkan roh ketakutan itu.

Ketakutan yang terus dipelihara hanya akan membawa kita kepada kegagalan, dan menghalangi kita untuk melihat perkara-perkara besar yang dikerjakan Tuhan. Tidak seharusnya anak-anak Tuhan menjalani hari-harinya dengan penuh ketakutan sebab Tuhan Yesus sudah memberikan kepada kita seorang Penolong yaitu Roh Kudus, di mana "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4b). Ada dasar yang sangat kuat bagi kita untuk tidak takut menghadapi apa pun, yaitu Roh Kudus yang ada di dalam kita, di mana Ia lebih besar daripada roh apa pun yang ada di dunia ini; itulah sumber kekuatan kita.

Begitu banyak peristiwa yang sedang terjadi di dunia ini; krisis, bencana alam, huru-hara, ataupun yang diprediksi akan terjadi di waktu-waktu mendatang. Jangan takut dan gemetar! Tetap kuatkan iman dan percayakan hidup kita kepada Tuhan. Para murid menjadi sangat ketakutan ketika ada "...taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu," (ayat 37). Bukankah hidup kita ini ibarat perahu yang sedang berlayar di tengah lautan luas, yang kadang kala dihantam ombak dan gelombang besar? Ketakutan datang ketika kita mengandalkan kekuatan sendiri.

Bila kita memiliki iman dan percaya penuh kebenaran firman-Nya, kita dapat melewati badai apa pun dengan penuh kemenangan, karena Tuhan di pihak kita!

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 17 Maret 2023

Tunduk Kepada Allah

Bacaan: Yakobus 4:1-10

Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari
padamu! - Yakobus 4:7

Sebagai seorang penderita asam lambung, saya perlu berhati-hati dalam mengonsumsi beberapa makanan, seperti santapan yang pedas, mie, kopi, teh, cokelat, susu, dan lainnya. Sayangnya, semua makanan yang memicu asam lambung adalah makanan yang saya sangat sukai. Bakmi pedas, es kopi, kue cokelat, susu hangat, ahh... semuanya nikmat. Rasanya tidak cukup untuk memuaskan keinginan saya apabila dikonsumsi secara terbatas. Saya sangat tergoda untuk mengonsumsinya banyak-banyak hingga puas. Tapi, saya selalu ingat kalau dikomsumsi berlebihan, ya siap-siap saja sama risikonya.

Begitu pula dengan kehidupan kita. Hari-hari yang kita jalani pasti akan ada godaan-godaan tertentu yang tiba-tiba datang. Godaan makanan, godaan rebahan, godaan berbohong, dan lain sebagainya. Selama hidup di tengah dunia yang berdosa ini, kita tidak dapat menghindar dari godaan. Selalu ada hawa nafsu dalam diri yang dapat membuat kita terjerat dan bersahabat karib dengan dosa dunia.

Surat Yakobus memberikan peringatan agar para pembacanya tidak terjatuh pada hawa nafsu (ay. 3) dan persahabatan dengan dunia (ay. 4). Pertengkaran, perselisihan, percabulan, bisa datang menggoda diri kita. Oleh karena itu, Rasul Yakobus mengingatkan agar kita selalu tunduk kepada Allah dengan hidup menurut kebenaran firman Tuhan dan kehendak Allah. Jangan sampai kita tergoda oleh Iblis yang membuat kita jatuh ke dalam dosa. Lawan godaan! Itulah nasihat Yakobus kepada kita semua.

Patut disadari, kita tidak dapat melawan godaan Iblis dengan kekuatan diri sendiri. Pada dasarnya kita memang manusia berdosa. Kita bukan super hero seperti di film-film yang bisa menang melawan kejahatan. Tapi, ingatlah selalu, kita punya Tuhan Yesus yang jauh lebih hebat dari super hero. Dia mampu menolong kita melawan godaan Iblis. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk melekatkan diri kepada Allah, tunduk terhadap kehendak-Nya. Mari terus bersandar dan tunduk kepada Allah dalam keseharian hidup yang kita jalani.

Kita tidak tahu godaan apa yang akan muncul di depan. Namun, marilah belajar untuk terus mengikuti perintah Tuhan, mengakui kelemahan, dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita dalam menghadapi setiap godaan hidup yang pasti muncul.

Refleksi Diri:

Kapan terakhir kali Anda tergoda melakukan tindakan yang bertentangan dengan firman Tuhan? Apa akibatnya?
Apa yang akan Anda lakukan agar dapat terus tunduk kepada Allah?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Kamis, 16 Maret 2023


Mendengarkan Pesan Allah

Yosia tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah. –2 Tawarikh 35:22

Ayat Bacaan & Wawasan:
2 Tawarikh 35:20-27

Semasa kuliah, saya sempat pulang-pergi ke kampus dengan mengendarai mobil. Perjalanan pulang ke rumah saya yang terletak di wilayah gurun terkadang terasa sangat membosankan. Jalannya yang lurus dan panjang sering mendorong saya untuk mengebut melebihi batas kecepatan yang diizinkan. Pertama kali melakukannya, saya diberhentikan dan diberi peringatan oleh polisi lalu lintas. Yang kedua kali, saya ditilang. Namun, ketika terjadi untuk ketiga kalinya, saya kembali ditilang persis di tempat yang sama.

Penolakan kita untuk mendengarkan bisa membawa konsekuensi yang serius. Salah satu contoh yang tragis datang dari kehidupan Yosia, seorang raja yang sesungguhnya baik dan saleh. Ketika Nekho, raja Mesir, melewati wilayah Yehuda untuk menolong bangsa Asyur dalam peperangan melawan Babel, Yosia pergi menghadapinya. Nekho pun mengirimkan utusan kepada Yosia, dengan pesan: “Allah memerintahkan aku supaya segera bertindak. Hentikanlah niatmu menentang Allah yang menyertai aku” (2 Taw. 35:21). Allah memang mengirimkan Nekho, tetapi Yosia “tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah, lalu berperang di lembah Megido” (ay. 22). Akhirnya Yosia terluka parah lalu mati, dan “seluruh Yehuda dan Yerusalem berkabung karena Yosia” (ay. 24).

Yosia, yang mengasihi Allah, mengalami bahwa jika orang bersikeras melakukan kehendaknya sendiri tanpa mengambil waktu untuk mendengarkan Allah atau hikmat-Nya melalui orang lain, hal itu akan membawa akibat yang fatal. Kiranya Allah memberi kita kerendahan hati yang memang kita perlukan untuk selalu memeriksa diri dan mendengarkan hikmat Allah (James Banks).

Renungkan dan Doakan

Area mana saja dalam hidup Anda yang membutuhkan hikmat Allah? Apa yang akan Anda lakukan untuk mendengarkan pesan Allah hari ini?

Allah Mahabijak dan Mahakasih, tolonglah aku agar rendah hati dan mau mendengarkan hikmat-Mu hari ini. Terima kasih, karena ketika aku berdoa meminta hikmat-Mu, Engkau selalu memberikannya “dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit” (Yak. 1:5).

Sumber: Our Daily Bread

Rabu, 15 Maret 2023

Ingin Mendapat? Harus Rela Kehilangan!

Baca: Kisah 20:17-38

"Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35)

Umumnya sifat manusia adalah ingin memiliki atau mendapatkan tetapi tidak mau kehilangan atau berkorban. Maunya selalu menerima namun tidak mau memberi. Jadi yang selalu ada dalam pikiran manusia adalah bagaimana caranya mendapatkan dan juga bagaimana caranya supaya tidak kehilangan sesuatu.

Pikiran manusia sangat bertolak belakang dan berbeda dari pikiran dan jalan Tuhan. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan." (Yesaya 55:8). Menurut pola dunia, semakin kita berhemat, harta kita semakin menumpuk dan kita akan semakin kaya. Apa kata firman? "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:24-25). Alkitab menyatakan bahwa orang yang banyak memberi berkat atau menabur justru semakin diberkati dan diberi kelimpahan oleh Tuhan.

Mengapa kita harus banyak memberi? Pertama, memberi adalah perintah Tuhan. Tuhan memberkati kita dengan tujuan supaya kita menjadi berkat bagi orang lain. "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Kedua, memberi adalah perwujudan kasih. Kekristenan dan kasih merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Jika kita mengaku sebagai pengikut Kristus tapi dalam kehidupan sehari-hari tidak punya kasih, sia-sialah kekristenan kita, karena Tuhan adalah kasih, dan kasih harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Ketiga, memberi adalah jalan untuk diberkati. Melalui harta yang kita miliki kita dianjurkan untuk memuliakan Tuhan (baca Amsal 3:9).

Jadi, tujuan Tuhan memberkati kita bukan untuk kita nikmati sendiri, tapi supaya kita menjadi saluran berkat dan membantu pekerjaan Tuhan di bumi.

Sumber: Renungan Kristen

Selasa, 14 Maret 2023

TETAP BERDOA

Bacaan: Lukas 11:5-13

NATS: Setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan (Luk. 11:10)

Kami berdoa. Terkadang dalam suasana hening. Terkadang dengan bersuara. Kami berdoa selama lebih dari 17 tahun. Kami berdoa memohon kesehatan dan bimbingan bagi putri kami, Melissa, untuk keselamatannya, dan kerap kali supaya ia selalu dilindungi. Saat mendoakan anak-anak kami yang lain, kami meminta Allah memelihara Melissa. 

Ketika Melissa beranjak remaja, kami bahkan lebih tekun berdoa agar Dia melindunginya dari segala yang jahat, agar Dia mengawasi tatkala Melissa dan teman-temannya pergi mengendarai mobil. Kami berdoa, "Ya Allah, lindungilah Melissa." 

Lalu apa yang terjadi? Tidakkah Allah memahami betapa menyakitkan kehilangan gadis cantik yang memiliki banyak potensi untuk melayani Dia dan sesama? Tidakkah Allah melihat mobil lain yang melintas pada malam musim semi yang hangat itu? 

Kami telah berdoa, tetapi Melissa tetap meninggal dunia. 

Bagaimana sekarang? Apakah kami berhenti berdoa? Apakah kami marah kepada Allah? Apakah kami berusaha dengan kekuatan kami sendiri? 

Tentu tidak! Saat ini justru doa menjadi lebih penting bagi kami. Allah -- Tuhan Yang Mahakuasa dan yang melampaui pemahaman kami -- masih memegang kendali. Perintah-Nya supaya kami berdoa masih berlaku. Kerinduan-Nya untuk mendengarkan kami masih nyata. Iman bukanlah menuntut apa yang kami inginkan; melainkan memercayai kebaikan Allah di balik tragedi hidup. 

Kami berduka. Kami berdoa. Kami tetap berdoa --JDB 

Aku tidak mempertanyakan sarana atau cara Allah, 
Atau bagaimana Dia memakai waktu atau masa, 
Untuk menjawab setiap seruan atau doa -- 
Aku tahu, entah bagaimana, Dia pasti menjawabnya. --Whitney 

ALLAH DAPAT MENGABAIKAN PERMINTAAN KITA TETAPI DIA TIDAK AKAN PERNAH MENGECEWAKAN KEYAKINAN KITA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 13 Maret 2023

Emas dan Perak Sekadar Kreweng 

Bacaan: Zefanya 1 

Lagi-lagi kemurkaan Tuhan yang disampaikan oleh para nabi. Tak henti-hentinya Tuhan menegur umat-Nya. Tak lelah Tuhan mengingatkan umat-Nya. Namun, ketika umat tak lagi mau mendengarkan, hukumanlah yang diberikan Tuhan. Jika bisikan tak mempan, maka datanglah teriakan. Jika teriakan pun tidak berdampak, maka datanglah pukulan.

Umat yang dikasihi-Nya akan dimusnahkan-Nya sendiri. Semua akan disapu bersih (2-3), dilenyapkan (4-6), dan dihukum (8-13). Kekayaan mereka sekalipun tidak bisa menyelamatkan (18).

Kekayaan sering menjadi andalan manusia. Saat ini tampaknya semua hal dapat dan harus dibeli. Untuk memenuhi kebutuhan, kita harus membelinya dengan uang dan kekayaan. Demikian pula, dalam banyak hal semua dapat dibeli. Bahkan, orang pun dapat dibeli, dalam arti bisa dibayar untuk melakukan sesuatu, bahkan hal yang tidak diinginkan atau disukainya.

Namun, kita pun perlu mengakui bahwa sebenarnya tidak semua hal bisa dibeli dengan uang. Sebanyak apa pun, kekayaan tidak kekal. Orang-orang yang tak mau setia kepada Tuhan tak bisa menolong dirinya sendiri dengan emas dan perak yang dimiliki. Ada begitu banyak hal dalam hidup kita yang tidak bisa ditukar dengan uang.

Kekayaan menjadi tidak berarti ketika seseorang terpuruk dalam kedukaan. Kekayaan akan habis ketika kesehatan lenyap. Kekayaan menjadi percuma ketika tidak ada orang yang mengasihi kita. Ibaratnya, emas dan perak pun menjadi sekadar kreweng, yaitu pecahan genting yang tak berharga, yang ada hanya untuk dibuang.

Oleh karena itu, mari kita menghargai kehidupan kita sebagaimana adanya; tidak semata-mata mengandalkan kekayaan, tidak pula merendahkan orang yang tidak memiliki kekayaan. Pada saat yang bersamaan, kita tidak menjadi minder dan rendah diri ketika tidak memiliki kekayaan, tidak pula memandang benci orang yang memiliki kekayaan.

Biarlah pengharapan hanya kita letakkan pada Tuhan yang kesetiaan-Nya kekal bagi umat yang dikasihi-Nya. [KRS]

Sumber: Santapan Harian

Minggu, 12 Maret 2023

TERBONGKARNYA DUSTA

[[Dusta akan terbongkar dalam sekejap mata, tapi kata-kata benar akan tetap sepanjang masa.]] (Amsal 12:19—BIS)

If you tell the truth, you don't have to remember anything (Jika Anda mengatakan kebenaran, Anda tidak perlu mengingat apa-apa). Kalimat ini berasal dari Mark Twain, seorang penulis dengan karya legendaris The Adventures of Tom Sawyer and Adventures of Huckleberry Finn . Prinsip yang melatarbelakangi perkataan ini sederhana: jika kita selalu mengatakan kebenaran, maka konsistensi akan mewarnai kehidupan kita. Jika kita berdusta, maka kita perlu mengingat dusta apa yang telah kita sampaikan agar tidak ketahuan bahwa kita berdusta. Berdusta ternyata melelahkan, sedangkan mengatakan kebenaran itu membebaskan.

“Dusta akan terbongkar dalam sekejap mata, tapi kata-kata benar akan tetap sepanjang masa” (Amsal 12:19—BIS). “Dusta akan terbongkar dalam sekejap mata” bukan berarti terbongkar segera setelah orang menyampaikan dusta itu. “Dusta akan terbongkar dalam sekejap mata” berarti akan tiba waktunya ketika kebenaran muncul dan dusta terbongkar dengan segera tanpa penundaan. Kapan kebenaran muncul untuk membongkar suatu dusta?  Ini hanya masalah waktu saja.  

Kata-kata benar akan tetap bertahan sepanjang masa. Kebenaran itu mempunyai kekuatan untuk bertahan dalam lintasan waktu. Orang bisa saja tidak suka ketika mendengar kebenaran, tetapi kebenaran itu bertahan. Kebenaran tidak pernah terpengaruh dengan respons orang lain, baik berupa respons suka ataupun tidak suka. Mengatakan kebenaran adalah investasi jangka panjang yang mungkin tidak akan terasa dampaknya sekarang.

Tidak ada dusta yang tidak terbongkar. Tidak ada kata-kata kebenaran yang tidak terbukti.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini

Sabtu, 11 Maret 2023

SALING MENYALAHKAN

Bacaan: Kejadian 3:1-13

NATS: Manusia itu menjawab, "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan" (Kej. 3:12)

Seorang pegawai di Lodi, Kalifornia, menuntut kota itu atas kerusakan yang terjadi setelah ia memundurkan truk sampah, sehingga menabrak mobilnya sendiri yang sedang diparkir. Pria berusia 51 tahun itu beralasan, "Kendaraan milik kota merusak kendaraan pribadi saya," jadi kota itu berutang padanya 3.600 dolar [kira-kira Rp36.000.000,00]. Walau terdengar konyol, menyalahkan orang lain telah menjadi sifat dasar manusia sejak awal. 

Ketika Adam dan Hawa makan buah dari pohon terlarang, mata mereka terbuka dan kepolosan mereka pun sirna. Allah mengajukan pertanyaan yang sederhana tetapi tajam kepada Adam, "Di manakah engkau?" (Kej. 3:9). Sebelumnya, Adam memiliki persekutuan yang erat dengan Allah, tetapi sekarang ia menjawabnya dengan takut dan bersembunyi. 

Pertanyaan Allah selanjutnya lebih tegas daripada yang pertama, "Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" (ay. 11). Lalu, permainan saling menyalahkan dimulai, "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan" (ay. 12). Adam menyalahkan Allah dan perempuan itu atas dosa yang dilakukannya. Si perempuan menyalahkan ular, bukan menyalahkan dirinya sendiri. Sejak hari itu di Taman Eden, kita cenderung menyalahkan orang lain daripada diri kita atas pilihan kita yang penuh dosa. 

Bila kita berbuat dosa, kita harus mempertanggungjawabkannya. Mari kita berdoa seperti Daud, "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan" (Mzm. 32:5) --MW 

Tuhan, janganlah aku berdalih atas dosaku 
Dan malah mempersalahkan orang lain; 
Karena kalau tak kuakui kesalahanku, 
Dosa justru akan bertambah merusak batin. --Sper 

LANGKAH PERTAMA UNTUK BERTOBAT DARI DOSA ADALAH MENGAKUI BAHWA ANDA BERSALAH

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 10 Maret 2023

Kasih adalah Perayaan atas Kebaikan Allah Terhadap Sesama

Bacaan Hari ini:
Roma 12:15 “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!”

Alkitab mengajarkan kita untuk “bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” (Roma 12:15). Pernahkah Anda perhatikan bahwa bagian kedua dari ayat ini mudah, tetapi bagian pertama bisa jadi sangat sulit dilakukan?

Ketika seseorang mengalami pergumulan, mudah bagi kita untuk bersimpati. Mudah bagi kita untuk menyemangati orang tersebut ketika mereka down. Tetapi bagaimana jika seseorang di lingkaran Anda mendapatkan promosi? Itu bisa jadi sulit untuk diterima! Alih-alih bersukacita atas kesuksesan mereka, Anda mungkin akan membencinya. Bahkan Anda mungkin berharap hal-hal buruk akan terjadi pada mereka sebab bagaimanapun juga Anda berpikir bahwa jika Anda dapat mematikan lilin mereka, maka lilin Anda akan bersinar lebih terang.

Tetapi inilah kebenaran firman: Kasih karunia Allah tidak akan ada habisnya untuk dibagikan.

Yesus bercerita tentang perumpamaan seorang tuan pemilik kebun anggur yang pagi-pagi sekali mencari pekerja untuk bekerja di kebun anggurnya. Di pagi itu, ia mempekerjakan beberapa orang. Kemudian pada siang dan sorenya, a terus mempekerjakan beberapa pekerja lagi sehingga beberapa dari mereka hanya bekerja selama satu hingga dua jam saja. Namun, ketika tiba waktunya pembagian upah, si tuan pemilik kebun ternyata membayar setiap pekerja dengan jumlah yang sama persis.

Para pekerja yang dipekerjakan di pagi hari mengeluh bahwa itu tidak adil, tetapi si pemilik kebun itu menjawab, “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (Matius 20:15).

Terkadang Anda mungkin merasakan hal yang sama ketika Tuhan memberkati orang lain. Anda sudah bekerja keras dan melakukan semua hal yang Dia arahkan. Namun kemudian, Anda melihat Dia juga dengan begitu murah hatinya memberkati orang lain. Anda mungkin berpikir orang itu tak pantas untuk diberkati sebab mereka kelihatannya tidak bekerja sekeras Anda atau tidak melayani Dia sesetia Anda.

Masalahnya adalah, apabila Tuhan ingin memberkati orang lain dengan jumlah yang sama dengan Anda, apakah itu jadi masalah buat Anda? Anda bahkan tidak perlu khawatir akan apa yang hendak Dia berikan kepada orang lain. Tetapi yang seharusnya Anda pikirkan ialah apa yang sedang Anda lakukan dengan berkat dan anugerah yang telah Anda terima dari-Nya. 

Izinkan saya menjelaskan tentang kecemburuan. Kecemburuan terjadi sangat dekat dengan Anda. Itu terjadi di dalam hubungan Anda dengan rekan sebaya Anda. Biasanya kita tidak iri dengan orang-orang yang tidak kita kenal. Anda mungkin sesekali memikirkan tentang penyanyi atau aktor favorit Anda, berandai-andai, "Seandainya saya seperti superstar itu." Tapi kenyataannya, orang-orang terdekat Andalah yang biasanya membuat Anda iri. Memang benar, paling sulit melihat keluarga kita atau teman-teman kita mengalami kesuksesan.

Kecemburuan itu berbahaya. Itu merendahkan orang lain, itu menghancurkan hubungan, dan itu membuat Anda menderita. Itu tersembunyi tetapi merusak. Dan itulah yang menyebabkan Anda kehilangan begitu banyak sukacita.

Mungkin Anda ingin menikah, tetapi tak kunjung menemukan seseorang yang tepat. Atau Anda sudah menikah, tetapi pernikahan Anda berantakan. Atau, Anda tidak menyukai konsep pernikahan, lalu ketika Anda menerima undangan pernikahan, Anda jadi membencinya. Anda berpikir bahwa ketika lilin orang lain bersinar, lilin Anda akan padam. Anda salah.

Anda akan lebih menikmati hidup apabila Anda belajar untuk bersukacita atas keberhasilan orang lain. Jika Anda hanya bahagia ketika segalanya berjalan baik, maka Anda akan menjadi sengsara di sebagian besar perjalanan hidup Anda. Akan tetapi, jika Anda belajar untuk memuji kesuksesan dan pencapaian orang lain, Anda bisa bersukacita sepanjang waktu.

Kecemburuan adalah hal paling tidak pengasih yang bisa jadi Anda lakukan terhadap orang lain. Alkitab berkata dalam 1 Korintus 13:4, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.”

Renungkan hal ini: 
- Siapa saja yang Anda hubungi ketika Anda ingin merayakan sesuatu yang baik dalam hidup Anda? Apakah Anda adalah teman yang seperti itu bagi orang lain? 
- Bagaimana Anda pernah melihat kecemburuan menghancurkan suatu hubungan?
- Dalam hal apa kecemburuan cenderung menyusup ke dalam hati Anda? Apa yang dapat Anda lakukan untuk mencegahnya mencengkeram hati Anda?

Kasih itu tidak cemburu. Kasih itu adalah perayaan atas kebaikan Allah atas setiap manusia. 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Kamis, 09 Maret 2023

Alamat Kebahagiaan

Bacaan: PENGKHOTBAH 2:1-11

Aku berkata dalam hati: "Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itu pun sia-sia." (Pengkhotbah 2:1)

Seorang anak kecil datang ke sebuah restoran. "Saya ingin membeli ini untuk ibu, " katanya sambil menyodorkan selembar resep dari dokter. Rupanya anak itu salah alamat. "Nak, " pelayan restoran itu tersenyum, "Apa yang kau mau beli tidak ada di sini, tetapi ada di apotek tepat di sebelah restoran ini."

Kekeliruan anak kecil itu mungkin membuat kita tertawa geli. Namun, tahukah kita bahwa di kehidupan ini ada satu alamat yang banyak orang sering salah kunjungi? Alamat itu adalah tempat di mana kebahagiaan berada. Faktanya, kebahagiaan yang hanya ada pada Tuhan, sering kali dicari di tempat-tempat lain, seperti materi, nafsu duniawi dan ketenaran. Salomo adalah seorang yang pernah menjelajah semua alamat di dunia yang tampak menawarkan kebahagiaan. Di akhir upayanya mencari rasa bahagia, ia mengatakan bahwa semua upayanya sia-sia. Perkataan Salomo bukan sekadar isapan jempol belaka. Itulah sebabnya, Alkitab mencatatnya sebagai seorang yang begitu kaya dan termasyhur. Situasi kehidupan demikian membuat Salomo cenderung berpetualang mencari kebahagiaan. Sayangnya setelah mengunjungi tempat-tempat berlabel materi, nafsu duniawi dan ketenaran, Salomo tidak jua menemukan yang ia cari-cari selama ini.

Seseorang yang mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang salah hanya membuang waktu dan tenaganya untuk mengerjakan hal sia-sia. Sungguh amat disayangkan jika kita termasuk bagian dari orang-orang tersebut. Ingat, kebahagiaan dirasakan oleh hati kita. Itulah alasan mengapa kebahagiaan hanya dapat diberi oleh Tuhan, Sang Pembentuk Hati Manusia. Jadi apabila kita ingin mencari kebahagiaan, maka alamat yang tepat adalah Tuhan. --LIN/www.renunganharian.net

ALAMAT KEBAHAGIAAN ADA PADA TUHAN DAN SELAMANYA ITU TIDAK AKAN BERPINDAH.

Rabu, 08 Maret 2023

Membandingkan adalah Akar dari Kecemburuan

Bacaan Hari ini:
Galatia 6:4 “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.”

Membandingkan adalah akar dari segala kecemburuan. Jika Anda bisa menyingkirkan perbandingan dalam hidup Anda, maka Anda bisa menghilangkan rasa iri dalam hidup Anda.

Tapi ini masalahnya: Membandingkan adalah olahraga favorit kita. Kita membandingkan segalanya. Kita membandingkan berat badan kita, bentuk kita, warna kulit kita, cara kita berbicara, dan kecerdasan kita. Kita membandingkan keluarga kita, anak-anak kita pekerjaan kita, bakat kita dan bahkan halaman rumput kita.

Tuhan memperingatkan dengan tegas tentang betapa bodohnya membandingkan diri kita dengan orang lain: “Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!” (2 Korintus 10:12).

Setiap kali Anda membandingkan, Anda menjadi mangsa empuk dari kesombongan atau iri hati. Ketika Anda mendapati ada seseorang yang lebih cakap dari Anda, Anda dipenuhi dengan rasa cemburu. Begitu pula ketika Anda tahu bahwa Anda lebih cakap daripada orang lain, Anda menjadi sombong.

Kesombongan dan kecemburuan selalu merupakan hasil dari membanding-bandingkan. Allah berfirman bahwa membandingkan itu bodoh, Anda tak seharusnya melakukannya. Setiap orang unik—satu-satunya. Anda tak ada bandingnya.

Alkitab mengatakan dalam Galatia 6:4, “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.”

Saat Anda tiba di surga kelak, Allah tidak akan bertanya, "Mengapa engkau tidak seperti orang ini atau orang itu?" Tidak, sebaliknya Dia akan bertanya, "Mengapa engkau tidak seperti dirimu?”

Ketika Anda tiba di surga, upah Allah tidak berdasarkan pada bakat yang tidak Anda punya atau pada kesempatan yang tidak Dia beri kepada Anda. Dia akan mengganjar Anda berdasarkan bagaimana Anda hidup dan apa yang Anda lakukan dengan apa yang telah Dia anugerahkan kepada Anda.

Allah telah memanggil Anda untuk menjadi versi terbaik diri Anda dengan latar belakang Anda, pengalaman Anda, dan bakat yang Dia beri kepada Anda. Saatnya untuk berhenti berfokus pada orang lain dan memanfaatkan karunia unik milik Anda.

Renungkan hal ini:
- Alih-alih melihat orang lain hanya untuk mengukur nilai atau harapan Anda, ke mana Anda seharusnya melihat?
- Ketika seseorang yang Anda kenal mendapatkan kemenangan, pencapaian, atau penghargaan, apakah Anda dapat bersukacita dengan orang tersebut? Mengapa atau mengapa tidak?
- Apa saja karunia dan kemampuan yang telah Allah berikan kepada Anda? Bagaimana saat ini Anda menggunakannya untuk menjadi versi terbaik dari diri Anda?

Tidak perlu membandingkan diri Anda dengan orang lain. Anda tidak bisa fokus pada tujuan Anda sendiri ketika Anda fokus pada orang lain.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Selasa, 07 Maret 2023

Apakah Anda Bahagia?

John C. Maxwell suatu ketika pernah menjadi seorang pembicara di sebuah seminar bersama istrinya. Ia dan istrinya, Margaret, diminta menjadi pembicara pada beberapa sesi secara terpisah. Ketika Maxwell sedang menjadi pembicara, istrinya selalu duduk di barisan terdepan dan mendengarkan seminar suaminya. Sebaliknya, ketika Margaret sedang menjadi pembicara di salah satu sesi, suaminya selalu menemaninya dari bangku paling depan.

Suatu ketika sang istri, Margaret, sedang menjadi pembicara di salah satu sesi seminar tentang kebahagiaan. Seperti biasa, Maxwell duduk di bangku paling depan dan mendengarkan. Dan akhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan. Di sesi tanya jawab itu, setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan tangannya untuk bertanya. Ketika diberikan kesempatan, pertanyaan ibu itu seperti ini, "Miss Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?"

Seluruh ruangan langsung terdiam. Satu pertanyaan yang bagus. Dan semua peserta penasaran menunggu jawaban Margaret. Margaret tampak berpikir beberapa saat dan kemudian menjawab, "Tidak."

Seluruh rungan langsung terkejut. "Tidak," katanya sekali lagi, "John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia." Seisi ruangan langsung menoleh ke arah Maxwell.

Kemudian, lanjut Margaret, "John Maxwell adalah suami yang sangat baik. Dia tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, atau main serong. Dia seorang yang setia. Tapi, tetap dia tidak bisa mebuat saya bahagia."

Tiba-tiba ada suara bertanya, "Mengapa?"

"Karena," jawab Margaret, "tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku selain diriku sendiri."

Dengan kata lain, maksud dari Margaret, adalah tidak ada orang lain yang bisa membuat Anda bahagia. Baik itu pasangan Anda, sahabat Anda, uang Anda, atau bahkan hobi Anda. Semua itu tidak bisa membuat Anda bahagia. Karena yang bisa membuat Anda bahagia adalah Tuhan dan pilihan diri Anda sendiri untuk bahagia. Kalau Anda sering merasa berkecukupan, tidak mempunyai perasaan minder, selalu percaya diri, maka Anda tidak akan merasa sedih. Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar.

Contohnya rasul Paulus. Ketika itu rasul Paulus sedang dihimpit oleh keadaan. Ia disiksa dan dipenjara, ditolak kanan-kiri. Tapi coba lihat surat-suratnya. Apakah berisi keluh kesah? Justru sebaliknya! Sebagian besar surat-surat Paulus justru berisikan motivasi, berita gembira dan inspirasi. Rasul Paulus bahagia. Meskipun keadaan sekelilingnya bisa membuatnya tidak bahagia, namun ia memilih untuk berbahagia.

Bahagia atau tidaknya hidup Anda tidak ditentukan oleh seberapa kaya Anda, seberapa cantik istri Anda, atau sesukses apa hidup Anda. Ini masalah pilihan: apakah Anda memilih untuk bahagia atau tidak. Kita bisa mengendalikan diri kita sendiri dalam memilih respon yang akan kita berikan terhadap kondisi luar.

Sumber: Renungan Kristen

Senin, 06 Maret 2023

KEMALASAN YANG MENYEBALKAN

[[Jangan menyuruh orang malas, ia hanya menjengkelkan saja, seperti cuka melinukan gigi atau asap memedihkan mata.]] (Amsal 10:26—BIS

Begitu Anda mendengar atau membaca Amsal ini, apakah terbayang di dalam benak orang-orang malas yang selama ini menjengkelkan hati Anda? Barangkali ada yang teringat pada karyawannya. Berulang kali disuruh, selalu saja lupa. Menjengkelkan hati. Karyawan tentu saja bisa dipecat, tetapi bagaimana kalau orang yang menjengkelkan hati dengan kemalasannya itu adalah suami, istri, atau anak-anak kita? Kita tidak mungkin mengganti mereka, bukan?

“Jangan menyuruh orang malas, ia hanya menjengkelkan saja, seperti cuka melinukan gigi atau asap memedihkan mata” (Amsal 10:26—BIS). Amsal ini adalah amsal yang realistis. Ada orang-orang yang dengan kemalasannya berpotensi menjengkelkan hati. Hindari apabila memungkinkan, jauhi apabila kita dapat melakukannya. Namun, jika orang-orang malas yang menjengkelkan hati itu adalah orang-orang terdekat, maka barangkali langkah yang lebih tepat adalah mengingatkan dan menegurnya. Apabila peringatan dan teguran tidak membawa manfaat, jangan menaruh harapan terlalu tinggi pada orang-orang seperti itu. Ketika perilaku orang tidak dapat berubah walau kita berulang kali mengingatkan, maka tugas kita adalah mengubah tingkat harapan kita pada orang tersebut.

Apabila kita telah menasihati agar orang-orang tertentu berubah namun mereka enggan berjuang untuk berubah, maka sikap dan harapan kitalah yang harus berubah agar kita tidak kecewa (Wahyu Pramudya).

Sumber: Amsal Hari Ini

Minggu, 05 Maret 2023

Mengelola Kemarahan

Bacaan: EFESUS 4:15, 26-32

Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu. (Efesus 4:26)

Seorang ibu bercerita tentang anaknya yang sangat sulit mengelola kemarahan. Ketika marah, tidak segan-segan ia melempar barang-barang yang ada di rumahnya. Banyak piring dan gelas yang pecah bahkan cermin yang tergantung dekat wastafel dapur retak. Ibu ini khawatir dan segera memeriksakan anaknya ke psikolog. Psikolog yang ditemui ibu dan anaknya memberikan latihan untuk anak ini menuangkan segala kemarahannya melalui menggambar dan mewarnai. Melalui latihan tersebut, anak menjadi tenang dan si ibu baru sadar bahwa kemarahan dapat dikelola dengan baik, sekalipun melalui cara yang sederhana dan kreatif.

Marah jika tidak dikelola tentu berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang sekitar. Itulah sebabnya Paulus menasihati jika jemaat sedang marah, jangan berbuat dosa dan segera padamkan kemarahan sebelum matahari terbenam (ay. 26). Marah dapat membuka celah untuk iblis masuk dan menguasai hidup orang percaya sehingga Paulus ingin mereka sadar dan tidak memberi kesempatan pada iblis (ay. 27). Selain itu, marah yang isinya menghujat orang lain dan berkata kotor juga seharusnya tidak ada dalam mulut mereka (ay. 29). Paulus ingin jemaatnya memiliki perkataan yang membangun (ay. 29), membuang segala kepahitan, kegeraman, marah, pertikaian dan fitnah (ay. 31).

Setiap orang pasti pernah marah ketika mengalami banyak hal yang terlalu menyakitkan dalam hidup ini. Itu wajar, tetapi kemarahan itu sebaiknya dikelola dengan baik. Mari belajar mencari solusi atas kemarahan yang sering kita rasakan secara kreatif sambil mulai mempraktikkan bagaimana orang percaya harus hidup dalam keseharian: perkataannya membangun, penuh kasih mesra dan saling mengampuni. --YDS/www.renunganharian.net

MENGELOLA KEMARAHAN ITU PERLU SEBELUM DAMPAKNYA
DAPAT MERUSAK BAHKAN MERUGIKAN.

Sabtu, 04 Maret 2023

Dibuat Lemah oleh Tuhan? 

Bacaan: Zefanya 3:9-20 

Seperti apa rasanya dipulihkan dan diselamatkan? Lazimnya pemulihan dipahami sebagai perubahan dari lemah menjadi kuat, dari sakit menjadi sehat. Sementara itu, diselamatkan berarti ditempatkan pada kondisi yang aman dan tenteram.

Ketika Tuhan berjanji bahwa Ia hendak menyelamatkan, Tuhan justru berkata bahwa Ia akan mengumpulkan umat-Nya yang lemah (12). Kenapa Tuhan tidak mengumpulkan suatu bangsa yang kuat? Kenapa Tuhan tidak memulihkan Israel menjadi kerajaan yang berkuasa seperti pada zaman Raja Daud?

Tuhan menginginkan agar Dialah yang menjadi Raja atas umat-Nya (15). Ketika Tuhan menjadi Raja, umat tak lagi mengandalkan kekuatan manusia, melainkan hanya mengandalkan perlindungan Tuhan saja (12). Kelemahan umat ada bukan supaya mereka ditindas dan tidak diperhitungkan, bukan pula karena Tuhan belum sepenuhnya mengampuni. Mereka dikumpulkan sebagai umat yang lemah supaya sadar bahwa mereka ada semata-mata karena perlindungan Tuhan.

Umumnya, manusia tidak suka kondisi yang lemah. Ketika fisik lemah, kita tidak bisa mengerjakan berbagai hal. Bayangkan, kita yang biasanya bisa bekerja delapan jam sehari, hanya tergolek lemah di tempat tidur karena sakit. Walaupun mungkin hanya sakit sehari, itu sudah bisa membuat tidak bahagia. Rasa kesal, marah, kecewa, minder, tak berharga, dan tak berguna bisa muncul campur aduk dalam diri kita. Demikian pula ketika seseorang memiliki kelemahan dalam satu bidang. Dia bisa merasa kecil hati, bahkan iri kepada orang yang kuat dalam bidang itu.

Namun, adakah manusia yang tidak memiliki kelemahan, tidak pernah merasa lelah atau sakit, dan bisa melakukan segalanya tanpa bantuan orang lain? Bisa dipastikan jawabannya: Tidak ada! Kalau Tuhan mengizinkan adanya kelemahan di dalam diri kita, juga memperbolehkan tubuh kita lemah akibat berbagai penyebab, hal itu bukan karena kita tidak berharga, melainkan supaya kita sadar bahwa tempat perlindungan kita adalah Tuhan, yang tidak memiliki kelemahan! [KRS]

Sumber: Santapan Harian

Jumat, 03 Maret 2023

Memperhatikan Kepentingan Pasangan

Bacaan: FILIPI 2:1-11

Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4)

Suatu ketika saya dan istri terlibat dalam perdebatan kecil soal arah. Ketika hendak berfoto, saya merasa dia keliru menyebut arah, tetapi ketika saya hendak mengoreksi, malah terjadi kesalahpahaman sehingga perdebatan kecil itu pun terjadi. Syukurlah perdebatan itu tidak berlangsung lama karena kami sudah cukup mengenal satu sama lain. Lewat keputusan untuk mengalah dan tidak memperpanjang urusan, acara refreshing kami pun dapat berlanjut dengan suasana hati yang baik. Saya tak bisa membayangkan seandainya kesalahpahaman itu meruncing lalu menjadi masalah yang serius.

Dalam kehidupan berkeluarga, acap kali bukan hal-hal besar yang menimbulkan konflik serius, tetapi hal-hal kecil yang tidak diselesaikan-sebagian pasangan bahkan terkesan tidak tahu cara menyelesaikannya. Masalah lampu menyala atau mati saat tidur, atau pencetan pasta gigi dimulai dari bawah, tengah, atau atas ... jika gagal dicari solusinya, bisa berpotensi menyebabkan perceraian! Dalam kondisi itulah, nasihat firman Allah hari ini sebaiknya tidak diabaikan, yakni bagaimana seseorang belajar memperhatikan kepentingan suami atau istrinya, bukan hanya sibuk menuntut pemenuhan kepentingan pribadinya.

Banyak masalah pernikahan sebenarnya dimulai dari pengabaian kepentingan pasangan, karena suami atau istri lebih berfokus pada kepentingan pribadi. Memperbaiki kondisi ini tampaknya dapat menjadi upaya yang baik dalam menjauhkan perdebatan, konflik, hingga pertikaian dalam kehidupan berkeluarga yang kita jalani. Selamat mencoba. --GHJ/www.renunganharian.net

KEEGOISAN DAPAT MENGHANCURKAN KEHIDUPAN PERNIKAHAN JIKA TIDAK DIRESPONS DENGAN KESEDIAAN DAN UPAYA UNTUK BERUBAH.

Kamis, 02 Maret 2023

Mental Toxic

Bacaan: 1 Petrus 1:13-16

Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus - 1 Petrus 1:13

Mental toxic adalah cara berpikir keliru yang merusak hidup kita, sama seperti racun merusak tubuh. Salah satu bentuk mental toxic adalah toxic positivity, yaitu keyakinan yang tidak wajar bahwa kita harus berpikir positif dalam situasi apa pun bahkan ketika faktanya kita lagi tidak baik-baik saja.

Rasul Petrus bicara tentang mental atau pikiran yang positif tetapi yang dimaksud olehnya bukanlah toxic positivity. Ia mengatakan agar menyiapkan akal budi, seperti seseorang yang menggulung jubah panjangnya agar dapat berjalan cepat atau berlari. Ia melanjutkannya dengan “waspadalah”. Sebenarnya yang dimaksud dari “waspada” adalah jangan mabuk. Mabuk anggur adalah kebiasaan umum pada masa itu. Tentu mabuk yang dimaksud tidak sekadar mabuk anggur, tetapi maksud Petrus secara lebih mendalam adalah jangan membiarkan pikiran berkelana sehingga teracuni hal-hal lain yang mengganggu iman, bahkan membuat kita berdosa. Seorang yang menuruti hawa nafsu adalah seorang yang akal budinya sudah dibajak oleh hawa nafsu tersebut. Inilah mental toxic.

Rasul Petrus berkata dalam 1 Petrus 4:7, “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” Ia mendorong kewaspadaan rohani dalam hal doa. Sementara di 1 Petrus 5:8, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” Ia mengingatkan agar kita waspada dan siap sedia melawan si jahat. Pada ayat 15 ia mendorong pembacanya, “... hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,” Kunci keberhasilan semua ini ada pada mental atau pikiran yang berfokus pada kebenaran Allah. Pikiran yang benar akan membawa pada hidup yang benar.

Mental, pikiran atau akal budi adalah kunci pada kehidupan. Hidup bisa jadi benar atau salah bergantung pada akal budi. Apa yang diutamakan pikiran kita, itulah yang mengarahkan tujuan hidup kita. Itu sebabnya Rasul Paulus sangat menekankan transformasi akal budi (Rm 12:1-2). Tanpa transformasi akal budi, hidup kita akan menuju arah yang salah dan menjadi sia-sia. Jangan biarkan diri Anda hidup dengan mental toxic. Berubahlah.

Refleksi Diri:

Apa hal-hal yang mendominasi pikiran Anda hari ini?

Bagaimana caranya agar pikiran Anda tidak diracuni hal-hal yang salah atau membawa kita pada dosa?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Rabu, 01 Maret 2023

DAFTAR KASIH

Bacaan: 1 Korintus 13:4-7

NATS: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati (1 Korintus 13:4)

Seorang wanita bernama Nancy menggunakan ayat-ayat dari 1 Korintus 13 untuk membantu mengatasi rasa frustrasinya terhadap kehidupan keluarga yang dipadati kesibukan. Ia menyebut ayat 4 sampai 7 sebagai “Daftar Kasih” dan ia mengacu pada daftar itu tatkala amarah memenuhi hatinya. 

Nancy memberi sebuah contoh bagaimana ia memakai daftarnya tersebut. Pada suatu pagi, ia pergi untuk melakukan berbagai hal sebelum ia dan keluarganya pergi berlibur. Saat itu suaminya, Bill, sedang berada di rumah sambil menjaga anak-anak dan mempersiapkan segalanya agar mereka dapat berangkat lebih awal siang itu. Sepulangnya dari toko bahan pangan, rumah ibunya, kantor pos, bank, dan rumah sakit untuk membesuk temannya, ia mendapati bahwa ternyata suaminya sepanjang pagi ini hanya mencuci dan menggosok mobil. Padahal hal tersebut tidak mereka butuhkan dalam perjalanan! 

Melihat hal itu Nancy menjadi marah dan melontarkan kata-kata kasar kepada Bill. Tetapi kemudian kata-kata pada Daftar Kasih itu muncul di dalam benaknya, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati.” Ia berdoa, kemudian meminta maaf kepada suaminya atas ledakan amarahnya tadi. Bill mengatakan bahwa ia pun menyesal, dan siang itu mereka berangkat berlibur—dan hanya terlambat sedikit. 

Lain kali apabila Anda melontarkan kata-kata penuh amarah, hal-hal yang pahit, ingatlah Daftar Kasih yang tercantum di dalam 1 Korintus 13. Lebih baik berpikir lebih dulu sebelum berbicara —Dave Egner 

PERASAAN YANG PAHIT DAPAT DIPERMANIS APABILA KITA MEMBAWANYA KEPADA TUHAN DALAM DOA

Sumber: Renungan Harian