Senin, 31 Maret 2025

MINUM OBAT

Bacaan: Yesaya 55:1-6

NATS: Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan (Roma 10:13)

Bayangkan seandainya Anda harus segera masuk rumah sakit karena dokter menyatakan bahwa Anda dalam keadaan kritis. Dokter tersebut menegaskan bahwa Anda akan meninggal jika tidak mendapatkan pengobatan yang benar. Kemudian ia menuliskan resep dan berkata: "Jika Anda minum ini, saya jamin Anda akan segera sembuh."

Sekarang, apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda cukup berbaring di ranjang dan percaya bahwa dokter telah mendiagnosa penyakit Anda dengan benar dan bahwa resep tadi pasti dapat membuat Anda sembuh? Tidak, itu belum cukup. Untuk bertahan hidup, Anda harus meminum obatnya.

Demikian pula halnya dengan keselamatan. Anda boleh mempercayai semua yang tertulis dalam Alkitab tentang Kristus-bahwa Dia mati untuk menebus dosa Anda dan bangkit dari kematian. Namun apabila Anda menolak untuk "meminum obatnya," yakni percaya kepada-Nya dan percaya bahwa Dia berkurban di atas kayu salib demi menggantikan Anda, maka Anda akan berada dalam keadaan kritis karena nyata-nyata telah menyangkal Yesus.

Iman yang menyelamatkan bukan sekadar mengakui bahwa fakta-fakta tentang Yesus adalah benar, tetapi juga menerima penebusanan Allah atas dosa Anda secara pribadi, mempercayakan kehidupan kekal jiwa Anda kepada-Nya sehingga Anda dapat berseru: "Selamatkan saya, ya Tuhan. Saya percaya Engkau dapat dan akan menyelamatkan saya." Itulah artinya "minum obat"-menerima Yesus Kristus! Sudahkah Anda melakukannya? Jika belum, lakukanlah sekarang juga -RWD

IMAN TIDAK HANYA PERCAYA BAHWA YESUS DAPAT MENYELAMATKAN
TETAPI JUGA MEMOHON AGAR DIA MELAKUKANNYA

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 30 Maret 2025

PIKIRKAN PENDARATANNYA!

Bacaan: Ibrani 9:23-28

NATS: Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi (Ibrani 9:27)

Pada sebuah halaman buku berjudul 365 Stupidest Things Ever Said (365 Hal Paling Bodoh yang Pernah Diucapkan) tertulis sebuah ungkapan yang menggelikan: "Jika Anda membeli buku kami yang berjudul, 'Enam Langkah Mudah untuk Terbang,' kami mohon maaf karena kelalaian kami yang tidak menyertakan bab terakhir, yakni tentang 'Bagaimana Mendarat Dengan Aman.' Kirimkan nama dan alamat Anda kepada kami dan kami akan mengirimkan salinan bab itu secepatnya. Setiap permintaan akan segera kami balas."

Saya sungguh tidak dapat membayangkan bagaimana seorang pilot dapat menerbangkan pesawat tanpa mengetahui cara mendaratkannya. Tetapi sebenarnya ada suatu hal yang lebih gila lagi telah terjadi di dunia kita ini.

Saya membayangkan bahwa banyak orang juga telah "menerbangkan" hidupnya tanpa memikirkan tujuannya dan apa yang akan terjadi sesudah mereka meninggal. Mereka seperti seorang mahasiswa yang menulis, "Saya tidak akan memikirkannya sampai hal itu benar-benar terjadi. Toh, kematian saya masih panjang dan jauh."

Berapa pun usia kita saat ini, kita perlu memikirkan akhir dari kehidupan kita. Paulus menekankan betapa penting dan mendesaknya hal ini ketika menulis, "Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu" (2Korintus 6:2).

Jika Anda belum percaya kepada Kristus, percayalah kepadaNya sekarang juga! Kemudian tatkala penerbangan Anda mengarungi hidup telah selesai, yakinlah bahwa Anda mendarat dengan selamat di surga --DCE

SAAT AJAL DATANG MENJELANG
YANG PERLU ANDA LAKUKAN HANYALAH MENYAMBUTNYA

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 29 Maret 2025

Menganginlalukan Tuhan

Bacaan: AMSAL 28:14

Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan Tuhan, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka. (Amsal 28:14)

Koreksi yang benar tak hanya merupakan dorongan agar kita memperbaiki diri, tetapi ia adalah juga wujud kepedulian dan concern terhadap tujuan-tujuan baik yang hendak kita capai.

Namun, koreksi tak selalu direspons memadai. Orang kadang merespons koreksi dengan sikap yang sulit dilukiskan: tidak marah atau tersinggung, tak membantah atau mengelak, tidak melawan atau membela diri, tetapi sama sekali tak menyetujui apalagi mengikuti koreksi yang diberikan. Meski tahu tindakannya salah, orang mengabaikan semua koreksi, menganggapnya angin lalu. Tanpa ragu, dia melanjutkan tindakannya yang ia tahu benar bahwa itu keliru. Dia mengeraskan hati: tahu bahwa tindakannya salah, tetapi bersikukuh pada sikap salahnya. Tak ada sesal, tak ada rasa malu, tak ada rasa bersalah.

Ketika orang menyampaikan koreksi yang benar kepada kita, kita percaya bahwa Tuhanlah yang memakai orang itu untuk mengoreksi hidup kita, dan kita patut menyambutnya dengan rendah hati. Namun, jika kita mengeraskan hati dan menganggap koreksi itu angin lalu, kita menganginlalukan Tuhan yang memakai orang itu untuk meluruskan jalan kita. Dan sungguh, tak ada apa pun yang baik dari menganginlalukan Tuhan. Tuhan bersabda, "Orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka."

Tuhan tak henti menjaga agar kita selalu ada di jalan yang benar. Jika suatu kali kita menyimpang dan Tuhan menggerakkan seseorang mengoreksi hidup kita, akankah kita mengeraskan hati dan menganginlalukan Tuhan? Biarlah hati kita menjawabnya. --EE/www.renunganharian.net

"PADA HARI INI, JIKA KAMU MENDENGAR SUARA-NYA, 
JANGANLAH KERASKAN HATIMU!"-IBRANI 4:7

Jumat, 28 Maret 2025

DIA BUAT JALAN

Bacaan: Mazmur 27:1-14

NATS: Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN! (Mazmur 27:14)

Hati Rebecca sedang galau ketika mengendarai mobil tuanya untuk menjemput putrinya di tempat penitipan anak. Atasannya membuat masalah lagi dalam hidupnya. Induk semangnya menaikkan harga sewa rumah. Dan sebagai orangtua tunggal, ia merasa benar-benar sendiri. "Saya telah berusaha sebaik-baiknya," doanya kepada Allah. "Tolonglah saya."

Saat itu mengalunlah sebuah lagu yang dinyanyikan Don Moen di radio:



Dia buat jalan,
saat tiada jalan;
Dia bekerja di jalan yang tak terlihat oleh kita
Dia buat jalan.

"Tolong, lakukan itu bagiku, Allah," Rebecca memohon. "Saya tak sanggup lagi."

Daud, sang Pemazmur, juga berseru kepada Tuhan tatkala ia putus asa. Ia berdoa, "Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan" (Mazmur 27:7). Kemudian ia menyatakan pengharapan, "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!" (ayat 14).

Allah menunjukkan kuasa-Nya secara khusus dalam situasi yang tak berpengharapan. Bangsa Israel berada dalam situasi demikian ketika Allah membelah lautan di hadapan mereka (Keluaran 13:17-14:31). Daniel dilindungi dalam gua singa (Daniel 6:11-24). Paulus dan Silas dilepaskan dari penjara (Kisah Para Rasul 16:25-40).

Allah juga membuat jalan bagi Rebecca. Ia memperoleh pekerjaan baru yang lebih baik, yang dilamarnya beberapa bulan sebelumnya. Penghasilan meningkat sehingga ia dapat membayar sewa rumah. Kemudian sebuah keluarga di gerejanya membantu Rebecca mendapatkan mobil yang lebih baru.

Jika dalam hidup Anda seolah tiada jalan, jangan putus asa! Percayalah kepada Allah. Dia berjanji membuat jalan bagi Anda --DCE

MASA DEPAN YANG TAK KITA KETAHUI TERJAMIN DALAM TANGAN ALLAH YANG MAHATAHU

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 27 Maret 2025

Daftar Ini Adalah Kehidupan

Inilah orang Israel yang telah keluar dari tanah Mesir. –Bilangan 26:4

Ayat Bacaan & Wawasan :
Bilangan 26:1-4, 20-22

Dengan bantuan mesin tik manual, Itzhak Stern bekerja semalaman untuk mengetik nama demi nama—total 1.098 nama. Itulah daftar nama buruh berlatar belakang Yahudi yang dilindungi oleh Oskar Schindler sang pemilik pabrik dari kejaran tentara Nazi. Dengan mengepit dokumen tersebut, Stern menyatakan, “Daftar ini adalah kebaikan yang tertinggi. Daftar ini adalah kehidupan.” Nama-nama yang tercantum di dalam daftar tersebut pun berhasil luput dari kengerian Holocaust. Pada tahun 2012, diperkirakan keturunan dari mereka yang bertahan hidup itu berjumlah 8.500 orang.

Alkitab berisi banyak daftar yang cenderung kita lewatkan. Rasanya ada terlalu banyak nama yang diulang-ulang. Bisa jadi kita menyebut bacaan hari ini . . . membosankan. “Bani Yehuda, menurut kaum mereka, ialah: dari Syela kaum orang Syela; dari Peres kaum orang Peres . . .” (Bil. 26:20). Adakah yang peduli?

Allah peduli! “Inilah orang Israel yang telah keluar dari tanah Mesir,” menurut catatan sejarah (ay. 4). Selanjutnya orang-orang itu akan menetap di tanah yang dijanjikan kepada mereka. Kemudian, suatu hari kelak, Mesias akan datang dari kaum Yehuda yang dicatat ini. Daftar ini adalah kehidupan, bukan hanya bagi orang Yahudi, melainkan juga bagi semua yang percaya kepada Yesus.

Kita mengetahui tentang daftar Oskar Schindler dari sebuah film yang berpengaruh, Schindler’s List, dan juga catatan sejarah. Kita mengetahui tentang karya penyelamatan Allah yang agung dari kisah yang dituliskan untuk kita di dalam Alkitab. Ketika kita membaca Kitab Suci, kiranya Roh Kudus menunjukkan nilai berharga dari daftar-daftar nama tersebut. Di dalamnya pasti ada sesuatu yang bermanfaat untuk kita.

Oleh: Tim Gustafson

Renungkan dan Doakan
Bagian mana dari Alkitab yang terasa paling membosankan bagi Anda? Apa yang bisa Anda lakukan untuk membaca bagian-bagian tersebut dengan sudut pandang yang baru?

Ya Allah, tolonglah aku untuk membaca Alkitab dengan sungguh-sungguh. Kiranya Roh Kudus menolongku untuk melihat nilai berharga dari setiap ayat di dalamnya.

Sumber: Our Daily Bread

Rabu, 26 Maret 2025

Butuh Pengaturan Ulang Hubungan? Cobalah untuk Tidak Egois

Bacaan Hari ini:
Filipi 2:4 “Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Ketidakegoisan memunculkan sisi terbaik dalam diri seseorang. Sikap ini membangun hubungan. Apa yang dimaksud dengan bersikap tidak egois? Sikap ini berarti Anda lebih jarang memikirkan diri sendiri dan lebih sering memikirkan orang lain.

Lawan dari ketidakegoisan ialah keegoisan. Keegoisan adalah penyebab utama konflik dan pertengkaran. Alkitab mengatakan, “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa” (Yakobus 4:1-2).

Sikap mementingkan diri sendiri menghancurkan hubungan. 

Suatu malam, saya naik ke tempat tidur sekitar tiga detik sebelum Kay. Ketika dia naik ke tempat tidur, dia bertanya apakah saya sudah mengunci semua pintu. Namun, selama tiga detik itu, saya berpura-pura hampir tertidur dan berbisik, "Tidak." Dia kemudian bangun dan mengunci semua pintu. Ada satu kata untuk apa yang saya lakukan—egois. 

Masalahnya, menjadi egois ialah sifat  manusia. Secara alami, kita memikirkan kepentingan kita sendiri, luka kita sendiri, penampilan kita, dan perasaan kita. Bahkan budaya memberi tahu kita: "Lakukan apa yang menurut Anda terbaik buat Anda."  Tapi Alkitab mengatakan, “Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Filipi 2:4). 

Itu tidak hanya akan mengubah hubungan Anda, tetapi juga akan mengubah setiap individu. Ketika Anda tidak menjadi orang yang sama, orang lain juga berubah, karena mereka berhubungan dengan Anda dengan cara yang baru dan berbeda.

Saya sudah sering melihat ini: Ketika Anda memperlakukan orang yang pemarah dan tidak menyenangkan dengan kebaikan, alih-alih memperlakukan mereka sebagaimana mestinya, mereka sering kali berubah menjadi orang yang baik. 

Pelajaran terbesar dalam hidup yaitu belajar untuk tidak egois—tetapi itu tak akan terwujud dalam semalam. Itu akan memakan waktu seumur hidup Anda.

Kabar baiknya adalah, Allah tidak akan meninggalkan Anda sendirian untuk belajar bagaimana menjadi tidak egois. Roma 8:26 mengatakan, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”

Renungkan hal ini: 
- Pikirkan tentang hubungan-hubungan dalam hidup Anda. Dalam hubungan tersebut, bagaimana Anda bertindak dengan egois?
- Tindakan tidak egois apa yang dapat Anda lakukan hari ini yang tidak seperti biasanya?
- Pernahkah seseorang bersikap tidak egois terhadap Anda padahal sebenarnya Anda tidak layak menerimanya? Bagaimana hal itu memengaruhi Anda?

Jangan pernah berhenti berusaha untuk menjadi tidak egois. Roh Kudus menyertai Anda untuk membantu Anda memutus siklus keegoisan! Dan di dalam prosesnya, Anda akan melihat transformasi dalam semua hubungan Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Selasa, 25 Maret 2025

Pencapaian Terbaik

Bacaan: MATIUS 6:25-34

"Karena itu, janganlah khawatir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34)

Berawal dari keluarga sederhana, ia berniat mengubah nasib. Ketekunannya belajar membuahkan hasil luar biasa. Di usianya yang belum genap tiga puluh tahun, ia sudah memiliki rumah dan kendaraan sendiri. Tentu hal ini didukung oleh kariernya yang bagus. Sayangnya, ia belum menemukan pasangan hidup. Hal itu membuatnya merasa khawatir. Ia pun mulai memperhatikan penampilannya. Mengubah beberapa bentuk tubuh supaya terlihat lebih menarik dengan melakukan operasi plastik.

Pencapaian seseorang sering kali diukur menggunakan harta, kuasa, rupa, dan keluarga. Penghasilan besar masih belum cukup karena belum berjabatan tinggi. Memiliki jabatan dan penghasilan besar belum cukup karena penampilannya kurang menarik. Memiliki paras yang menarik dan ekonomi mapan, masih dipertanyakan jika belum memiliki pasangan. Memiliki pasangan pun masih belum cukup jika belum memiliki momongan. Standar keberhasilan ini pun sering kali menghadirkan rasa khawatir pada diri orang-orang yang belum mencapainya.

Namun demikian, pengajaran Yesus justru mengajak kita melepas rasa khawatir. Tidak perlu merasa risau jika capaian duniawi yang kita raih belum memenuhi kriteria pada umumnya. Yesus justru mengontraskan sikap yang semestinya dihidupi oleh orang kristiani dari tradisi dunia. Sebab, ukuran keberhasilan orang percaya bukan semata-mata pencapaian duniawi yang pada akhirnya dapat lenyap begitu saja. Pencapaian orang percaya yang utama adalah menemukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (ay. 33), hidup tunduk dalam kedaulatan-Nya. --EBL/www.renunganharian.net

KITA TIDAK AKAN PERNAH PUAS DENGAN HARTA DUNIA
KARENA TUHAN MENCIPTAKAN KITA BUKAN UNTUK TUJUAN YANG FANA.

Senin, 24 Maret 2025

Serahkan Kekhawatiran kepada Yesus

Janganlah kuatir akan hidupmu. –Matius 6:25

Ayat Bacaan & Wawasan :
Matius 6:25-27

Nancy terus-terusan mengkhawatirkan masa depannya, yang dalam bayangannya penuh dengan masalah. Suaminya, Tom, sempat pingsan tiga kali selama pendakian yang dilakukannya di pedesaan Maine. Akan tetapi, dokter dari rumah sakit kecil di daerah tersebut menyatakan tidak ada masalah pada diri Tom. Kemudian, di rumah sakit yang lebih besar, dokter yang melakukan tes lanjutan juga tidak menemukan masalah apa pun. “Saya sangat takut,” kata Nancy. Setelah suaminya diperbolehkan pulang, Nancy bertanya kepada dokter ahli jantung untuk terakhir kalinya, “Apa yang harus kami lakukan sekarang?” Sang dokter mengucapkan sepotong kalimat bijak yang mengubah sikap Nancy selamanya: “Lanjutkan hidupmu.” “Kata-kata itu tidak diucapkan sembarangan,” kenang Nancy. “Nasihat itu memang kami butuhkan.”

Nasihat tersebut menggemakan perintah Yesus dalam Khotbah di Bukit. Dia berkata, “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” (Mat. 6:25). Perintah itu tidak bermaksud menyarankan kita untuk mengabaikan masalah kesehatan atau hal-hal lainnya yang mungkin akan terjadi. Kristus hanya berkata, “Janganlah kuatir” (ay. 25). Kemudian Dia bertanya, “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” (ay. 27).

Nabi Yesaya menyampaikan perkataan bijak yang serupa: “Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: ‘Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang’” (Yes. 35:4). Nasihat dokter tadi menginspirasi Nancy dan Tom untuk berjalan kaki lebih dari delapan kilometer setiap hari. Mereka tidak lagi hidup dalam kekhawatiran, melainkan dengan penuh sukacita.

Oleh: Patricia Raybon

Renungkan dan Doakan
Apakah yang menjadi kekhawatiran terbesar Anda? Bagaimana dengan menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Kristus, kualitas hidup Anda dapat meningkat?

Tuhan Yesus, ketika hari ini aku merasa khawatir, berikanlah aku keberanian untuk menyerahkan kekhawatiran dan ketakutanku kepada-Mu, supaya aku hidup dalam damai sejahtera-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Minggu, 23 Maret 2025

HIDUP SESUAI NAMA-NYA

Bacaan: Efesus 2:1-10

NATS: [Allah] telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus (Efesus 2:5)

Seorang wanita yang baru menjadi Kristen sedang membaca Kitab Injil. Setelah selesai, ia mengatakan kepada temannya bahwa ia ingin membaca sebuah buku tentang sejarah gereja. Ketika temannya menanyakan alasannya, wanita itu menjawab, "Saya ingin tahu sejak kapan orang Kristen tidak lagi hidup seperti Kristus."

Kita dapat memahami mengapa petobat baru ini tampak bingung. Ada perbedaan besar antara kehidupan Kristus dan kehidupan banyak orang yang menyandang nama-Nya. Saat ini sebagian orang percaya bahkan hidup serupa dengan dunia dan bukannya berusaha hidup serupa dengan Yesus.

Hampir 2.000 tahun yang lalu para pengikut Yesus untuk pertama kali disebut orang Kristen (Kisah Para Rasul 11:26). Sekarang, kita yang mempercayai sang Juruselamat, masih menyadang nama itu dan berjalan di bawah bendera yang sama dengan jemaat mula-mula itu.

Alkitab mengungkapkan bahwa kita adalah "buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya" (Efesus 2:10). Saat kita menyebut diri Kristen, berarti kita menyatakan pada dunia bahwa Kristus adalah Juruselamat kita dan bahwa kita adalah pengikut-Nya.

Orang-orang Kristen memiliki nama yang mulia. Merupakan suatu hak istimewa bila kita diidentikkan dengan Kristus, dan juga suatu kewajiban besar bagi kita untuk menjalani kehidupan sesuai dengan nama-Nya! --RWD

SAAT ANDA BERJALAN BERSAMA KRISTUS ANDA TIDAK AKAN BERJALAN SEIRING DENGAN DUNIA

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 22 Maret 2025

Schadenfreude

Bacaan: YUNUS 4

Tetapi, hal itu membuat Yunus sangat gusar dan marah. (Yunus 4:1)

Ada orang-orang yang merasa senang ketika melihat orang lain susah, serta merasa susah ketika melihat orang lain senang. Ilmu psikologi bahkan punya istilah khusus untuk perilaku ini, yakni schadenfreude. Sikap ini muncul karena adanya rasa iri di dalam hati. Itulah yang membuat kita tidak dapat bersimpati atau berempati terhadap orang lain.

Barangkali inilah yang dirasakan Yunus ketika Allah menyuruhnya ke Niniwe, musuh negeri Israel. Yunus diperintahkan untuk menyampaikan berita penghukuman kepada mereka. Namun, ia tidak mau penduduk Niniwe mendengar peringatan itu dengan harapan Allah benar-benar membinasakan mereka. Ia pun melarikan diri. Namun, Allah kembali memanggilnya serta mengampuni ketidaktaatannya. Sebaliknya, ia menjadi kesal dan marah ketika Allah juga mengampuni penduduk Niniwe. Ia iri terhadap kebaikan yang Allah nyatakan kepada mereka (ay. 2). Ia ingin mati karena penduduk Niniwe bertobat sehingga urung dimusnahkan (ay. 3).

Kita pasti senang memperoleh hal-hal yang baik. Diampuni ketika berdosa. Diberi kesempatan setelah gagal. Ditunjukkan kebaikan walau kita tak pantas menerimanya. Namun, jika kita menjadi iri, kesal, dan marah ketika justru orang-orang lain yang mengalami berbagai kebaikan itu, maka kita perlu memeriksa hati kita. Jangan sampai sifat iri itu semakin subur dan berkembang. Sebab Allah justru ingin kita bertumbuh di dalam kasih. Dan salah satu perwujudan kasih itu ialah mampu bersimpati terhadap situasi yang dialami orang lain, yakni bersedih dengan mereka yang bersedih, serta bersukacita dengan mereka yang bergembira (bdk. Rm 12:15). --HT/www.renunganharian.net

BERSUKACITA SAAT MENYAKSIKAN ORANG LAIN MENGALAMI KEBAIKAN TUHAN PERTANDA KITA SEDANG BERTUMBUH DI DALAM KASIH-NYA.

Jumat, 21 Maret 2025

Tidak Mudah Tersinggung

Orang bijaksana . . . terpuji karena tidak menghiraukan kesalahan orang terhadapnya. –Amsal 19:11 (BIMK)

Ayat Bacaan & Wawasan :
Amsal 19:8-13

Waktu saya pergi beribadah di gereja setelah beberapa bulan menjalani karantina, saya bersemangat dapat kembali bertemu dengan sejumlah anggota jemaat yang sudah lama tidak saya jumpai. Saya menyadari bahwa beberapa dari mereka, khususnya yang berusia lanjut, tidak akan kembali—sebagian karena alasan kesehatan dan yang lain, sayangnya, karena telah meninggal dunia. Karena itu, saya senang ketika melihat sepasang lansia memasuki ruang ibadah dan duduk di deretan kursi belakang saya. Saya pun melambaikan tangan kepada mereka berdua. Yang pria membalas sapaan saya, sementara sang istri menatap saya tanpa tersenyum sama sekali. Jujur, saya merasa tersinggung dan bertanya-tanya tentang sikapnya.

Beberapa minggu kemudian, saya melihat wanita yang sama (yang tidak membalas sapaan saya tadi) sedang dibantu oleh seorang rekan yang berperan sebagai perawat dengan memberi tahu kapan beliau harus berdiri atau duduk. Ternyata wanita tua tersebut menderita sakit keras, sehingga ia tidak mengenali saya. Saya merasa lega karena saya tidak menegurnya atau menunjukkan kejengkelan ketika beliau tidak membalas sapaan saya di waktu yang lalu.

Kitab Amsal menyajikan banyak ucapan nasihat tentang cara hidup yang bijaksana, dan nasihat untuk tidak mudah tersinggung adalah salah satu yang paling bernilai. Amsal bahkan berkata, “Orang bijaksana . . . terpuji karena tidak menghiraukan kesalahan orang terhadapnya” (19:11 BIMK). Memilih untuk tidak tersinggung dan belajar untuk “menahan kemarahan” (ay. 11) adalah perbuatan terhormat. Memang dibutuhkan kesabaran dan “hikmat” (ay. 8 AYT) untuk memiliki sikap tersebut, tetapi alangkah berharganya berkat yang kita terima saat kita mampu menguasai diri dan memilih untuk mengasihi orang lain.
 
Oleh:  Katara Patton

Renungkan dan Doakan
Kapan Anda pernah tersinggung oleh perbuatan orang lain? Kapan tidak menghiraukan kesalahan orang lain menjadi keputusan yang tepat?

Allah Mahakasih, aku bersyukur, karena Engkau tidak menghiraukan momen-momen ketika aku menyinggung-Mu. Berikanlah aku hikmat untuk memiliki sikap yang sama terhadap orang lain.

Sumber: Our Daily Bread

Kamis, 20 Maret 2025

Bara Api Di Atas Kelapa

Bacaan: Roma 12:17-21

Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.- Roma 12:20

Sebuah kutipan mengatakan demikian: Jika ada buah busuk di atas pohon jangan kamu petik, biarkan saja. Sebab ia akan jatuh dengan sendirinya. Begitu juga dengan orang yang busuk atau jahat hatinya, biarkan saja, tidak usah kamu lawan. Sebab akan tiba saatnya ia akan jatuh dan malu dengan sendirinya.

Mempraktikkan nasihat di atas tidaklah mudah sebab kecenderungan manusia berdosa adalah selalu ingin membalas. Umumnya, kita terbiasa membalas kebaikan dengan kebaikan atau kejahatan dengan kejahatan, jarang ada yang membalas kejahatan dengan kebaikan. Namun, ayat emas di atas mengingatkan kita untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Mengapa? Alasan yang dikemukakan oleh Rasul Paulus, yaitu “Pembalasan itu hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan” (ay. 19b). Pembalasan itu hak Tuhan, bukan hak kita. Lalu, apa hak kita terhadap orang yang berbuat jahat kepada kita? Hak kita adalah melakukan apa yang baik bagi orang yang melakukan kejahatan kepada kita (ay. 17). Hak kita adalah hidup dalam perdamaian dengan semua orang (ay. 18). Hak kita yang terakhir adalah memberi makan dan minum kepada seteru atau musuh kita (ay. 20a).

Mungkin Anda bertanya, bukankah berbagai sikap di atas bodoh dan konyol? Musuh semestinya dilawan, kalau perlu dibinasakan, bukan dikasihani apalagi dibaiki. Iya benar! Tapi melawan dan membalas adalah prinsip dan ajaran dunia. Sebagai anak-anak Tuhan, kita seharusnya mengikuti dan mempraktikkan prinsip-prinsip hidup surgawi yang diajarkan Tuhan Yesus. Sebagaimana Yesus contohkan ketika berada di atas kayu salib, Dia justru berdoa agar Bapa mengampuni mereka yang menyalibkan diri-Nya.

Hendaklah kita membalas kejahatan dengan kebaikan. Utamakan hidup damai dengan semua orang dan berilah tempat pada murka Allah yang membalas mereka yang berbuat jahat kepada kita. Biarkan Tuhan yang mengadili dengan adil. Bila musuh kita lapar dan haus, beri ia makan dan minum. “Tumpuk bara di atas kepalanya” sehingga ia takjub dan malu melihat sifat-sifat Allah yang mengasihi dan murah hati ada di dalam diri kita. Jikalau Tuhan berkehendak, ia bisa bertobat dan beriman kepada Kristus. Amin.

Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah disakiti dan dijahati oleh orang yang pernah Anda tolong?

Bagaimana Anda berespons saat itu? Apakah dengan prinsip dan cara duniawi ataukah prinsip surgawi, yaitu mengikuti teladan Tuhan Yesus dengan berbuat baik dan memberkati mereka?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Rabu, 19 Maret 2025

Menyalurkan Kasih Allah

Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” –Lukas 10:37

Ayat Bacaan & Wawasan :
Lukas 10:27-37

Suatu hari pada musim dingin di Michigan, seorang pengantar paket melihat seorang wanita lanjut usia sedang menyekop salju dari jalan masuk rumahnya. Pria itu lalu berhenti dan meminta izin kepada wanita berusia 81 tahun tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Karena khawatir kalau pengantar paket itu akan terlambat mengantarkan paket-paket lainnya, wanita tua itu mengambil sekop yang lain supaya mereka menyekop bersama. Mereka bekerja bahu-membahu selama hampir 15 menit sambil disaksikan oleh tetangga-tetangga wanita itu. “Aku bersyukur atas bantuanmu,” kata sang wanita kepada pria itu, “Kehadiranmu sangat memberkatiku.”

Dalam percakapan dengan seorang ahli Taurat, Yesus mendefinisikan ulang konsep kasih kepada sesama (Luk. 10:25-37). Ketika diminta Yesus untuk menafsirkan hukum Taurat yang ia kuasai dengan baik, ahli Taurat tersebut menjawab: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (ay. 27).

Kemudian Yesus bercerita tentang dua pemimpin agama yang mengabaikan seorang korban perampokan. Namun, seorang Samaria—yang dipandang lebih rendah oleh kebanyakan pemimpin Yahudi zaman itu—justru rela berkorban untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan tersebut (ay. 30-35). Ketika ahli Taurat tadi menyadari bahwa orang yang telah menaruh belas kasihan kepada korban itu telah menunjukkan kasih kepada sesama, Yesus pun mendorongnya untuk melakukan hal yang sama (ay. 36-37).

Mengasihi sesama tidak selalu mudah atau menyenangkan. Namun, ketika Yesus melimpahi kita dengan kasih-Nya, Dia juga akan memampukan kita untuk mengasihi sesama kita, seperti yang dilakukan oleh orang Samaria yang baik hati dalam kisah di atas.

Oleh:  Xochitl Dixon

Renungkan dan Doakan
Bagaimana Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada Anda melalui seseorang yang tidak Anda duga? Kepada siapa Anda dapat menunjukkan kasih dengan cara yang praktis minggu ini?

Tuhan Yesus, berilah kesempatan kepadaku untuk menunjukkan kasih kepada orang-orang yang Engkau hadirkan sebagai sesamaku.

Sumber: Our Daily Bread

Selasa, 18 Maret 2025

Memahami Alkitab

Firman Allah hidup dan kuat . . . ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. –Ibrani 4:12

Ayat Bacaan & Wawasan :
2 Timotius 3:14-16

Seberapa pentingkah Alkitab? Demikian pentingnya hingga orang-orang di banyak negara mempertaruhkan nyawa mereka untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa asli mereka. Banyak dari mereka adalah orang-orang percaya awam yang terancam untuk ditangkap karena menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa yang dapat dimengerti orang setempat.

Seorang penerjemah wanita dari salah satu negara yang bertindak keras terhadap umat Tuhan berkata, “Saya harus menyelesaikan pekerjaan ini. Saya ingin melihat orang-orang yang saya kasihi mengalami keselamatan di dalam Kristus.” Salah seorang pria yang menggalang sejumlah orang awam untuk menerjemahkan Kitab Suci secara diam-diam, menjelaskan bagaimana Alkitab berperan penting untuk mendewasakan iman orang percaya di gereja-gereja lokal: “Kita dapat memulai sebuah gereja, tetapi . . . [tanpa] Alkitab di dalam bahasa yang orang mengerti, jemaat itu biasanya hanya akan bertahan satu generasi.”

Mengapa mereka melakukan semua itu? Karena tidak ada buku lain yang seperti Alkitab. Keberadaannya yang terpelihara selama berabad-abad adalah sesuatu yang unik. Keaslian serta penggambarannya tentang hati manusia sangatlah akurat. “Firman Allah hidup dan kuat . . . ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr. 4:12). Selain itu, “seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah” (2 Tim. 3:16). Kemudian, yang terpenting, Alkitab mengungkapkan sumber dan realitas dari “keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus” (ay. 15).

Marilah kita membaca, menghargai, dan menghidupi Kitab Suci. Lalu, sesuai dengan kesanggupan yang diberikan Allah, mari menolong orang-orang di berbagai penjuru dunia untuk menerima dan memahaminya.

Oleh:  Dave Branon

Renungkan dan Doakan
Aspek apa dari Alkitab yang paling Anda sukai? Bagaimana Anda dapat menolong orang lain untuk lebih memahami isi Kitab Suci?

Ya Allah, terima kasih untuk Kitab Suci dan kesempatan berharga yang kami miliki untuk membagikannya kepada sesama.

Sumber: Our Daily Bread

Senin, 17 Maret 2025

LUPA?


Bacaan: Ulangan 6:1-12


NATS: Berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir (Ulangan 6:12)


Setelah mengisi bensin di Montgomery, Alabama, dan melanjutkan mengemudi selama lebih dari lima jam, barulah Sam menyadari bahwa ia telah meninggalkan seseorang, yaitu istrinya. Karena itu, di kota berikutnya ia meminta bantuan polisi untuk menemukan istrinya. Dengan sangat malu ia mengakui bahwa ia tidak menyadari hilangnya sang istri.


Sulit untuk dimengerti bagaimana Sam dapat melupakan istrinya, tetapi dalam hubungan kita dengan Allah, keadaan kita pun tak jauh berbeda. Kita sebenarnya seringkali lupa mengingat Dia yang telah menciptakan dan menebus kita.


Kita tak berbeda dengan umat Israel dalam Perjanjian Lama. Ketika berbicara kepada umat-Nya, Allah memberikan perintah-perintah berikut:


* Pusatkan perhatian pada tujuan hidup Anda dan tetaplah berpegang pada prioritas Anda (Ulangan 6:4-5).

* Jadikanlah Alkitab sebagai bagian dari pikiran, perasaan dan perbuatan Anda (ayat 6).

* Berbicaralah tentang Allah kepada anak-anak Anda dan carilah kesempatan untuk mengajar mereka tentang kasih-Nya (ayat 7).

* Tuliskan kata-kata yang akan mengingatkan Anda kepada Allah dan taruhlah di tempat-tempat yang mudah terlihat (ayat 8-9).

* Sadarilah bahwa kebutuhan Anda akan Allah tak terbatas hanya pada saat Anda mengalami kesesakan atau bahaya. Nikmatilah dengan ucapan syukur bila Anda dikaruniai kesehatan dan kebahagiaan (ayat 10-11).


Satu-satunya cara untuk tetap mengingat Allah adalah dengan mengakui Dia dan bersekutu dengan-Nya setiap hari --MRDII


JIKA ALLAH TAMPAK SEMAKIN JAUH COBA TERKA SIAPA YANG MENJAUH?


Sumber: Renungan Harian

Minggu, 16 Maret 2025

Untuk Perubahan Hidup, Ubah Pemikiran Anda


Bacaan Hari ini:

Mazmur 1:1-3 “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”


Jika Anda ingin mengubah hidup Anda, mulailah dengan mengubah cara pikir Anda.


Mengubah pemikiran Anda ialah kunci dari awal yang baru, dalam bidang apa pun—hobi, karier, hubungan, pernikahan, atau pola asuh anak. Efesus 4:23 mengatakan, “Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu.”


Apa yang dimaksud dengan roh dan pikiran yang dibaharui? Itu artinya Anda memiliki pemikiran dan sikap yang baru. Itu artinya Anda menyerahkan sikap dan pemikiran yang salah kepada Tuhan, dan “berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2).


Perbarui pemikiran Anda dengan melakukan dua hal berikut:


Pertama, dengarkan Firman Tuhan lebih dari dunia ini. Alkitab mengatakan, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mazmur 1:1-3). Apakah Anda ingin karakteristik tersebut menjadi kenyataan dalam hidup Anda? Jika demikian, renungkanlah Firman Tuhan setiap hari.


Kedua, pikirkan tentang pemikiran Anda. Alih-alih menerima begitu saja setiap pemikiran yang Anda punya, tantang pikiran Anda. Ketika Anda memiliki sebuah gagasan, ajukan pertanyaan-pertanyaan ini: Apakah saya mau memikirkan hal ini? Apakah ini benar? Apakah ini bermanfaat? —dan apakah saya ingin merasa seperti ini?


Alkitab mengajarkan kita untuk "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (lihat 2 Korintus 10:5).


Semua perasaan Anda ditimbulkan oleh pikiran Anda. Jika Anda tak suka dengan apa yang Anda rasakan, artinya Anda perlu mengubah cara pikir Anda. Semudah, buang pikiran yang menyebabkan Anda beperasaan buruk, lalu ganti itu dengan pikiran yang lain.


Alkitab berkata, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23).


Alih-alih memutar lagu lama berulang kali dalam pikiran Anda, lawanlah itu. Apa yang Anda pikirkan adalah pilihan Anda, maka, Anda tak perlu mempercayai setiap ide atau pemikiran yang Anda miliki. Ketika Anda menghadapi pemikiran yang Anda tahu tidak benar, pilihlah untuk mengubah apa yang Anda pikirkan! Anda dapat menggantinya dengan kebenaran Tuhan.


Satu-satunya cara untuk mengetahui mana yang benar yaitu dengan masuk ke dalam Firman Tuhan. Semakin banyak waktu yang Anda pilih untuk dihabiskan di dalam Firman Tuhan, semakin banyak kebenaran-Nya yang akan membantu Anda mengubah pemikiran-pemikiran Anda.


Renungkan hal ini:

- Apakah Anda ingin punya kendali atas pikiran Anda? Mengapa atau mengapa tidak?

- Mengapa menghafal ayat-ayat Alkitab itu penting ketika Anda hendak mengubah pemikiran Anda?

- Pemikiran-pemikiran apa yang terus berputar di benak Anda yang harus Anda lawan dan tantang? Bagaimana Anda akan membuat pemikiran itu tunduk kepada Kristus?


Mulailah mengubah pemikiran Anda hari ini. Itu akan memberi Anda sebuah awal yang baru, dan akhirnya akan mengubah hidup Anda!


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Sabtu, 15 Maret 2025

Selalu Ada Kekuatan Baru di Tengah Kelelahan
Ayat Renungan: Yesaya 40: 31 - "…tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
 
Dalam kesibukan harian kita, baik di rumah maupun di tempat pekerjaan, kita sering diperhadapkan dengan tumpukan pekerjaan yang harus segera kita selesaikan. Sehingga menjadi sangat krusial untuk kita tetap fokus menyelesaikan target, bahkan sampai harus bekerja lembur sampai larut malam. 
Ketika tuntunan pekerjaan itu selesai, kita akan mulai menghela nafas panjang dan berkata “Ah lelah sekali. Ini waktunya untuk bersantai!” Lalu kita mulai menikmati masa-masa santai yang nyaman, seperti menonton YouTube atau drama Korea, scrolling TikTok atau Instagram, atau mulai ngobrol sana sini untuk melepaskan semua rasa lelah itu. 

Mengambil waktu untuk berlibur setelah lelah bekerja adalah kebutuhan yang memang harus dilakukan. Tetapi menjadi hal yang kurang wajar jika kita mulai menghabiskan lebih banyak waktu untuk tinggal di dalam kenyamanan sepanjang waktu.

Seorang nabi Perjanjian Lama bernama Yesaya menyampaikan kepada kita pagi ini tentang bagaimana sebenarnya Tuhan ikut campur di tengah masa-masa kelelahan atau kepenatan yang kita alami. Ia menyampaikan, “…tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40: 31).

Yesaya menegaskan bahwa setiap orang yang mau menunggu dengan tekun dan sabar akan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru bahkan saat mereka berlari mereka tidak lesu dan saat berjalan tidak menjadi lelah. Dalam artian, selelah apapun keadaan yang kita alami saat mengerjakan setiap tanggung jawab dan tuntutan dalam kehidupan, kekuatan kita tidak akan habis. Kelelahan kita akan terus digantikan dengan kekuatan baru dari Tuhan, yang adalah sumber kekuatan sejati (2 Korintus 12: 9).

Jadi, jika hari-hari ini Anda sedang mengalami hari atau musim yang melelahkan, mari terus cari wajah Tuhan dan minta agar Dia memperbaharui kekuatan kita. Jika selama ini kita memilih untuk mencari kenyamanan yang bersifat sementara, melalui renungan pagi ini kita tahu sumber untuk memperoleh kekuatan baru setiap hari. 
 
Momen Refleksi:
Hari ini, mari tuliskan apa saja yang saat ini tampaknya sedang menguras seluruh energi Anda. Lalu ungkapkan apa yang sedang Anda rasakan di dalam melalui kelelahan ini. Mari undang Roh Kudus untuk memberikan Anda kekuatan dan kesegaran baru di dalam melaluinya.

Sumber: Jawaban.com

Jumat, 14 Maret 2025

Damai Kristus


Allah memanggil kalian untuk menjadi anggota satu tubuh, supaya kalian hidup dalam kedamaian dari Kristus itu. –Kolose 3:15 (BIMK)


Ayat Bacaan & Wawasan :

Kolose 3:8-17


Apakah adu pendapat akan membawa hasil yang baik? Tidak akan pernah, ujar seorang pemimpin kota saat memperingatkan warga dari Taman Adirondack. Di wilayah itu sempat berlangsung perdebatan sengit yang dijuluki “Perang Adirondack” antara para aktivis lingkungan dan para pemilik usaha kecil. Julukan itu menggambarkan pergulatan kedua belah pihak untuk menyelamatkan atau mengembangkan kawasan hutan belantara yang masih murni di bagian utara New York.


“Pergi sana!” seru pemimpin komunitas setempat kepada seorang aktivis lingkungan. Namun, tak lama kemudian muncul sebuah pesan baru: “Mari hentikan perdebatan, dan mulailah berbicara baik-baik.” Maka dibentuklah suatu asosiasi bersama untuk menemukan titik temu dan membangun komunikasi antara kedua pihak yang berseteru. Diskusi antarwarga yang efektif akhirnya menghasilkan kemajuan—hampir sejuta hektar lahan liar berhasil dikembangkan, dengan kota-kota di kawasan Adirondack berkembang lebih pesat daripada 20 tahun terakhir.


Hidup berdampingan dengan damai adalah sebuah permulaan, tetapi Paulus mengajarkan jalan yang lebih baik. Kepada orang-orang yang baru percaya di Kolose, ia berkata, “Buanglah . . . marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu” (Kol. 3:8). Paulus mendorong mereka untuk mengganti cara hidup lama dengan natur baru dalam Kristus: “Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (ay. 12).


Undangan ini ditawarkan kepada semua orang percaya hari ini: lepaskanlah hidup lama yang suka bertengkar dan gantikanlah dengan hidup baru di dalam Kristus. “Allah memanggil kalian untuk menjadi anggota satu tubuh, supaya kalian hidup dalam kedamaian dari Kristus itu” (ay. 15 BIMK). Lalu, dalam kedamaian yang kita alami, dunia akan dapat melihat Yesus.


Oleh:  Patricia Raybon


Renungkan dan Doakan

Siapa yang perlu Anda ampuni hari ini? Dengan siapa Anda perlu berdamai?


Ya Allah, saat hidupku yang lama dipenuhi amarah, berilah aku damai yang baru di dalam Engkau.


Sumber: Our Daily Bread


Kamis, 13 Maret 2025

Sikap Terhadap Kekayaan


Bacaan: 1 Timotius 6:17-21


Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi- 1 Timotius 6:18


John Wesley, tokoh gereja Methodis juga memiliki prinsip yang sama dalam hal pengelolaan keuangan. Ia menulis: Gain all that you can gain, save all that you can save, and give all that you can give (dapatkan semua yang bisa Anda dapatkan, simpan semua yang bisa Anda simpan, dan berikan semua yang bisa Anda berikan). Jadi, kekayaan bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya alat untuk melakukan kebaikan bagi sesama dan membawa kemuliaan bagi Allah.


Dalam 1 Timotius 6:17-21, Rasul Paulus memberikan dua instruksi terkait dengan sikap orang percaya terhadap kekayaan. Pertama, hidup mengandalkan Tuhan, bukan uang. “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan...” (ay. 17). Paulus memperingatkan orang kaya agar tidak tinggi hati atau sombong. Alasannya, karena harta adalah pemberian Allah. Karena itu, hendaklah orang kaya tidak menyombongkan harta yang dititipkan Allah kepadanya (Ams. 10:22). Kekayaan juga tidak kekal. Dalam Lukas 12:13-34, Yesus memberikan pengajaran serupa tentang pentingnya tidak terikat pada kekayaan duniawi karena kehidupan orang tidak ditentukan oleh jumlah harta yang dimilikinya, melainkan ditentukan oleh Tuhan.


Kedua, hidup menjadi penyalur berkat Tuhan. Melalui ayat emas, Paulus mengajarkan pentingnya orang kaya melakukan kebaikan, menjadi kaya dalam perbuatan baik dan kemurahan hati. Ini adalah tanggung jawab kita sebagai pengelola yang baik atas segala pemberian Allah. Dengan demikian, kita dapat mengalami kehidupan yang berlimpah dalam kasih dan pelayanan, sambil menempatkan harapan kita sepenuhnya pada Allah yang melimpahkan segala berkat.


Ketika kita menggunakan kekayaan dengan bijaksana dan memprioritaskan kebaikan dan pelayanan, kita sedang menabur benih yang akan menghasilkan buah yang kekal di surga (ay. 19). Investasi sejati adalah dalam hal-hal kekal dan tidak akan pernah terkikis oleh waktu atau keadaan. Kekayaan bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana yang harus digunakan untuk kesejahteraan sesama dan kemuliaan Allah. 


Berkomitmenlah menjadi pengelola yang bijaksana atas segala pemberian Allah. Dengan demikian, kita akan mengalami kekayaan sejati dalam hidup dan hidup kekal bersama Tuhan di surga.


Refleksi Diri:

Bagaimana sikap hati Anda terhadap kekayaan materi yang Tuhan titipkan? Apakah sudah sejalan dengan instruksi yang diberikan Paulus?


Bagaimana Anda mengelola dan menggunakan kekayaan materi dengan bijaksana dan bermakna sesuai dengan ajaran firman Tuhan?


Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Rabu, 12 Maret 2025

Untuk Bisa Bertumbuh, Pilihlah untuk Berubah


Bacaan Hari ini:

Efesus 4:22 “Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan.”


Perubahan membutuhkan pengambilan pilihan. Tak cukup hanya bermimpi untuk berubah. Tak cukup hanya menginginkan perubahan. Untuk bisa berubah, Anda perlu mengambil keputusan. Anda harus memilih untuk berubah.


Perubahan adalah sesuatu yang dipikirkan dengan matang. Apakah Anda akan menjadi berbeda enam bulan ke depan? Apakah Anda akan menjadi lebih baik setahun dari sekarang? Apakah Anda akan menjadi lebih sehat, lebih kuat, dan lebih dewasa? Apakah Anda akan menjadi lebih bahagia? Apakah Anda akan memiliki lebih sedikit utang? Apakah Anda akan semakin menjadi seperti yang Tuhan kehendaki?


Saya dapat memberi tahu Anda jawabannya sekarang: Perubahan-perubahan ini hanya akan terjadi bila Anda memilih untuk berubah—karena perubahan tidak terjadi secara kebetulan.


Perubahan membutuhkan pilihan.


Sering kali kita berpikir bahwa kita sedang menunggu Tuhan untuk mengubah kita. Tidak! Tuhan sedang menunggu Anda. Dia menunggu Anda untuk berkata, "Ya, Tuhan, aku bersedia membuat perubahan ini."


Untuk bisa bertumbuh, Anda perlu membuat pilihan yang dipertimbangkan dengan matang. Tidak ada pertumbuhan yang tanpa perubahan. Tidak ada perubahan yang tanpa kehilangan, dan tidak ada kehilangan tanpa rasa sakit. Jadi, jika Anda ingin bertumbuh, Anda harus berubah. Perubahan berarti Anda melepaskan beberapa hal lama untuk meraih beberapa hal baru.


Ini ibarat berayun di atas trapeze. Pemain trapeze berayun dari satu palang lalu harus mengulurkan tangan dan meraih palang lainnya. Di suatu titik, ia harus melepaskan palang pertama untuk meraih palang berikutnya, jika tidak, ia tidak akan berhasil mencapai ke seberang. Jika ia mencoba berpegangan pada keduanya, apa yang terjadi? Ia akan terjebak di tengah, dan jatuh.


Alkitab mengatakan, “Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan” (Efesus 4:22). Lepaskan dan percayalah bahwa Tuhan bekerja di dalam Anda. 


“Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13). 


Renungkan hal ini: 

- Perubahan apa yang telah Anda nantikan untuk Tuhan buat dalam diri Anda? Menurut Anda, apa tanggung jawab Anda untuk membuat perubahan itu terjadi?

- Bagaimana akuntabilitas orang percaya lainnya membantu Anda dalam membuat pilihan untuk berubah dan kemudian melaksanakannya dengan konsisten?

- Apa yang perlu Anda lakukan setelah memutuskan untuk berubah? Langkah-langkah apa yang akan membantu Anda melangkah maju?


Lepaskanlah kebiasaan lama itu, luka lama itu, pola lama itu dan dosa lama dalam hidup Anda—tanggalkanlah. 


(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)




Selasa, 11 Maret 2025

Sukacita dalam Memberi


Tabita . . . banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. –Kisah Para Rasul 9:36


Ayat Bacaan & Wawasan :

Kisah Para Rasul 9:36-43


Dalam suatu penerbangan berdurasi lima jam, seorang wanita dengan penuh semangat merajut sehelai baju hangat. Saat ia menggerak-gerakkan kait rajutnya, ia melihat seorang bayi berusia lima bulan terpesona oleh gerakannya. Wanita itu lalu mendapat ide: alih-alih menyelesaikan baju hangat itu, ia pun membuat topi untuk pengagum kecilnya itu. Namun, ia harus selesai membuatnya sebelum mereka mendarat—dan waktunya hanya satu jam! Ketika wanita itu menyerahkan topi kecil buatannya kepada ibu dari si bayi, seluruh keluarga menerimanya dengan sukacita, sementara para penumpang lain tersenyum gembira dan bertepuk tangan.


Hadiah kejutan sering kali diterima dengan sukacita. Baik itu hadiah yang kita butuhkan atau inginkan, lewat pemberian tersebut sang pemberi juga menunjukkan kebaikan Kristus kepada kita. Di antara jemaat mula-mula, Tabita dikenal sering membagikan pakaian dan “banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah” (Kis. 9:36). Saat ia meninggal dunia, para janda menunjukkan “semua baju dan pakaian, yang dibuat[nya] waktu ia masih hidup” (ay. 39). Mereka semua bersaksi tentang kebaikan hatinya dan bagaimana ia telah menyentuh hidup mereka.

Dalam sebuah peristiwa yang luar biasa, Petrus menghidupkan kembali Tabita dengan kuasa Roh Kudus (ay. 40). Tindakan Petrus membuat orang-orang yang mengasihi Tabita bersukacita—bahkan membawa banyak orang percaya kepada Kristus (ay. 42).


Perbuatan baik kita dapat menjadi salah satu kesaksian yang paling berkesan bagi orang lain. Dengan kecukupan yang Allah sediakan, marilah kita memberikan hadiah kejutan kepada seseorang hari ini.


Oleh:  Katara Patton


Renungkan dan Doakan

Hadiah apa yang dapat Anda bagikan kepada orang lain? Apa artinya bagi Anda untuk menerima kebaikan sesama?


Bapa Surgawi, ingatkanlah aku agar berbuat baik kepada orang lain, dengan membagikan talenta dan juga hartaku.


Sumber: Our Daily Bread

Senin, 10 Maret 2025

Sein Kanan, Belok Kiri


Bacaan: FILIPI 2:1-11


Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4)


Salah satu perilaku pengendara motor yang sering dikeluhkan para pengguna jalan ialah menyalakan lampu sein kanan, tetapi beloknya ke kiri. Atau sebaliknya, menyalakan sein kiri, tetapi berbelok ke kanan. Sekilas, perilaku ini terlihat sepele. Namun, sebenarnya sangat membahayakan. Lampu sein bertujuan memberi tanda atau isyarat bahwa si pengendara akan berbelok ke kanan atau ke kiri sehingga pengendara lain tidak menabraknya. Maka jika kita salah memberi isyarat, kecelakaan bisa terjadi. Yang rugi atau mengalami bahaya bukan hanya diri kita, melainkan orang lain juga.


Banyak orang bertindak tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain. Padahal, segala sesuatu yang kita perbuat tidak mungkin berdampak tunggal alias hanya berpengaruh pada diri sendiri. Ada yang berdampak kecil, tetapi ada juga yang berdampak sangat besar, baik itu secara positif ataupun secara negatif. Karenanya, kita hendaknya melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.


Itulah sebabnya bahwa dalam kehidupan bersama, kita tidak boleh bertindak sesuka hati. Hanya demi kesenangan pribadi. Namun, juga memperhatikan orang lain. Apakah mereka akan merasa aman, nyaman, atau gembira karena tindakan kita? Atau sebaliknya, mereka merasa terancam, berada dalam bahaya, atau menjadi susah karena kita? Itulah yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada jemaat Filipi. Ketika melakukan sesuatu, pikirkanlah orang lain juga. Itulah tandanya kita hidup dalam kasih. Itu yang Kristus teladankan bagi kita. Dia rela meninggalkan kemuliaan-Nya demi menyelamatkan para pendosa. Kiranya kita mengikuti teladan-Nya. --HT/www.renunganharian.net


SEGALA TINDAK TANDUK KITA PASTI BERDAMPAK BAGI ORANG LAIN, 

KIRANYA HIDUP KITA MEMANCARKAN KEBAIKAN DAN DAMAI KRISTUS.

Minggu, 09 Maret 2025

Tertanam dalam Firman, Berbuah dalam Kehidupan

Ayat Renungan: Yohanes 15: 7-8  “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

 

Berapa banyak diantara kita yang sudah berulang kali membaca Firman Tuhan tetapi tetap saja belum bisa memahami maknanya? Kita pasti pernah mengalaminya. Kalau dari pengalaman saya pribadi, biasanya kondisi ini terjadi karena biasanya saat membaca Firman pikiran saya tidak fokus. Jadi menjadi sulit untuk menangkap pesan yang Tuhan ingin sampaikan kepada saya, sampai pada akhirnya sama sekali tidak ada yang terjadi. 


Lalu saya mulai membaca Yohanes 15: 7-8. Yesus dengan jelas menekankan bahwa kunci supaya Firman-Nya bekerja dan berbuah di dalam hidup kita adalah ketika kita lebih dulu tertanam dalam. Artinya kita memusatkan fokus dan pikiran kita kepada setiap kebenaran Tuhan dan membiarkannya masuk ke dalam hati kita dan bertumbuh.

Saat Firman Tuhan bertumbuh di dalam kita, maka salah satu dampak yang akan kita alami adalah doa-doa kita dipenuhi kuasa dan otoritas. Jadi, prosesnya adalah saat kita menaruh pikiran dan fokus kita untuk memahami Firman-Nya, maka Firman-Nya akan merasuk ke dalam hati kita dan membangun iman kita, lalu saat kita berdoa Firman-Nya akan bergema dan mendatangkan kuasa. Dengan begitu, apapun yang kita doakan adalah doa-doa yang selaras dengan hati Tuhan. Hingga pada akhirnya hidup kita akan menghasilkan banyak buah.


Jika Anda ingin mengalami bagaimana Tuhan bekerja melalui doa-doa dan hidup Anda, mari memulainya dengan bergaul karib lebih dulu dengan Firman-Nya. Yosua 1:8 mengingatkan kita untuk tidak hanya membaca Firman, tetapi juga merenungkannya siang dan malam agar kita bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan dan mengalami keberhasilan. Biarkan kebenaran-Nya merasuk ke dalam hati dan pikiran Anda serta mentransformasi hidup Anda. Tentu akan ada penghalang yang membuat Anda sulit fokus kepada Firman-Nya, tetapi mintalah Roh Kudus menolong Anda dan memberikan pengertian untuk mengungkapkan kebenaran yang membangun hidup Anda.

 

Momen Refleksi:

Luangkan 5-10 menit setiap pagi untuk membaca dan merenungkan satu ayat. Kemudian mulai uraikan apa pesan tersirat yang Tuhan ingin sampaikan kepada Anda melalui ayat tersebut dan jadikan pesan itu sebagai rhema yang menuntun Anda menjalani hari.


Sumber: Jawaban.com 

Sabtu, 08 Maret 2025

SIAPA YANG MEMEGANG KENDALI?


Bacaan: Roma 8:1-14


NATS: Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Roma 8:14)


Pada hakikatnya, kita semua mempunyai keinginan untuk mengendalikan dunia kita. Sejak kecil kita cenderung ingin berjalan sendiri dengan bebas, mencoba mengendalikan situasi, masa depan, orang-orang, dan bahkan Allah, jika itu memungkinkan. Namun karena itu mustahil bagi kita, kita menjadi frustrasi, bersikap memusuhi dan mengkritik.


Kebutuhan kita untuk dapat mengendalikan segalanya berakar dari rasa cinta-diri yang berlebihan. Sebagai contoh, ketika orang-orang yang kita kasihi jatuh sakit, kita sering menginginkan mereka sembuh supaya kita dapat beristirahat dan tidak perlu mengkuatirkan mereka lagi. "Memang itulah yang kerap terjadi," kata seorang pengajar Alkitab, "kita terlalu mencintai diri sendiri!"


Dalam Roma 8, Rasul Paulus menyebut keegoisan ini sebagai "daging." Secara alami kita hidup seolah berutang ketaatan kepada daging. Paulus mengingatkan kita dalam ayat 12 bahwa sebenarnya tidaklah demikian. Ia kemudian menawarkan alternatif yang efektif: Kita dapat dipimpin dan dikendalikan oleh Roh Allah (ayat 14). Mungkin kita takut menyerahkan kendali hidup kita kepada Allah, namun seharusnya tidak perlu demikian. Kendali manusia membelenggu kita; tetapi kendali Allah memerdekakan kita. Kendali manusia memaksakan hasil dengan segera; tetapi kendali Allah mengizinkan adanya proses perubahan seumur hidup.


Adakah Anda terlalu mencintai diri sendiri? Mengapa Anda tidak menyerahkan kendali hidup Anda kepada Allah? Mintalah Dia untuk mengubahkan dan menolong Anda agar dapat mengasihi Dia dan sesama --JEY


The Spirit wants to fill us with

His blessing and His grace

If we will let Him take control

And have His rightful place. --Sherbert


BERADA DI BAWAH KENDALI KRISTUS BERARTI MEMILIKI KEMERDEKAAN SEJATI


Sumber: Renungan Harian