Bertumbuh bersama melalui firman Tuhan dan rasakan pengalaman berjalan bersama Tuhan setiap hari
Senin, 31 Maret 2025
Minggu, 30 Maret 2025
Sabtu, 29 Maret 2025
Jumat, 28 Maret 2025
Kamis, 27 Maret 2025
Rabu, 26 Maret 2025
Selasa, 25 Maret 2025
Senin, 24 Maret 2025
Minggu, 23 Maret 2025
Sabtu, 22 Maret 2025
Jumat, 21 Maret 2025
Kamis, 20 Maret 2025
Rabu, 19 Maret 2025
Selasa, 18 Maret 2025
Senin, 17 Maret 2025
LUPA?
Bacaan: Ulangan 6:1-12
NATS: Berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir (Ulangan 6:12)
Setelah mengisi bensin di Montgomery, Alabama, dan melanjutkan mengemudi selama lebih dari lima jam, barulah Sam menyadari bahwa ia telah meninggalkan seseorang, yaitu istrinya. Karena itu, di kota berikutnya ia meminta bantuan polisi untuk menemukan istrinya. Dengan sangat malu ia mengakui bahwa ia tidak menyadari hilangnya sang istri.
Sulit untuk dimengerti bagaimana Sam dapat melupakan istrinya, tetapi dalam hubungan kita dengan Allah, keadaan kita pun tak jauh berbeda. Kita sebenarnya seringkali lupa mengingat Dia yang telah menciptakan dan menebus kita.
Kita tak berbeda dengan umat Israel dalam Perjanjian Lama. Ketika berbicara kepada umat-Nya, Allah memberikan perintah-perintah berikut:
* Pusatkan perhatian pada tujuan hidup Anda dan tetaplah berpegang pada prioritas Anda (Ulangan 6:4-5).
* Jadikanlah Alkitab sebagai bagian dari pikiran, perasaan dan perbuatan Anda (ayat 6).
* Berbicaralah tentang Allah kepada anak-anak Anda dan carilah kesempatan untuk mengajar mereka tentang kasih-Nya (ayat 7).
* Tuliskan kata-kata yang akan mengingatkan Anda kepada Allah dan taruhlah di tempat-tempat yang mudah terlihat (ayat 8-9).
* Sadarilah bahwa kebutuhan Anda akan Allah tak terbatas hanya pada saat Anda mengalami kesesakan atau bahaya. Nikmatilah dengan ucapan syukur bila Anda dikaruniai kesehatan dan kebahagiaan (ayat 10-11).
Satu-satunya cara untuk tetap mengingat Allah adalah dengan mengakui Dia dan bersekutu dengan-Nya setiap hari --MRDII
JIKA ALLAH TAMPAK SEMAKIN JAUH COBA TERKA SIAPA YANG MENJAUH?
Sumber: Renungan Harian
Minggu, 16 Maret 2025
Untuk Perubahan Hidup, Ubah Pemikiran Anda
Bacaan Hari ini:
Mazmur 1:1-3 “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
Jika Anda ingin mengubah hidup Anda, mulailah dengan mengubah cara pikir Anda.
Mengubah pemikiran Anda ialah kunci dari awal yang baru, dalam bidang apa pun—hobi, karier, hubungan, pernikahan, atau pola asuh anak. Efesus 4:23 mengatakan, “Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu.”
Apa yang dimaksud dengan roh dan pikiran yang dibaharui? Itu artinya Anda memiliki pemikiran dan sikap yang baru. Itu artinya Anda menyerahkan sikap dan pemikiran yang salah kepada Tuhan, dan “berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2).
Perbarui pemikiran Anda dengan melakukan dua hal berikut:
Pertama, dengarkan Firman Tuhan lebih dari dunia ini. Alkitab mengatakan, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mazmur 1:1-3). Apakah Anda ingin karakteristik tersebut menjadi kenyataan dalam hidup Anda? Jika demikian, renungkanlah Firman Tuhan setiap hari.
Kedua, pikirkan tentang pemikiran Anda. Alih-alih menerima begitu saja setiap pemikiran yang Anda punya, tantang pikiran Anda. Ketika Anda memiliki sebuah gagasan, ajukan pertanyaan-pertanyaan ini: Apakah saya mau memikirkan hal ini? Apakah ini benar? Apakah ini bermanfaat? —dan apakah saya ingin merasa seperti ini?
Alkitab mengajarkan kita untuk "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (lihat 2 Korintus 10:5).
Semua perasaan Anda ditimbulkan oleh pikiran Anda. Jika Anda tak suka dengan apa yang Anda rasakan, artinya Anda perlu mengubah cara pikir Anda. Semudah, buang pikiran yang menyebabkan Anda beperasaan buruk, lalu ganti itu dengan pikiran yang lain.
Alkitab berkata, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23).
Alih-alih memutar lagu lama berulang kali dalam pikiran Anda, lawanlah itu. Apa yang Anda pikirkan adalah pilihan Anda, maka, Anda tak perlu mempercayai setiap ide atau pemikiran yang Anda miliki. Ketika Anda menghadapi pemikiran yang Anda tahu tidak benar, pilihlah untuk mengubah apa yang Anda pikirkan! Anda dapat menggantinya dengan kebenaran Tuhan.
Satu-satunya cara untuk mengetahui mana yang benar yaitu dengan masuk ke dalam Firman Tuhan. Semakin banyak waktu yang Anda pilih untuk dihabiskan di dalam Firman Tuhan, semakin banyak kebenaran-Nya yang akan membantu Anda mengubah pemikiran-pemikiran Anda.
Renungkan hal ini:
- Apakah Anda ingin punya kendali atas pikiran Anda? Mengapa atau mengapa tidak?
- Mengapa menghafal ayat-ayat Alkitab itu penting ketika Anda hendak mengubah pemikiran Anda?
- Pemikiran-pemikiran apa yang terus berputar di benak Anda yang harus Anda lawan dan tantang? Bagaimana Anda akan membuat pemikiran itu tunduk kepada Kristus?
Mulailah mengubah pemikiran Anda hari ini. Itu akan memberi Anda sebuah awal yang baru, dan akhirnya akan mengubah hidup Anda!
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
Sabtu, 15 Maret 2025
Jumat, 14 Maret 2025
Damai Kristus
Allah memanggil kalian untuk menjadi anggota satu tubuh, supaya kalian hidup dalam kedamaian dari Kristus itu. –Kolose 3:15 (BIMK)
Ayat Bacaan & Wawasan :
Kolose 3:8-17
Apakah adu pendapat akan membawa hasil yang baik? Tidak akan pernah, ujar seorang pemimpin kota saat memperingatkan warga dari Taman Adirondack. Di wilayah itu sempat berlangsung perdebatan sengit yang dijuluki “Perang Adirondack” antara para aktivis lingkungan dan para pemilik usaha kecil. Julukan itu menggambarkan pergulatan kedua belah pihak untuk menyelamatkan atau mengembangkan kawasan hutan belantara yang masih murni di bagian utara New York.
“Pergi sana!” seru pemimpin komunitas setempat kepada seorang aktivis lingkungan. Namun, tak lama kemudian muncul sebuah pesan baru: “Mari hentikan perdebatan, dan mulailah berbicara baik-baik.” Maka dibentuklah suatu asosiasi bersama untuk menemukan titik temu dan membangun komunikasi antara kedua pihak yang berseteru. Diskusi antarwarga yang efektif akhirnya menghasilkan kemajuan—hampir sejuta hektar lahan liar berhasil dikembangkan, dengan kota-kota di kawasan Adirondack berkembang lebih pesat daripada 20 tahun terakhir.
Hidup berdampingan dengan damai adalah sebuah permulaan, tetapi Paulus mengajarkan jalan yang lebih baik. Kepada orang-orang yang baru percaya di Kolose, ia berkata, “Buanglah . . . marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu” (Kol. 3:8). Paulus mendorong mereka untuk mengganti cara hidup lama dengan natur baru dalam Kristus: “Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (ay. 12).
Undangan ini ditawarkan kepada semua orang percaya hari ini: lepaskanlah hidup lama yang suka bertengkar dan gantikanlah dengan hidup baru di dalam Kristus. “Allah memanggil kalian untuk menjadi anggota satu tubuh, supaya kalian hidup dalam kedamaian dari Kristus itu” (ay. 15 BIMK). Lalu, dalam kedamaian yang kita alami, dunia akan dapat melihat Yesus.
Oleh: Patricia Raybon
Renungkan dan Doakan
Siapa yang perlu Anda ampuni hari ini? Dengan siapa Anda perlu berdamai?
Ya Allah, saat hidupku yang lama dipenuhi amarah, berilah aku damai yang baru di dalam Engkau.
Sumber: Our Daily Bread
Kamis, 13 Maret 2025
Sikap Terhadap Kekayaan
Bacaan: 1 Timotius 6:17-21
Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi- 1 Timotius 6:18
John Wesley, tokoh gereja Methodis juga memiliki prinsip yang sama dalam hal pengelolaan keuangan. Ia menulis: Gain all that you can gain, save all that you can save, and give all that you can give (dapatkan semua yang bisa Anda dapatkan, simpan semua yang bisa Anda simpan, dan berikan semua yang bisa Anda berikan). Jadi, kekayaan bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya alat untuk melakukan kebaikan bagi sesama dan membawa kemuliaan bagi Allah.
Dalam 1 Timotius 6:17-21, Rasul Paulus memberikan dua instruksi terkait dengan sikap orang percaya terhadap kekayaan. Pertama, hidup mengandalkan Tuhan, bukan uang. “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan...” (ay. 17). Paulus memperingatkan orang kaya agar tidak tinggi hati atau sombong. Alasannya, karena harta adalah pemberian Allah. Karena itu, hendaklah orang kaya tidak menyombongkan harta yang dititipkan Allah kepadanya (Ams. 10:22). Kekayaan juga tidak kekal. Dalam Lukas 12:13-34, Yesus memberikan pengajaran serupa tentang pentingnya tidak terikat pada kekayaan duniawi karena kehidupan orang tidak ditentukan oleh jumlah harta yang dimilikinya, melainkan ditentukan oleh Tuhan.
Kedua, hidup menjadi penyalur berkat Tuhan. Melalui ayat emas, Paulus mengajarkan pentingnya orang kaya melakukan kebaikan, menjadi kaya dalam perbuatan baik dan kemurahan hati. Ini adalah tanggung jawab kita sebagai pengelola yang baik atas segala pemberian Allah. Dengan demikian, kita dapat mengalami kehidupan yang berlimpah dalam kasih dan pelayanan, sambil menempatkan harapan kita sepenuhnya pada Allah yang melimpahkan segala berkat.
Ketika kita menggunakan kekayaan dengan bijaksana dan memprioritaskan kebaikan dan pelayanan, kita sedang menabur benih yang akan menghasilkan buah yang kekal di surga (ay. 19). Investasi sejati adalah dalam hal-hal kekal dan tidak akan pernah terkikis oleh waktu atau keadaan. Kekayaan bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana yang harus digunakan untuk kesejahteraan sesama dan kemuliaan Allah.
Berkomitmenlah menjadi pengelola yang bijaksana atas segala pemberian Allah. Dengan demikian, kita akan mengalami kekayaan sejati dalam hidup dan hidup kekal bersama Tuhan di surga.
Refleksi Diri:
Bagaimana sikap hati Anda terhadap kekayaan materi yang Tuhan titipkan? Apakah sudah sejalan dengan instruksi yang diberikan Paulus?
Bagaimana Anda mengelola dan menggunakan kekayaan materi dengan bijaksana dan bermakna sesuai dengan ajaran firman Tuhan?
Sumber: Renungan GII Hok Im Tong
Rabu, 12 Maret 2025
Untuk Bisa Bertumbuh, Pilihlah untuk Berubah
Bacaan Hari ini:
Efesus 4:22 “Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan.”
Perubahan membutuhkan pengambilan pilihan. Tak cukup hanya bermimpi untuk berubah. Tak cukup hanya menginginkan perubahan. Untuk bisa berubah, Anda perlu mengambil keputusan. Anda harus memilih untuk berubah.
Perubahan adalah sesuatu yang dipikirkan dengan matang. Apakah Anda akan menjadi berbeda enam bulan ke depan? Apakah Anda akan menjadi lebih baik setahun dari sekarang? Apakah Anda akan menjadi lebih sehat, lebih kuat, dan lebih dewasa? Apakah Anda akan menjadi lebih bahagia? Apakah Anda akan memiliki lebih sedikit utang? Apakah Anda akan semakin menjadi seperti yang Tuhan kehendaki?
Saya dapat memberi tahu Anda jawabannya sekarang: Perubahan-perubahan ini hanya akan terjadi bila Anda memilih untuk berubah—karena perubahan tidak terjadi secara kebetulan.
Perubahan membutuhkan pilihan.
Sering kali kita berpikir bahwa kita sedang menunggu Tuhan untuk mengubah kita. Tidak! Tuhan sedang menunggu Anda. Dia menunggu Anda untuk berkata, "Ya, Tuhan, aku bersedia membuat perubahan ini."
Untuk bisa bertumbuh, Anda perlu membuat pilihan yang dipertimbangkan dengan matang. Tidak ada pertumbuhan yang tanpa perubahan. Tidak ada perubahan yang tanpa kehilangan, dan tidak ada kehilangan tanpa rasa sakit. Jadi, jika Anda ingin bertumbuh, Anda harus berubah. Perubahan berarti Anda melepaskan beberapa hal lama untuk meraih beberapa hal baru.
Ini ibarat berayun di atas trapeze. Pemain trapeze berayun dari satu palang lalu harus mengulurkan tangan dan meraih palang lainnya. Di suatu titik, ia harus melepaskan palang pertama untuk meraih palang berikutnya, jika tidak, ia tidak akan berhasil mencapai ke seberang. Jika ia mencoba berpegangan pada keduanya, apa yang terjadi? Ia akan terjebak di tengah, dan jatuh.
Alkitab mengatakan, “Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan” (Efesus 4:22). Lepaskan dan percayalah bahwa Tuhan bekerja di dalam Anda.
“Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13).
Renungkan hal ini:
- Perubahan apa yang telah Anda nantikan untuk Tuhan buat dalam diri Anda? Menurut Anda, apa tanggung jawab Anda untuk membuat perubahan itu terjadi?
- Bagaimana akuntabilitas orang percaya lainnya membantu Anda dalam membuat pilihan untuk berubah dan kemudian melaksanakannya dengan konsisten?
- Apa yang perlu Anda lakukan setelah memutuskan untuk berubah? Langkah-langkah apa yang akan membantu Anda melangkah maju?
Lepaskanlah kebiasaan lama itu, luka lama itu, pola lama itu dan dosa lama dalam hidup Anda—tanggalkanlah.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
Selasa, 11 Maret 2025
Sukacita dalam Memberi
Tabita . . . banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. –Kisah Para Rasul 9:36
Ayat Bacaan & Wawasan :
Kisah Para Rasul 9:36-43
Dalam suatu penerbangan berdurasi lima jam, seorang wanita dengan penuh semangat merajut sehelai baju hangat. Saat ia menggerak-gerakkan kait rajutnya, ia melihat seorang bayi berusia lima bulan terpesona oleh gerakannya. Wanita itu lalu mendapat ide: alih-alih menyelesaikan baju hangat itu, ia pun membuat topi untuk pengagum kecilnya itu. Namun, ia harus selesai membuatnya sebelum mereka mendarat—dan waktunya hanya satu jam! Ketika wanita itu menyerahkan topi kecil buatannya kepada ibu dari si bayi, seluruh keluarga menerimanya dengan sukacita, sementara para penumpang lain tersenyum gembira dan bertepuk tangan.
Hadiah kejutan sering kali diterima dengan sukacita. Baik itu hadiah yang kita butuhkan atau inginkan, lewat pemberian tersebut sang pemberi juga menunjukkan kebaikan Kristus kepada kita. Di antara jemaat mula-mula, Tabita dikenal sering membagikan pakaian dan “banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah” (Kis. 9:36). Saat ia meninggal dunia, para janda menunjukkan “semua baju dan pakaian, yang dibuat[nya] waktu ia masih hidup” (ay. 39). Mereka semua bersaksi tentang kebaikan hatinya dan bagaimana ia telah menyentuh hidup mereka.
Dalam sebuah peristiwa yang luar biasa, Petrus menghidupkan kembali Tabita dengan kuasa Roh Kudus (ay. 40). Tindakan Petrus membuat orang-orang yang mengasihi Tabita bersukacita—bahkan membawa banyak orang percaya kepada Kristus (ay. 42).
Perbuatan baik kita dapat menjadi salah satu kesaksian yang paling berkesan bagi orang lain. Dengan kecukupan yang Allah sediakan, marilah kita memberikan hadiah kejutan kepada seseorang hari ini.
Oleh: Katara Patton
Renungkan dan Doakan
Hadiah apa yang dapat Anda bagikan kepada orang lain? Apa artinya bagi Anda untuk menerima kebaikan sesama?
Bapa Surgawi, ingatkanlah aku agar berbuat baik kepada orang lain, dengan membagikan talenta dan juga hartaku.
Sumber: Our Daily Bread
Senin, 10 Maret 2025
Sein Kanan, Belok Kiri
Bacaan: FILIPI 2:1-11
Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4)
Salah satu perilaku pengendara motor yang sering dikeluhkan para pengguna jalan ialah menyalakan lampu sein kanan, tetapi beloknya ke kiri. Atau sebaliknya, menyalakan sein kiri, tetapi berbelok ke kanan. Sekilas, perilaku ini terlihat sepele. Namun, sebenarnya sangat membahayakan. Lampu sein bertujuan memberi tanda atau isyarat bahwa si pengendara akan berbelok ke kanan atau ke kiri sehingga pengendara lain tidak menabraknya. Maka jika kita salah memberi isyarat, kecelakaan bisa terjadi. Yang rugi atau mengalami bahaya bukan hanya diri kita, melainkan orang lain juga.
Banyak orang bertindak tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain. Padahal, segala sesuatu yang kita perbuat tidak mungkin berdampak tunggal alias hanya berpengaruh pada diri sendiri. Ada yang berdampak kecil, tetapi ada juga yang berdampak sangat besar, baik itu secara positif ataupun secara negatif. Karenanya, kita hendaknya melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Itulah sebabnya bahwa dalam kehidupan bersama, kita tidak boleh bertindak sesuka hati. Hanya demi kesenangan pribadi. Namun, juga memperhatikan orang lain. Apakah mereka akan merasa aman, nyaman, atau gembira karena tindakan kita? Atau sebaliknya, mereka merasa terancam, berada dalam bahaya, atau menjadi susah karena kita? Itulah yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada jemaat Filipi. Ketika melakukan sesuatu, pikirkanlah orang lain juga. Itulah tandanya kita hidup dalam kasih. Itu yang Kristus teladankan bagi kita. Dia rela meninggalkan kemuliaan-Nya demi menyelamatkan para pendosa. Kiranya kita mengikuti teladan-Nya. --HT/www.renunganharian.net
SEGALA TINDAK TANDUK KITA PASTI BERDAMPAK BAGI ORANG LAIN,
KIRANYA HIDUP KITA MEMANCARKAN KEBAIKAN DAN DAMAI KRISTUS.
Minggu, 09 Maret 2025
Tertanam dalam Firman, Berbuah dalam Kehidupan
Ayat Renungan: Yohanes 15: 7-8 “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”
Berapa banyak diantara kita yang sudah berulang kali membaca Firman Tuhan tetapi tetap saja belum bisa memahami maknanya? Kita pasti pernah mengalaminya. Kalau dari pengalaman saya pribadi, biasanya kondisi ini terjadi karena biasanya saat membaca Firman pikiran saya tidak fokus. Jadi menjadi sulit untuk menangkap pesan yang Tuhan ingin sampaikan kepada saya, sampai pada akhirnya sama sekali tidak ada yang terjadi.
Lalu saya mulai membaca Yohanes 15: 7-8. Yesus dengan jelas menekankan bahwa kunci supaya Firman-Nya bekerja dan berbuah di dalam hidup kita adalah ketika kita lebih dulu tertanam dalam. Artinya kita memusatkan fokus dan pikiran kita kepada setiap kebenaran Tuhan dan membiarkannya masuk ke dalam hati kita dan bertumbuh.
Saat Firman Tuhan bertumbuh di dalam kita, maka salah satu dampak yang akan kita alami adalah doa-doa kita dipenuhi kuasa dan otoritas. Jadi, prosesnya adalah saat kita menaruh pikiran dan fokus kita untuk memahami Firman-Nya, maka Firman-Nya akan merasuk ke dalam hati kita dan membangun iman kita, lalu saat kita berdoa Firman-Nya akan bergema dan mendatangkan kuasa. Dengan begitu, apapun yang kita doakan adalah doa-doa yang selaras dengan hati Tuhan. Hingga pada akhirnya hidup kita akan menghasilkan banyak buah.
Jika Anda ingin mengalami bagaimana Tuhan bekerja melalui doa-doa dan hidup Anda, mari memulainya dengan bergaul karib lebih dulu dengan Firman-Nya. Yosua 1:8 mengingatkan kita untuk tidak hanya membaca Firman, tetapi juga merenungkannya siang dan malam agar kita bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan dan mengalami keberhasilan. Biarkan kebenaran-Nya merasuk ke dalam hati dan pikiran Anda serta mentransformasi hidup Anda. Tentu akan ada penghalang yang membuat Anda sulit fokus kepada Firman-Nya, tetapi mintalah Roh Kudus menolong Anda dan memberikan pengertian untuk mengungkapkan kebenaran yang membangun hidup Anda.
Momen Refleksi:
Luangkan 5-10 menit setiap pagi untuk membaca dan merenungkan satu ayat. Kemudian mulai uraikan apa pesan tersirat yang Tuhan ingin sampaikan kepada Anda melalui ayat tersebut dan jadikan pesan itu sebagai rhema yang menuntun Anda menjalani hari.
Sumber: Jawaban.com
Sabtu, 08 Maret 2025
SIAPA YANG MEMEGANG KENDALI?
Bacaan: Roma 8:1-14
NATS: Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Roma 8:14)
Pada hakikatnya, kita semua mempunyai keinginan untuk mengendalikan dunia kita. Sejak kecil kita cenderung ingin berjalan sendiri dengan bebas, mencoba mengendalikan situasi, masa depan, orang-orang, dan bahkan Allah, jika itu memungkinkan. Namun karena itu mustahil bagi kita, kita menjadi frustrasi, bersikap memusuhi dan mengkritik.
Kebutuhan kita untuk dapat mengendalikan segalanya berakar dari rasa cinta-diri yang berlebihan. Sebagai contoh, ketika orang-orang yang kita kasihi jatuh sakit, kita sering menginginkan mereka sembuh supaya kita dapat beristirahat dan tidak perlu mengkuatirkan mereka lagi. "Memang itulah yang kerap terjadi," kata seorang pengajar Alkitab, "kita terlalu mencintai diri sendiri!"
Dalam Roma 8, Rasul Paulus menyebut keegoisan ini sebagai "daging." Secara alami kita hidup seolah berutang ketaatan kepada daging. Paulus mengingatkan kita dalam ayat 12 bahwa sebenarnya tidaklah demikian. Ia kemudian menawarkan alternatif yang efektif: Kita dapat dipimpin dan dikendalikan oleh Roh Allah (ayat 14). Mungkin kita takut menyerahkan kendali hidup kita kepada Allah, namun seharusnya tidak perlu demikian. Kendali manusia membelenggu kita; tetapi kendali Allah memerdekakan kita. Kendali manusia memaksakan hasil dengan segera; tetapi kendali Allah mengizinkan adanya proses perubahan seumur hidup.
Adakah Anda terlalu mencintai diri sendiri? Mengapa Anda tidak menyerahkan kendali hidup Anda kepada Allah? Mintalah Dia untuk mengubahkan dan menolong Anda agar dapat mengasihi Dia dan sesama --JEY
The Spirit wants to fill us with
His blessing and His grace
If we will let Him take control
And have His rightful place. --Sherbert
BERADA DI BAWAH KENDALI KRISTUS BERARTI MEMILIKI KEMERDEKAAN SEJATI
Sumber: Renungan Harian