Bertumbuh bersama melalui firman Tuhan dan rasakan pengalaman berjalan bersama Tuhan setiap hari
Minggu, 31 Oktober 2021
Sabtu, 30 Oktober 2021
Jumat, 29 Oktober 2021
Kamis, 28 Oktober 2021
Seperti Rumput Liar yang Tertutup Bunga, Demikian Juga Iri & Dengki Sering Tidak Terlihat
Galatia 5: 19-21 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Musim semi tahun ini adalah tahun dimana bunga-bunga di kebun kami mulai mekar. Seiring dengan mekarnya bunga-bunga yang indah, ada tanaman beracun yang merambat di antaranya. Tumbuhan ini berdaun tiga, begitulah yang dikatakan oleh pepatah. Jika berdaun tiga, biarkan saja.
Ada juga tiga hal beracun yang Alkitab katakan dan tumbuh dari daging kita yaitu kecemburuan, iri hati, dan perselisihan. Untuk kesehatan rohani kita, ketiga hal ini harus dihindari.
Dalam beberapa tahun terakhir, kami tidak memelihara hamparan bunga seperti yang biasa kami lakukan karena musim panas yang menyesakkan. Saya tidak begitu menyukai berkebun, namun istri saya sangat menyukainya. Karena saya mencintai istri saya, jadi saya mencoba membantunya berkebun.
Suatu hari kami melakukan aktivitas yang kurang menyenangkan tapi perlu dilakukan. Saat kami mencabut rumput liar, kami mengingat sesuatu yang telah kami pelajari dari tahun-tahun sebelumnya. Dalam berkebun, jika Anda tidak mencabut rumput liar hingga ke akarnya, mereka akan tumbuh lagi dalam beberapa bulan setelahnya.
Hal ini mengingatkan saya mengenai kedagingan manusia, kecemburuan, iri hati, dan perselisihan memiliki sumber akar, kesombongan. Thomas Aquinas berpikir kesombongan adalah penyebab dari setiap dosa lainnya. Itu bersembunyi di bawah permukaan seperti akar rumput liar, tumbuh menjadi tiga karakteristik yang memecah belah ini. Jika kesombongan tidak diatasi, tidak lama lagi taman rohani kita perlu disiangi lagi.
Setelah mengetahui ada tanaman beracun di kebun, kami mengambil pendekatan proaktif. Kami mengenakan pakaian dari kepala sampai kaki untuk melindungi diri dari minyak dari tanaman beracun. Strategi yang sama akan menjaga kita dari iri dan dengki. Perhatikan pemikiran atau kata-kata yang membandingkan Anda dengan apa yang dimiliki atau dapat dilakukan oleh orang lain.
CS Lewis pernah berkata, “Kebanggaan tidak didapatkan dari memiliki sesuatu, hanya karena Anda memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain. Itu adalah perbandingan yang membuat Anda merasa bangga.” Perbandingan adalah pupuk yang membuat emosi kita menjamur menjadi iri dan dengki.
Saya juga memperhatikan bahwa tanaman beracun pada dasarnya adalah tanaman merambat yang tumbuh di dekat tanah. Mereka sering tertutup dari pandangan karena daun dan bunga.
Demikian halnya dengan iri dan dengki. Mereka disembunyikan oleh hal-hal yang menyenangkan seperti sanjungan. Kita tidak menyadari maksud dari kata-kata atau sugesti karena dibungkus dengan hal-hal yang membuat kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri. Mereka menarik bagi kebanggaan kita, akar dari semua masalah kita.
Minyak dari tanaman beracun tidak selalu langsung muncul sebagai ruam. Ini bisa memakan waktu satu atau dua minggu untuk iritasi kulit ke permukaan.
Sama halnya dengan iri dan dengki, manifestasi lahiriah yang dapat memperingatkan kita seringkali tertunda. Jika pikiran yang memprovokasi karakteristik jahat ini tidak ditantang, pada saat muncul ke permukaan, mereka dapat tertanam dalam emosi dan pemikiran kita.
Akhirnya, setelah hari yang panjang, kami selesai. Kami melepas pakaian kami dan meletakkannya di tempat cuci kemudian langsung ke kamar mandi. Seperti kata pepatah lama, satu ons pencegahan bernilai satu pon pengobatan.
Seperti yang dikatakan Alkitab, kita menawan setiap pikiran untuk membuatnya taat kepada Kristus (2 Korintus 10:5). Jika kita tidak menawan pikiran kita, mereka akan menangkap kita.
Sumber: Jawaban.com
Rabu, 27 Oktober 2021
Selasa, 26 Oktober 2021
Diagnosa Kemalasan
Bacaan: AMSAL 26:13-16
Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja. (Amsal 21:25)
Kita tentu tidak mau hidup bersama seorang pembunuh, bukan? Akan tetapi, sadarkah bahwa kita sering kali hidup nyaman bersama pembunuh yang kejam? Pembunuh itu bernama kemalasan. Apa yang dibunuhnya? Semua kemungkinan kita untuk mencapai keberhasilan. Meskipun Anda memiliki pelbagai faktor yang dibutuhkan untuk berhasil tetapi bila Anda malas maka keberhasilan tidak akan menghampiri dirimu.
Bagaimana kita tahu bahwa kita sudah hidup dalam kemalasan? Amsal memberikan empat karakteristik orang yang malas. Pertama, si pemalas selalu menciptakan alasan yang tidak masuk akal untuk membenarkan kemalasannya (ay. 13). Kedua, si pemalas suka menunda suatu pekerjaan (ay. 14). Ketiga, si pemalas terbiasa tidak menyelesaikan tugas yang sudah dimulainya (ay. 15). Terakhir, si pemalas sering merasa diri paling benar dibandingkan orang lain (ay. 16).
Berdasarkan panduan dari Amsal ini, marilah kita memeriksa diri dengan teliti dan jujur. Apakah kita sudah bersahabat dan bahkan dikuasai oleh kemalasan? Bertobatlah dari kemalasan sebelum Anda menyesal karena sudah membuang banyak kesempatan berharga untuk berhasil tanpa bisa memperolehnya kembali. Jangan lupa, kemalasan juga adalah dosa yang dibenci oleh Tuhan karena kita tidak mengembangkan potensi yang sudah dipercayakan Tuhan kepada kita (Mat 25:26). --JIM/www.renunganharian.net
KITA MENGHANCURKAN MASA DEPAN SENDIRI SECARA PERLAHAN TAPI PASTI MELALUI KEMALASAN KITA.
Senin, 25 Oktober 2021
Minggu, 24 Oktober 2021
Sabtu, 23 Oktober 2021
Kemenangan Sejati: Kejahatan Dibalas Kebaikan
Baca: 1 Tesalonika 5:12-22
"Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:15)
Alkitab adalah buku yang sangat lengkap dan luar biasa, karena bukan hanya berbicara tentang sorga dan neraka, bukan hanya membahas tentang dosa dan akibatnya, atau berbicara tentang kehidupan yang akan datang (setelah kematian), tetapi juga berbicara tentang keseharian hidup manusia. Masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia telah dijawab oleh terang firman Tuhan.
Ada banyak sekali pergumulan yang harus kita hadapi selama hidup. Musa pun mengakuinya, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Tidak ada gunanya kita terus mengeluh dan bersungut-sungut karena dunia ini bukanlah firdaus.
Salah satu pergumulan hidup ini adalah berkenaan dengan perlakuan jahat orang lain kepada kita. Kalau meniru prinsip dunia kita pasti ingin membalas kejahatan dengan kejahatan pula. Umumnya ketika dijahati orang lain secara naluriah kita cenderung mendendam, menyimpan sakit hati, lalu kemudian mencari kesempatan melampiaskan dendam. Tindakan membalas kejahatan dengan kejahatan itu sangat bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus yang justru mengajarkan hal yang berbeda: kejahatan harus dibalas dengan kebaikan. Kita tidak perlu mereka-reka yang jahat terhadap orang lain karena hal itu akan merugikan diri sendiri. "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang;" (Mazmur 37:1).
Kalau kita membalas kejahatan dengan kejahatan sama artinya api dilawan dengan api. Dampaknya? Suasana semakin panas membara dan itu sangat berbahaya karena dapat membakar dan menghanguskan. Serahkan pergumulan tersebut kepada Tuhan, percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tertidur dan terlelap, "...percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;" (Mazmur 37:5).
Ketika mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, itulah kemenangan sejati!
Sumber: Renungan Kristen
Jumat, 22 Oktober 2021
Jangan Buru-Buru Menghakimi
Suatu hari seorang pemuda bertamu ke rumah kawannya untuk pertama kalinya.
Di sana ia terkejut melihat cara ibu kawannya itu berbicara dengan seorang tetangga. Ibunya berbicara dengan suara keras dan terkesan membentak-bentak.
"Wah, kasar betul ibu ini," pikir pemuda itu. Meskipun agak sungkan, karena penasaran ia pun memberanikan diri bertanya pada kawannya apakah gaya bicara ibunya memang seperti itu.
Kawannya hanya tertawa. Ia pun menjelaskan, ibunya berbicara seperti itu karena pendengaran tetangganya itu terganggu.
Saat ada seseorang melakukan satu hal yang tidak kita sukai, menurut kita kurang pantas, atau kesannya jahat, alangkah baiknya kita mencoba memahami dulu kenapa ia berlaku seperti itu. Belajarlah memahami, bukan buru-buru menghakimi. Penghakiman adalah bagian Tuhan, bukan bagian kita. Alih-alih menghakimi orang lain, patutlah kita mengoreksi diri sendiri. Bisa saja karakter atau kedewasaan rohani kita malah jauh lebih buruk daripada orang yang kita pikir berlaku buruk.
Kita tidak bebas dari salah. Hanya karena kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya, dan kelapangan hati-Nya, kita mendapatkan pengampunan. Kalau kita selalu berharap Tuhan dan sesama mau memahami kita, kita pun harus mau memahami orang lain.
Setiap kali kita mau menuding orang lain begini dan begitu, bertanyalah pada diri sendiri, "Kalau saya berada di posisinya, apa yang saya perbuat?" Jangan hanya menilai dari apa yang nampak, tetapi cobalah mencari tahu apa yang sebetulnya terjadi. Kita pun akan bisa memberikan penilaian yang tepat dan merespons dengan cara yang benar.
"Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama." (Roma 2:1)
Kamis, 21 Oktober 2021
Berbuat Baik
Bacaan: 1 PETRUS 2:11-17
Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. (1 Petrus 2:15)
Ada banyak alasan untuk berbuat baik. Menebar kebaikan akan membuat kita diterima, dihargai, dan menerima balasan atas kebaikan kita. Berbuat baik dapat membuat orang lain bahagia dan menjadikan hati kita senang. Sebagai orang percaya, kita memiliki kewajiban menolong orang lain yang mengalami kesusahan. Namun Rasul Petrus menambahkan alasan yang lebih mulia di balik perbuatan baik kita.
Dalam suratnya yang pertama, Rasul Petrus menulis kepada orang-orang percaya yang menjadi pendatang di berbagai tempat. Dapat dimengerti bahwa saat itu, orang beriman dalam perantauan tidak disambut baik oleh masyarakat setempat. Sebaliknya, tidak jarang mereka bahkan difitnah dan ditindas. Sebagian mereka yang menjadi hamba diperlakukan semena-mena oleh tuan mereka. Dalam kondisi mereka yang tertekan, Petrus tidak memberi nasihat yang menghibur dan memberi pengharapan tentang masa depan yang lebih baik. Sebaliknya, Petrus justru meminta mereka berbuat baik sebagai balasan atas perlakuan tidak adil yang mereka terima.
Acap kali kita pun menghadapi tekanan dan perlakuan tidak menyenangkan dari orang-orang yang tidak sepaham dengan iman kita. Kita dipojokkan tanpa mampu membela diri. Setiap tindakan selalu disalahkan. Dalam keadaan demikian, hendaknya kita mengingat akan nasihat Rasul Petrus. Tuhan ingin kita berbuat baik walaupun menderita, tentu saja penderitaan yang bukan diakibatkan oleh perbuatan dosa kita sendiri. Dan untuk itu, Kristus telah memberi teladan melalui penderitaan-Nya bagi kita. --HEM/www.renunganharian.net
MENDERITA NAMUN TETAP BERBUAT BAIK ADALAH PEMBELAAN DIRI TERBAIK DAN MERUPAKAN NILAI TAMBAH BAGI ORANG PERCAYA.
Rabu, 20 Oktober 2021
Selasa, 19 Oktober 2021
Senin, 18 Oktober 2021
Minggu, 17 Oktober 2021
Siapa Lebih Hebat?
Bacaan: IMAMAT 19:1-4
"Janganlah kamu berpaling kepada berhala-berhala ...." (Imamat 19:4)
Komputer Deep Blue mengalahkan juara dunia catur dari Rusia, Garry Kasparov, pada 1997. Itu berita kuno. Yang baru ialah, pada 2017 program juara catur 2016, Stockfish 8, dikalahkan oleh program Google AlphaZero. Tarung sesama program komputer. Dahsyatnya, sang pemenang baru belajar catur 4 jam dari yang seharusnya 9 jam, sementara lawannya adalah kumpulan dari jutaan strategi manusia, yakni para pecatur jawara, selama berabad-abad. Siapa lebih hebat: manusia atau komputer ciptaannya?
Ketika hukum Tuhan melalui Musa dibuat, disampaikan, diajarkan, dan diajarkan ulang, yang dimaksud berhala ialah patung-patung buatan tangan manusia yang kemudian disembah manusia (Kel 20:4-5; 32:2-4; Yes 46:5-7). Artinya, manusia ditundukkan oleh buatannya sendiri. Meski zaman terus berubah, namun keseriusan peringatan akan hal pemberhalaan ini tak pernah pudar (Yes 46:5-7), bahkan hingga akhir zaman (Why 13:14; 21:8). Mengapa? Sebab segala produk ciptaan manusia, termasuk teknologi, selalu berpotensi untuk membuat manusia takluk dan bergantung padanya sambil diam-diam menyingkirkan Tuhan dari hidupnya.
Tentu kita bersyukur akan manfaat dari kemajuan pesat teknologi informasi masa kini dan mendatang bagi kehidupan kita. Namun, cermati dampaknya pula pada ketergantungan kita padanya. Betapa perangkat intelegensia buatan sepertinya mampu menjawab aneka pertanyaan: mulai dari pengetahuan umum, prospek bisnis, kondisi kesehatan, rute jalan, hingga mengenali karakter dan peluang perjodohan. Jika tak kritis dan waspada, hati-hati jangan sampai terbesit dalam pikiran kita bahwa Tuhan tak lagi kita perlukan. --PAD/www.renunganharian.net
PERUBAHAN ZAMAN TAK MENGHAPUS KERINDUAN MANUSIA UNTUK MENYEMBAH, TINGGAL SIAPA YANG DISEMBAH: TUHAN ATAU BERHALA?
Sabtu, 16 Oktober 2021
Jumat, 15 Oktober 2021
Kamis, 14 Oktober 2021
Rabu, 13 Oktober 2021
Selasa, 12 Oktober 2021
Padang Gurun
Bacaan: BILANGAN 1:1-17
TUHAN berfirman kepada Musa di padang gurun Sinai .... (Bilangan 1:1)
Sebelum memulai pembahasan Alkitab di persekutuan doa itu, saya mengajukan pertanyaan, "Apa yang spontan terbayang di benak Anda manakala mendengar kata 'padang gurun'?" Jawaban para peserta beragam, seperti: kekurangan air, haus, terik, tak ada pohon, badai, sepi, angin, dsb. Yang pasti semuanya bercorak asosiasi negatif.
Kitab Bilangan merajut tema penyertaan Tuhan kepada umat-Nya di padang gurun. Khususnya bagian kedua dari perjalanan padang gurun semenjak Israel keluar dari Mesir yakni dari Sinai sampai ke Moab (lih. Bil 33:50). Melalui Musa, Tuhan menata persiapan yang rapi bagi perjalanan itu, yang nantinya juga dilengkapi dengan pelbagai tanda ajaib pemeliharaan dan penyertaan-Nya. Asosiasi yang hendak ditanamkannya tentang padang gurun ialah penyertaan Tuhan. Kelak ketika umat sedang mengalami susahnya "padang gurun" pembuangan di tanah Babel, pesan kitab ini sangat menghibur dan membangkitkan kembali iman mereka yang lesu.
"Padang gurun" macam apakah yang sedang kita jalani? Rongrongan rasa sepi? Penolakan? Pergumulan melawan penyakit? Kesulitan atau kerugian finansial? Kegagalan usaha atau studi? Patah hati? Ketakutan akan hari esok? Atau bahkan bayang-bayang kematian? Apa pun itu, yang pasti kita dibuatnya susah. Namun, jangan biarkan diri tertelan oleh kesusahan. Ingat, padang gurun tak selalu tempat yang buruk. Justru di situlah Tuhan menyatakan penyertaan-Nya. Justru di situlah Dia hadir secara nyata. Percayalah! --PAD/www.renunganharian.net
DI MANA PUN TAK HAKIKI, ASAL TUHAN MENYERTAI ITULAH YANG ESENSI.
Senin, 11 Oktober 2021
Minggu, 10 Oktober 2021
Sabtu, 09 Oktober 2021
Demi yang Utama
Bacaan: FILIPI 3:7-14
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (Filipi 3:7)
Seorang petani memikul kayu bakar sedang dalam perjalanan pulang ketika adiknya menjemput. "Istrimu melahirkan!" seru adiknya. Petani itu berusaha bersegera. Tetapi, kayu bakar itu amat menghambat. "Buang kayu bakar itu, " desak adiknya, "istri dan anakmu menunggu!" Petani itu tersadar. Dia buang beban yang menghambatnya, dan berlari pulang untuk istri dan anaknya.
Tidak hanya hal buruk. Hal baik pun bisa membelenggu. Lihat kisah di atas. Bagi petani tradisional, kayu bakar itu penting. Tetapi, ketika yang penting berhadapan dengan yang utama, masalahnya adalah prioritas. Kayu bakar jelas tidak bisa dibandingkan dengan istri dan anak. Petani itu keliru karena ketika yang utama menunggu, dia mempertahankan hal lain yang nilainya jauh lebih kecil, yang menghambat langkahnya menuju yang utama.
Rasul Paulus memberi teladan. Dia dulu seorang Farisi, warga elite dengan banyak hal istimewa: kedudukan tinggi, fasilitas, dekat dengan penguasa, dan sebagainya. "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus, " tulisnya (ay. 7). Semua yang dulu dia anggap berharga itu dia tinggalkan. Bahkan, dia merasa rugi karena pernah terbelenggu oleh hal-hal itu. Mengapa? Karena dia menemukan yang utama dalam hidup, yaitu Kristus.
Menanggalkan hal-hal berharga yang telah lama kita rangkul bukanlah soal mudah. Tetapi, hidup adalah soal prioritas. Dalam hidup sehari-hari, dan terutama dalam saat-saat pergumulan iman, kita selalu harus memilih yang utama. --EE/www.renunganharian.net
KITA SELALU HARUS MEMILIH YANG UTAMA, YANG PALING BERNILAI DALAM HIDUP. - O.S. RAILLE
Jumat, 08 Oktober 2021
Hubungan Pribadi
Bacaan: MATIUS 6:5-15
"Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Dengan demikian, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:6)
Jane, gadis kelas tiga SMA yang selalu terburu-buru pulang demi menjemput anaknya yang masih duduk di bangku TK. Ia tak pernah malu menggandeng tangan anaknya ke mana-mana. Ia malah bangga dan merasa lebih hidup dengan keberadaan June, anaknya itu. Jane tak peduli banyak orang berkasak-kusuk dan memandangnya sebelah mata. Ia merasa tidak perlu menceritakan kepada mereka tentang June, anak yang ia temukan sewaktu masih bayi.
Ibadah adalah hubungan pribadi seseorang dengan Allah. Kehidupan ibadah yang utuh dilakukan dengan motivasi murni bagi kemuliaan Allah, tanpa mengharap pujian manusia. Tak perlu membela diri atau mengklarifikasi sekalipun disalah mengerti. Yesus pun mengajar para murid supaya menjalin hubungan pribadi yang intim dengan Allah. Mereka tak perlu memamerkan kesalehan di hadapan orang banyak untuk mencari pengakuan dan pujian. Sebab Allah yang mereka percaya adalah Allah yang Mahakuasa. Ia Mahahadir dan Maha Melihat. Ia mampu melihat dan menguji kemurnian setiap tindakan manusia.
Saat ini mungkin kita tidak berdoa dan beribadah seperti gaya orang Farisi. Tetapi kita patut mewaspadai motivasi setiap tindakan kita. Menuliskan doa dan membagikan foto melalui media sosial, misalnya. Jangan sampai kita melakukannya karena mengharap pujian manusia. Orang yang mencari pujian manusia tidak akan mendapat perkenan/upah Allah dari doa dan ibadahnya, karena motivasinya untuk memperoleh pujian manusia telah terpenuhi. Tidakkah Anda rindu membangun hubungan pribadi bersama Allah? --EBL/www.renunganharian.net
IBADAH ORANG PERCAYA TIDAK DITUJUKAN KEPADA MANUSIA,
KARENA BUKAN DARI MEREKA PULA KITA MENANTIKAN JAWABAN.
Kamis, 07 Oktober 2021
Rabu, 06 Oktober 2021
Selasa, 05 Oktober 2021
MASIH ADA WAKTU
Bacaan: Mazmur 32
NATS: Orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia (Mazmur 32:10)
Sebagai orangtua, salah satu saat yang paling menakutkan dalam masa tahun ajaran di sekolah adalah pertemuan pertama antara orangtua murid dengan guru. Salah satu ungkapan yang terdengar paling mengecewakan adalah, "Kami mengalami sedikit masalah dengan anak Anda."
Dengan kata lain, putra atau putri yang cemerlang itu, yang menceritakan dengan kegembiraan luar biasa bahwa segalanya berjalan dengan baik dan bahwa beberapa minggu pertama di sekolah ia mengalami suatu kesuksesan, ternyata telah memulai suatu permulaan tahun ajaran dengan sangat buruk.
Untungnya, setelah pertemuan pertama itu, beberapa siswa mengenali masalahnya dan menjadi sadar. Lalu, dengan bantuan orangtua, mereka pun mulai bersekolah dengan lebih serius.
Secara rohani, kita dapat memperoleh manfaat dari suatu langkah awal yang baru. Kadangkala kita menjadi "siswa yang buruk" dan melalaikan komitmen kita untuk mengikut Tuhan. Kita mulai menyimpang karena daya tarik dunia yang memikat. Kita lalai mengerjakan "pekerjaan rumah" kita, yakni berdoa dan membaca Firman Allah. Kita melihat teman-teman kita melakukan sesuatu yang tampaknya menyenangkan, dan kita bergabung dengan mereka padahal apa yang mereka lakukan bersifat merusak. Pada saat itulah kita perlu berhenti dan memperbarui komitmen kita untuk hidup bagi Yesus dengan sepenuh hati.
Adakah Anda memilih suatu langkah awal yang buruk? Masih ada waktu bagi kita untuk kembali ke arah yang benar --JDB
MASIH BELUM TERLAMBAT BAGI KITAUNTUK MEMULAI AWAL YANG BARU BERSAMA ALLAH
Sumber: Renungan Harian
Senin, 04 Oktober 2021
Minggu, 03 Oktober 2021
MENUJU JALAN YANG SALAH?
Bacaan: Yunus 1:1-11
NATS: Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan (Yunus 1:3)
Yunus tidak mau ke Niniwe. Karena itu, bukannya menuruti perintah Allah untuk pergi ke sana dan menyerukan pertobatan kepada penduduk Niniwe (Yunus 1:2), ia malah ke dermaga. Di sana ada kapal yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar ongkos perjalanan dan berangkat.
Teman sekelas saya di seminari adalah orang yang pandai, dan ia guru yang berbakat. Setelah menyelesaikan pendidikan di seminari, beberapa peluang bagus terbuka untuknya. Namun ia tidak yakin apakah ingin menghabiskan waktu dalam hidupnya untuk "hal-hal yang membosankan" sebagai pendeta, bahkan bila Allah yang menginginkannya. Ia mencari sesuatu yang lebih menarik. Pada saat itu ia ditawari sebuah posisi di perusahaan yang bergerak di bidang investasi. Di sana ia menjadi seorang investor yang berhasil.
Saat saya minum kopi bersamanya beberapa saat yang lalu, ia mengungkapkan penyesalannya karena tidak mengikuti pimpinan Allah menjadi pendeta. "Saya masih berpikir tentang memimpin jemaat suatu hari kelak," katanya sambil menghela napas. Saya membayangkan, ketika ia lari dari Allah, kapal yang memberi kesempatan baginya untuk mengeruk uang banyak sedang menanti di dermaga. Ia "tenggelam" di dalamnya dan kemudian berkata, "Semua ini menyia-nyiakan hidupku."
Jika Anda percaya bahwa Allah memanggil Anda untuk tugas tertentu, segera jawablah ya dan pergilah ke tugas itu secepat mungkin. Jangan lari dari Allah dan naik ke "kapal" yang akan pergi ke arah yang salah --DCE
ANDA TAK AKAN SALAH TUJUANJIKA ANDA MEMILIH MENGIKUTI KRISTUS
Sumber: Renungan Harian