Bertumbuh bersama melalui firman Tuhan dan rasakan pengalaman berjalan bersama Tuhan setiap hari
Senin, 31 Januari 2022
Minggu, 30 Januari 2022
Sabtu, 29 Januari 2022
Jumat, 28 Januari 2022
Kamis, 27 Januari 2022
Rabu, 26 Januari 2022
Selasa, 25 Januari 2022
Senin, 24 Januari 2022
Tuhan Tidak Pernah Jauh Dari Kita
Wahyu 3:20 “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”
Baru-baru ini ibuku meninggal. Saya bersyukur dia hidup hingga usia 90 tahun. Namun tahun-tahun terakhirnya dipenuhi dengan masalah kesehatan, komplikasi, rehabilitasi terapi fisik, dan rasa sakit. Pada bulan-bulan terakhir, demensia mengambil alih hidup ibuku, dia membuat ibuku hidup dalam kebingungan dan ketakutan.
Setiap hari ketika saya harus melewati salah satu unit di fasilitas perawatan, saya seringkali mendengar suara ibu yang bergema di koridor, dia berkata, “Tolong! Tolong! Tidakkah ada yang mau membantu saya?” Bahkan ketika saya duduk di sampingnya, memegang tangannya, dan meyakinkannya dengan kehadiran saya, dia terus berteriak minta tolong.
Selama hari-hari sulit itu saya beroda. Tuhan, dimanakah Engkau? Bagaimana ibuku memuliakanmu dengan penderitaannya? Kapan Engkau akan menjawab teriakan minta tolongnya?
Ketika kita sedang melewati masa-masa yang penuh tantangan, wajar jika kita bertanya, “Ya Tuhan, dimanakah Engkau?” Kami menginginkan tanggapan atas pertanyaan yang terkadang tidak memiliki jawaban. Kami mempertanyakan waktu Tuhan dan ingin mengetahui hasil dari situasi. Tapi pernahkan Anda bertanya-tanya bagaimana rasanya bagi Tuhan ketika menjauhkan diri dari-Nya?
“Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”” – Kejadian 3:9.
Ketika Adam dan Hawa tidak menaati Tuhan, mereka mengalami ketakutan untuk pertama kalinya. Tiba-tiba mereka memahami konsekuensi dosa, terpisah dari Allah. Sebelum berbuat dosa, mereka menantikan Tuhan dengan penuh semangat dan menikmati persekutuan dengan-Nya di taman yang indah, sejuk, dan rimbun yang menjadi rumah mereka.
Setelah tidak taat, mereka takut akan reaksi Tuhan bersembunyi dari-Nya. Bahkan sebelum Tuhan bertanya, “Dimanakah engkau?” Dia tahu hubungan-Nya dengan Adam dan Hawa telah berubah.
Berhari-hari, Tuhan menanyakan pertanyaan yang sama kepada saya, “Dimanakah engkau?”
Ada beberapa pekerjaan menarik perhatian saya. Tenggat waktu membayangi. Internet, jejaring sosial, percakapan telepon, atau menonton TV menghabiskan waktu yang berharga dengan sedikit keuntungan. Dan Tuhan menunggu dengan sabar, mengetuk pintu hati saya, menanyakan keberadaan saya dan mengapa saya tidak menghabiskan waktu bersama-Nya.
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” – Wahyu 3:20.
Dimanakah engkau? Sebuah pertanyaan yang bagus. Dimana saya dalam perjalanan rohani saya? Dimana saya dalam kehidupan doa saya? Dimana saya belajar Alkitab? Dimana saya dalam memberitahu orang lain tentang Tuhuan? Kadang-kadang saya bersembunyi karena saya telah membiarkan dosa yang tidak diakui untuk membangun penghalang yang sangat besar.
Di hari lain, saya hanya malas dan tidak disiplin, menjalani hidup dengan cara saya sendiri, mencari kebijaksanaan di tempat lain, dan takut akan hal-hal yang mungkin tidak akan pernah terjadi. Namun Tuhan menunggu dengan sabar, melewatkan saat-saat khusus untuk berhubungan dengan saya.
Terkadang kita lupa bahwa Tuhan menciptakan kita secara khusus untuk tujuan bersekutu dengan-Nya. Firman Tuhan dalam Wahyu 3:20 tentang Yesus yang duduk di meja makan berbagi makanan dengan kita merupakan pengingat akan persekutuan hangat yang diberikan kepada kita, jika kita mau. Tapi seringkali kita mengabaikan tawaran persahabatan yang intim.
Tuhan berdiri dengan menunggu untuk memberikan kebijaksanaan, mendorong kita, menghibur dan membantu kita dari masalah. Dia merindukan kita ketika kita masih jauh. Namun alih-alih mencari-Nya dan menantikan waktu bersama-Nya, kita bersembunyi di balik tugas, kewajiban, peristiwa, kegiatan, hubungan, atau kesibukan yang kita ciptakan sendiri yang kita anggap lebih penting atau perlu.
Kita jatuh ke tempat tidur pada malam hari karena kelelahan, dan Tuhan masih menunggu, sedih karena kami mengabaikannya di hari lain, dengan tenang berkata, “Ini aku! Di mana kamu?”
Kapan Anda akan mendatangi Tuhan dan membangun hubungan bersama-Nya?
Sumber: Jawaban.com.
Hak Cipta © Candy Arrington
Minggu, 23 Januari 2022
Sabtu, 22 Januari 2022
MASIH KOMPROMI DENGAN KEBIASAAN YANG MERUSAK
1 Korintus 6: 12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.
Anak muda adalah istilah yang relatif. Bagi saya yang berusia 15 tahun, saya sudah seperti orangtua. Tetapi bagi orang lain yang sudah berusia 90 tahun, saya tampak muda. Tapi apapun itu, usia kita semua akan bertambah satu tahun di tahun ini.
Bagi saya, tahun ini adalah waktunya untuk membuat banyak keputusan dalam hidup. Kita harus memutuskan di malam hari tentang apa yang akan kita lakukan di pagi hari berikutnya. Keputusan yang kita buat hari ini akan menentukan seperti apa Anda besok. Itu benar!
Mungkin Tuhan sudah menunjukkan kepada Anda suatu area di mana Anda berkompromi secara rohani. Seringnya, hal-hal kecillah yang membuat kita jatuh. Hal-hal kecil itu akan mengarahkan kita kepada hal-hal yang besar. Sebuah area abu-abu yang akan membawa kita ke area hitam dan putih.
Pertanyaannya adalah, “Bisakah Anda tetap kompromi dengan hal itu dan tetap menjadi orang Kristen?”
Jika Anda sedang berada di salah satu area itu dan bertanya-tanya apakah hal itu diizinkan Tuhan dan pantas dilakukan? Cobalah untuk menjawab empat pertanyaan ini:
1. Apakah hal itu membangun kerohanian saya?
2. Apakah hal itu membuat saya kecanduan?
3. Apakah hati saya merasa gelisah saat melakukannya?
4. Bisakah hal itu membuat iman orang lain tersandung?
Rasul Paulus menulis, “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” (Roma 14: 23)
Kita sendirilah yang memutuskan pilihan kita dalam menjalani hidup. Salah satunya adalah pilihan untuk kompromi dengan sesuatu yang merusak iman Anda. Setiap hari kita membuat ratusan bahkan ribuan keputusan, apakah kita sudah melakukannya dengan bijak?
Hak cipta Greg Laurie, disadur dari Crosswalk.com
Jumat, 21 Januari 2022
Kamis, 20 Januari 2022
Rabu, 19 Januari 2022
Di Titik Kritis Itu
Bacaan: ROMA 14:13-19
Jangan kita membuat saudara seiman kita jatuh atau tersandung! ... Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun. (Roma 14:13,19)
Ketika Covid-19 merebak di Wuhan, berbagai opini marak di media sosial. Tiap opini ditanggapi ramai-ramai, tiap tanggapan ramai-ramai itu ditanggapi lebih ramai lagi, begitu seterusnya, hingga yang merebak liar tidak terkendali tak cuma pandemi, tetapi juga infodemi: banjir informasi yang kisruh dan membingungkan.
Bencana informasi semacam itu banyak terjadi. Sebagian orang mampu menyikapi dengan tepat. Tetapi, banyak orang tak punya bekal untuk itu. Mereka menjadi korban sia-sia, atau bahkan-tanpa mereka sadari-menjadi alat kejahatan. Semua berawal dari titik kritis ketika orang berpikir untuk berbagi informasi (teks, gambar, suara, foto, video, atau kombinasinya).
Alkitab berpesan, Jangan kita membuat saudara seiman kita jatuh atau tersandung! ... marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun" (ay. 13, 19). Pesan itu sangat relevan dengan persoalan kita. Tuhan memberi kita tiga tugas yang sangat penting: menjaga sesama, mengupayakan damai sejahtera, dan saling membangun.
Maka di titik kritis itu, di titik ketika kita ingin berbagi informasi, kita perlu serius menimbang: apakah dengan berbagi itu kita menjaga sesama, mendatangkan damai sejahtera, membangun yang baik, atau justru sebaliknya? Jika ada satu saja jawaban "tidak", rencana berbagi informasi itu harus dihentikan.
Kesungguhan kita untuk serius berupaya menghindarkan sesama dari cakar jahat infodemi adalah wujud konkret kepedulian kita kepada mereka. Dan, demikianlah cinta seharusnya. --EE/www.renunganharian.net
DALAM SEGALA HAL, KITA HARUS SENANTIASA MENJAGA SESAMA,
MENGUSAHAKAN DAMAI SEJAHTERA, DAN SALING MEMBANGUN.
Selasa, 18 Januari 2022
"PEKERJAAN TANGAN" ALLAH
Bacaan: 2Korintus 4:8-18
NATS: Penderitaan ringan...mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami (2Korintus 4:17)
Piano Steinway lebih disukai oleh para pianis terkenal seperti Rachmaninoff, Horowitz, Cliburn dan Liszt -- dengan alasan yang baik. Keunggulan dari alat musik yang dibuat dengan ketrampilan tinggi ini adalah kemampuannya dalam menghasilkan suara yang luar biasa.
Piano Steinway yang diproduksi saat ini, dibuat dengan cara yang sama seperti yang dilakukan 140 tahun yang lalu, ketika Henry Steinway memulai usaha pembuatan piano ini. Diperlukan tidak kurang 200 orang pengrajin dan 12.000 bagian untuk menghasilkan setiap alat musik yang luar biasa itu. Tahap yang paling penting adalah ketika dilakukan pelekukan terhadap 18 lapisan kayu pada kerangka besi untuk membentuk badan piano. Selain itu dilakukan lima kali pelapisan dengan pernis dan penggosokan dengan tangan sehingga piano itu menjadi mengkilap. Setelah itu barulah alat musik itu dibawa ke ruang pengujian untuk dilakukan pengetesan terhadap setiap tuts sebanyak 10.000 kali untuk memastikan kualitas dan daya tahannya.
Para pengikut Kristus juga merupakan hasil dari "pekerjaan tangan". Kita ditekan dan dibentuk agar semakin menyerupai Dia. Kita dipoles, kadang-kadang dengan gosokan penderitaan, sampai kita "bercahaya." Kita diuji dalam laboratorium kehidupan sehari-hari. Proses ini tidak selalu menyenangkan, namun kita dapat menghadapinya dengan ketekunan dalam pengharapan, memahami bahwa hidup kita akan semakin memancarkan keindahan kekudusan bagi kemuliaan Allah -- DCE
PENGUJIAN BUKAN DITUJUKAN UNTUK MENGGUSARKAN MELAINKAN UNTUK MENGUATKAN
Sumber: Renungan Harian
Senin, 17 Januari 2022
Minggu, 16 Januari 2022
Sabtu, 15 Januari 2022
Jumat, 14 Januari 2022
Kamis, 13 Januari 2022
Rabu, 12 Januari 2022
Selasa, 11 Januari 2022
Senin, 10 Januari 2022
Minggu, 09 Januari 2022
Sabtu, 08 Januari 2022
Penyembahan yang Benar
Bacaan: MATIUS 2:1-12
Mereka masuk ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, dupa dan mur. (Matius 2:11)
Suatu kali ada jemaat yang datang mengeluh kepada para pemusik dan pemimpin pujian setelah ibadah umum selesai, "Lagu-lagu penyembahan hari ini tidak membuat saya bergetar! Saya tidak bergairah menyembah Tuhan, " keluhnya dengan nada ketus. Sungguh, pengertian yang amat dangkal jika penyembahan hanya dinilai berdasarkan lagu-lagu pujian. Ibadah hari Minggu kesannya menjadi suatu pelampiasan emosi. Jika lagu pujiannya tidak menyentuh hati, maka banyak jemaat yang tidak dapat menyembah Tuhan dengan benar.
Kelahiran Yesus saat itu memang menjadi kegelisahan yang teramat dalam bagi Herodes. Ia takut jika Yesus menggantikan posisinya sebagai raja yang akan disembah oleh rakyat Yahudi. Herodes pun mulai meminta keterangan imam kepala dan ahli Taurat (ay. 4) bahkan menyuruh orang-orang majus menyelidiki keberadaan bayi Yesus (ay. 8). Perjumpaan orang-orang majus dengan Yesus inilah yang membawa mereka mendapat sukacita, sujud menyembah dan mempersembahkan harta (ay. 10-11). Perjumpaan dengan Yesus inilah yang membuat mereka berpengharapan tentang hadirnya pemimpin dan gembala Israel (ay. 6).
Penyembahan yang benar memang tidaklah dapat diukur dengan lagu pujian, tata suara musik yang canggih, bahkan suasana ibadah yang ditata apik. Penyembahan yang benar diukur saat kita berjumpa secara pribadi dengan Yesus sendiri dan menikmati hadirat-Nya. Selama ini, sudahkah kita mempunyai pengalaman indah seperti itu? Pengalaman berjumpa dengan Yesus tidak akan dibatasi oleh apa pun karena itu lahir saat kita haus dan rindu bertemu dengan-Nya. --YDS/www.renunganharian.net
BERJUMPA DENGAN YESUS AKAN MENGANTARKAN PADA SIKAP PENYEMBAHAN YANG BENAR.
Jumat, 07 Januari 2022
SESAMA
[[“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" ]] (Lukas 10:36-37)
Menurut Wikipedia, berdasarkan estimasi Biro Sensus Amerika Serikat, pada 26 Februari 2006 pukul 7.16 WIB penduduk dunia mencapai 6,5 milyar jiwa. Dari jumlah tersebut, 4 miliar di antaranya tinggal di Asia. Pada tahun 2005, penduduk Indonesia tercatat 241.973.879 jiwa—nomor empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Dari deretan angka rumit tersebut, berapakah yang bisa kita sebut sebagai “sesamaku”? Kira-kira orang dengan kategori seperti apakah yang menurut kita layak disebut sebagai sesama kita?
Suatu kali seorang Ahli Taurat mengajukan pertanyaan ini kepada Yesus: “Siapakah sesamaku manusia?” (ayat 29). Lalu, Yesus menjawab dengan sebuah perumpamaan, kisah tentang orang Samaria yang baik hati. Pada zaman itu orang Samaria dianggap sebagai kaum kelas dua, kelompok hina dina. Tetapi, dalam perumpamaan itu, justru orang Samarialah yang menjadi pahlawan.
Di sini Tuhan Yesus seolah mau mengatakan bahwa seseorang disebut sesama bukan karena status yang disandang, bukan karena kesamaan agama dan paham yang dianut, juga bukan karena kecocokan warna kulit dan suku. Bukan itu. Sesama adalah orang yang dengan sukarela dan sukacita memberikan bantuan. Berbela rasa terhadap siapa pun. Dari latar belakang apa pun. Orang yang menawarkan kasih tanpa syarat. Tanpa keraguan. Tanpa prasangka. Tanpa harus sibuk mencari tahu latar belakang orang lain. Itulah makna sesama. Sudahkah kita menjadi sesama bagi orang lain?
(Ayub Yahya)
Sumber: Amsal Hari Ini
Kamis, 06 Januari 2022
Rabu, 05 Januari 2022
Dengan Hati Terbuka
Bacaan: 2 SAMUEL 12:7-13
Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." (2 Samuel 12:13)
Lewat konspirasi jahat, dengan meminjam tangan orang Amon, Daud membunuh Uria, lalu mengambil Batsyeba menjadi istrinya (2Sam 11). Tuhan pun mengutus Natan untuk menegur Daud. Teguran terus terang dan sangat keras disampaikan kepada Daud.
Bagi sebagian orang, kedudukan tinggi membuat orang tak mau disentuh, apa pun yang ia lakukan. Tetapi, meski Daud adalah raja besar yang disegani kawan dan lawan, walau teguran keras itu membuatnya sangat malu, Daud tak tersinggung atau marah. Tak sepatah kata pun dia ucapkan untuk berdalih atau membela diri. Dengan rendah hati, Daud berkata, "Aku sudah berdosa kepada Tuhan" (ay. 13a).
Pada Daud, kita melihat teladan keterbukaan, yakni kesediaan membuka diri untuk dengan rendah hati menerima perkataan orang lain apa pun isinya, bagaimanapun cara penyampaiannya, tanpa menjadi emosional, tanpa berdalih atau membela diri.
Keterbukaan membuat kita bersedia menerima perkataan orang lain tentang apa pun, entah benar atau salah, menyenangkan atau menjengkelkan, disampaikan dengan maupun tanpa respek, dan seterusnya. Jika kita bersikap terbuka, kita bersedia mempertimbangkan masukan dari mana pun datangnya, mempertimbangkan kritik betapa pun tajamnya, rela mengaku dan minta maaf jika bersalah, dan memperbaiki sikap jika kita ternyata keliru.
Seandainya penghuni bumi berhati terbuka, damai akan lebih mudah hadir di sana, dan dunia pun akan jauh lebih baik. Agaknya, kita patut berjuang untuk memiliki keterbukaan seperti itu. --EE/www.renunganharian.net
SEANDAINYA PENGHUNI BUMI BERHATI TERBUKA, DAMAI SEJAHTERA LEBIH MUDAH HADIR DI SANA.
Selasa, 04 Januari 2022
Senin, 03 Januari 2022
Minggu, 02 Januari 2022
Sabtu, 01 Januari 2022
SERAHKAN SEGALA KEGAGALANMU KEPADA TUHAN
Ratapan 3: 22-24 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.
Tahun Baru menandakan awal yang baru. Waktu dimana setiap orang kembali membenahi hidupnya.
Tapi tahukah Anda bahwa Tuhan senang memakai musim baru sebagai pengingat bahwa Dia selalu rindu untuk memperbaharui hidup kita.
Dari musim dingin hingga musim semi, kita bisa melihat kekacauan yang terjadi sebelumnya menjadi sebuah puzzle yang tersusun indah. Tuhan rindu awal baru yang baik dalam hidup kita sebagaimana Dia kehendaki.
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.” (Ratapan 3: 22-24)
Kita punya harapan dalam kasih setia Tuhan. Tuhan rindu untuk membebaskan kita dari segala beban hidup yang kita pikul.
Di tahun baru ini, inilah saatnya untuk mengubah cara pandang kita tentang hidup. Apapun beban yang merampas kebahagiaan Anda, termasuk dosa tertentu, jangan membuat Anda menyerah. Kebohongan apapun yang sudah Anda percayai dan telah menyebabkan kerusakan secara emosi, pikiran dan tindakan harus diakhiri.
Pikirkanlah bahwa di tahun ini Anda harus bisa memenangkan setiap pertarungan di dalam pikiran Anda. Bahkan luka dan kekecewaan apapun yang telah menyakiti Anda bisa dipulihkan oleh Tuhan.
Hati Tuhan dekat dengan Anda. Dia rindu bertemu dengan Anda bahkan di titik terendah dan rasa sakit yang Anda rasakan. Dia ingin menyampaikan kalau Dia ada bersama dengan Anda melalui awal yang baru.
Kasih karunia-Nya yang tak terbatas ada atas Anda. Datanglah kepadanya. Datanglah membawa segala kegagalan dan perjuangan Anda. Datanglah kepada-Nya dengan segala rasa sakit yang Anda alami.
Tuhan mengasihi Anda. Dia menyediakan awal yang baru bagi Anda. Tetapi seperti pohon membutuhkan sinar matahari, kehangatan dan hujan untuk menghasilkan buah, Anda juga membutuhkan hujan berkat Tuhan untuk menyegarkan dan kasih setia-Nya untuk memperbaharui Anda.
Anda tidak bisa melakukannya sendiri. Yang Anda butuhkan adalah memulai musim yang baru bersama dengan Dia. Bukalah hati Anda hari ini dan terimalah kehidupan yang baru dengan harga yang sudah lunas dibayar.
Hak cipta Crosswalk.com