Rabu, 30 April 2025

SIAPA YANG MEMBUNUH LAUT MATI?

Bacaan: Lukas 6:30-38

NATS: Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan (Amsal 11:24)

Laut Mati itu mati karena kekikirannya. Tahun berganti tahun, laut itu senantiasa menerima aliran air tetapi tak pernah mengalirkan air keluar. Ada yang masuk, tetapi tak ada yang keluar. Ini sama dengan orang yang selalu menerima makanan rohani tetapi tak pernah mau membagikannya kepada orang lain. Pada akhirnya, kehidupan rohaninya akan mati.

Seorang siswa menemui seorang dosennya dan mengeluh bahwa ia tidak mencapai kemajuan dalam pelajarannya. Lalu, ia bertanya apakah ia memang memerlukan seorang guru privat. "Seorang guru privat?" kata profesor yang bijak itu. "Yang kamu butuhkan adalah seorang murid!"

Penulis dari surat yang ditujukan bagi jemaat di Ibrani mengancam jemaat itu karena mereka seharusnya sudah mampu menjadi pengajar, namun sebaliknya mereka malah seperti bayi yang masih minum susu rohani (Ibrani 5:12). Yesus mengajarkan bahwa kita harus bermurah hati dalam melayani orang lain (Lukas 6:30-38).

Seorang pria berkata kepada saya, "Saya tidak belajar banyak dari Alkitab sampai saya mulai mengajar Sekolah Minggu. Sejak itu saya mulai membagikan Firman, dan bukan hanya menerima." Cara yang paling baik untuk belajar adalah dengan mengajar orang lain. Berapa banyak yang Anda berikan setelah Anda menerima? Pelajarilah Firman, bukan hanya untuk mencari berkat dan keuntungan pribadi, tetapi juga untuk dibagikan kepada sesama.

Mengapa Laut Mati itu mati? Sebab laut itu terlalu banyak menerima dan tidak pernah memberi. Jangan lakukan kesalahan yang sama. Pada hari ini, ceritakan kepada seseorang apa yang telah Anda pelajari. Bagikan berkat dan Anda akan diberkati --MRD

KETIKA ANDA MEMBERI KEPADA ORANG LAIN IMBALANNYA ADALAH BERKAT

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 29 April 2025

Menolak Menggerutu kepada Allah

Musa berseru-seru kepada Tuhan. –Keluaran 15:25

Ayat Bacaan & Wawasan :
Keluaran 15:22-27

Sebagai jawaban atas doanya, Alex dapat melunasi biaya perawatan giginya dengan sumber dana yang tidak terduga dari asuransi kesehatannya. Namun, masih ada perawatan lain yang ia butuhkan. Dari mana lagi saya mendapatkan uang untuk itu? Alex menggerutu. Kejengkelan akan besarnya biaya yang harus ia keluarkan memenuhi pikirannya.

Akan tetapi, tepat ketika uang muka perawatan itu harus dibayar, tiba-tiba Alex menerima pemberian uang tunai dari salah seorang kerabatnya. “Saya merasa malu,” kata Alex. “Saya sudah mengalami bagaimana Allah menyediakan apa yang saya perlukan dengan dana dari asuransi tadi. Daripada menggerutu, saya seharusnya kembali meminta tolong kepada-Nya.”

Ketika bangsa Israel memasuki padang gurun Syur, mereka baru saja mengalami kelepasan oleh Allah di Laut Merah (Kel. 14). Meski demikian, pertolongan-Nya yang ajaib itu nampaknya telah dilupakan orang Israel saat mereka menggerutu tentang tidak adanya air minum di padang gurun (15:22-24). Kata Ibrani untuk “bersungut-sungut” menunjukkan pemberontakan terhadap Allah. Reaksi orang Israel yang jengkel itu sangat berbeda dengan respons Musa yang berseru meminta pertolongan Allah (ay. 25). Kemudian, Allah dengan murah hati menyediakan air bagi umat-Nya (ay. 25-27).

Di saat kesulitan menerpa, kita dapat menolak untuk bersungut-sungut dan memilih untuk meminta pertolongan Allah, seperti yang dilakukan oleh Musa. Pertolongan-Nya dapat datang dalam rupa mukjizat yang ajaib, bantuan praktis, kehadiran orang lain, maupun kekuatan untuk bertahan. Apa pun itu, kita percaya bahwa Dia selalu mendengarkan dan mempedulikan kita.

Oleh:  Karen Huang

Renungkan dan Doakan
Apa yang pernah menyebabkan Anda menggerutu di saat-saat yang sulit? Bagaimana Anda dapat mengingatkan diri untuk selalu meminta pertolongan Allah, seperti yang dilakukan oleh Musa?

Allah yang setia, Engkaulah pemelihara hidupku. Tolonglah aku untuk berharap kepada-Mu dengan penuh iman dan selalu mengandalkan-Mu di saat aku membutuhkan pertolongan.

Sumber: Our Daily Bread

Senin, 28 April 2025

Cepat Berubah Sikap karena Masalah

Baca: Keluaran 15:1-21

"Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur," (Keluaran 15:11)

Banyak orang Kristen beranggapan bahwa setelah mengikut Tuhan semua masalah, penderitaan, kesusahan, pencobaan, kesukaran, tantangan, dan sebagainya pasti berlalu dan tidak ada lagi, sehingga ketika kembali dihadapkan pada situasi-situasi yang sulit mereka pun tidak siap; dampaknya bisa langsung ditebak: bersungut-sungut, mengomel, menyalahkan Tuhan, dan akhirnya memberontak kepada Tuhan. Rasul Paulus mengingatkan, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13).

Bangsa Israel mengalami hal yang serupa: mengalami mujizat dan pertolongan Tuhan yang ajaib. "Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau. Samudera raya menutupi mereka; ke air yang dalam mereka tenggelam seperti batu." (ayat 4-5). Karena memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang mereka pun bersorak-sorai penuh sukacita memuliakan Tuhan. "TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya." (ayat 2-3). Mereka berpikir sisa perjalanan menuju Kanaan mulus tanpa aral. Namun setelah menempuh perjalanan ke padang gurun Syur tiga hari lamanya mereka tidak mendapatkan air sehingga kehausan, bahkan sampai di Mara mereka mendapati air yang rasanya pahit.

Bagaimana sikap bangsa Israel? Apakah tetap bisa memuji-muji Tuhan? Tidak! Dengan secepat kilat sikap mereka berubah! Mereka kembali bersungut-sungut, mengeluh, dan kecewa. Mereka tidak bisa menerima keadaan itu.

Ketika masalah kembali terjadi kita sering kali begitu mudah melupakan kebesaran kuasa Tuhan!

Sumber: Renungan Kristen

Minggu, 27 April 2025

Nano-Nano Kehidupan

Bacaan: Pengkhotbah 3:1-11

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.- Pengkhotbah 3:1

Saya pernah melakukan beragam pelayanan dalam satu minggu. Mulai dari pelayanan syukuran rumah, beberapa hari kemudian tanpa diduga pelayanan kedukaan, disambung dengan pelayanan pemberkatan pernikahan, dan esok harinya sakramen baptisan. Selama minggu itu saya menyaksikan orang yang menangis karena dukacita, tetapi juga ada yang meneteskan air mata karena terharu. Berbagai kejadian dan beragam perasaan muncul dalam seminggu tersebut, mirip dengan kehidupan yang harus kita jalani, bukan?

Pengkhotbah mengatakan, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal… ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun… ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa;” (ay. 1-4). Hidup tidak akan selalu ada di satu sisi yang sama. Ada masa-masa dalam hidup, kita akan berganti dari satu situasi ke situasi yang lain. Memimpikan hidup di dalam posisi yang sama terus adalah impian yang tidak masuk akal karena kenyataan hidup tidak berbicara seperti itu. Kita bisa menikmati waktu dengan bijaksana, saat ada di dalam posisi yang menyenangkan. Kita bisa bersyukur dan tidak jumawa karena semua adalah pemberian dari Tuhan. Namun, saat situasi berubah, hidup berjalan tidak mudah, kita pun tidak akan tenggelam dalam keputusasaan atau menghabiskan waktu meratapi nasi. Pengkhotbah berkata, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (ay. 11). Inilah yang paling penting untuk kita yakini bahwa hidup kita ada dalam rencana Tuhan.

Ingat juga bahwa di dalam semua hal yang kita hadapi, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rom. 8:35). Situasi hidup boleh berubah, tetapi kasih Kristus kepada kita tidak pernah berubah. Hidup ini ramai rasanya. Bisa asem, manis, asin, pahit, itulah hidup, mirip seperti nano-nano kehidupan. Jangan banyak cemas dalam menjalani hidup, hari ini mungkin kita diizinkan bersedih, tetapi esok dapat bersuka. Terkadang dalam waktu-waktu paling sulit, kita dapat melihat penghiburan-penghiburan dalam hal-hal sederhana yang Tuhan berikan.

Refleksi Diri:
Apa situasi hidup yang sedang Anda hadapi hari ini? Apakah Anda bisa melihat Tuhan bekerja melalui situasi-situasi hidup tersebut?

Apa yang mau Anda lakukan untuk menghadapi kehidupan yang situasinya dapat berubah-ubah?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 26 April 2025

BAGAIMANA CARA ANDA MENDENGAR?

Bacaan: Lukas 8:16-18

NATS: Perhatikanlah cara kamu mendengar (Lukas 8:18)

Seorang anak laki-laki meminta ayahnya memecahkan sebuah teka-teki. Ia berkata, "Ada tiga ekor katak sedang duduk di sebuah batang kayu. Seekor katak memutuskan untuk melompat turun. Berapa katak yang masih tinggal?" Ayahnya menjawab, "Dua, tentu saja." "Ayah salah!" seru anak itu dengan gembira. "Ada tiga ekor katak yang tinggal. Katak yang satu itu hanya memutuskan untuk melompat, tapi ia belum melompat!"

Perhatikanlah cara Anda mendengar! Sebelum Anda menghakimi perkataan orang lain, temukan dengan tepat apa yang dikatakannya, dan apa maksudnya.

Sebuah stasiun radio lokal mengumumkan bahwa saya akan membawakan sebuah khotbah yang berjudul "Mengapa Saya Menantikan Kedatangan Yesus yang Kedua Tahun Ini." Karena publikasi itu, saya menerima sebuah surat yang bernada pedas dari seorang pendengar yang menuduh saya telah menetapkan tanggal sekaligus meramalkan kedatangan Kristus. Namun sesungguhnya saya tidak berkata demikian! Saya hanya mengatakan bahwa pada tahun yang akan datang saya akan menantikan kedatangan Kristus. Saya tidak berkata bahwa Dia akan datang, tetapi saya menantikan kedatangan-Nya. Dan, jika Dia tidak datang tahun itu, saya akan menantikan kedatangan-Nya pada tahun berikutnya. Demikian pula seterusnya.

Mendengarkan dengan gegabah dapat mengakibatkan kesalahan serius. Hal ini terutama berlaku saat kita membaca Alkitab, karena kesalahpahaman satu kata bisa menyebabkan penafsiran yang salah dan membuat kita tidak melakukan apa yang Allah kehendaki.

Perhatikanlah cara Anda mendengar! --MRD

UNTUK MENDENGAR ALLAH BERBICARA, BACALAH ALKITAB DENGAN CERMAT
DAN PELAJARILAH DENGAN DISERTAI DOA YANG SUNGGUH

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 25 April 2025

DIA MENJAGA MILIK-NYA

Bacaan: Mazmur 145:8-21

NATS: Tuhan menjaga semua orang yang mengasihi-Nya (Mazmur 145:20)

Seorang gadis kecil yang baru pertama kali bepergian naik kereta mendengar bahwa mereka akan menyeberangi beberapa sungai. Ia merasa galau dan takut ketika memikirkan bagaimana mereka dapat melewati air itu. Namun setiap kali kereta mendekati sebuah sungai, ternyata selalu tersedia sebuah jembatan sehingga kereta tersebut dapat menyeberang dengan selamat.

Setelah menyeberangi beberapa sungai dengan selamat, akhirnya gadis tersebut bersandar pada tempat duduknya dengan lega. Lalu ia menoleh pada ibunya dan berkata, “Saya tidak kuatir lagi, Bu. Ternyata ada orang yang telah memasangkan jembatan untuk kita di sepanjang perjalanan!”

Tatkala melalui sungai pencobaan dan penderitaan yang dalam, kita juga akan mendapati bahwa Allah dengan kasih karunia-Nya “telah memasangkan jembatan bagi kita di sepanjang perjalanan.” Karena itu, kita tidak perlu putusasa dan kuatir. Dengan cara yang indah dan mengherankan, Dia akan menjaga dan membawa kita melewati berbagai masalah yang timbul. Walau kita tidak dapat memahami bagaimana Dia akan memenuhi kebutuhan kita, namun kita yakin bahwa Dia akan membukakan jalan bagi kita.

Mereka yang selalu menyerahkan segala situasi yang mereka hadapi kepada Allah dapat berseru seperti pemazmur, “Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya ... Tuhan menjaga semua orang yang mengasihi-Nya” (Mazmur 145:17,20).

Tak usah kuatir akan apa yang akan terjadi esok, karena kita dapat mempercayai Tuhan yang memelihara kita --HGB

BILA ALLAH MEMIMPIN, 
DIA SELALU MEMELIHARA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 24 April 2025

JANGAN BERSUNGUT-SUNGUT

Bacaan: Bilangan 14:1-12

NATS: Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan (Filipi 2:14)

Saya yakin kita semua akan terkejut jika kita bisa mendengarkan rekaman dari semua percakapan kita dalam satu hari. Kita akan terkejut bila mengetahui betapa banyak waktu yang kita pakai untuk mengeluh dan bersungut-sungut.

Anak-anak mengeluh mengenai pekerjaan rumah atau tugas mencuci piring. Ibu mengeluh karena harus menghabiskan begitu banyak waktu untuk mengurus setiap orang dalam keluarga. Ayah pulang ke rumah dan bersungut-sungut mengenai atasan dan pekerjaannya. Dan hal itu berlangsung sepanjang hari.

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita mendengar keluhan dari bangsa Israel yang baru saja keluar dari Mesir (Bilangan 14:2-3). Setelah semua yang telah Allah lakukan bagi mereka, seharusnya mereka berterima kasih dan menaati-Nya. Namun karena ketidakpercayaan dan ketidaktaatan mereka, seluruh generasi itu tidak pernah mencapai Tanah Perjanjian (ayat 23).

Pada zaman sekarang ini, para penggerutu juga kehilangan berkat Allah dan menyebarkan keputusasaan kepada orang-orang yang berada di sekeliling mereka. Sikap semacam itu tidak pantas dimiliki seorang pengikut Kristus. Seorang pelopor dalam penginjilan, Hudson Taylor, berkata, "Jika ayah dan ibumu, saudaramu perempuan dan laki-laki, bahkan kucing dan anjing di rumahmu, tidak menjadi lebih bahagia setelah kamu menjadi Kristen, maka perlu dipertanyakan apakah kamu benar-benar seorang Kristen atau bukan."

Adakah kata-kata kita memuliakan Tuhan? Adakah kita menyebarkan sukacita dan mendorong orang lain untuk percaya dan taat kepada-Nya? --HGB

SEORANG KRISTEN TIDAK SEHARUSNYA BERSUNGUT-SUNGUT

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 23 April 2025

Serahkan Apa yang Tidak Dapat Anda Kendalikan

Ayat Renungan: Filipi 4:6-7 
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."
 
Hari-hari ini, banyak orang mengalami kesulitan, mulai dari kehilangan pekerjaan yang membuat frustrasi, tekanan dalam pernikahan yang membuat lebih emosional, hingga ketidakpastian masa depan. Mungkin Anda sendiri sedang menghadapi situasi ini atau mengenal seseorang yang sedang berjuang? Sebagai manusia, kita memang terbatas, tetapi kita bisa mengendalikan apa yang bisa kita kendalikan, dan selebihnya kita perlu menyerahkannya kepada Tuhan.

Pesan Tuhan hari ini untuk Anda adalah bahwa Dia selalu hadir di setiap detik hidup yang Anda jalani. Saya ingin mengajak Anda hari ini untuk memandang krisis yang Anda lalui dari sudut pandang yang berbeda. Seperti disampaikan dalam 1 Petrus 5: 7, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

Saat semua beban serasa menumpuk di dalam diri Anda, bagaimana jika Anda memilih untuk meluangkan waktu beberapa menit untuk berdiam diri? Filipi 4: 6-7 mengajarkan bahwa ketika kita membawa segala kecemasan kita kepada Tuhan dalam doa, damai sejahtera-Nya akan menjaga hati dan pikiran kita. Tidak ada persoalan yang tidak bisa Dia selesaikan. Tidak ada kemalangan yang tidak Dia ketahui, dan tidak ada keadaan buruk yang tidak dapat Dia pulihkan. 

Mari lepaskan kendali Anda dan biarkan Tuhan memelihara hidup Anda hari ini! Karena melalui penyerahan diri penuh, kita justru menemukan kekuatan sejati untuk menghadapi setiap pertempuran dalam hidup dengan baik.
 
Momen Refleksi:
1. Apa yang sedang Anda khawatirkan hari ini?
2. Bagaimana Anda bisa melatih diri untuk lebih berserah kepada Tuhan?

Sumber: Jawaban.com

Selasa, 22 April 2025

"APAKAH ANDA DI SANA?"

Bacaan: Ayub 38:4-13

NATS: Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? (Ayub 38:4)

Sikap Anda terhadap Alkitab tergantung pada sikap Anda terhadap kalimat pertama dari kitab Kejadian. Alkitab diawali dengan pernyataan yang sederhana, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kejadian 1:1). Jika Anda mempercayai hal itu, Anda juga dapat mempercayai Alkitab secara keseluruhan. Jika Anda menolak pernyataan itu, maka Anda juga akan menyangkal setiap kebenaran pokok lain dalam Kitab Suci.

Joe dan Charlie sedang berdebat tentang Kejadian 1:1. Joe mengatakan bahwa ia percaya mengenai kejadian penciptaan seperti yang tertulis dalam Alkitab. Charlie adalah orang yang tidak percaya, dan berusaha keras mengemukakan teorinya sendiri tentang bagaimana dunia diciptakan dan bagaimana kehidupan berkembang dari sel yang mula-mula menjadi binatang melata, kera, dan manusia. Setelah selesai mengemukakan teorinya, Joe memandang Charlie dan berkata, "Apakah Anda berada di sana saat itu, Charlie?" Pertanyaan yang bagus. "Tentu saja aku tidak berada di sana," jawabnya. Joe berkata, "Tapi Allah ada di sana. Dialah satu-satunya Pribadi yang ada di sana saat itu dan aku lebih mempercayai kata-kata Saksi Mata itu daripada dugaan orang-orang yang hanya mengandalkan imajinasinya sendiri."

Dalam pengadilan, kesaksian dari saksi mata sangatlah berperan. Kesaksian yang hanya merupakan kabar angin akan dikesampingkan. Hal yang sama berlaku untuk penciptaan. Allah bertanya kepada Ayub, "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi?" (Ayub 38:4). Allah ada di sana saat itu, sehingga Firman-Nya dapat dipercaya --MRD

ANDA AKAN DAPAT MEMPERCAYAI ALKITAB
JIKA ANDA MEMPERCAYAI PENULISNYA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 21 April 2025

Bukti Terbaik

Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. –Kisah Para Rasul 2:32

Ayat Bacaan & Wawasan :
Kisah Para Rasul 2:29-36

Lee Strobel tidak percaya pada Allah, dan juga tidak percaya pada kebangkitan Yesus. Namun, Lee adalah seorang jurnalis dengan pemikiran yang analitis. Ketika istrinya percaya kepada Yesus, Lee pun memutuskan untuk mempelajari lebih dalam kepercayaan baru istrinya. Setelah dua tahun melakukan studi, ia akhirnya menyerah—dan mau percaya kepada Allah, percaya kepada kebangkitan Yesus, dan beriman kepada Kristus.
Perubahan dalam dirinya pun terlihat nyata. Setelah beberapa bulan, sang putri yang berusia lima tahun berkata kepada ibunya, “Mama, aku mau Tuhan mengubahku seperti Dia mengubah Papa.” Putri Lee juga beriman kepada Yesus.

Banyak orang tidak percaya pada kebangkitan Kristus. Namun, para saksi mata yang tepercaya sudah berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Salah satu dari saksi mata itu, Rasul Petrus, berkata kepada sekumpulan besar orang bahwa Raja Daud telah lama mati dan dikuburkan (Kis. 2:29). Kemudian Petrus merujuk kepada nubuat yang pernah dikatakan Daud. “[Daud] telah berbicara tentang kebangkitan Mesias,” katanya (ay. 31). Petrus menyimpulkan, “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi” (ay. 32).

Bukti terbaik bagi kebangkitan Kristus adalah perubahan hidup yang dialami para saksi mata, termasuk Petrus. Pada saat penyaliban, para murid kabur dan menyembunyikan diri. Petrus bahkan menyangkal Kristus (Yoh. 18:15-17, 25-27). Namun, ketika mereka melihat Yesus sungguh hidup, segalanya berubah. Dengan penuh keberanian, mereka mulai membagikan kebenaran tentang pengharapan yang terbesar dan satu-satunya bagi dunia—Kristus yang bangkit.

Oleh:  Tim Gustafson

Renungkan dan Doakan
Apa yang Anda yakini tentang kebangkitan Yesus? Bagaimana keyakinan tersebut mempengaruhi hidup Anda?

Bapa, aku sangat bersyukur untuk kebangkitan Yesus yang telah mengubah hidupku dan memberiku harapan sejati.

Sumber: Our Daily Bread

Minggu, 20 April 2025

Yesus Membawa Damai Sejahtera Bagi Semua Orang
Ayat Renungan: Yohanes 20: 19 
“Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!””
 
Apa yang pertama kali Yesus ucapkan setelah kebangkitan-Nya? Bukan teguran, bukan penjelasan, tapi satu kalimat yang penuh kuasa: “Damai sejahtera bagi kamu.” Ucapan ini diulang tiga kali (Yoh. 20:19, 21, 26), bukan sebagai sapaan biasa, tetapi sebagai penegasan bahwa damai sejahtera adalah hadiah pertama dari kebangkitan-Nya.

Yesus datang kepada murid-murid yang diliputi ketakutan, dikurung dalam ruangan karena takut akan orang-orang yang telah menyalibkan Tuhan mereka. Namun, Dia berdiri di tengah-tengah mereka bukan sebagai hakim, melainkan sebagai sahabat, Juruselamat, dan pembawa damai. Janji-Nya dalam Yohanes 14:27 menjadi nyata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu...”

Damai ini bukan sekadar perasaan tenang. Ini adalah shalom — damai sejahtera yang sempurna, mencakup keselamatan, pemulihan, pengampunan, dan kehadiran Allah yang mengubah segalanya. Di tengah dunia yang porak-poranda, Yesus menawarkan damai:
• Damai antara kita dan Allah
• Damai dalam hati nurani karena dosa telah dihapus
• Damai di antara sesama orang percaya
• Damai dalam jiwa kita sendiri meski badai sedang terjadi
• Harapan akan perdamaian di seluruh dunia — bahwa suatu hari kedamaiannya akan menguasai seluruh dunia

Kita tidak bisa membeli damai ini. Tidak bisa menciptakannya. Tapi kita bisa menerimanya—sebagai anugerah dari Yesus yang telah mengalahkan dunia.
 
Momen Refleksi:
Adakah bagian dari hidupmu yang sedang penuh ketegangan, kegelisahan, atau ketakutan? Hari ini, Yesus yang telah bangkit itu berdiri di tengah kita dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu.” 

Maukah Anda membuka hati dan menerima damai yang Dia berikan? Biarlah damai Kristus menjadi dasar langkahmu hari ini dan setiap hari.

Sumber: Jawaban.com

Sabtu, 19 April 2025

Dari Ratapan Menjadi Pujian

Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” –Lukas 23:42

Ayat Bacaan & Wawasan :
Lukas 23:32-34, 39-43

Ada sejumlah legenda yang beredar tentang asal usul nama bunga berkelopak lima yang disebut “forget-me-not” (secara harfiah berarti “jangan lupakan saya”; di Indonesia disebut “mamung”). Salah satu kisahnya berasal dari Jerman. Menurut ceritanya, ketika Allah menamai semua tumbuhan yang Dia ciptakan, sebuah bunga kecil khawatir kalau ia akan terlupakan. Jadi bunga itu berseru, “Jangan lupakan saya, Tuhan.” Maka itulah nama yang Allah berikan kepada bunga itu.

Meski kisah tadi hanya legenda, “forget-me-not” telah menjadi simbol cinta kasih dan kenangan. Namun, kita semua pernah mengalami bagaimana rasanya dilupakan. Kerinduan kita yang sejati adalah untuk diingat—terutama diingat oleh Allah kita. Kita menemukan cerita seperti itu dalam kisah penyaliban Yesus. Lukas menceritakan, “Ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia” (23:32). Sementara mereka disalib, seorang penjahat di sebelah Kristus tiba-tiba mendapat pencerahan. Ia berkata, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (ay. 42). Respons Yesus sungguh tak terlupakan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (ay. 43).

Sungguh suatu momen yang luar biasa! Di saat-saat yang paling kelam dalam hidupnya, penjahat itu belajar apa artinya diingat oleh Anak Allah.
Kita juga diingat oleh-Nya pada saat-saat yang tersulit dalam hidup kita. Allah, yang begitu mengasihi kita hingga rela mati demi kita, tidak akan pernah melupakan kita.

Oleh:  Bill Crowder

Renungkan dan Doakan
Kapan Anda pernah merasa dilupakan? Bagaimana Anda akan berbalik kepada Yesus dan mengizinkan Dia mengubah ratapan Anda menjadi pujian?

Bapa, di saat-saat ketika aku merasa dilupakan, ingatkanlah aku akan kehadiran-Mu yang kekal dan penuh kasih dalam hidupku, dan kuatkanlah aku dengan anugerah-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Jumat, 18 April 2025

"Tak Pernah Ditinggalkan"

Baca: Matius 27:45-50

Kira-kira jam tiga, berserulah Yesus dengan suara nyaring: . . . Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? –Matius 27:46

Ketika kakek saya sekarat, saya mendatangi tempat perawatannya untuk mengucapkan selamat jalan. Saya belum pernah melihat seseorang meninggal, tetapi saya bisa merasakan kepergiannya dari desah napasnya yang berat dan matanya yang cekung. Saya ingin mengucapkan selamat jalan kepadanya. Saya ingin kakek saya tahu (meski saya rasa ia tidak sadar) bahwa di tempat yang suram ini, beliau tidak sendirian.

Rasanya tidak ada yang lebih buruk daripada merasa sendirian di saat-saat tergelap Anda. Yesus juga merasakannya. Dari atas kayu salib, Dia berseru: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Dia tidak hanya mengungkapkan perasaan-Nya sendiri, tetapi juga menyuarakan penderitaan seluruh dunia. Di sini Kristus tidak asal bicara, melainkan Dia menyerukan salah satu doa yang dinaikkan umat Israel (Mzm. 22:2). Dia menggemakan perasaan orang Israel yang takut Allah telah meninggalkan mereka, dan Dia juga berdoa bersama kita, dengan menyerukan ketakutan yang juga kita hadapi ketika kita merasa putus asa. Di saat kita kehilangan anak kita atau gagal membina pernikahan kita, kita takut Allah telah meninggalkan kita.

Namun, justru Yesus—yang disalib dan kemudian bangkit—menjadi jawaban bagi penderitaan kita. Kita mungkin merasa ditinggalkan, tetapi Yesus mengungkapkan kebenaran ini: Allah selalu menyertai kita, bahkan ketika kita berjalan dalam lembah kekelaman. Kita tidak pernah ditinggalkan - Winn Collier

Renungkan & Doakan:
Dalam hal apa Anda merasa ditinggalkan? Bagaimana Allah pernah menjumpai Anda, ketika Anda merasa sendirian dan ditinggalkan?

Ya Allah, aku tahu bagaimana rasanya ditinggalkan. Namun, karena Engkau ada, aku tidak pernah sendirian.

Sumber: Our Daily Bread Ministries

Kamis, 17 April 2025

Mengasihi seperti Yesus

Bacaan Hari ini:
Roma 15: 2 “Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.”

Seandainya Anda sedang mengemudi di jalan bebas hambatan dan tiba-tiba ban mobil Anda kempes, lalu kebetulan ada mobil rombongan selebriti terkenal lewat, tentu tak ada seorang pun yang akan berharap mereka akan berhenti dan membantu Anda mengganti ban kempes Anda. Mereka mungkin terlalu sibuk atau terlalu penting untuk membantu Anda. 

Namun itu bukanlah nilai-nilai kerajaan sorga—itu adalah nilai-nilai duniawi. Yesus mengajarkan bila Anda ingin menjadi orang yang besar, maka Anda harus menjadi “pelayan.” Semakin Anda memberikan diri Anda sebagai seorang hamba dan melayani orang lain, semakin Anda menjadi yang terbesar dalam kerajaan sorga. 

Beberapa tahun lalu, istri saya memberikan khotbah di empat acara besar dalam jangka waktu yang berdekatan. Begitu ia menyelesaikan misi pelayanannya, ia benar-benar kelelahan. Tapi yang ia lakukan ialah segera pergi ke dapur dan mulai memasak untuk satu keluarga di lingkungan kami yang sedang mengalami pergumulan berat. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri. Dia mengesampingkan kelelahannya itu supaya ia bisa membantu orang lain. Dia telah melakukan ini berulang kali karena dia ingin menjadi semakin seperti Yesus. Dia ingin melayani.

Seperti apakah mengasihi seperti Yesus? “Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya” (Roma 15: 2).

Salah satu cara untuk melayani seperti Yesus ialah dengan melayani orang lain seolah-olah Anda melayani Yesus sendiri. Yesus mungkin menyamar sebagai orang yang terluka di sekeliling Anda. Dia mungkin seseorang yang berpapasan dengan Anda di Senin pagi yang sibuk. Dia mungkin seseorang yang duduk di sebelah Anda saat menonton pertandingan sepak bola. Dia mungkin seseorang yang mengantre di belakang Anda di kasir supermarket. Dia mungkin seseorang yang paling sulit Anda kasihi yang sebenarnya sedang terluka teramat dalam.

Roma 12:13 mengatakan, “Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!”

Ada banyak orang di gereja, lingkungan, dan bahkan di keluarga Anda yang merupakan ibu tunggal yang bekerja mencari nafkah untuk keluarga mereka, ada para janda yang kesepian di rumah mereka yang hampa, ada seorang siswa yang kesulitan belajar. 

Hari ini, apa yang dapat Anda lakukan untuk mengasihi mereka seperti Yesus?

Renungkan hal ini:  
- Bagaimana Yesus memberi teladan apa artinya menjadi seorang hamba?
- Kapan seseorang pernah menunjukkan kasih Yesus kepada Anda dengan cara melayani Anda?
- Pikirkan seseorang dalam hidup Anda yang sedang terluka. Apa satu hal yang dapat Anda lakukan hari ini untuk mengasihi orang tersebut?

Jika Anda ingin melayani Yesus, mulailah dengan mendatangi orang-orang di sekitar Anda yang tengah terluka hatinya. 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Rabu, 16 April 2025

William Tyndale: Pejuang Firman Tuhan

Pada abad ke-16, Alkitab hanya tersedia dalam bahasa Latin, yang hanya bisa dibaca oleh kaum terpelajar dan pemimpin gereja. Namun, seorang pria bernama William Tyndale memiliki mimpi besar: ia ingin semua orang, termasuk petani dan rakyat biasa, dapat membaca firman Tuhan dalam bahasa mereka sendiri.

William Tyndale lahir di Inggris pada tahun 1494. Sejak muda, ia dikenal sebagai seorang yang cerdas dan memiliki kecintaan mendalam terhadap Alkitab. Namun, ketika ia menyadari bahwa banyak orang tidak bisa memahami firman Tuhan karena keterbatasan bahasa, hatinya terbakar dengan semangat untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris.

Namun, saat itu, menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dianggap sebagai pelanggaran berat. Gereja dan kerajaan menentang upaya ini dengan keras, bahkan mengancam siapa saja yang mencoba menerjemahkan Alkitab dengan hukuman mati. Tapi Tyndale tidak gentar. Ia percaya bahwa setiap orang berhak memahami firman Tuhan dalam bahasa mereka sendiri.

Ia pun pergi ke Jerman untuk menerjemahkan Alkitab. Dengan banyak tantangan dan bahaya yang mengintai, ia berhasil mencetak dan menyebarkan Alkitab dalam bahasa Inggris secara rahasia ke Inggris. Banyak orang yang akhirnya dapat membaca firman Tuhan untuk pertama kalinya!

Sayangnya, perjuangan Tyndale berakhir tragis. Pada tahun 1536, ia ditangkap dan dihukum mati. Namun, sebelum menghembuskan napas terakhirnya, ia berdoa, "Tuhan, bukalah mata raja Inggris."

Doanya tidak sia-sia. Beberapa tahun setelah kematiannya, Raja Henry VIII akhirnya mengizinkan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, dan hasil terjemahan Tyndale menjadi dasar bagi banyak terjemahan Alkitab berikutnya, termasuk King James Version yang masih digunakan hingga saat ini.

Kisah William Tyndale mengajarkan kita tentang keberanian, ketekunan, dan iman yang teguh. Ia rela mengorbankan nyawanya agar orang lain bisa mengenal Tuhan.

Hari ini, kita memiliki Alkitab dalam bahasa kita sendiri berkat pengorbanannya. Mari kita tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, tetapi semakin giat membaca, memahami, dan menjalankan Firman Tuhan dalam hidup kita!

Sumber: Renungan Kristen

Selasa, 15 April 2025

TATKALA ANDA TIDAK DIHARGAI

Bacaan: 1 Samuel 12:16-25

NATS: Jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu (1 Samuel 12:23)

Samuel memiliki kepribadian setegar Gunung Everest di tengah pemandangan bersejarah yang datar dan monoton. Sebagai seorang nabi Allah, ia mengadili orang-orang. Karena Israel merupakan negara teokrasi (dipimpin oleh Tuhan), Samuel sebenarnya adalah raja mereka. Ia menjalankan kewajibannya dengan kemampuan dan pengabdiannya, baik kepada Allah maupun kepada rakyat.

Namun rakyat menginginkan seorang raja seperti yang dimiliki oleh bangsa-bangsa kafir di sekitar mereka (1 Samuel 8:5). Jadi mereka meminta agar hamba Allah ini menyingkir. Samuel terluka hatinya karena penolakan mereka. Ia memahami betapa parahnya ketidaktaatan mereka (12:17-19).

Nabi ini bisa saja mengacuhkan raja yang baru dan bangsanya yang suka memberontak ini. Namun sebaliknya ia berkata, "Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu" (ayat 23).

Mengapa Samuel berkata demikian? Ia tahu bahwa sekalipun pintu-pintu dihempaskan di hadapannya, pintu yang lain masih terbuka baginya, yaitu pintu untuk berdoa bagi orang lain. Kesalehan Samuel dinyatakan melalui reaksinya terhadap apa yang terjadi. Ia tetaplah seorang hamba Allah, dan akan tetap memperhatikan umat Allah.

Ketika kita dihina oleh orang-orang yang kita layani, kita harus memutuskan untuk tidak berdosa terhadap Tuhan dengan membalas menghina mereka. Sebaliknya, dengan kasih karunia Allah, kita dapat mendoakan dengan tulus mereka yang mungkin tidak menghargai usaha baik kita --HWR

BERDOALAH BAGI MEREKA YANG MENGANIAYA KAMU--Yesus (Matius 5:44)

Sumber: Renungan Harian

Senin, 14 April 2025

Pengkhianatan

Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 22:1-13

Masa sengsara Tuhan Yesus diawali dengan pengkhianatan Yudas. Pengkhianatan adalah tindakan yang sangat menyakitkan. Orang yang berkhianat umumnya adalah pengecut yang tidak berani bertindak secara terang-terangan, tetapi hanya berani menikam dari belakang. Pengkhianatan ini sangat melukai hati, sehingga banyak orang yang menyimpan dendam selama bertahun-tahun saat merasa dikhianati oleh orang yang sebelumnya sangat dipercaya. 

Pengkhianatan yang dilakukan Yudas ini sangat tragis karena Yudas adalah murid Tuhan Yesus yang dipilih untuk menjadi bendahara. Biasanya, bendahara adalah posisi yang dipegang oleh orang yang dianggap bisa dipercaya. Yang lebih tragis, pengkhianatan itu dilakukan dalam kerja sama dengan para pemimpin agama—yaitu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat—yang diharapkan memiliki standar moral yang tinggi. 

Sekalipun Tuhan Yesus sudah mengetahui bahwa ada konspirasi pengkhianatan, Dia tidak membongkar konspirasi itu. Ketaatan-Nya terhadap kehendak Allah membuat Tuhan Yesus menerima konspirasi pengkhianatan itu tanpa berusaha melawan.

Apakah Anda pernah dikhianati oleh pasangan Anda atau orang-orang yang dekat dengan diri Anda? Bila Anda pernah dikhianati, Anda akan memahami rasa sakit yang dialami Tuhan Yesus akibat pengkhianatan itu. Sekalipun demikian, Tuhan Yesus tidak pernah menunjukkan rasa kesal dan juga tidak pernah memiliki keinginan membalas. Apa yang membuat Tuhan Yesus bisa tabah menghadapi pengkhianatan? Ketabahan Tuhan Yesus disebabkan karena kasih-Nya yang besar terhadap umat manusia dan karena Ia taat secara mutlak kepada kehendak Allah Bapa-Nya. 

Bila Anda terus menumbuhkan kasih dalam hati Anda, Anda tidak akan mudah merasa sakit hati. Bila Anda memiliki komitmen untuk bersikap taat secara mutlak terhadap kehendak Allah, Anda tidak akan memiliki keinginan untuk main hakim sendiri, melainkan Anda akan pasrah terhadap rencana Allah atas hidup Anda.

Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan beberapa hal penting kepada kita: Pertama, para pemimpin agama atau orang-orang yang menjadi idola dalam masyarakat tidak kebal dosa, sehingga kita tidak perlu merasa heran atau merasa terpukul saat keputusan atau tindakan mereka tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. 
Kedua, kita harus belajar untuk mengasihi semua orang sebagaimana Allah telah lebih dahulu mengasihi kita tanpa syarat. 

Apakah Anda masih menyimpan dendam terhadap seseorang yang pernah mengkhianati Anda? Dengan mengingat bahwa Allah telah lebih dahulu mengampuni semua dosa Anda, bersediakah Anda memaafkan pengkhianatan tersebut? [GI Purnama]

Sumber: Renungan GKY

Minggu, 13 April 2025

Berhenti Untuk Mengeluh

Bacaan: Filipi 2:12-18

Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia.- Filipi 2:14-15

Siapa yang tidak pernah mengeluh? Sebagai manusia berdosa yang hidup di dunia yang juga sudah jatuh ke dalam dosa, setiap kita pasti pernah mengeluh. Kita bisa mengeluhkan sesuatu yang sama ataupun berbeda-beda setiap harinya. Dalam hal mengemudi kendaraan saja, sepanjang perjalanan kita bisa mengeluh karena macet atau karena kendaraan di depan yang berjalan terlalu lambat. Begitu mudah kita mengeluh. Alkitab juga mencatat sejarah perjalanan orang Israel yang mendapat hukuman Allah karena kebiasaan dosa mereka, yaitu mengeluh. Bilangan 11:1 mencatat: Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan. Dalam konteks Perjanjian Lama, mengeluh merupakan dosa yang sangat serius di hadapan Allah.

Rasul Paulus menasihati jemaat Filipi untuk mengerjakan keselamatan yang telah mereka terima karena keselamatan diperoleh bukan karena pekerjaan dan perbuatan baik mereka, melainkan karena kasih karunia Tuhan Yesus. Salah satu ekspresi dari keselamatan yang telah diterima, yaitu dengan tidak mengeluh. Paulus mencontohkan dirinya. Ketika menuliskan surat Filipi, ia sedang berada di dalam penjara. Meskipun kondisi sulit dan susah, Paulus tidak mengeluh. Ia berkata orang percaya yang tidak mengeluh bagaikan bintang terang di langit yang gelap, artinya hidupnya menjadi contoh dan teladan bagi orang-orangdi sekitarnya.

Contoh teladan yang sempurna adalah Tuhan Yesus. Yesus menolak untuk mengeluh ketika menapaki jalan sengsara menuju ke kayu salib demi menebus dosa manusia. Hendaklah kita tidak suka mengeluh supaya kita tidak dihukum Allah, melainkan diampuni. Mari belajar untuk mengurangi keluhan dalam kehidupan hari lepas hari. Kita punya teladan sempurna, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Mari mengucap syukur atas karya-karya Allah dalam hidup kita dan terus memandang kepada Dia yang begitu mengasihi kita.

Refleksi Diri:
Apa saja hal-hal yang sering membuat Anda mengeluh? Mengapa?

Bagaimana sekarang Anda akan belajar mengurangi dan bahkan berhenti mengeluh?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 12 April 2025

Kecukupan Di Dalam Tuhan

Bacaan: Amsal 30:7-9

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.- 1 Timotius 6:10

Film buatan Singapura, Money No Enough 3, memberikan gambaran menarik tentang pergumulan orang Singapura dalam mencari uang. Karakter di film tersebut, Uncle Huang, mati-matian mencari uang dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai kebahagiaan. Semua berawal dari keluhan Huang bahwa sepertinya uang selalu tidak mencukupi memenuhi kebutuhan hidup di Singapura. Mari berhenti sejenak dan bertanya kepada diri kita masing-masing: kira-kira berapa jumlah uang yang kita butuhkan untuk merasa cukup?

Salah satu pemikiran dunia yang sejak lama diperdebatkan adalah hidup akan bahagia jika memiliki uang yang banyak. Pemikiran ini percaya bahwa kondisi uang yang berkelimpahan akan memampukan manusia untuk menikmati berbagai kenikmatan, keseruan, dan kesenangan yang ditawarkan dunia. Ini sebetulnya kondisi yang dikatakan Tuhan di ayat emas sebagai “akar segala kejahatan”.

Orang Kristen harus mempertahankan iman dan menemukan kecukupan di dalam Tuhan saja. Tuhan Yesus mengingatkan murid-murid-Nya bahwa manusia tidak dapat mengabdi kepada Allah dan Mamon (Luk. 16:13). Motivasi yang mendorong hidup kita sebagai orang Kristen tidak boleh uang, melainkan panggilan untuk memuliakan Tuhan. Coba periksa hidup Anda, pikiran apa yang mendorong Anda bangun dari tempat tidur: apakah bekerja untuk mencari uang atau kesadaran bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan untuk bekerja? Jika benar dorongan utama hidup kita adalah kemuliaan Tuhan maka Dia berjanji akan mencukupkan segala kebutuhan kita (Mat. 6:33). Visi akan kehidupan inilah yang menjadi pembeda dalam kehidupan orang Kristen dan orang dunia. Ingat, uang atau harta yang ada di dalam dunia dipercayakan Tuhan untuk kita kelola dan juga nikmati. Muliakanlah Tuhan dengan harta dan juga hidup kita!

Apakah Anda sudah menemukan kecukupan dan keamanan di dalam Tuhan saja? Apakah memuliakan Tuhan sudah menjadi kerinduan utama Anda? Berhati-hatilah agar cinta akan uang tidak mengganggu visi kehidupan Anda yang sejati. Mari dengan sepenuh hati mengarahkan seluruh kehidupan Anda hanya kepada Yesus karena Dia-lah Juruselamat dan Allah Anda. Hanya di dalam Dia terdapat makna hidup sejati yang membawa pada kebahagiaan dan kedamaian hidup.

Refleksi Diri:
Apa yang menjadi motivasi utama Anda untuk menjalani hidup?

Apakah sudah ada rasa cukup di dalam hati Anda? Apakah kemuliaan Tuhan menjadi tujuan utama hidup Anda?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Jumat, 11 April 2025

MENGUBAH UJIAN

Bacaan: Yakobus 1:1-11

NATS: Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan (Yakobus 1:2)

Kata-kata Yakobus "Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan" (1:2) merupakan kunci penting untuk mengubah ujan menjadi kebahagiaan. Meskipun kita tidak dapat memilih ujian yang kita terima, tetapi kita dapat memilih cara untuk menanggapinya. J.B. Phillips menyederhanakan perkataan Yakobus demikian: "Jangan anggap ujian sebagai musuh, melainkan sebagai sahabat!"

Konselor Inggris Selwyn Hughes mengingatkan orang-orang bahwa ujian dapat menjadi sahabat jika tujuan hidup kita adalah menjadi serupa dengan Yesus. Jika tujuan hidup kita hanyalah menghindari kesulitan atau masalah, maka ujian tersebut akan menjadi musuh.

Hughes mengakui bahwa ia sendiri terkadang juga sulit menerapkan nasihatnya itu. Ia teringat ketika suatu kali ia dan istrinya menghentikan mobil di pinggir jalan untuk melihat peta. Sebuah truk membelok tiba-tiba dan menabrak mobil mereka. Mereka memang tidak terluka, tetapi mobil mereka rusak berat. Lalu hujan mulai turun! Tiba-tiba saja Hughes mulai frustrasi, gelisah, dan marah kepada sopir truk tersebut, sehingga ia benar-benar sulit untuk menerima peristiwa itu sebagai suatu kebahagiaan. Namun saat mereka menunggu polisi, ia mulai berpikir bagaimana Allah dapat menggunakan ujian tersebut untuk membuatnya semakin serupa dengan Yesus. Berangsur-angsur ia bisa juga bersahabat dengan masalah tersebut.

Bila kelak Anda menghadapi ujian, bersahabatlah dengannya dan izinkan Allah memakai situasi tersebut untuk membuat Anda semakin menyerupai Yesus -JEY

ALLAH MENENTUKAN SEGALA PERISTIWA YANG AKAN KITA LEWATI KITA MENENTUKAN STRATEGI UNTUK MELEWATI SEMUA ITU

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 10 April 2025

PEMIMPIN YANG TIDAK SEMPURNA

Bacaan: 2 Korintus 3:1-5

NATS: Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah (2 Korintus 3:5)

Pikiran Allah berbeda dengan pikiran kita. Kita cenderung menyamakan kepemimpinan dengan kekuasaan; sedangkan Dia menyamakan kepemimpinan dengan pelayanan seorang hamba. Kita ingin kekuatan supaya dapat membantu pekerjaan Allah; tetapi Dia malah membuat kita lemah supaya Dia dapat menunjukkan kuasa-Nya. Kita memperlihatkan keunggulan diri kita supaya orang lain lebih percaya kepada kita; sedangkan Dia membiarkan kita gagal supaya orang melihat bahwa kita tidak ada artinya jika terpisah dari Allah.

Kita cenderung memperhatikan kepribadian, kecerdasan, pendidikan, dan kekuatan seorang pemimpin. Mereka yang bersikap seperti itu meyakini bahwa seorang pemimpin yang sempurna selalu berbuat benar. Pujian yang berlebihan seperti itu merupakan humanisme-menjadikan manusia sebagai ukuran segala sesuatu. Yang lebih buruk lagi ialah munculnya sikap memberhalakan seseorang-perhatian kita terpusat kepada seseorang, dan bukan kepada Allah.

Karena itulah Allah membiarkan para pemimpin jatuh. Kegagalan, kebimbangan, dan kemerosotan prestasi membuat mereka dengan rendah hati menyadari kekurangan mereka, sehingga para pengikut mereka menghilangkan impian dan ketergantungannya kepada para pemimpin tersebut. Ini merupakan peringatan yang baik, yakni supaya kita semua-baik para pemimpin maupun para pengikut-menjalani kehidupan ini dengan rendah hati. Pada akhirnya, hal terbaik yang kita miliki adalah kebaikan Allah. Itulah sebabnya kita perlu mengakui bahwa "kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah" (2 Korintus 3:5) -DHR

SETELAH MENGETAHUI KELEMAHAN KITA
BARULAH KITA DAPAT BERGANTUNG PADA KEKUATAN ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 09 April 2025

Si Pemuda yang Ingin Berhenti Beribadah

Di sebuah gereja ada seorang pemuda yang datang beribadah. Setelah ibadah selesai, ia mendekati pendeta.
Pemuda: "Pak Pendeta, mulai besok saya tidak akan beribadah di gereja ini lagi."

Pendeta: "Mengapa, Nak?"

Pemuda: "Saya perhatikan selama ibadah tadi, ada banyak jemaat yang tidak serius. Ada yang ribut, ada yang bermain ponsel, ada yang keluar-masuk gereja, dan hal-hal lainnya. Itu membuat saya tidak nyaman."

Pendeta: "Jadi, itu alasanmu ingin berhenti beribadah di sini?"

Pemuda: "Iya, Pak."

Pendeta itu tersenyum dan berkata, "Nak, sebelum kamu mengambil keputusan itu, saya ingin kamu melakukan sesuatu. Tolong kelilingi gereja ini beberapa putaran."

Pemuda: "Hah? Kenapa, Pak?"

Pendeta: "Lakukan saja, Nak."

Pemuda: "Baiklah, Pak."

Pemuda itu pun mengikuti perintah pendeta dan mulai berkeliling gereja beberapa putaran. Setelah selesai, ia kembali menemui pendeta.

Pemuda: "Sudah selesai, Pak."

Pendeta: "Baik. Sekarang, coba jawab pertanyaan saya. Berapa batu yang kamu langkahi? Berapa sampah yang kamu lihat? Dan berapa lubang kecil yang kamu lompati saat kamu keliling tadi?"

Pemuda : "Memangnya kenapa, Pak?"

Pendeta : " Jawab saja."

Pemuda: "Saya tidak tahu, Pak."

Pendeta: "Kenapa kamu tidak tahu?"

Pemuda: "Karena saya fokus keliling dan menyelesaikan tugas yang Bapak berikan."

Pendeta itu tersenyum dan berkata, "Nak, itulah yang seharusnya kamu lakukan dalam beribadah. Apa yang menjadi tujuan kamu dari rumah yaitu untuk datang beribadah, itu sajalah yang kamu lakukan. Jangan fokus pada gangguan di sekitarmu. Fokuslah kepada Tuhan, karena Dialah tujuan utamamu datang ke gereja. Jika hatimu tertuju kepada-Nya, maka hal-hal kecil yang mengganggumu tidak akan lagi menjadi masalah."

Pemuda itu merenung sejenak, lalu berkata, "Terima kasih, Pak Pendeta. Mulai besok, saya akan lebih fokus dalam beribadah kepada Tuhan dan tidak akan terganggu oleh orang-orang di sekitar saya."

"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan," (Ibrani 12:2a)

Kiriman dari: Ryan Zendrato

Sumber: Renungan Kristen

Selasa, 08 April 2025

DOA UCAPAN SYUKUR

Bacaan: Filipi 4:6-13

NATS: Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)

Kelainan yang langka pada otak Judy membutuhkan operasi yang sangat teliti dan berhati-hati. Dengan disaksikan oleh banyak dokter dan mahasiswa kedokteran, prosedur yang penuh risiko tersebut berlangsung di dalam ruang operasi sebuah rumah sakit penelitian.

Beberapa saat sebelum operasi dimulai, sang dokter bertanya, "Apakah Anda ingin bertanya?" Judy menjawab, "Bolehkah saya berdoa bagi Anda?" Sementara banyak mata memandangnya, Judy mengucap syukur kepada Allah atas keahlian yang dimiliki dokter itu, memohonkan hikmat untuknya, dan menyerahkan jalannya operasi ke dalam tangan Tuhan.

Betapa senangnya hati Allah ketika kita tanpa malu-malu membawa persoalan-persoalan kita kepada-Nya dengan ucapan syukur! Judy tidak meminta Allah menyelamatkan nyawanya. Ia yakin bahwa Bapa surgawi mengetahui betapa besar keinginannya untuk hidup. Ia hanya mengucap syukur atas pengetahuan dan keahlian yang dimiliki sang dokter, dan mempercayakan dirinya ke dalam perawatan khusus sang Tabib Agung.

Operasi tersebut berhasil, dan hal itu memberi Judy kesempatan untuk hidup lebih lama. Para dokter di rumah sakit tersebut melihat secara langsung iman kepada Allah yang benar dan hidup. Paulus berkata, "Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (Filipi 4:6). Perhatikan bahwa Allah tidak berjanji untuk memberikan semua yang kita inginkan, melainkan "damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (ayat 7). Benar-benar hadiah yang luar biasa!--DJD

UCAPAN SYUKUR DALAM DOA
DAPAT MENGANGKAT BEBAN PERSOALAN KITA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 07 April 2025

LAKUKAN YANG TERBAIK

Bacaan: Yeremia 29:4-14


NATS: Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan (Kolose 3:23)

Seorang teman saya memiliki pandangan hidup yang disimpulkan dalam salah satu pepatah favoritnya: "Di mana pun Anda berada, lakukan yang terbaik." Artinya, bagaimanapun situasi Anda, sedapat mungkin perbuatlah yang terbaik.

Dulu, ketika ia masih kuliah, ia mendapatkan pekerjaan di sebuah tempat peristirahatan di suatu musim panas. Ia berharap pekerjaannya akan menyenangkan, namun ketika tiba ia diberitahu bahwa pekerjaannya adalah mencuci piring. Ia hanya mempunyai dua pilihan--pergi dari situ dan kembali bergembira, atau tetap di situ dan kecewa. Namun seorang teman menasihatinya dan memberinya pilihan yang ketiga: tetap di situ dan bersikap baik, kemudian melihat hasil-hasil positifnya.

Ia memutuskan untuk tetap di situ dan sedapat mungkin menjadi pencuci piring yang terbaik, dengan pandangan bahwa ia bekerja untuk Tuhan (Kolose 3:22-23). Hasilnya, bahkan dalam hal mencuci piring, ia melakukannya "sebaik mungkin."

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Allah memerintahkan umat Israel yang pada saat itu menjadi tawanan di Babel, "usahakanlah kesejahteraan kota" dan "berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yeremia 29:7). Daripada hanya duduk meratapi nasib dan berharap seandainya mereka ada di tempat lain, Tuhan memerintahkan mereka untuk setia kemana pun Allah mengutus mereka.

Kita tidak selalu dapat memilih keadaan-keadaan yang sesuai dengan keinginan kita. Kita mungkin tidak dapat mengubah pekerjaan atau lingkungan tempat kerja kita. Mungkin kita berada dalam situasi yang sulit, namun kita dapat "melakukan yang terbaik" --DCM

Your work for God will always count,
Although it may be small;
For He marks well your faithfulness
When you have given all. --DJD

DI MANA PUN ANDA BERADA
LAKUKANLAH YANG TERBAIK UNTUK ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 06 April 2025

MALAM YANG GELISAH

Bacaan: Mazmur 16

NATS: Pada waktu malam hari nuraniku mengajari aku (Mazmur 16:7)

Pemazmur Daud melewati malam--malam yang sepi tatkala segalanya seolah tak terkendali. Keraguan dan ketakutan menghinggapinya, namun ia tak dapat lari dari masalah. Ia berusaha menyingkirkan dan menghindari masalah tersebut sama seperti yang sering kita lakukan, tetapi akhirnya ia harus kembali kepada sang Gembalanya (Mazmur 23:1) dan mengingatkan dirinya sendiri akan kehadiran Tuhan. Dan, hal tersebut membawa kedamaian dalam jiwanya yang gundah gulana. Daud berkata, "Karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah" (16:8).

Kita juga pernah mengalami sukar tidur saat pikiran kita diliputi banyak kecemasan, jengkel dengan kegelapan, atau saat kita sangat ingin bisa tidur. Sesungguhnya kita tidak perlu resah, karena kita dapat bersahabat dnegan kegelapan. Lihatlah, Allah justru sering hadir dalam kegelapan malam untuk mengunjungi kita, menasihati kita, dan memberi petunjuk kepada kita. Mungkin di atas tempat tidur kita dapat mendengar suara Allah. Kita dapat mendengarkan rencana-rencana-Nya dan merenungkan firman-Nya.

Kita dapat mendoakan setiap masalah kita kepada Tuhan, atau menyerahkan keselamatan diri kita kepada Dia (1 Petrus 5:7). Kita dapat mengungkapkan segala hal kepada Tuhan baik tentang kegagalan, konflik, tantangan, kekuatiran, dan kekecewaan kita-yang membuat kita tertekan dan sulit tidur-serta mendengarkan nasihat-nasihat-Nya. Inilah yang dapat menghindarkan kita dari penyakit insomnia [susah tidur]. Inilah rahasia agar dapat tidur nyenyak -DHR

JIKA TIDAK DAPAT TIDUR, ANDA TAK PERLU MENGHITUNG DOMBA
BERBICARALAH SAJA KEPADA SANG GEMBALA

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 05 April 2025

AKU TELAH MEMILIH ENGKAU

Engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: "Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau"; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu. Yesaya 41:9-10

Kadang kita tergoda untuk berpikir bahwa nilai diri kita ditentukan oleh apa yang sudah kita capai, di mana kita berada sekarang, atau ke mana kita akan pergi. Tapi semua itu sebenarnya tidak sebanding jika dibandingkan dengan satu hal yang paling penting dan kekal yaitu hubungan kita dengan Allah.

Hubungan ini bukan berdasarkan pada khayalan atau karena kita merasa diri kita hebat. Tidak. Hubungan ini berdasarkan pada satu kebenaran yang pasti: “Aku telah memilih engkau dan tidak akan menolak engkau.”

Mungkin kita merasa Allah punya banyak alasan untuk menolak kita. Kalau hubungan kita dengan Allah bergantung pada seberapa baik kita menjalani hidup setiap hari, mungkin tidak satu pun dari kita bisa bertahan dalam hubungan itu lebih dari sehari. Tapi yang luar biasa adalah: hubungan itu tidak bergantung pada performa kita. Hubungan itu berdasarkan pada pilihan Allah. Dia sendiri yang memanggil kita, bahkan dari tempat yang paling jauh. Dan Dia berjanji tidak akan pernah meninggalkan kita.

Sebelum kita bisa taat dan mengalami kasih karunia Allah, kita harus mengerti dulu apa itu kasih karunia. Kasih karunia adalah obat untuk rasa takut dan cemas kita. Kita tidak akan bisa mengalahkan kekhawatiran hanya dengan mengulang kata-kata motivasi atau karena disuruh menaati perintah Alkitab. Cara seperti itu malah bisa membuat kita makin tertekan dan putus asa.

Tapi saat pikiran-pikiran berat menyerang—seperti “aku takut dan bingung, aku tidak tahu harus berbuat apa,” atau “aku lemah dan tidak berharga, aku tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup”—saat itulah kita perlu mengingat kasih karunia Allah yang berkata kepada kita: "Aku memanggilmu. Aku memilihmu. Aku mengasihimu. Aku tidak akan menolakmu."

Hanya kasih karunia-Nya yang bisa menguatkan hati kita dan memberi ketenangan. Janji-janji-Nya membuat kita melihat hidup dengan cara yang benar dan menolong kita untuk hidup dengan harapan yang kekal.

Apakah ada sungai yang terasa terlalu dalam untuk diseberangi? Gunung yang terlalu tinggi untuk dilewati? Tugas yang menakutkan? Masalah yang tak kunjung selesai?

Ingatlah satu hal: Allah tidak pernah berubah. Tujuan-Nya tidak berubah. Kasih-Nya tidak berubah. Yesus Kristus tidak berubah.

Dan Allah yang tidak berubah ini berkata kepada Anda:
“Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu.”

Refleksi
Bacalah 1 Yohanes 3:1-3 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

Pola pikir apa yang perlu saya ubah?

Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?

Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

Truth For Life – Alistair Beg

Sumber: Renungan Gibeon Church

Jumat, 04 April 2025

JAWABAN ATAS SEGALA SESUATU

Bacaan: Filipi 4:15-20

NATS: Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19)

"Yah, bolehkah aku minta uang 10 dollar?" "Yah, maukah Ayah membantuku mengerjakan soal matematika?" "Yah, apakah ibukota negara bagian Maine?" "Yah, mengapa kita tidak dapat membeli sebuah mobil lagi?" "Yah, aku gagal dalam kelompokku."

Pertanyaan, permintaan, dan kebutuhan anak-anak saya tampaknya tidak ada habis-habisnya. Baik sewaktu duduk di bangku SMP, SMU, universitas, atau bahkan setelah menikah, mereka tidak pernah berhenti membutuhkan pertolongan.

Sering kali saya dapat menolong mereka, tetapi terkadang saya juga tidak mampu memberi jawaban atau pemecahan masalah. Saya tidak mempunyai jawaban atau solusi atas semua masalah yang ada. Namun saya tahu siapa yang memiliki kemampuan itu. Saya tahu Allah menyediakan semua yang kita butuhkan (Filipi 4:19). Dia tahu kapan kita memohonkan sesuatu yang benar-benar kita butuhkan, atau kapan kita harus memikirkan ulang permohonan kita itu.

Pertimbangkanlah hal ini: Ketika kita merasa lelah berjalan, Yesus berkata, "Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Matius 11:28). Ketika kita merasa tak seorang pun mempedulikan, Yesus berkata Dia mengasihi kita (Yohanes 15:12-13). Ketika kita tidak mengerti akan apa yang terjadi, Allah berkata Dia akan memimpin kita (Mazmur 48:14). Ketika kita perlu membutuhkan pengampunan, Allah berkata Dia akan mengampuni jika kita mengakui dosa-dosa kita (1Yohanes 1:9).

Allah adalah Bapa surgawi kita. Dia ingin kita datang kepada-Nya dengan segala permohonan kita. Dia ingin kita mendengarkan-Nya lewat Firman-Nya. Dialah jawaban atas segala sesuatu --JDB

For answered prayer we thank You, Lord,
We know You're always there
To hear us when we call on You;
We're grateful for Your care. --JDB

ALLAH TIDAK PERNAH LELAH DENGAN PERMOHONAN KITA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 03 April 2025

Diciptakan untuk Berbuat Baik

Kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik. –Efesus 2:10

Ayat Bacaan & Wawasan :
Efesus 2:6-10

Awalnya, saya mengabaikan kartu yang melayang jatuh ke tanah itu. Ayah dan anak perempuan kecilnya yang menjatuhkan kartu tersebut berada hanya sekitar 5 meter dari saya, tetapi saya sudah terlambat pergi bekerja. Tentu mereka akan menyadarinya, kata saya kepada diri sendiri. Akan tetapi, mereka terus berjalan. Hati nurani saya tertegur, sehingga saya pun berbalik untuk memungut kartu tersebut. Rupanya itu adalah tiket bus yang sudah dibayar. Waktu saya menyerahkannya kepada mereka, terima kasih yang mereka ucapkan berulang-ulang ternyata membuat hati saya senang. Saya bertanya-tanya, Mengapa saya merasa sangat bahagia karena melakukan hal sederhana seperti itu?

Rupanya, tubuh manusia menghasilkan zat-zat kimia yang meningkatkan suasana hati kita ketika kita berbuat baik kepada orang lain. Kita diciptakan untuk merasa bahagia ketika melakukan perbuatan baik! Hal tersebut tidak mengejutkan, karena kita memang diciptakan oleh Allah yang baik, yang menjadikan kita serupa dengan-Nya.

Efesus 2:10 menunjukkan bahwa memberkati orang lain adalah salah satu tujuan hidup kita: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.” Ayat ini tidak sekadar memberikan perintah agar kita melakukan pekerjaan baik; secara tidak langsung, ayat tersebut juga mencerminkan sebagian natur kita sebagai ciptaan Allah. Kita tidak perlu melakukan pekerjaan besar setiap saat. Ketika kita melakukan hal sederhana untuk menolong orang lain dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya mendapatkan kepuasan sebagai upahnya, tetapi kita juga tahu bahwa kita sedang menyenangkan hati Allah. Itu karena kita melakukan apa yang sesuai dengan kehendak-Nya saat Dia menciptakan kita.

Oleh:  Leslie Koh

Renungkan dan Doakan
Siapakah yang membutuhkan pertolongan atau kata-kata Anda yang menguatkan? Ucapan atau hal sederhana apa yang dapat Anda berikan kepada sahabat, teman kerja, atau tetangga Anda?

Bapa terkasih, bukalah mataku untuk melihat bagaimana aku dapat berbuat baik kepada seseorang hari ini.

Sumber: Our Daily Bread

Rabu, 02 April 2025

RASA CUKUP

Bacaan: 1 Timotius 6:3-16

NATS: Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah (1 Timotius 6:8)

Beberapa tahun yang lalu seorang perancang mobil menggunakan lagu lama Shaker yang berjudul "Simple Gifts" (Anugerah yang Sederhana) untuk mempromosikan sebuah mobil mewah. Bagi mereka yang tahu lirik lagu tersebut, sepertinya aneh ada orang yang memakai lagu yang berbicara tentang mencari kepuasaan lewat hidup sederhana, untuk menjual sebuah mobil mahal. Lirik lagu tersebut berbunyi "Adalah anugerah untuk menjadi sederhana, adalah anugerah untuk bebas, adalah anugerah untuk berada di tempat kita yang seharusnya.

Sering kali kita sulit untuk menerima ajaran Alkitab yang mengatakan bahwa rasa cukup tidak ada hubungannya dengan isi lemari pakaian kita, rekening bank kita, atau apakah kita makan malam dengan steik atau ikan. Kecukupan bukan berarti kekayaan materi. Rasul Paulus menyebutkan bahwa ibadah yang disertai rasa cukup adalah "keuntungan besar" (1 Timotius 6:6). Mungkin Timotius juga terkejut seperti kita saat membaca kata-kata, "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah" (ayat 8).

Berapa banyak dari kita yang mau menghentikan kegiatan sejenak hari ini untuk bersyukur kepada Tuhan atas pakaian dan makanan yang sudah disediakan-Nya bagi kita? Perubahan besar apakah yang mungkin terjadi jika kita mau melakukan hal itu?

Lagu lama Shaker juga mengingatkan kita bahwa kecukupan adalah anugerah yang patut kita nikmati. Lanjutan lagu tersebut berbunyi demikian, "Dan ketika kita berada di tempat yang tepat, berarti kita telah berada di lembah kasih dan sukacita. Dalam begitu banyaknya anugerah Allah yang sederhana, kita dapat merasa cukup -DCM

RASA CUKUP BUKAN BERASAL DARI MELIMPAHNYA KEKAYAAN
MELAINKAN DARI SEDIKITNYA KEINGINAN

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 01 April 2025

BATU PERINGATAN

Bacaan: Yosua 4:1-9

NATS: Batu-batu ini akan menjadi tanda peringatan bagi orang Israel untuk selama-lamanya (Yosua 4:7)

Alkitab tua saya sudah tak utuh lagi. Tepinya yang semula berwarna emas, telah usang karena waktu dan jari-jari saya. Pendalaman-pendalaman Alkitab yang saya lakukan dengan bersemangat di masa muda telah membuat Kitab Suci yang lusuh ini mempunyai nilai lebih dibanding buku-buku lain di kantor saya.

Sekalipun demikian, saya masih dapat membaca dua catatan menarik dari tulisan tangan saya yang jelek semasa muda. Yang satu berbunyi, "Kitab ini akan menjauhkanmu dari dosa, atau dosa akan menjauhkanmu dari kitab ini." Satunya lagi ditulis saat saya berumur 18 tahun, "Kehendak Allah juga adalah kehendakku. Apa pun yang diperintahkan-Nya, itulah yang akan kulakukan."

Bangsa Israel pada zaman Yosua meletakkan "batu peringatan" di tepi Sungai Yordan. Batu-batu ini akan menjadi peringatan bagi anak-anak mereka tentang pemeliharaan Allah yang luar biasa tatkala Dia menuntun umat pilihan-Nya memasuki Tanah Perjanjian.

Sama seperti batu peringatan itu, pernyataan-pernyataan yang saya tuliskan pada Alkitab saya saat itu senantiasa mengingatkan kembali akan kebenaran-kebenaran yang penting ini. Pernyataan-pernyataan itu mengingatkan saya akan perjalanan saya sejak kanak-kanak hingga sekarang bersama Allah yang menuntun saya dengan Firman-Nya sehingga saya mengetahui kehendak-Nya.

Kenangan masa lalu apa yang melindungi hati Anda, memimpin langkah Anda dan menguasai pikiran Anda? Bersyukurlah kepada Allah atas segala kebenaran agung dalam Alkitab yang terus memanggil Anda untuk makin mendekat kepada-Nya. Anggaplah semuanya itu sebagai batu peringatan Anda --JDB

FIRMAN ALLAH MERUPAKAN SUATU PETA YANG MENGARAHKAN KITA DI SEPANJANG JALAN KEHIDUPAN

Sumber: Renungan Harian