Bertumbuh bersama melalui firman Tuhan dan rasakan pengalaman berjalan bersama Tuhan setiap hari
Minggu, 31 Januari 2021
Sabtu, 30 Januari 2021
Jumat, 29 Januari 2021
Kamis, 28 Januari 2021
Rabu, 27 Januari 2021
KEBUTUHAN UTAMA KITA
NATS: Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi (Yohanes 6:35)
Panglima tertinggi William Slim memimpin angkatan perang Inggris dalam penyerangan ke Birma pada Perang Dunia II. Ketika memperhatikan para tentaranya, ia mendapati salah seorang tentaranya sangat sedih karena kabar buruk yang diterimanya dari rumah. Maka dari itu, sang komandan meminta agar pemimpin pendeta di angkatan itu mengutus seorang anggota stafnya untuk berbicara kepada tentara ini.
Tak lama kemudian, panglima itu memanggil sang pemimpin pendeta. Dengan sangat tidak puas dan jengkel, ia berkata, "Salah satu staf Anda sudah menemui tentara itu. Ia memang sangat ramah dan mereka minum teh bersama, tetapi ia tidak membagikan kepada tentara itu apa yang sesungguhnya menjadi kebutuhan utamanya." "Apakah kebutuhan utama tentara itu?" sang pendeta kaget dan bertanya. Slim menjawab, "Dia yang di atas kayu salib."
Yesus berkata, "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yohanes 6:35). Ketika kita berhubungan dengan orang yang membutuhkan, sangatlah penting untuk mengingat bahwa Yesus adalah jawaban dari kesepian, depresi, dan sakit hati mereka. Memang kita harus ramah dan suka bergaul, tetapi kita juga harus menunjukkan kepada mereka tentang Dia yang di atas kayu salib itu, sang Juruselamat yang menanggung dosa kita, yang oleh-Nya kita mendapat pengampunan, kekuatan, anugerah, dan pengharapan.
Ya, Yesuslah satu-satunya jawaban atas kebutuhan utama kita --VCG
YESUSLAH SATU-SATUNYA ROTI HIDUP YANG SANGGUP MEMUASKAN KELAPARAN ROHANI KITA
Sumber: Renungan Harian
#Bacaan hari ini dari Ibrani pasal 4#
Selasa, 26 Januari 2021
Inaugurasi Carter
Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di Sungai Yordan oleh Yohanes. (Markus 1:9)
Kamis, 20 Januari 1977, Jimmy Carter dilantik menjadi presiden Amerika Serikat ke-39. Lazimnya, sesudah pengambilan sumpah jabatan, dalam arak-arakan menuju ke Gedung Putih, sang presiden berada di dalam mobil dinas kepresidenan yang anggun. Tetapi, untuk pertama kalinya dalam sejarah Amerika, Jimmy Carter memilih untuk berjalan kaki beserta seluruh anggota keluarganya-mobilnya mengikuti dari belakang. Pemimpin rendah hati ini hendak mengatakan bahwa ia tidak istimewa, sama dengan semua orang.
Yohanes Pembaptis berperan selaku perintis bagi kedatangan Mesias yang dinubuatkan nabi (ay. 2-3). Andaikan parade beriringan, ia mendahului di depan untuk membuka jalan, sementara Pembesar yang menjadi pusat perhatian menyusul di belakangnya. Ia begitu membesarkan Yesus (ay. 7-8). Tapi, yang mengejutkan, Dia yang di belakangnya itu tampil bersahaja, bahkan dari luar sama dengan banyak orang, sama-sama dibaptis oleh Yohanes (ay. 9). Meskipun tujuannya berbeda, yaitu peneguhan statusnya sebagai Anak Allah, namun yang tahu hanya Diri-Nya sendiri (ay. 10-11). Sedangkan dari luar, Dia serupa benar dengan semua orang.
Kebanyakan orang haus dipandang istimewa di mata orang lain. Rupanya itu memberi kepuasan tersendiri. Tak heran manusia suka mengemas diri dengan apa yang dianggap bisa mempertontonkan keistimewaannya itu. Barang bermerek. Busana mahal. Perhiasan eksklusif. Mobil mewah. Setumpuk penghargaan, pameran harta, dan seterusnya. Mengapa kerendahan hati langka? Sebab kerendahan hati tak menonjolkan sebuah keistimewaan-walaupun sejatinya itu benar-benar ada. --PAD/www.renunganharian.net
TUHAN MEMBERI KEISTIMEWAAN BUKAN UNTUK DIPAMERKAN MELAINKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS YANG KITA EMBAN.
Sumber: Renungan Harian
#Bacaan hari ini Ibrani pasal 3#
Senin, 25 Januari 2021
MENGENDALIKAN ATAU DIKENDALIKAN
NATS: Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan ... kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (Lukas16:13)
Seorang warga Illinois meminta agar sang atasan memotong 2/3 dari gajinya supaya ia berpenghasilan di bawah garis kemiskinan. Alasannya adalah dengan menjadi miskin ia tidak perlu membayar pajak pendapatan, dan juga tidak akan diwajibkan menyokong pelaksanaan beberapa kebijakan militer yang tidak disetujuinya. Hal ini membuatnya lebih konsisten dalam mempraktekkan keyakinannya. Seorang teman dekat berkomentar, "Ia memiliki komitmen yang kuat atas keadilan dan perdamaian. Saya pikir itulah cara ia mewujudkan komitmennya."
Saya tidak menyarankan agar Anda mengikuti langkahnya, saya hanya ingin menunjukkan bahwa orang itu tidak mau idealismenya dibelokkan oleh uang. Ia mengingatkan saya pada Agur, penulis Amsal 30 yang bijaksana. Agur mengungkapkan bahwa terlalu banyak atau terlalu sedikit kekayaan bisa mempengaruhi komitmen seseorang kepada Tuhan.
Kita diminta untuk merenung tentang uang. Warga Illinois itu menyerahkan sebagian uangnya. Agur tidak meminta terlalu banyak ataupun terlalu sedikit uang (Amsal 30:7-9). Yesus menggunakan uang untuk apa yang perlu (Yohanes 13:29). Paulus tidak meminta atau menolaknya (Filipi 4:11-12). Seorang pengusaha muda yang kaya terikat pada uang (Lukas 18:23). Ananias dan Safira mati karena mereka membohongi Allah dalam hal uang (Kisah Para Rasul 5).
Bagaimana sikap kita terhadap uang? Apakah kita menggunakannya dengan bijak, atau sebaliknya uang itu justru menguasai kita? Mampukah kita mengendalikan uang, atau sebaliknya uang itu justru memperbudak kita? Kita tidak dapat mengabdi kepada Tuhan sekaligus kepada uang [Mamon] (Lukas 16:13) -MRD II
UANG ADALAH HAMBA YANG BAIK, TETAPI BUKAN MAJIKAN YANG BAIK
Sumber: Renungan Harian
#Bacaan hari ini Ibrani pasal 2#
Minggu, 24 Januari 2021
Status Murid Kristus
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. (Yohanes 13:35)
Dalam bacaan tersebut, Tuhan Yesus memberi perintah kepada murid-muridNya, yang mana hal itu juga berlaku bagi kita, sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Perintah itu sebenarnya menjadi identitas kita sebagai orang Kristen, yaitu agar kita hidup saling mengasihi.
Kekristenan mengajarkan tentang kasih, sebab karakter Allah adalah kasih. Mazmur 133 menerangkan, ada berkat yang besar di balik kerukunan, yaitu segala janji Tuhan dicurahkan bagi kita yang hidup dengan saling mengasihi.
Dari awal, iblis ingin menggagalkan rencana Tuhan dalam kehidupan kita, khususnya anak-anak Tuhan, yaitu dengan cara merusak hubungan yang dibangun atas dasar kasih. Misalnya, keluarga Kristen dipecah-belah, hubungan antara orang tua dengan anak dikacaukan, bisnis berantakan karena antara karyawan dengan pimpinan terus berselisih, bahkan dari kalangan gereja juga mengalami hal yang sama, yaitu antar gereja saling mencurigai, sehingga tubuh Kristus sulit untuk bersatu. Bahkan kita seringkali mendengar, banyak terjadi perpecahan di dalam kehidupan gereja.
Seharusnya hal tersebut menjadi peringatan buat anak-anak Tuhan, agar kita jangan tertipu dan dibodohi oleh siasat iblis. Firman Tuhan di dalam Yakobus 4: 7 mengatakan: “Karena itu tunduklah kepada Allah, lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu.” Yang perlu kita perhatikan adalah supaya kita hidup dengan saling mengasihi, dan itu akan sangat membahayakan kerajaan iblis. Iblis sangat ketakutan kalau anak-anak Tuhan hidup saling mengasihi. Jika setiap individu itu berkepribadian yang kuat, dan keluarga menjadi keluarga yang kokoh, maka iblis tidak akan memiliki daya untuk menghancurkan anak Tuhan.
Sebagai murid Kristus, mari kita hidup saling mengasihi tanpa memandang suku, agama, dan status sosial, karena Yesus mengasihi manusia bukan untuk satu golongan, namun untuk semua orang. Sehingga melalui kehidupan kita yang demikian, maka dunia akan melihat dan mengakui, bahwa kita mencerminkan kasih Yesus dan Tuhan kita akan dimuliakan.
Kerukunan adalah senjata pamungkas mengalahkan setan dan tipu muslihatnya.
Sumber: Renungan Bethany Graha
#Hari ini kita akan mulai membaca kitab Ibrani pasal 1#
Sabtu, 23 Januari 2021
Buah Rohani Tidak Bisa Dituai Jika Kita Menabur Kedagingan
Galatia 6: 8 "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."
Tujuan spiritual tidak akan pernah bisa dicapai dengan cara duniawi. Ingat kisah Musa di tanah Mesir? Ia membunuh orang Mesir dan menguburnya di pasir. Musa mungkin mengira bahwa dia mengikuti rencana Tuhan, tetapi dia tidak pernah bersusah payah mencari perkataan Tuhan terlebih dahulu.
Dia pasti tidak pernah berdoa sebelum melakukan hal itu. Kami tidak memiliki catatan bahwa Musa mencari wajah Tuhan sebelum mengambil langkah penting itu. Akibatnya, Musa terjatuh. Itu adalah kemunduran terbesar dalam hidupnya.
Faktanya adalah, kamu tidak bisa menabur benih daging untuk menuai tanaman rohani. Kamu tidak bisa menanam perbuatan duniawi dan menumbuhkan buah rohani. Jika kamu melakukan manipulasi, kecurangan, dan kebohongan untuk mencapai puncak, jangan bersyukur kepada Tuhan!
Tuhan tahu bahwa kamu mengubur bangkai duniawi itu ke dalam tanah agar kamu mendapatkan promosi. Jadi, ketika kamu mendapatkan jabatan yang lebih besar serta fasilitas eksklusif, jangan berikan pujian kepada-Nya! Dia tidak menginginkannya karena itu adalah hasil pekerjaanmu, bukan pekerjaan-Nya.
Kadang kita berkata kepada Tuhan, “Tuhan terimakasih.” Kemudian Tuhan menjawab “Siapa? Aku? Aku tidak melakukannya. Itu perbuatanmu.” Kamu menyontek saat ujian, mendapatkan nilai yang bagus, dan bersyukur atas nilai sempurna yang kamu dapatkan. Kamu memalsukan pajak penghasilanmu, kemudian mendapatkan uang yang seharusnya kamu berikan, dan berterimakasih kepada-Nya atas uang tersebut yang harusnya kamu berikan untuk dana pembangunan.
Tidak seperti itu. Dia berkata kepadamu, “Ini bukan perbuatan-Ku. Ini adalah rencanamu.”
Saat Musa duduk tepi sumur, bisa kita bayangkan suara kecil yang memotong perenungannya saat itu. “Jangan berterimakasih kepada-Ku mengenai orang Mesir yang tekubur di pasir itu, Musa. Kau yang melakukannya. Kedagingan seperti itu tidak akan pernah bisa melakukan rencana-Ku. Itu kedagingan Musa. Dari awal sampai akhir. Kau tahu itu.”
Dia tahu itu. Dia sangat menyadarinya ketika dia kembali kepada orang Ibrani keesokan harinya dan mencoba untuk mengambil kepemimpinan hanya untuk diejek dan ditolak. Kemudian seluruh rencananya gagal, dan dia harus mengambil tindakan. Syukurlah, Musa mempelajari pelajaran itu dengan baik.
Terkadang kita sama seperti Musa. Melakukan kedagingan untuk mendapatkan buah rohani. Tetapi Tuhan tidak menghendaki hal seperti itu. Mari kita kembali mendekat kepada-Nya, dan mendengar apa yang Ia ingin perbuat dalam kehidupan kita sehingga kita dapat berbuah di dalam Dia.
Hak Cipta oleh Charles R. Swindoll. Disadurkan dari crosswalk.com
#Hari ini kita akan membaca surat Paulus kepada Filemon. Dan kitab ini hanya terdiri dari 1 pasal saja#
Jumat, 22 Januari 2021
RENUNGKAN DAN BERSYUKURLAH
NATS: Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi (Mazmur 92:2)
Sifat apakah yang dengan jelas dapat menggambarkan kondisi kesehatan moral dan rohani seseorang? Apakah itu kasih? Integritas? Kebaikan, kegembiraan, atau keyakinan? Pendapat tiap-tiap orang bisa berbeda, itu pasti.
Otto Friedrich Bollnow, dalam eseinya Who Really Gives Thanks? (Siapakah yang Benar-benar Bersyukur?) mengungkapkan, "Mungkin tak ada sifat lain yang lebih dapat menggambarkan kesehatan moral dan rohani seseorang selain kemampuannya untuk bersyukur."
Sekalipun kita tidak sependapat dengannya, pendapat Bollnow tetap dapat dijadikan bahan pemikiran. Bagaimanapun juga, Kitab Suci menekankan pentingnya memuji Allah atas kebaikan dan belaskasihan-Nya. Ada banyak ayat dalam kitab Mazmur yang melukiskan ungkapan hati yang penuh syukur. Sebagai contoh, "Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah; kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu" (Mazmur 67:4). "Bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!" (100:4). Rasul Paulus pun mendorong rekan-rekannya yang seiman agar mengucap syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa di surga (Efesus 5:20).
Berdasarkan hal di atas, luangkanlah waktu untuk merenung dan mengingat akan pengampunan Allah, perlindungan-Nya yang tak pernah berubah, kesetiaan-Nya dalam memelihara kita, serta penyertaan-Nya yang kekal. Dengan selalu ingat untuk bersyukur, Anda akan berada dalam kondisi sehat secara rohani dan memuliakan nama-Nya.
Oleh karena itu, renungkanlah-dan bersyukurlah! -VCG
BELAJAR BERSYUKUR MERUPAKAN PROSES YANG TAK ADA HABISNYA
Sumber: Renungan Harian
#Bacaan hari ini adalah Titus pasal 3 dan ini adalah pasal terakhir dari surat Paulus kepada Titus#
Kamis, 21 Januari 2021
Rabu, 20 Januari 2021
Selasa, 19 Januari 2021
DOA YANG BERBAHAYA
[[Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah ... dan kamu akan menerimanya. ]] (Yohanes 15:7)
Banyak orang salah menafsirkan ayat ini dan menganggap bahwa apa yang mereka doakan, pasti akan dikabulkan. Padahal justru sangat berbahaya jika Tuhan meluluskan setiap permintaan kita. Mengapa? Karena keterbatasan kita membuat kita tidak tahu apa yang akan terjadi seandainya doa-doa kita dikabulkan. Dosa telah mencemari keinginan-keinginan kita sehingga apa yang kita minta kerap kali hanya untuk memuaskan hawa nafsu kita.
Oleh karena itu, ayat ini harus dibaca dengan lengkap sesuai konteksnya sehingga kita mengerti bahwa Tuhan mengabulkan doa kita jikalau kita hidup benar, meminta sesuai kehendak-Nya, dan menghasilkan banyak buah bagi kemuliaan Allah.
Sejak kecil Frank Slazak sudah berdoa agar suatu hari kelak ia dapat terbang ke ruang angkasa. Ketika NASA membuka kesempatan itu, ia mendaftarkan diri dan lolos dalam dua seleksi yang sangat ketat. Ia sangat yakin Tuhan mengabulkan doanya. Namun, betapa kecewanya dirinya ketika ternyata pada akhirnya yang terpilih adalah Christa McAuliffe. Pada tanggal 28 Januari 1986, Challenger meledak 70 detik sesudah diluncurkan. Saat itu barulah Frank sadar bahwa seandainya ia ikut dalam penerbangan itu, ia sudah mati. Tuhan tidak mengabulkan doanya karena Dia memiliki rencana yang jauh lebih indah baginya.
Jika saat ini doa-doa kita tidak dikabulkan, jangan marah atau putus asa. Tetaplah memandang kepada-Nya karena Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. (Ruth Retno Nuswantari)
Sumber: Amsal Hari Ini
#Bacaan hari ini 2 Timotius pasal 4 dan ini adalah pasal yang terakhir#
Senin, 18 Januari 2021
Allah Memurnikan Melalui Penderitaan
Bahan renungan: Yesaya 48
Allah mengasihi umat-Nya walaupun sebenarnya kehidupan iman umat Israel itu tidak tulus (48:1). Allah mengatakan bahwa mereka itu tegar tengkuk, keras kepala, kepala batu. (48:4) Melalui para nabi, Allah menyampaikan nubuat tentang hal-hal yang baru, yang belum pernah ada sebelumnya untuk menegaskan bahwa nubuat itu benar-benar berasal dari Allah karena tidak ada berhala yang bisa melakukan hal seperti itu (48:3-7). Nubuat tersebut jelas menunjuk kepada hukuman pembuangan umat Yehuda ke Babel dan pemulangan ke Yerusalem yang bersifat memurnikan iman melalui ujian dalam dapur kesengsaraan (48:10). Selain menubuatkan hal-hal yang akan terjadi di masa depan, Allah juga memberi tahu apa yang Ia lakukan pada masa lampau (48:13). Oleh karena itu, wajar bila Allah mengatakan, “Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!” (48:12). Allah itu tidak berubah karena Ia itu kekal, selalu ada. Oleh karena itu, Allah bukan hanya mencipta pada masa lalu, tetapi Ia juga merancang masa depan, sehingga masa depan bukanlah suatu kebetulan! Masa depan dirancang oleh Allah dan Allah telah merancang masa depan untuk memurnikan iman umat-Nya. Pada masa kini, kita perlu peka terhadap petunjuk Allah tentang jalan yang harus kita tempuh. Kepekaan terhadap tuntunan Allah dan ketaatan terhadap pimpinan Allah itulah yang akan membuat kita bisa selalu memiliki damai sejahtera (48:17-18). Sebaliknya, orang fasik—yang tidak peduli terhadap kehendak Allah—tidak akan memiliki damai sejahtera (48:22).
Bila Anda menghadapi kesulitan ekonomi atau menghadapi masalah apa pun, jangan kecil hati. Tetaplah waspada agar Anda tidak kehilangan iman! Sampai masa kini pun, Allah tetap bisa memakai penderitaan sebagai sarana untuk memurnikan iman kita atau menuntun kita menuju kepada keadaan yang lebih baik. Saat menghadapi masalah atau penderitaan, kita harus berusaha memahami kehendak Allah bagi diri kita serta mengikuti pimpinan Tuhan. Bila kita hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, kita akan memiliki damai sejahtera yang akan memberi kita kekuatan dalam menghadapi masalah atau penderitaan yang sedang kita hadapi. Sebaliknya, bila kita menjauh dari Tuhan, kita akan kehilangan sumber kekuatan dalam menghadapi masalah. Apakah saat ini Anda sedang mendekat kepada Tuhan? [GI Purnama]
Sumber: Renungan GKY
#Hari ini kita membaca 2 Timotius pasal 3#
Minggu, 17 Januari 2021
Sabtu, 16 Januari 2021
Proses Pematangan
Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku. –Yeremia 15:16
Pada awal pelayanannya yang akhirnya berlangsung lima puluh tahun di Cambridge, Inggris, Charles Simeon (1759–1836) pernah bertemu dengan gembala gereja tetangga, Henry Venn, dan anak-anak perempuannya. Setelah kunjungan itu, anak-anak perempuan Venn mengomentari sikap Simeon muda yang menurut mereka kasar dan terlalu percaya diri. Venn menanggapi dengan menyuruh anak-anak perempuannya memetik sebutir buah persik dari pohon. Ketika anak-anaknya bingung mengapa sang ayah menyuruh mereka memetik buah yang belum matang, Venn menjawab, “Ya, anak-anakku, buah ini sekarang masih hijau, jadi kita harus menunggu; tetapi dengan bantuan sinar matahari, dan jika rajin disiram, persik ini akan menjadi matang dan manis. Demikian juga dengan Tn. Simeon.”
Seiring berlalunya waktu, Simeon memang semakin lemah lembut oleh kasih karunia Allah yang mengubahkan dirinya. Salah satu penyebabnya adalah komitmen Simeon untuk membaca Alkitab dan berdoa setiap hari. Seorang teman yang pernah tinggal dengannya selama beberapa bulan menyaksikan sendiri kebiasaan Simeon dan berkomentar, “Itulah rahasia dari kebaikan hati dan kekuatan rohaninya yang luar biasa.”
Kita dapat memercayai Allah untuk melembutkan hati kita oleh Roh-Nya.
Dalam waktu pribadinya bersama Allah setiap hari, Simeon meneladani Nabi Yeremia yang setia mendengarkan firman Allah. Yeremia begitu bergantung pada firman itu hingga ia berkata, “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya.” Ia merenungkan dan mencerna firman Allah yang menjadi “kegirangan” dan “kesukaan” bagi hatinya (Yer. 15:16).
Bila saat ini kita juga menyerupai buah yang masih hijau dan masam, kita dapat memercayai Allah untuk melembutkan hati kita oleh Roh-Nya seiring dengan pengenalan kita yang semakin mendalam akan Dia lewat ketekunan kita membaca dan menaati firman-Nya.
Bagaimana Anda telah diubahkan lewat kebiasaan Anda membaca Alkitab? Jika Anda belum terbiasa, apa alasannya?
Ya Allah, Kitab Suci memberikan santapan bagi jiwaku dan menjaga aku dari dosa. Tolonglah aku untuk tekun membacanya setiap hari.
Sumber: Santapan Rohani
#Hari ini kita mulai membaca 2 Timotius pasal 1#
Jumat, 15 Januari 2021
Berfokus dan Bergantung pada Allah
Bacaan renungan: Matius 4:1-11
Berpuasa dalam jangka waktu cukup lama tentu dapat membuat kondisi fisik manusia menurun. Tidak terkecuali dengan Tuhan Yesus. Dalam kondisi yang demikian, Ia diperhadapkan pada serangan Iblis.
Iblis mencobai Yesus dengan meminta Yesus mengubah batu menjadi roti. Iblis tahu itulah yang dibutuhkan oleh Yesus setelah 40 hari 40 malam berpuasa, yaitu memenuhi kebutuhan fisik-Nya (2). Melalui pencobaan ini Iblis ingin mengalihkan Yesus dari hal-hal rohani kepada hal-hal jasmani. Iblis juga ingin agar Yesus berusaha memenuhi kebutuhan-Nya dengan bergantung pada kekuatan-Nya sendiri dan bukan pada Allah.
Namun, Tuhan Yesus tidak terkecoh dengan semua itu. Ia tetap bergantung pada Bapa-Nya dan tidak menuruti perkataan Iblis. Ia menjawab tantangan dan mematahkan serangan Iblis dengan firman Tuhan. Ia menegaskan kepada Iblis bahwa hidup dan mati manusia tidak ditentukan oleh kebutuhan fisik, melainkan oleh Allah, Sang Pemberi dan Pemelihara Hidup.
Melalui perikop ini, kita belajar bahwa Iblis selalu berusaha menjauhkan kita dari Allah. Iblis mengalihkan pikiran kita dari hal-hal rohani kepada hal-hal jasmani. Iblis memanfaatkan materi dan kekhawatiran hidup.
Iblis sering mengacau ketika kita sedang menyenangkan Allah. Misalnya, Iblis membujuk kita untuk mengikuti pertemuan bisnis ketimbang beribadah, menonton acara televisi ketimbang mendengarkan firman Tuhan, dugem sampai pagi ketimbang melakukan saat teduh. Pada akhirnya, kita kehilangan momen bersama Tuhan. Kita tidak bisa menikmati firman-Nya, sehingga tidak lagi peka mendengar suara-Nya.
Kita sering bertindak salah karena memakai cara kita sendiri. Kita mengambil jalan pintas agar bisa lepas dari kekhawatiran dan menyelesaikan persoalan hidup dengan cara kita sendiri. Kita makin menjauh sehingga tidak lagi bergantung pada Dia. Mari kita mengarahkan pikiran dan hati kita kepada Allah dan tetap bergantung pada-Nya dalam menghadapi segala tantangan. [ABL]
Sumber: Santapan Harian
#Hari ini kita membaca dari 1 Timotius pasal 6. Dan ini adalah pasal terakhir. Besok kita akan lanjutkan dengan membaca surat Paulus yang kedua kepada Timotius#
Kamis, 14 Januari 2021
Kristen Indekos
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. (Yohanes 8:34-35)
Orang yang telah menerima keselamatan di dalam Tuhan akan tetap selamat. Namun, manusia juga diberi kehendak bebas oleh Tuhan untuk menentukan, apakah tetap di jalan keselamatan, atau menyiakan-nyiakan keselamatan yang telah diperolehnya. Cara untuk tetap berada di jalan keselamatan adalah, dengan tidak berbuat dosa lagi.
Pemahaman untuk tidak berbuat dosa lagi, seringkali ditafsirkan secara kurang tepat oleh sebagian orang. Mereka mengidentikkan berbuat dosa dengan hukum: boleh atau tidak boleh dan halal atau haram. Misalnya, mereka bertanya, boleh tidak merokok? Boleh tidak minum bir? Boleh tidak menonton film ke bioskop?
Kekristenan adalah hubungan (relationship). Keintiman hubungan seseorang dengan Tuhan, akan membawa yang bersangkutan kepada kekudusan yang semakin berkualitas. Keintiman hubungan itu didapatkan, bila kita berada di dalam hadiratNya. HadiratNya hadir di saat kita berkomunikasi dengan Dia di dalam doa, pujian dan penyembahan.
Jadi, yang terpenting bukan dalil-dalil hukum, ketika kita berbicara tentang kekudusan. Bahkan, kecenderungan yang ada di dalam diri manusia adalah, semakin dilarang, akan semakin penasaran. Semakin dia berpikir untuk tidak boleh melakukan, semakin dia tergoda untuk melakukannya. Contoh sederhana, pada saat tidak berpuasa, mungkin kita terbiasa melewati pagi hari tanpa sempat sarapan. Tetapi, begitu kita berniat untuk berpuasa, baru jam enam pagi, mungkin perut sudah keroncongan luar biasa. Ya itulah, kekuatan dosa di dalam pikiran.
Orang yang berbuat dosa, dia menjadi hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal di dalam rumah tuannya. Satu saat dia akan keluar. Hanya anak yang tinggal selamanya di rumah Bapa. Untuk dapat melawan dosa, tidak bisa dilakukan dengan kekuatan pikiran. Gunakan kekuatan roh. Di saat roh kita senantiasa berpadu dengan Roh Kudus, maka kita menjadi orang Kristen yang tidak bisa berbuat dosa.
Mengapa ada orang Kristen indekos? Sebentar merdeka, sebentar jadi hamba dosa lagi? Ya, karena dia tidak tetap dalam hadirat Tuhan. Coba dia senantiasa hidup dalam keintiman dengan Tuhan. Pasti lain ceritanya. Jangan jadi Kristen indekos!
Renungan :Kekuatan pikiran sangat terbatas untuk melawan dosa. Aktifkan senantiasa kuasa Roh Kudus di dalam diri kita. Dia adalah kekuatan dahsyat yang dapat membawa kita muak dengan dosa.
Dosa tidak dapat dilawan dengan kekuatan pikiran; lawanlah dengan kekuatan Roh Kudus.
Sumber: Renungan Bethany Graha
#Bacaan hari ini dari 1 Timotius pasal 5#
Rabu, 13 Januari 2021
Bacaan: 1 Timotius 4
Bertekunlah:
1. Dalam membaca Kitab Suci
2. Dalam membangun
3. Dalam mengajar
Terus bertumbuh dalam aspek:
1. Pengajaran (doktrin)
2. Kerohanian (hub dgn Tuhan)
3. Karakter
4. Pelayanan
Mari kita masing2 melihat diri kita msg2, bagian mana dalam "bertekun" dan "bertumbuh" yg msh kurang dan mari kita saling mendoakan spy kita bs terus "bertekun" dan "bertumbuh" sesuai dgn kehendak Tuhan shg nama Tuhan dimuliakan. Amin.
Roma 12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
MIMPI SENIMAN
NATS: Karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa (Wahyu 5:9)
Rita Snowden, pada tahun 1937, menulis sebuah buku berjudul If I Open My Door. Di dalamnya ia menceritakan tentang sebuah jemaat yang merencanakan untuk membangun tempat ibadah yang baru. Di bagian tengah gereja tersebut akan dipasangi jendela kaca berwarna dengan gambar anak-anak yang sedang menyembah Yesus.
Jemaat tersebut mempekerjakan seorang seniman untuk melukis sebuah gambar pada jendela yang sudah disiapkan. Ia memenuhi tugasnya, dan malam itu ia bermimpi mendengar suara gaduh di studionya. Ketika menyelidiki, ia melihat orang asing sedang mengubah lukisannya. Ia berteriak, "Hentikan! Anda merusak lukisan itu." Namun orang asing itu menjawab, "Kamulah yang telah merusakkannya." Sang penyusup itu kemudian menjelaskan bahwa wajah anak-anak itu semula hanya satu warna, tetapi ia membuatnya menjadi beragam warna. Ketika penyusup itu berkata bahwa ia menginginkan anak-anak dari seluruh bangsa dan ras dapat datang kepadanya, seniman itu akhirnya menyadari bahwa ia sedang berbicara dengan Yesus sendiri.
Di dalam dunia di mana perbedaan ras sering menyulut perpisahan dan konflik, orang-orang kristiani perlu mengusahakan kesatuan dan kedamaian. Yesus memanggul salib untuk membawa keselamatan bagi orang-orang dari setiap bangsa (Wahyu 5:9). Kesaksian dan persekutuan kita harus melampaui hambatan yang secara historis telah memisahkan keluarga umat manusia (Roma 1:16; Galatia 3:28).
Apakah kita menyatakan kasih Yesus kepada semua orang? --Vernon Grounds
YESUS MENGASIHI SEMUA ORANG TIDAK HANYA ORANG YANG SERUPA DENGAN ANDA
Sumber: Renungan Harian
#Bacaan Alkitab hari ini 1 Timotius pasal 4#
Selasa, 12 Januari 2021
SAAT ALLAH MENGGUNTUR
NATS: Dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau; Aku menjawab engkau dalam persembunyian guntur (Mazmur 81:8)
Guntur menggelegar di pegunungan Sawtooth, berdentam, serta bergema di puncak-puncak dan ngarainya, menggetarkan tanah dengan ledakan suaranya. Anjing tua saya segera lari ketakutan. Saya berdiri terpana dan merasa gembira.
Badai itu mengingatkan saya akan “persembunyian guntur” di mana Allah menjawab umat-Nya (Mazmur 81:8). Bangsa Israel berseru dari parit-parit jerami dan dapur batu bata Mesir. Tepat pada waktunya, Allah menimpakan badai guntur pada seluruh tanah itu (Keluaran 9:13-34).
Bagian lain dari Mazmur berbicara mengenai badai yang melindungi bangsa Israel ketika mereka menyeberangi Laut Merah (Mazmur 77:17-21). Guntur itu menjadi malapetaka bagi bangsa Mesir, tetapi membawa pembebasan bagi umat Allah. Setiap sambarannya yang bergemuruh merupakan suara penghiburan dari Bapa bagi anak-anak-Nya.
Ketika Yesus meramalkan kematian-Nya dalam Yohanes 12:28,29, Dia meminta Bapa-Nya untuk memuliakan nama-Nya. Terdengarlah suara dari surga, “Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi.” Bagi orang banyak, suara itu terdengar seperti guntur.
Apakah Anda sedang dalam kesusahan? Berserulah kepada Allah dalam kesesakan dan kesusahan Anda. Anda mungkin tidak akan mendengar guntur yang menggelegar, tetapi suaranya akan bergema lagi dari surga ketika Dia menjawab Anda dalam “persembunyian guntur”. Allah akan menghibur dan membebaskan Anda dari rasa takut --David Roper
ORANG YANG MENARUH KEPERCAYAAN KEPADA ALLAH AKAN MENEMUKAN PENGHIBURAN DALAM KEKUATAN-NYA
Sumber: Renungan Harian
#Bacaan firman Tuhan hari ini dari 1 Timotius pasal 3#
Senin, 11 Januari 2021
DAMAI SEJAHTERA ALLAH
[[Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.]] (Roma 5:1)
Allah menghendaki kita memiliki damai sejahtera. Sayangnya, kita kerap kali tidak mengalami damai sejahtera itu. Apalagi kita sebagai orang-orang percaya, kita seharusnya memiliki damai sejahtera itu. Namun, apakah ada damai? Apakah ada sejahtera? Bukankah kenyataannya banyak orang Kristen sendiri saling bermusuhan karena harta, takhta, dan wanita? Bahkan bukankah sekarang banyak juga gereja yang tidak damai dan terpecah-pecah?
Di manakah damai sejahtera itu sebenarnya? Jangan mencari damai sejahtera di dunia ini. Hal itu tidak akan ditemukan di dalam masyarakat, bahkan di dalam gedung gereja. Perlu kita ketahui bahwa yang sesungguhnya pertama-tama harus merasakan damai dan sejahtera adalah hati kita. Oleh sebab itu, Roma 5:1-11 menyatakan bahwa kita mengalami damai sejahtera (ayat 1 dan 11) karena Tuhan kita Yesus Kristus yang memberikan anugerah keselamatan (ayat 2), menguatkan (ayat 3-5), dan mengasihi kita (ayat 6-10). Ketika Yesus menjadi Tuhan dalam hidup kita, damai sejahtera itu hadir. Hanya Tuhan Yesus yang bisa memberikan damai sejahtera sejati, bukan dunia ataupun manusia.
Masih adakah sesuatu yang mengikat dalam hati kita sehingga hidup kita ini tidak ada damai sejahtera? Masihkah kita juga mencari-cari sesuatu yang kita anggap bisa memberi kita damai sejahtera? Jangan biarkan semua itu terus menggandoli hidup kita. Lepaskanlah itu dan berikanlah kepada Tuhan. Berimanlah kepada Yesus dan lihatlah betapa hati kita bisa mengalami damai sejahtera itu. (Amos Winarto Oei)
Sumber: Amsal Hari Ini
#Bacaan hari ini 1 Timotius pasal 2#
Minggu, 10 Januari 2021
Jangan Menghakimi
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka : ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yohanes 8:7)
Jika kita membaca kisah dalam Injil Yohanes ini, kita akan diingatkan kembali kisah tentang seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah, yang dibawa oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi di hadapan Tuhan Yesus. Dan jika kita lihat tujuan dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini hanyalah untuk mencobai Tuhan Yesus supaya mereka mempunyai alasan untuk menyalahkan Tuhan Yesus.
Akan tetapi Tuhan Yesus lewat kisah ini memberikan kita pelajaran agar supaya kita tidak mencari-cari kesalahan orang lain, seolah-olah kita adalah orang yang paling benar, dan semua orang itu salah. "Janganlah menghakimi!” Itulah kata yang mudah untuk kita ingat dalam menggambarkan Yohanes 8:7 ini. Kita harus senantiasa mengoreksi kehidupan kita supaya apabila ada kesalahan, kita jangan terburu-buru menuding atau menuduh orang lain yang salah. Semua manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna, setiap kita pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan kita tidak bisa menuntut pada seseorang supaya tidak pernah berbuat suatu kesalahan sekalipun kesalahan kecil. Bahkan dalam Lukas 6:41-42, Tuhan Yesus mengatakan agar supaya kita mengeluarkan terlebih dahulu balok yang ada di dalam mata kita, sehingga kita dapat mengeluarkan selumbar di mata orang lain.
Adalah sifat manusia untuk tidak mau mengakui kesalahan sendiri dan cenderung menyalahkan orang lain. Lihat saja bagaimana Adam dan Hawa melakukan hal yang sama. Ketika mereka berbuat dosa, Adam menuding Hawa, dan Hawa menuding ular. Begitu juga ketika anaknya, Kain, yang membunuh Habel, juga melakukan hal yang sama. la tidak mau mengakuinya ketika Tuhan bertanya kepadanya mengenai keberadaan adiknya (Kejadian 4:9).
Renungan :
Melalui renungan kita hari ini, biarlah kita saling mengintropeksi kehidupan kita sehingga kita tidak mengeluarkan perkataan-perkataan yang menghakimi orang lain. Biarlah kita selalu mengeluarkan perkataan-perkataan yang membangun orang lain, yang membuat orang lain tidak tersandung. Karena penghakiman itu adalah hak Tuhan, kita tidak mempunyai hak untuk menjadi hakim atas sesama kita.
Kita adalah penopang saudara kita, bukanlah hakim yang menjatuhkan.
Sumber: Renungan Bethany Graha
#Bacaan hari ini 1 Timotius pasal 1#
Sabtu, 09 Januari 2021
Proses Menjadi Serupa dengan Kristus
"Hai anak-anakku, karena kamu akan menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." (Galatia 4:19)
Setiap orang Kristen adalah murid Yesus, wajib hidup sebagaimana Kristus hidup. Hidup kita harus mencerminkan Kristus sebagaimana tertulis: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1Yohanes 2:6). Menjadi serupa dengan Kristus adalah tujuan terbesar setiap orang percaya. Rasul Paulus menegaskan bahwa kita harus diubah menjadi sama dengan citra dan gambar Yesus Kristus, Anak Allah. Itu berarti kita harus diubah ke dalam karakter Kristus, memiliki karakter yang sama dengan karakter Kristus.
Pada awal penciptaan manusia berfirmanlah Allah, "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita," (Kejadian 1:26), maka "Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." (Kejadian 1:27). Kata "gambar" ini tidak mengacu pada kesamaan fisik, tetapi pada kesamaan karakter: manusia akan memiliki sifat-Nya dan karakter-Nya seperti yang terpancar pada Anak-Nya, Yesus Kristus, yang adalah "...gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,... Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia," (Kolose 1:15,19).
Sebagai orang percaya kita harus diubah menjadi seperti gambar dan rupa-Nya: bagaimana kita berkata-kata dan berperilaku haruslah seperti Kristus. Pernahkah perkataan Yesus menyakiti orang lain? Pernahkah Ia mengucapkan kata-kata kutuk terhadap orang yang membenci-Nya? Perkataan Yesus selalu dipenuhi oleh kasih dan pengampunan. Juga ketika menghadapi setiap persoalan dan keadaan apa pun Yesus sealu bersikap dan berpikiran positif. Jadi, Tuhan Yesus harus menjadi teladan utama hidup kita. Menjadi serupa dengan Kristus juga berarti ada buah-buah Roh yang kita hasilkan (baca Galatia 5:22-23). Namun proses untuk menjadi serupa dengan Kristus itu akan sangat menyakitkan bila kita terus memberontak. Ingatlah bahwa Tuhan adalah Sang Penjunan, dan kita hanyalah tanah liat.
Dia akan terus membentuk dan memproses kita sesuai yang Dia kehendaki, mengikis dan menghancurkan karakter-karakter hidup kita yang tidak berkenan sampai kita menjadi sama dengan gambar-Nya!
Sumber: Renungan Kristen
#Bacaan hari ini 2 Tesalonika pasal 3. Dan pasal ini adalah pasal terakhir. Besok kita akan mulai membaca surat Paulus yang pertama kepada Timotius#
Jumat, 08 Januari 2021
Kamis, 07 Januari 2021
DIUJI DENGAN API
NATS: Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak (Mazmur 66:10)
“Tujuan akhir dari kehidupan bukanlah untuk melakukan, melainkan untuk menjadi,” demikian yang diungkapkan oleh F.B. Meyer. Dan demi tujuan ini kita sedang disiapkan setiap hari. Seperti perak dimurnikan dengan api, hati sering dimurnikan dalam tungku kesedihan. Dalam kesedihannya pemazmur berkata, “Kami telah menempuh api” (Mazmur 66:12).
Proses pemurnian memang dapat sangat menyakitkan, tetapi tidak akan menghancurkan. Sang Pemurni duduk di dekat tungku untuk menjaga nyala api. Dia tidak akan membiarkan kita dicobai melebihi kemampuan kita; hal itu terjadi demi kebaikan kita.
Kita barangkali tidak dapat mengerti mengapa kita harus menanggung kesengsaraan tahun demi tahun. Cobaan seakan-akan tidak akan pernah berakhir dan tidak ada tujuannya. Hari-hari yang kita jalani tampaknya berlalu dengan sia-sia. Kita merasa seakan-akan tidak melakukan sesuatu hal yang berarti.
Akan tetapi, Allah tidak pernah mengerjakan sesuatu yang sia-sia--kita sedang dimurnikan. Dia menempatkan kita ke dalam tungku pencobaan supaya kita memperoleh kesabaran, ketaatan, kerendahan hati, belas kasih, dan juga keunggulan lain yang belum kita miliki.
Jadi, janganlah takut dan jangan menggerutu. Pencobaan Anda saat ini, betapa pun pedihnya, sudah disaring melalui hikmat dan kasih Allah. Sang Pemurni duduk di samping tungku, menjaga nyala api, mengamati prosesnya, menunggu dengan sabar sampai wajah-Nya terpantul di permukaan --David Roper
API PEMURNIAN DAPAT MENGHASILKANK KESAKSIAN YANG GEMILANG
Sumber: Renungan Harian
#Hari ini kita akan mulai membaca surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Tesalonika#
Rabu, 06 Januari 2021
MENGAPA KE GEREJA?
NATS: Marilah kita saling memerhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita (Ibrani 10:24,25)
Dalam surat kepada editor sebuah surat kabar Inggris, seseorang mengeluh bahwa ia tidak menemukan alasan untuk pergi ke gereja setiap Minggu. "Selama 30 tahun terakhir ini, saya telah menghadiri kebaktian cukup teratur," tulisnya, "dan selama itu ... saya telah mendengarkan tidak kurang dari 3.000 khotbah. Namun, yang mengejutkan, saya tidak dapat mengingat satu pun dari khotbah-khotbah itu. Saya berpikir mungkin lebih bermanfaat bila waktu sang pendeta digunakan untuk mengerjakan hal lain saja."
Surat itu menimbulkan reaksi dari banyak orang. Berikut ini adalah sebuah tanggapan yang paling mengena: "Saya telah menikah selama 30 tahun. Selama itu saya telah makan sebanyak 32.850 kali -- sebagian besar hasil masakan istri saya. Tiba-tiba saya menyadari bahwa saya tidak dapat mengingat satu pun dari menu makanan itu. Namun, saya memperoleh gizi dari setiap hidangan tersebut. Saya pikir, tanpa makanan-makanan tersebut, mungkin saya telah mati kelaparan sejak dahulu."
Alkitab menegaskan pentingnya pergi ke gereja, dan satu-satunya nasihat untuk melakukan hal ini muncul dalam topik tentang bahaya yang timbul apabila menjauhkan diri dari pertemuan ibadah (Ibrani 10:25). Kita memerlukan bantuan untuk menjaga iman dan pengharapan kita dari keguncangan (ayat 23), dan untuk mengasihi serta melakukan pekerjaan baik (ayat 24). Sebagaimana makanan jasmani membuat kita tetap hidup dan kuat, demikian juga makanan rohani yang bergizi dari pengajaran dan persekutuan, sangat penting bagi kita untuk tetap hidup --Dennis De Haan
AGAR TETAP BERTUMBUH DALAM KRISTUS
TETAPLAH PERGI KE GEREJA
Sumber: Renungan Harian
#Hari ini kita membaca pasal terakhir dari 1 Tesalonika yaitu pasal 5#
Selasa, 05 Januari 2021
Senin, 04 Januari 2021
PERCAYA ITU YAKIN PENUH
NATS: Aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Roma 1:16)
Terkadang saya bertemu orang-orang yang sadar bahwa mereka memiliki kebutuhan rohani, namun enggan berkomitmen secara pribadi kepada Kristus. Meski telah menyaksikan betapa iman di dalam Kristus telah bekerja pada diri orang lain, mereka dibingungkan oleh nasihat yang mereka terima dari beberapa jemaat yang baik.
Seorang pria mengatakan bahwa ia mendapat nasihat untuk bergabung dengan sebuah gereja tertentu supaya diselamatkan. Ia diberi tahu seorang yang lain lagi bahwa ia harus dibaptis di sebuah gereja tertentu. Ada lagi yang mengatakan secara samar mengenai perlunya usaha untuk menaati Khotbah di Bukit. Salah seorang temannya menyatakan ia perlu mengalami suatu periode penderitaan yang mendalam karena dosa sebelum mengharapkan Allah menyelamatkannya.
Sebenarnya, saya tidak menyalahkan bila pria bingung itu berkata kepada saya, “Saya tidak mau membaca pamflet atau traktat apa pun. Tunjukkan kepada saya melalui Alkitab bagaimana saya dapat diselamatkan.” Kami pun mulai membaca bacaan Alkitab di surat Roma dan mendiskusikannya. Ketika kami membaca pasal lima, ia berkata, “Sekarang saya mengerti. Yang saya butuhkan hanyalah menaruh keyakinan saya sepenuhnya kepada Yesus Kristus.” Ia menerima Kristus dan memperoleh damai sejahtera.
Kita memiliki iman yang menyelamatkan bila memercayai apa kata Alkitab tentang kita dan tentang Yesus Kristus. Lalu kita merespons kebenaran itu dengan menaruh keyakinan penuh kepada-Nya.
Jika Anda belum melakukannya, letakkanlah keyakinan Anda sepenuhnya kepada Yesus sekarang --Herb Vander Lugt
KITA DISELAMATKAN BUKAN KARENA PERBUATAN KITA MELAINKAN KARENA MENGIMANI APA YANG KRISTUS PERBUAT BAGI KITA
Sumber: Renungan Harian
#Bacaan hari ini 1 Tesalonika pasal 3#
Minggu, 03 Januari 2021
Sabtu, 02 Januari 2021
Menganggap Diri Pandai
Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan hal-hal yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada hal-hal yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! (Roma 12:16)
Semasa masih sekolah, berbekal nilai matematika yang cenderung bagus, di atas 7, saya pernah merasa cukup pandai. Alhasil, saya lengah dan tidak belajar serius menghadapi ujian nasional saat kelas 3 SMA. Hasilnya, nilai ujian nasional saya jeblok hingga di bawah 5! Ketika itulah, saya baru menyadari kesalahan fatal yang saya perbuat, yang dimulai dari sikap hati yang sepele ... merasa diri pandai. Pelajaran yang sungguh berharga yang sedapat mungkin saya berusaha agar tidak mengulanginya.
Dalam godaan merasa diri pandai, sebenarnya terdapat semacam jebakan. Jika seseorang terkena jebakannya, minimal ada dua hal yang akan dialami: Pertama, perkembangan dalam dirinya akan mulai stagnan, lalu berjalan mundur. Ya, orang yang merasa diri pandai biasanya tak lagi mau belajar, enggan menerima koreksi, bahkan bisa melawan ketika ada yang mengkritik dan memberinya masukan. Kedua, mulai tertinggal dari orang lain. Ketika hidup kita mengalami stagnasi, orang lain akan lebih mudah mengungguli dan menjadi lebih baik. Kita pun akan sukar mengejar ketertinggalan, sebelum berhenti merasa diri pandai, mulai belajar lagi, dan berusaha mengejar ketertinggalan itu.
Sejatinya manusia perlu terus berkembang dalam banyak hal, supaya grafik hidupnya tidak bergerak mundur dan ia mulai tertinggal oleh laju perubahan dan perkembangan zaman. Merasa diri pandai adalah "cara tercepat" untuk mengawali ketertinggalan dan keterpurukan dalam hidup kita, yang sebaiknya dijauhkan dari dalam diri kita, sampai kapan pun! --GHJ/www.renunganharian.net
MERASA DIRI PANDAI ADALAH AWAL DARI KEGAGALAN DAN KEMUNDURAN DALAM HIDUP.
#Hari ini kita mulai membaca surat Paulus yg pertama kepada jemaat di Tesalonika#
Jumat, 01 Januari 2021
TUNTUNAN TUHAN DI TAHUN 2021
"Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini." Keluaran 33:15
Segudang rencana, harapan dan keinginan kita bawa memasuki hari baru di tahun yang baru ini. Kita berharap semua kegagalan di hari-hari yang lalu takkan terulang lagi. Hari ini adalah waktu yang tepat untuk berefleksi dan melakukan kontemplasi: mengapa aku gagal? Mengapa rencanaku berantakan? Mengapa keinginanku belum juga terwujud? Mungkin selama ini kita menjalani hidup dengan mengandalkan kekuatan sendiri, merasa mampu tanpa perlu bimbingan Tuhan, merasa tak membutuhkan campur tangan Tuhan.
Memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju ke tanah Kanaan adalah tugas yang tak mudah bagi Musa. Karena itu Musa sangat membutuhkan bimbingan dan penyertaan Tuhan, dan sejak awal penyertaan Tuhan atas mereka sungguh nyata. Namun di tengah perjalanan, bangsa Israel berubah tidak setia terhadap Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah (Keluaran 32:1-4); mereka lupa dengan pertolongan Tuhan, penyertaan-Nya, kasih-Nya dan perbuatan ajaib-Nya. Perbuatan mereka benar-benar menyakitkan hati Tuhan dan menimbulkan kemarahan-Nya! "...Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, karena engkau ini bangsa yang tegar tengkuk, supaya Aku jangan membinasakan engkau di jalan." (Keluaran 33:3). Akhirnya Tuhan menyuruh Musa untuk tetap berangkat membawa bangsa Israel ke negeri yang Ia janjikan dengan mengutus malaikat-Nya berjalan di depan mereka. Ini menyedihkan hati Musa! Musa keberatan bila harus berjalan tanpa penyertaan Tuhan, "...jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu." (Keluaran 33:13). Musa menyadari keterbatasan dan ketidakberdayaannya, karena itu ia sangat membutuhkan penyertaan Tuhan.
Kita tak tahu apa yang terjadi esok, yang pasti tantangan yang akan kita hadapi di tahun 2021 ini semakin berat. Setiap hari adalah perjalanan hidup yang baru, karena itu kita membutuhkan uluran tangan Tuhan untuk menuntun langkah kita!
Penyertaan Tuhan adalah yang terutama dalam hidup ini, tanpa-Nya kita takkan mampu.
Sumber: Air Hidup Blog
#Hari ini bacaan dari Kolose pasal 4 yaitu pasal terakhir dari surat Paulus kepada jemaat di Kolose#