Rabu, 30 November 2022

PEMBENTUK KEHIDUPAN

[[Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.]] (Amsal 13:20)

Pepatah menyatakan, “Tunjukanlah kepadaku sahabat-sahabatmu dan aku akan menunjukkan masa depanmu.” Perkataan ini hendak menegaskan bahwa kehadiran orang-orang terdekat akan berperan serta dalam menentukan apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita. Bukankah tak jarang kita mendengar kisah atau membaca berita tentang orang-orang yang terpengaruh oleh teman-temannya sehingga melakukan hal yang jahat?

“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak” (Amsal 13:20). Amsal ini menegaskan bagaimana lingkungan yang baik, yakni orang-orang yang bijak, akan memengaruhi kehidupan kita. Pergaulan di era sekarang bukan hanya menyangkut soal pertemanan di dunia nyata, melainkan juga di dunia maya. Bukan hanya bergaul dalam arti berinteraksi secara fisik, melainkan juga lewat tulisan.  

Cobalah periksa pergaulan kita. Dapatkah kita menyebutkan nama berapa teman, baik di dunia nyata ataupun di dunia maya, yang membawa pengaruh baik bagi kehidupan kita?

“Tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20). Siapa yang disebut dengan orang bebal dalam Amsal ini? Orang bebal adalah mereka yang menolak dengan keras untuk diajar atau belajar dari kehidupan ini. Berteman dengan orang bebal membuat kita menjadi malang karena kehidupan ini terus berubah. Perubahan hidup menuntut kesediaan untuk terus belajar. Orang yang tidak lagi mau belajar akan menjadi tertinggal atau malah menjadi beban kehidupan.  

Jadi, apakah kita dapat mengidentifikasi siapa teman-teman kita yang tidak mendorong kita untuk terus belajar? Tinggalkanlah mereka sebelum memengaruhi kehidupan kita.

Pilihlah teman dengan bijak karena teman-teman inilah yang akan berperan serta dalam membentuk kehidupan kita.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini

Selasa, 29 November 2022

Ujung-ujungnya Ruwet

Bacaan: KEJADIAN 12:10-20

Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta. (Kejadian 12:16)

Karena merasa mampu, kadang saya berusaha untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan tanpa melibatkan orang lain. "Saya bisa menyelesaikannya seorang diri!" pikir saya. Walau berulang kali gagal, saya berusaha menolak ketika beberapa orang menawarkan bantuan. Dan hasil akhirnya pun jelas, bukannya terselesaikan, ujung-ujungnya justru bertambah ruwet.

Abram pun punya pengalaman serupa. Ketika bencana kelaparan melanda, ia memilih untuk mengikuti jalan pikirannya sendiri daripada bertanya dan meminta petunjuk Tuhan. Di mata Abram, Mesir limpah dengan makanan, tetapi ia buta terhadap keruwetan lebih besar yang bakal terjadi. Tanpa diduga, istrinya yang cantik itu mengundang perhatian orang Mesir. Abram memutar otak mencari cara menyelamatkan diri. Ia meminta Sarai mengaku sebagai adiknya jika ditanya orang Mesir. Rupanya cara ini justru membawanya pada masalah baru. Firaun ingin memperistri Sarai! Sampai-sampai Tuhan harus menulahi istana Firaun.

Kita sering tergoda membuat keputusan tanpa pertimbangan ketika melihat sebuah ancaman. Kita merasa kuat dan mampu mengatasinya tanpa perlu melibatkan orang lain, bahkan Tuhan. Tidak jarang situasi tidak terduga itu justru terjadi ketika kita menjalankan strategi yang kita pikir jitu. Bukannya teratasi, kita malah terjebak dalam sebuah tragedi. Bukannya terurai, masalah justru menjadi semakin ruwet. Keangkuhan membuat diri kita terlalu percaya diri dan tidak lagi melibatkan Tuhan. Keangkuhan akan membawa kita pada masalah. --SYS/www.renunganharian.net

SAYA ADALAH ORANG YANG ANGKUH KETIKA SAYA TIDAK LAGI MELIBATKAN TUHAN DALAM SETIAP PERENCANAAN SAYA.

Senin, 28 November 2022

SOK TAHU

Bacaan: Yakobus 1:19-27

NATS: Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah (Yakobus 1:19)

Betapa menjengkelkannya bila seseorang memotong pembicaraan kita dan seakan-akan ia telah tahu apa yang akan kita ucapkan, kemudian melompat mengambil kesimpulan yang dibuatnya sendiri.

Disadari atau tidak, kita sering melakukan hal seperti itu. Kita sering bersikap sok tahu ketika mendengar apa yang diungkapkan oleh orang lain. Memang kita mendengar kalimat-kalimat yang diucapkannya, tetapi kita tidak sungguh-sungguh memperhatikan apa yang dikatakannya. Dan hasilnya adalah kesalahpahaman!

Baru-baru ini saya duduk di depan sepasang suami isteri yang sedang berdebat sengit. Mereka saling melemparkan tuduhan, melontarkannya pada saat yang bersamaan, dan terus menerus saling memotong pembicaraan. Setiap kata yang mereka ucapkan membuat kesalahpahaman bagaikan pisau menikam semakin dalam dan dalam, memperparah "luka" dalam hubungan mereka. Sangat sukar bagi saya saat itu untuk menyerukan gencatan senjata di tengah keriuhan perang kata-kata itu.

Saya tidak dapat membayangkan apakah Yesus juga pernah terlibat dalam percakapan yang amat kasar seperti itu. Orang-orang mendengarkan Dia, dan Dia mendengarkan mereka. Yakobus, dalam suratnya kepada jemaat mula-mula, menulis, "Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:9). Saya yakin bahwa ia telah berulang kali melihat teladan ini di dalam diri Yesus.

Mendengarkan dengan penuh rasa hormat membuat kita mampu mengendalikan amarah dan menghargai kebenaran. Marilah kita mendengarkan pembicaraan orang lain dengan cermat dan menghindari tindakan yang terlalu cepat melompat ke kesimpulan -- DJD

KITA AKAN MEMPEROLEH LEBIH BANYAK SAHABAT MELALUI TELINGA DARIPADA MELALUI MULUT

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 27 November 2022

NERACA SERONG

[[Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.]] (Amsal 11:1)

Suatu kali saya antre membayar di sebuah toko yang ramai. Pemilik toko itu berulang kali berkata, “Ini sudah harga pokok. Saya jual rugi ini.” Jika ada yang menawar, maka jawaban yang sama meluncur: ini sudah harga pokok, saya jual rugi ini. Ketika saya tepat berada di depannya, wanita pemilik toko itu tampak terkejut, “Boksu, saya tidak tahu kalau Boksu ada di toko ini. Malu saya.”

Saya pun menyapanya sambil berkata, “Kasihan ya tante. Jual rugi terus. Bisa-bisa nanti tokonya tutup.” Tante itu tersenyum sambil berbisik, “Boksu, jangan dengarkan omongan saya kalau di toko. Pasti banyak bohongnya. Dengarkan saja kalau saya di gereja.”

“Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan” (Amsal 11:1). Ada sebuah praktik yang umum terjadi pada zaman penulis Amsal hidup, dan juga mungkin terjadi di masa kini. Penjual menggunakan neraca serong yang akan mengutungkan dirinya sendiri, tetapi tentu saja merugikan pembeli. Tuhan membenci praktik seperti ini. Penggunaan neraca serong adalah salah satu bentuk penipuan, sama dengan penipuan lewat kata-kata.

“Tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat” (Amsal 11:1). Tuhan ternyata tidak hanya memedulikan hidup umat ketika mereka menyembah di altar-Nya. Tuhan juga memerhatikan perilaku umat-Nya ketika mereka berbisnis di pasar.

Biarlah kejujuran mewarnai perilaku kita. Jujur di hadapan altar dan di tengah ramainya pasar (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Sabtu, 26 November 2022

MENCARI SAHABAT

[[Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara. ]] (Amsal 18:24)




A Friend in need is a friend in deed. Demikianlah bunyi pepatah populer dalam bahasa Inggris. Terjemahan bebasnya kurang lebih adalah teman yang menolong kita dalam kesusahan adalah teman kita yang sejati atau teman sejati adalah teman yang berada di sisi kita ketika kita membutuhkannya. Siapa yang tidak ingin mempunyai teman yang seperti ini? Realitasnya, yang kerap terjadi adalah yang sebaliknya, bukan? Orang yang selama ini kita anggap sebagai teman ternyata tidak hadir, apalagi membantu kita tatkala kita berada di dalam kesusahan.

“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan” (Amsal 18:24). Peringatan ini begitu lugas dan jelas. Ada teman yang bukan saja tidak menolong, tetapi justru menjerumuskan kita ke dalam masalah. Apakah Anda mempunyai teman yang seperti ini?

“Tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara” (Amsal 18:24). Nah, ini yang luar biasa. Seorang sahabat yang lebih dekat daripada saudara kandung. Di mana kita dapat memperoleh sahabat yang seperti ini?

Kita mengharapkan dan mencari seorang teman yang bukan saja tidak mendatangkan kecelakaan, tetapi juga bersedia menolong di tengah kesusahan kita. Seorang sahabat yang lebih dekat daripada saudara. Di manakah kita mendapatkannya?

Inilah letak masalahnya. Semua orang mencari sahabat yang baik, tetapi berapa orang yang bersedia menjadi sahabat yang baik?

Berhentilah mencari sahabat yang baik, tetapi mulailah menjadi sahabat yang baik.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Jumat, 25 November 2022

Pekerjaan Yang Tidak Sia-sia

Bacaan: 1 Korintus 15:57-58

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
- 1 Korintus 15:58

Apakah pekerjaan yang tidak sia-sia? Itulah pekerjaan yang hasilnya punya efek jangka panjang, yakni pekerjaan yang berdampak sampai kekekalan. Apa pun yang sedang kita kerjakan, harus dipastikan ada kaitannya dengan Tuhan. Pekerjaan kita ada karena Tuhan yang berikan. Dia ingin pekerjaan kita menyaksikan Tuhan dan berdampak sampai kekekalan.

Bagaimana caranya? Berdirilah teguh dan jangan goyah di tengah zaman yang serba susah ini, kita harus memiliki iman yang teguh kepada Tuhan. Walaupun semua serba susah, kita harus tetap giat berkarya karena itulah yang dikehendaki Tuhan dan tidak akan menjadi sia-sia. Orang Kristen sejati akan sadar bahwa dirinya diutus oleh Tuhan untuk menjadi agen perubahan di tengah keluarga dan dunia.

Tuhan menghendaki agar semua Kristen dapat memasyhurkan-Nya. Karena itu, janganlah kita jemu berbuat baik melainkan terus giat melakukannya untuk melayani Tuan kita, Tuhan Yesus Kristus. Sejak mengenal Kristus, hidup kita diubah. Karakter kita dikikis dan disempurnakan, supaya kita bisa mejadi agen perubahan Tuhan di tengah dunia. Inilah pekerjaan yang tidak sia-sia.

Satu kali ada orang Tionghoa dari Medan bersaksi dengan bangganya atas semua kehebatannya. Lalu saya bertanya, “Untuk apa semua itu? Kalau malam ini kamu mati, bagaimana?” Ternyata percakapan sederhana tersebut membuatnya tidak bisa tidur beberapa hari. Akhirnya, kami berbincang mengapa penting punya Juruselamat dan Tuhan yang membuat hidup menjadi tidak sia-sia. Setelah itu, ia dengan aktif bekerja namun semua pencapaian dan prosesnya bukan untuk kebanggaannya sendiri, tetapi bagaimana pekerjaan dan pencapaiannya bisa membuat keluarganya diselamatkan dan teman-temannya yang tadinya tidak Kristen menjadi pengikut Kristus. Kini ia merasa bahagia bukan karena pencapaiannya, tetapi karena Tuhan masih izinkan dirinya untuk menjadi agen perubahan Tuhan yang membuat hidup orang di sekitarnya berubah karena berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus.

Saudara, Tuhan sedang menunggu Anda untuk menyatakan kasih karunia dan kuasa-Nya supaya pengaruh kudus Injil Kristus dalam segala keindahannya akan tampak dalam kehidupan Anda yang mengubahkan dunia sekitar. Sudah siapkah Anda untuk melakukan pekerjaan-Nya? Salam tidak sia-sia.

Refleksi diri:
Bagaimana Anda memandang pekerjaan dan pencapaian Anda selama ini? Apakah pekerjaan Anda sekarang memiliki dampak sampai kekekalan?

Sebagai pengikut Kristus, apakah Anda sudah menjadi agen perubahan Tuhan?

Sumber: Jawaban.com

Kamis, 24 November 2022

BERSIAPLAH!

Bacaan: Lukas 12:16-21

NATS: Bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu! (Amos 4:12)

Seorang bangsawan meninggal dunia secara mendadak. Dengan segera pembantu pribadinya lari dan menyatakan kepada pembantu-pembantu yang lain bahwa majikan mereka telah tiada. Dalam kegugupannya, si pembantu pribadi tersebut bertanya dengan nada kuatir, "Ke mana beliau pergi?" Para pembantu lainnya menjawab, "Mengapa? Tentu saja beliau ke surga." "Tidak mungkin," katanya lagi, "Saya yakin, beliau tidak pergi ke surga."

Karena terkejut mendengar pernyataan itu, para pembantu lainnya bertanya bagaimana ia bisa tahu dengan pasti bahwa majikan mereka tidak pergi ke surga. Laki-laki itu menjawab, "Perjalanan ke surga sangat jauh, dan majikan kita tidak pernah melakukan perjalanan panjang yang tentangnya beliau tidak pernah bercerita atau melakukan persiapan sebelumnya. Saya tak pernah mendengar beliau mengatakan sesuatu tentang perjalanan ini atau menyiapkan diri untuk itu."

Memang benar, kita diselamatkan oleh kasih karunia lewat iman di dalam Kristus--bukan oleh seberapa banyak kita membicarakan hal itu (Efesus 2:8). Namun sangat aneh bila ada orang yang berpikir bahwa dirinya akan masuk surga, tetapi tidak pernah membicarakan tentang hal itu ataupun membaca firman Allah.

Orang kaya yang bodoh dalam Lukas 12 tidak siap ketika Tuhan berkata, "Pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu." Akankah Anda pergi ke surga, apabila Anda jarang berpikir dan berbicara tentang surga? Bagaimanapun juga, Anda akan bertemu dengan Allah. Sudah siapkah Anda? -- RWD

SURGA ADALAH SEBUAH TEMPAT YANG DISIAPKAN
BAGI ORANG YANG BENAR-BENAR SIAP

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 23 November 2022

SUPERMAN DAN PESAWAT TERBANG

Bacaan: Obaja 1:1-7
NATS: Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau (Obaja 1:3)

Putri saya telah bepergian ke hampir seluruh negara di dunia ini sebagai pramugari dan seringkali pulang ke rumah dengan berbagai cerita yang menarik. Salah satu kisah yang diceritakannya itu tentang mantan juara dunia tinju kelas berat Muhammad Ali. Saat itu Muhammad Ali duduk di pesawat yang sedang bersiap untuk tinggal landas. Seorang pramugari yang melihatnya tidak mengenakan sabuk pengaman, memintanya dengan sopan, "Maaf Pak, tolong kenakan sabuk pengamannya."

Muhammad Ali mengangkat kepalanya, dan sambil menyeringai ia berkata dengan suara yang perlahan tetapi berat, "Superman tidak memerlukan sabuk pengaman!" Tidak mau kalah, pramugari itu membalas dengan "pukulan" yang cepat: "Superman memang tidak memerlukan sabuk pengaman, jadi tolong kenakan sabuk pengaman Anda!"

Tentu saja Muhammaad Ali hanya bergurau saat itu. Jika seseorang benar-benar merasa dirinya adalah Superman, ia benar-benar menipu dirinya sendiri. Ia akan menjadi seperti bangsa Edom dalam bacaan Alkitab kita hari ini yang telah diperdayai oleh keangkuhan mereka sendiri. Dan merupakan suatu kebenaran yang tak dapat dipungkiri bahwa kita semua juga memiliki kecenderungan seperti itu.

A.W. Tozer dengan tepat menggambarkan jenis orang Kristen yang dirindukan oleh Tuhan ini dengan ungkapan: "Pria dan wanita yang berhenti 'dibodohi' tentang kekuatan mereka sendiri, dan yang tidak takut dengan keberadaan dirinya bila 'tertangkap' sedang bergantung sepenuhnya pada Tuhan mereka yang mencukupi segalanya" -- JEY

UNTUK MENGALAMI KEKUATAN ALLAH KITA HARUS MENGAKUI KELEMAHAN KITA

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 22 November 2022

HAMBA SEGALA HAMBA

Bacaan: Fili 2:1-8

NATS: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Fili 2:5)

Jika kita memikirkan tentang apa saja yang telah diserahkan Anak Allah ketika datang ke dunia ini, kita harus ingat hal ini: Seseorang yang sedikit menderita seharusnya tidak mengeluh di hadapan orang yang amat menderita. 

Sebagai contoh, apakah tepat bersusah hati dan mengeluh tentang tangan yang berkulit kasar di hadapan seseorang yang tidak memiliki tangan? Orang macam apa yang mempermasalahkan kakinya yang sakit di hadapan seseorang yang tidak memiliki kaki sama sekali? Atau, warga negara macam apakah yang mengeluh harus membayar pajak ketika berdiri di tepi makam seseorang yang rela mati demi negaranya? 

Dalam kerangka yang lebih luas dan tak terbatas, kita harus memikirkan kelahiran Kristus dengan serius, sebab itulah awal dari pengurbanan terbesar yang membuat segala kesulitan kecil yang kita alami menjadi tidak berarti. Allah yang kekal merendahkan diri-Nya menjadi manusia yang hidup dan mati bagi kita (Fili 2:5-8). Ketika Tuhan kita meninggalkan kemuliaan surgawi, Dia menjadi Hamba dari segala hamba. Lalu, hak apa yang kita miliki untuk mengeluh bila Dia memerintahkan kita untuk saling melayani? Memberi dan melayani adalah alasan mengapa Yesus datang ke dunia ini. 

Jika kita mengerti mengapa Yesus datang, kita akan menyadari mengapa kita harus menjadi hamba dari Hamba segala hamba! -- MRDII

BERIKANLAH SEGALA SESUATU KEPADA KRISTUS YANG TELAH MEMBERI SEGALANYA KEPADA KITA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 21 November 2022

DI MANA KEDAMAIAN?

Bacaan: Yohanes 14:25-31

NATS: Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia (Yohanes 16:33)

Lebih dari 45 tahun yang lalu, ayah saya terluka tatkala bertempur dalam kancah Perang Dunia II, suatu peperangan besar yang menelan korban paling sedikit 35 juta jiwa. Selain itu jutaan orang lainnya di seluruh dunia terkena dampak konsekuensi tragis dari konflik internasional ini.

Setiap keluarga yang masih teringat akan putra atau putrinya yang hilang, setiap orang yang menjadi korban perang dan setiap veteran, yang harus hidup dengan luka peperangan baik secara fisik maupun emosi, merupakan bukti dari kegagalan umat manusia untuk menciptakan damai sejahtera di dunia (Lukas 2:14).

Apa yang salah? Mengapa sampai saat ini kita masih juga menyaksikan pemboman dan penembakan serta penghancuran bangsa-bangsa?

Pria dan wanita yang berperang demi membela negara mereka harus dihormati dengan ucapan syukur. Kita juga harus selalu ingat bahwa setiap kedamaian yang diperjuangkan dengan cara kekerasan tidak akan pernah berlangsung dengan permanen. Damai sejahtera yang sejati baru akan tercipta tatkala Raja Damai memerintah atas bangsa-bangsa. Namun Dia harus bertakhta di dalam hati kita saat ini juga. Dia memberi kita damai sejahtera yang dapat kita peroleh dengan cara percaya kepada Allah melalui Yesus Kristus. Itulah damai sejahtera dengan Allah -- sesuatu yang dapat dialami bahkan oleh mereka yang pernah mengalami kengerian perang.

Suatu hari nanti ketika Kristus kembali, akan ada damai sejahtera di seluruh bumi. Namun untuk saat ini, damai sejahtera di bumi dapat dirasakan oleh seseorang setiap saat, tatkala ia menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya.

Sudahkan Anda memiliki damai sejahtera? -- JDB

DAMAI SEJAHTERA YANG SEJATI BUKANLAH TIDAK ADANYA PERANG MELAINKAN ADANYA HADIRAT ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 20 November 2022

Janganlah Jemu Berbuat Baik

Matius 5:16 “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

Saat pertama kali datang ke daerah yang saya tempati saat ini, seringkali saya membandingkan tempat ini dengan daerah dimana saya berasal. Tempat asal saya merupakan salah satu kota besar di Indonesia, segala sarana tersedia dengan lengkap bagi warganya.

Suatu ketika, di daerah baru ini, saya harus berjalan kaki bersama beberapa jemaat lain sejauh 200 meter dengan meninggalkan kendaraan kami di pinggir jalan. Kami menuju rumah sesama jemaat untuk beribadah. Rumah ini terletak di area perkebunan yang becek dengan penerangan yang minim. Tanpa persiapan apapun, saya mengikuti teman-teman yang sudah terlihat siap dengan sepatu karet yang memudahkan mereka berjalan. Dalam kebingungan saya, salah satu teman mengeluarkan handphone dan menyalakan senternya hingga saya bisa berjalan dan merasa sangat terbantu.

Dalam Matius 5:16, Yesus mengingatkan untuk setiap orang percaya mampu menjadi terang ditengah dunia yang gelap. Tentunya setiap perbuatan baik yang kita lakukan benar-benar dilakukan karena pimpinan dari Roh Kudus. Perbuatan baik yang kita lakukan akan dapat dilihat oleh banyak orang sebagai suatu cahaya di tengah kegelapan. Hingga setiap orang yang melihatnya akan memuliakan Allah.

Kehidupan kekristenan kita harusnya menjadi kitab yang terbuka bagi banyak orang. Tanpa harus banyak berkata-kata, harusnya setiap orang percaya mampu menjadi saksi Kristus dalam kehidupannya. Pelukan dan sentuhan bagi orang-orang yang kehilangan, tangan yang terulur memberikan bantuan, bahkan doa-doa yang diucapkan dari ruang-ruang gelap harusnya lebih bermakna dan berkuasa dibanding dengan kata-kata yang terucap.

Jika hari ini saudara masih bingung dengan apa yang harus dilakukan dalam dunia yang gelap, maka mari kita lakukan beberapa hal di bawah ini :

1.Teruslah menjadi terang dengan selalu melakukan kejujuran dan tidak kompromi dengan dosa.
2. Nyalakan terangmu dengan menjadi teladan bagi komunitas
3. Jadilah penentu arah untuk semua orang dapat mengenal Kristus.
4. Cahayailah dunia dengan terang sejati dalam hidupmu.

Maka Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12)

Sumber: Jawaban.com

Sabtu, 19 November 2022

YANG TAK DAPAT DILAKUKAN HUKUM TAURAT

Bacaan: 1 Timotius 1:3-11

NATS: Hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan (1 Tim 1:8)

Seorang penginjil bernama Fred Brown menggunakan tiga ilustrasi dalam menjelaskan penerapan hukum Taurat yang benar. Pertama, ia menyamakan hukum Taurat dengan cermin kecil yang dipakai dokter gigi. Dengan cermin itu ia dapat melihat lubang pada gigi. Namun, dokter tidak mengebor dengan cermin tersebut. Cermin dapat menunjukkan lubang, tetapi tidak dapat dipakai untuk menambal.

Kedua, Brown membandingkan hukum itu dengan senter. Bila lampu di rumah tiba-tiba padam, Anda akan menggunakan senter untuk menuju ke kotak listrik. Senter membantu Anda melihat sekering yang putus atau sakelar pemutus yang rusak, tetapi Anda tak dapat memasang senter pada tempat sekering atau sakelar tersebut.

Yang ketiga, Brown menyamakan hukum Taurat dengan tali pengukur. Seorang buruh bangunan menggunakan tali untuk melihat apakah hasil kerjanya sudah lurus terpasang. Jika ada suatu kesalahan, ia tidak akan menggunakan tali pengukur itu untuk memperbaikinya. Ia akan menggunakan palu dan gergaji.

Rasul Paulus berkata, "Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan" (1 Tim 1:8). Hukum Taurat Allah dapat mengungkap dosa, tetapi tidak memberikan pemecahannya. Jawabannya terdapat dalam diri Yesus Kristus. Dia telah menanggung kesalahan kita di atas kayu salib dan kini Dia menawarkan kehidupan baru. Tatkala kita beriman kepada-Nya sebagai Juruselamat pribadi, Dia akan mengampuni dan memampukan kita untuk hidup dengan kekuatan yang Dia berikan, serta menyenangkan hati-Nya. Apa yang tak dapat dilakukan hukum Taurat, Kristus sanggup melakukannya. Apakah Anda telah meminta-Nya untuk menjadi Juruselamat Anda? -- HWR

HUKUM TAURAT MENUNJUKKAN MASALAH KITA;
KASIH KARUNIA ALLAH MENYEDIAKAN PEMECAHANNYA

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 18 November 2022

Harapan dari Gehenna

Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan malapetaka kepada tempat ini. –Yeremia 19:3

Ayat Bacaan & Wawasan:
Yeremia 19:3-6, 14-15

Pada tahun 1979, arkeolog Gabriel Barkay menemukan dua gulungan perak kecil. Butuh waktu bertahun-tahun dan usaha yang penuh kehati-hatian untuk membukannya. Di dalam masing-masing gulungan ditemukan goresan-goresan aksara Ibrani berisi doa berkat dari Bilangan 6:24-26, “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Gulungan-gulungan yang diperkirakan para ahli berasal dari abad ketujuh sm tersebut merupakan bagian Alkitab tertua yang pernah ditemukan.

Tempat gulungan ini ditemukan pun tak kalah menarik. Saat itu Barkay sedang menggali gua di Lembah Ben-Hinom, tempat Nabi Yeremia memberi tahu bangsa Yehuda bahwa Allah akan membinasakan mereka karena telah mengorbankan anak-anak mereka (Yer. 19:4-6). Lembah ini merupakan tempat yang begitu keji, hingga Yesus menggunakan kata “Gehenna” (sebutan Yunani untuk nama Ibrani dari “Lembah Ben-Hinom”) sebagai gambaran neraka (Mat. 23:33).

Di tempat ini, pada masa Yeremia sedang mengumumkan penghakiman Allah atas bangsanya, seseorang menggoreskan berkat-Nya untuk masa depan ke atas gulungan-gulungan perak. Berkat ini mungkin tidak terwujud dalam masa hidup mereka, tetapi suatu saat nanti—setelah pengasingan ke Babel—Allah akan menghadapkan wajah-Nya kepada umat-Nya dan memberi mereka damai sejahtera.

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini sangatlah jelas: Sekalipun kita pantas menerima disiplin dari Allah, kita tetap dapat berpegang pada janji-Nya. Hati Allah selalu tertuju kepada umat-Nya (Mike Wittmer).

Renungkan dan Doakan

Disiplin apa yang pantas Anda dapatkan dari Allah? Bagaimana Anda dapat menerima disiplin dari Allah dan tetap berpegang erat pada janji penebusan-Nya?

Ya Bapa, aku mengakui dosaku dan penghakiman yang pantas kudapatkan. Ajarlah aku tetap berpegang erat pada janji pengampunan dan penebusan-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Kamis, 17 November 2022

Kesembuhan Si Gadis

Seorang gadis berusia 17 tahun di kota New York terbaring sekarat oleh penyakit TBC. Separuh paru-parunya sudah rusak. Separuh yang lain telah diangkat. Ia membutuhkan bantuan tabung oksigen untuk bernafas. Dokter sudah menyerah dan mengirim gadis itu pulang untuk menantikan ajalnya.

Suatu hari, ia terbaring dengan posisi kepala menengadah supaya dapat membaca Alkitab. Ketika membacanya, ia mulai memuji Tuhan. Dengan menangis, ia berkata, "Tuhan, aku senang sekali akan berjumpa dengan-Mu, aku tahu bahwa aku akan mati. Para dokter tidak bisa berbuat apa apa lagi. Tetapi aku bersyukur karena Engkau telah menyelamatkan aku. Terima kasih karena Engkau telah membasuh dosaku dengan darah-Mu."

Kemudian ia kembali lagi membaca ayat yang sama yang baru dibacanya, 1 Petrus 2:24, "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran." Tetapi kali ini ia tidak berhenti sampai di sana. Ia melanjutkan membaca di ayat yang sama,"Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." Kata-kata itu menjadi terang seperti lampu neon. Ia berkata, "Oh, lihat apa yang aku dapatkan." Tidak ada pengkhotbah yang mengkhotbahi dia. Tidak ada siapa pun bersama dia kecuali firman Allah.

Kemudian ia melepaskan masker oksigennya dan berteriak memanggil ibunya, "Mama cepatlah kemari!" Ibunya mengira telah terjadi sesuatu pada putri satu-satunya itu. Segera ia berlari mendapatkan putrinya itu, "Ada apa sayang?"

"Oh Mama, lihat apa yang telah aku temukan. Bacalah ini, Ma, tertulis di situ bahwa aku telah disembuhkan. Dua ribu tahun yang lalu Tuhan Yesus telah menyembuhkan aku."

Ibu itu memandangi putrinya dan menangis, dia merenungkan apa yang dikatakan dokter. Dia takut anaknya telah kehilangan akal sehat, berhalusinasi, dan sebagainya.

Kemudian gadis itu berkata, "Mama aku tidak akan mati, jadi tolong buatkan aku sarapan, aku ingin sekali makan roti bakar dan kopi." Ibu gadis itu memasangkan kembali masker oksigen putrinya lalu kemudian pergi keluar dengan perasaan hancur melihat anak gadisnya itu. Sekilas, tidak terjadi perubahan apa pun pada gadis ini. Tubuhnya tetap kurus kering, badannya masih sama, lemah.

Keesokan harinya, ia pergi menemui dokternya. Hasil pemeriksaan sinar X menunjukkan bahwa ia memiliki sepasang paru-paru baru dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda bekas TBC sama sekali. Gadis muda ini telah sembuh total!

Orang dunia pasti mengatakan ini adalah hal yang mustahil. Tetapi bukankah tidak ada yang mustahil bagi Tuhan? Percayalah, bahwa selalu ada kesempatan bagi kita untuk mengalami mujizat. Asalkan kita percaya, tidak ada yang mustahil."

"Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23)

Sumber: Renungan Kristen

Rabu, 16 November 2022

Belajar Dari Kesalahan

Bacaan: Yosua 9:1-27

Berkatalah pemimpin-pemimpin itu kepada seluruh umat: “Kami telah bersumpah kepada mereka demi TUHAN, Allah Israel; oleh sebab itu kita tidak akan dapat mengusik mereka - Yosua 9:19

Yosua dan pemimpin-pemimpin Israel adalah sama seperti umat Israel. Mereka sama-sama manusia yang tak luput dari kesalahan. Para pemimpin Israel tahu bahwa bangsa Israel tidak boleh berdamai dengan orang Kanaan, tetapi sayang saat berhadapan dengan orang Gibeon mereka tidak bertanya terlebih dahulu kepada Tuhan. Mereka melakukan kesalahan dengan tidak melibatkan Tuhan dan menggunakan pemikiran sendiri dalam mengambil keputusan.

Orang Gibeon gentar terhadap bangsa Israel sebab Mesir, Yerikho, dan Ai pun tak berdaya menghadapi bangsa pilihan Allah ini. Dengan cerdik mereka menyamar dan mengarang cerita bahwa mereka adalah orang yang tinggal di negeri yang jauh. Orang Gibeon mengajak bangsa Israel mengadakan persahabatan demi keselamatan mereka. Mereka berhasil memperdaya pemimpin-pemimpin Israel. Yosua dan para pemimpin teperdaya sehingga mengadakan persahabatan dan mengikat perjanjian dengan mereka sehingga membiarkan mereka hidup.

Tiga hari kemudian, penyamaran orang Gideon terbongkar. Sebagai akibatnya segenap umat bersungut-sungut kepada para pemimpin. Mereka meminta agar orang Gibeon dibunuh karena telah memperdayai mereka. Menanggapi respons umat Israel, para pemimpin bisa saja terbawa arus. Desakan umat dapat memengaruhi mereka sehingga karena tertekan lantas menyetujui keinginan umat. Namun dalam hal ini, mereka tidak kembali melakukan kesalahan. Mereka melakukan hal yang benar dengan mengatakan kepada umat seperti yang disampaikan pada ayat emas di atas. Orang Israel tidak boleh melanggar sumpah kepada Tuhan sebab tentu menimbulkan konsekuensi tertentu. Yosua dan para pemimpin telah mengambil sikap yang tepat dengan membiarkan orang Gibeon tinggal di tengah bangsa Israel. Akibat perbuatan liciknya, orang Gibeon justru dikutuk tak putus-putus menjadi hamba sebagai tukang belah kayu dan tukang timba air untuk rumah Allah.

Tak ada seorang pun manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk Anda. Dari kisah para pemimpin Israel, kita digiring untuk selalu melibatkan Tuhan di dalam mengambil keputusan. Jika kita pernah melakukan kesalahan, belajarlah dari kesalahan tersebut. Jangan mengulanginya sekali lagi. Ingatlah selalu untuk mengandalkan Tuhan Yesus dalam setiap keputusan yang ingin Anda ambil.

Refleksi diri:
Apa kesalahan terbesar yang pernah Anda lakukan? Apa konsekuansi yang Anda terima akibat kesalahan tersebut?

Bagaiamana cara Anda belajar memperbaiki kesalahan yang pernah Anda lakukan?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Selasa, 15 November 2022

Kemuliaan yang Dinyatakan

Bacaan: KELUARAN 14:1-14

"Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN." Lalu mereka berbuat demikian. (Keluaran 14:4)

Ada yang bilang bahwa mengikuti jalan Tuhan itu akan selalu mudah dan bebas dari hambatan. Bukankah kerap terjadi bahwa justru yang terjadi adalah hal sebaliknya? Contohnya, ketika Tuhan Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk menyeberangi danau dan mendahului-Nya, apa yang terjadi? Angin sakal yang hebat menggoncang perahu mereka dan membuat mereka sangat ketakutan! Apakah kita sedang mengalaminya hari ini? Kita telah belajar taat melakukan perintah Tuhan, tetapi masalah yang menakutkan tetap mendera hidup kita. Adakah maksud Tuhan dalam semuanya ini?

Hal yang sama dialami oleh bangsa Israel saat mereka dalam perjalanan keluar dari Mesir. Tetapi Tuhan memberi perintah kepada Musa untuk membawa bangsa itu berjalan ke arah laut Teberau dan berkemah di tepi pantai. Sementara Tuhan mengeraskan hati Firaun agar mereka mengejar orang-orang Israel. Mengapa Tuhan membawa bangsa itu ke tempat yang buntu? Mengapa Tuhan membiarkan bangsa itu diliputi ketakutan luar biasa saat dilihatnya ribuan tentara Mesir yang siap membinasakan mereka? Dan Tuhan berkata, "Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui bahwa Akulah TUHAN."

Tidak ada yang salah dengan perintah Tuhan. Bagian kita adalah taat, mengikuti perintah itu dan percaya. Bukan hal yang mudah karena kadang ketaatan itu memang dirancang Tuhan untuk menguji hati kita. Dibawa-Nya kita pada jalan buntu dan diliputi ketakutan. Tetapi ada janji Tuhan yang pasti: di jalan buntu itu kita akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan! --SYS/www.renunganharian.net

SETIAP BADAI MASALAH YANG TERJADI DI SAAT KITA MENGIKUTI TUNTUNAN TUHAN
ADALAH BAGIAN DARI RENCANA-NYA UNTUK MENYATAKAN KEMULIAAN-NYA.

Senin, 14 November 2022

Nanas Busuk

Di abad ke-19, seorang pengusaha Toko Buah "Yu" dari China, mengangkut 50 keranjang nanas dari Laiyang menuju Shanghai. Karena perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh, maka sebagian nanas pun mulai membusuk dan harus dibuang.

Tepat di seberang Toko Buah "Yu", tinggallah sepasang suami istri yang miskin. Mereka memungut nanas-nanas yang mulai busuk itu lalu mengupasnya. Mereka memilih bagian-bagian yang masih baik dan memotongnya menjadi potongan-potongan kecil lalu menjualnya.

Ternyata, dagangan itu sangat laku terjual. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membeli semua nanas yang sudah mulai membusuk. Selain itu, pasangan suami istri ini juga menjual kue nanas yang mereka olah sendiri.

Pemilik Toko Yu merasa iri dengannya. Dia kemudian ingin menjatuhkan nama baik pasangan tersebut dengan memberitahukan pada masyarakat bahwa nanas yang dijual adalah nanas yang busuk. Pemilik toko itu pun menempelkan tulisan yang berbunyi, "Tian Zhi Dao" artinya "Langit Pun Tahu." Namun pasangan suami istri itu tidak marah. Mereka justru menggunakan kata itu menjadi nama toko mereka. Dengan nama barunya itu, toko mereka semakin terkenal.

Pemiliki Toko Yu kemudian menjadi semakin marah. Dia kemudian menggambar kura-kura di toko mereka dan menulis kata kata, "Tidak tahu malu!" Ternyata, mereka juga tidak marah. Mereka justru menggunakannya sebagai logo toko mereka. Mereka pikir logo itu bagus karena kura-kura melambangkan umur panjang.

Hingga kini toko dan merk kue "Tian Zhi Dao" yang bergambar kura kura menjadi merk yang sangat terkenal di Shanghai.

Rasa iri dan dengki sering menguasai seseorang terlebih ketika mereka melihat bahwa orang lain lebih berhasil. Kita sering kali tidak dapat menghindari hal tersebut dan kita pasti akan selalu menemukan situasi seperti itu di mana pun kita berada. Namun demikian, kita tidak perlu menghiraukan apalagi membalas mereka. Jadikan itu sebagai saran introspeksi diri. Dan yang paling penting, sikapilah hal itu secara positif, dengan pikiran dan tindakan yang positif.

Jangan biarkan kebencian menguasai diri kita, tetapi bersabarlah. Belajarlah untuk mengampuni dan mengambil hikmah yang tersirat dari setiap peristiwa. Teruslah bersikap positif dan lakukan yang terbaik. Jadikan masalah, gesekan, dan tekanan itu sebagai pemicu semangat sekaligus batu loncatan bagi kita untuk meraih keberhasilan yang lebih besar.

"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose 3:13)

Sumber: Renungan Kristen

Minggu, 13 November 2022

Berjalan Bersama Tuhan

Bacaan: Yosua 1

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” - Yosua 1:9

Sejak pandemi melanda Indonesia, muncul satu kata yang sering dibicarakan, yaitu “ketidakpastian”. Tidak ada seorang pun yang bisa memprediksi hari-hari ke depan akan seperti apa. Orang-orang terdekat tanpa terduga meninggalkan kita terlebih dahulu. Perekonomian bisnis tiba-tiba berjalan tertatih-tatih, melenceng dari rencana semula. Situasi yang tidak menentu ini, bisa membuat hati gelisah dan tidak tenang. Apakah di tengah segala ketidakpastian, kita masih bisa melangkahkan kaki setiap hari dengan damai sejahtera?

Tuhan mengatakan tiga kalimat senada kepada Yosua. Pada perkataan yang ketiga dimulai dengan ucapan demikian, “Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu?” Sepertinya, ada kebimbangan yang cukup besar di dalam diri Yosua. Jika melihat perjalanan kehidupan Yosua, kita bisa melihat beberapa hal yang menjadi sumber kebimbangannya. Yosua menggantikan Musa, pemimpin selama perjalanan Israel di padang gurun. Yosua juga akan memimpin bangsa Israel masuk Tanah Perjanjian, tanah Kanaan, yang selama empat puluh tahun dinanti-nantikan orang Israel. Banyak hal di masa depan yang Yosua tidak ketahui dan tidak dapat diprediksinya.

Perjalanan kehidupan Yosua dalam memimpin bangsa Israel memiliki kesamaan dengan Musa, yaitu selalu disertai oleh Tuhan. Pemimpin bisa berganti, situasi bisa berubah, tetapi penyertaan Tuhan tetap. Tuhan berkata kepada Yosua bahwa Dia akan menyertainya ke mana pun ia pergi, Tuhan tidak pernah membiarkan Yosua berperang sendiri, berjalan sendiri, menghadapi pergumulan sendiri. Tuhan tidak pernah lepas pandangan bahkan tangan-Nya terus menggandeng Yosua. Dia tidak pernah ingkar janji. Penyertaan ini juga bisa terjadi dalam kita yang percaya kepada Kristus. Yesus sudah memastikan masa depan kita ketika Dia mati di kayu salib dan bangkit dari kubur. Yesus tidak pernah melepaskan kita  sendirian, bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun.

Jika masa depan Anda seperti tidak ada kepastian, jangan kecut dan tawar hati Tuhan Yesus pasti berjalan bersama Anda. Mari langkahkan kaki setiap hari dengan penuh kepercayaan sambil berkata, “Saya berjalan bersama Tuhan Yesus.”

Refleksi diri:
Apa tantangan hidup di masa depan yang paling membuat Anda bimbang dan tidak pasti?
Apakah Anda mau percaya setiap hari melangkah bersama Tuhan? Apa wujud rasa percaya Anda?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Sabtu, 12 November 2022

Memilih Mendengarkan Kristus

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku. –Yohanes 10:27

Ayat Bacaan & Wawasan:
Yohanes 10:1-6, 27

Setelah menonton berita TV berjam-jam setiap hari, pria tua itu menjadi gelisah dan cemas. Ia khawatir dunia akan hancur dan menyeret dirinya. “Sudah, matikan saja TV itu,” ucap putrinya yang sudah dewasa. “Jangan dengarkan lagi.” Namun, pria tua itu tetap saja menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial dan sumber-sumber berita lainnya.

Apa yang kita dengar sangatlah penting. Itu bisa kita lihat dalam perjumpaan Yesus dengan Pontius Pilatus. Menanggapi tuduhan kriminal yang diajukan oleh para pemimpin agama terhadap Yesus, Pilatus memanggil Dia dan bertanya, “Engkau inikah raja orang Yahudi?” (Yoh. 18:33). Jawaban Yesus mengagetkan. “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” (ay. 34).

Pertanyaan yang sama menguji kita. Di dunia yang penuh kepanikan ini, mana yang kita pilih? Mendengarkan kekacauan, atau mendengarkan Kristus? Pastinya, “domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku,” kata Yesus, “dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku” (10:27). Yesus menggunakan “perumpamaan” (ay. 6) untuk menjelaskan diri-Nya kepada para pemimpin agama yang meragukan-Nya. Sebagai gembala yang baik, Dia berkata bahwa “domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal” (ay. 4-5).

Sebagai Gembala kita yang baik, Yesus meminta kita untuk mendengarkan Dia di atas segalanya. Kiranya kita mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan menemukan damai sejahtera yang dijanjikan-Nya (Patricia Raybon).

Renungkan dan Doakan
Apa yang Anda dengar di siaran berita atau media sosial yang membuat Anda cemas? Bagaimana Anda dapat memberikan lebih banyak waktu untuk mendengarkan suara Allah?

Allah yang penuh kasih, dalam dunia yang bising ini, kiranya aku mendengarkan-Mu di atas segalanya, ketika Engkau berbicara kepada hati, pikiran, dan jiwaku, di dalam dan melalui Kitab Suci.

Sumber: Our Daily Bread

Jumat, 11 November 2022

BELAJAR DAN PRAKTEKKAN

Bacaan: Yakobus 1:19-27

NATS: Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri (Yakobus 1:22)

Sebuah gereja mempunyai seorang pendeta baru yang selalu mengkhotbahkan yang sama setiap Minggu. Ketika mulai ada keluhan, ia berkata kepada jemaat, "Saya akan mengkhotbahkan materi baru apabila Saudara sekalian sudah melakukan hal yang berulangkali saya sampaikan ini."

Pernyataan pendeta tersebut mengingatkan saya pada kata-kata Rasul Yakobus, "Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja" (1:22). Sebagai pengikut Kristus, kita harus mempraktekkan apa yang kita pelajari.

Michael Baughen, seorang pembicara pada konferensi Alkitab di Inggris, menyatakan, "Yakobus menghendaki agar Anda memiliki iman yang suci yang dipraktekkan dalam dunia." Baughen menunjukkan bahwa ada sebagian orang yang meski terlibat dalam kegiatan gereja dan rutin memberikan persembahan namun tak pernah peduli kepada orang lain. "Dunia menyebutnya munafik," ujarnya. Tentu saja, pelayanan yang sekadar omong kosong tak akan mengelabui dunia. Yakobus berkata bahwa sesungguhnya kita membodohi diri sendiri. Iman kita benar-benar "murni dan tak bercacat" saat kita membuktikannya lewat pelayanan kepada orang lain (ayat 27).

Baughen mengeluh, "Pada upacara pemakaman, sering saya mendengar orang berkata 'Ia tak pernah melakukan kejahatan,' hingga ingin rasanya saya berteriak, 'Apakah ia pernah melakukan kebaikan?'"

Sebagian orang Kristen hanya sedikit lebih baik dari penduduk dunia yang "tidak merugikan" di muka bumi ini, karena mereka hanya menjadi pendengar saja. Namun ada juga yang menjadi saksi yang berhasil, karena mereka adalah pendengar sekaligus pelaku firman.

Jangan cukup hanya belajar Firman Allah. Praktekkanlah itu! -- JEY

ANDA TAK AKAN PERNAH SUNGGUH-SUNGGUH BELAJAR FIRMAN SAMPAI ANDA MEMPRAKTEKKANNYA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 10 November 2022

PANGGILAN PERTOBATAN

Bacaan: Lukas 13:1-5

NATS: Sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya...? Tidak! kataKu kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian (Lukas 13:4- 5)

Pikiran dan perasaan saya bercampur aduk tatkala mendengar berita bahwa sebuah pesawat terbang jatuh di dekat Pittsburgh, dan semua penumpangnya tewas. Tubuh saya terasa beku. Begitu banyak orang diantar ke alam baka secara tiba-tiba. Saya membayangkan kepanikan yang melanda para penumpang dan kru pesawat saat pesawat tersebut meluncur ke bawah dengan cepat. Saya bertanya-tanya, berapa orang di antara para penumpang yang telah siap untuk bertemu Tuhan. Pikiran saya kemudian beralih pada mereka yang mengasihi orang-orang atau teman-teman di pesawat itu.

Ketika saya menyadari bahwa dua sahabat saya telah terbang ke Pittsburgh seminggu lebih awal dengan pesawat yang sama, saya teringat akan kata-kata Yesus dalam Lukas 13:1-5.

Mengapa orang-orang itu mati? Bukan karena mereka lebih baik atau lebih jahat daripada kita. Sejak kejatuhan manusia dalam berdosa, tak seorang pun dari antara kita yang memiliki hak untuk berpikir bahwa kita terlalu baik untuk mati dengan cara seperti ini. Tak ada tempat bagi rasa puas untuk membenarkan diri sendiri. Juga tak ada tempat bagi keluhan-keluhan pahit. Dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa, kematian menjemput kita semua -- dengan satu cara atau cara lainnya -- berdasarkan waktu yang ditentukan Allah.

Berbagai kemalangan merupakan suatu panggilan pertobatan. Hal itu seharusnya mengingatkan kita pada kebutuhan untuk mengakui dosa-dosa kita dan kembali pada Yesus untuk memperoleh keselamatan atau memperbarui komitmen kita kepadaNya.

Tuhan, tolong kami bersikap benar, kapan pun kami diperhadapkan pada tragedi -- HVL

KITA TIDAK PERNAH TERLALU CEPAT UNTUK BERTOBAT TETAPI KEMUNGKINAN TERLAMBAT SENANTIASA MENGINTAI

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 09 November 2022

Belajar Mengalah dari Ishak

Bacaan: KEJADIAN 26:12-22

Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamainya Rehobot, dan ia berkata: "Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita, sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini (Kejadian 26:22)

Dalam relasi kekerabatan, terciptanya hubungan yang baik dan hidup yang rukun menjadi dambaan banyak orang. Namun, dalam kondisi tertentu ketika semua dalam keadaan baik, justru terkadang muncul perselisihan yang jika tidak direspons dengan bijak akan memperburuk keadaan. Inilah yang sempat terjadi antara para gembala Ishak dengan para gembala Gerar, ketika sumur-sumur yang sempat ditutup kembali digali oleh Ishak, lalu ternyata airnya masih berlimpah.

Menarik sekali mencermati respons Ishak ketika para gembala Gerar mencoba menguasai sumur yang mengeluarkan air itu. Kelak daerah itu diberi nama Esek karena terjadi pertengkaran di sana, tetapi Ishak memilih untuk mengalah dan pergi ke tempat lain (ay. 20). Namun, sekali lagi terjadi pertengkaran karena sumur yang Ishak gali. Kembali Ishak mengalah, lalu pergi dan menggali sumur yang lain, di mana kali itu tidak terjadi pertengkaran. Tempat itu lantas dinamai "Rehobot" karena Allah memberi mereka kelonggaran di sana.

Apa yang akan terjadi sekiranya Ishak dan para gembalanya bersikukuh mempertahankan sumur di Esek dan Sitna? Mungkin kelonggaran yang Allah berikan tidak dapat mereka rasakan. Justru ketika mereka mengalah, Allah menyatakan pertolongan dan memberi kelegaan atas mereka. Bagaimana reaksi kita selama ini manakala terjadi pertengkaran atau ketika ada orang mencoba merebut hasil jerih lelah kita? Bersediakah kita mengalah, bukan untuk kalah, melainkan justru karena kita meyakini Allah ada di pihak orang yang bersedia mengalah demi kebaikan. --GHJ/www.renunganharian.net

SEORANG YANG BERHIKMAT MENGERTI KAPAN WAKTUNYA MENGALAH, DENGAN KEYAKINAN BAHWA ALLAH ADA DI PIHAKNYA.

Selasa, 08 November 2022

PEMBICARA YANG CEROBOH

Bacaan: Matius 23:1-12

NATS: Tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya (Matius 23:3)

Orang-orang yang menentang kekristenan mungkin lebih keras menentang Kristus daripada menentang kemunafikan. Namun ironisnya, mereka tidak tahu bahwa tidak ada orang yang lebih menentang kemunafikan daripada Kristus sendiri.

Kita semua pernah berjumpa dengan pengejek-pengejek yang tanpa berpikir panjang membeo ucapan-ucapan seperti ini, "Gereja penuh dengan orang-orang munafik!" Namun kita jangan terlalu cepat memberi tanggapan tanpa berpikir dan menolak pernyataan-pernyataan seperti itu tanpa memperhatikan kalau-kalau pernyataan itu memang benar.

Kita cenderung berpikir bahwa itu tidak benar. Mari kita renungkan kembali. Betapa seringnya kita berlaku seperti seorang wanita yang melihat melalui jendela rumahnya dan mendapati seorang tetangganya yang selalu ingin tahu dan ribut, sedang berjalan menuju ke rumahnya! Anaknya, yang sedang pada usia peka, mendengarnya berkata dengan marah, "Aduh...! Ia lagi!" Namun kemudian ia membuka pintu sambil basa basi berkata, "Senang berjumpa dengan Anda lagi!"

Bibir kita dan hidup kita seringkali memberitakan pesan yang tidak tulus. Pada bacaan Alkitab kita hari ini, Yesus menceritakan tentang ahli-ahli Taurat yang munafik dan memperingatkan murid-muridNya, "Tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya" (Matius 23:3).

Allah tidak menghendaki orang-orang yang menentang Kristus terpengaruh oleh kepura-puraan yang sembrono dalam diri kita. Tuhan, tolong kami untuk menjadi "pembicara" yang berhati-hati -- JEY

SEORANG MUNAFIK BERDOA PADA HARI MINGGU DAN MENERKAM TETANGGANYA PADA HARI SENIN

Sumber: Renungan Harian

Senin, 07 November 2022

SAHABAT DALAM KESEPIAN

Bacaan: Roma 8:31-39

NATS: Hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku (Galatia 2:20)

Kata-kata yang terpahat pada sebuah nisan, menyentuh hati pengarang Max Lucado. Tulisan pada batu nisan tersebut tidak mencantumkan hari kelahiran atau hari kematiaan. Ukiran tersebut hanya menyebutkan namanya, nama kedua mantan suaminya, dan biografi ringkas yang melankolis ini:

TIDUR, TETAPI TIDAK BERISTIRAHAT
MENCINTAI, TETAPI TIDAK DICINTAI
BERUSAHA MENYENANGKAN, TETAPI TIDAK DISENANGKAN
MATI KETIKA IA HIDUP -- SENDIRI

Untaian kata-kata tersebut dapat diterapkan pada kehidupan orang-orang yang tidak berbahagia, yang merasa kesepian, dan tidak dikasihi. Mereka mungkin telah berusaha bergaul dan menjalin persahabatan, tetapi upaya-upaya mereka yang terbaik seringkali menemui kegagalan.

Injil mempunyai satu pesan bagi setiap kita yang, seperti wanita tersebut, merasa bahwa kita termasuk dalam kelompok orang yang kesepian dan tidak dicintai yang menimbulkan frustrasi. Pesan itu adalah berita sukacita tentang seorang Sahabat yang sangat peduli sehingga rela mati untuk menggantikan kita di atas kayu salib. Seorang sahabat yang mengasihi kita dengan satu kasih yang tidak pernah dapat dijauhkan, yang lebih dekat daripada seorang saudara, dan yang sangat mengasihi kita.

Sahabat itu adalah Yesus Kristus. Jika dengan iman kita menggapai dan memegang erat tanganNya yang berlubang paku, yang terulur kepada kita, kita akan digenggam oleh kasih yang tidak akan pernah membiarkan kita.

Pernahkah Anda meminta Yesus untuk menjadi sahabat Anda? -- VCG

MESKIPUN PERSAHABATAN MANUSIA DAPAT GAGAL HAL ITU TIDAK AKAN PERNAH TERJADI PADA PERSAHABATAN DENGAN KRISTUS

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 06 November 2022

Memilih Berbelas Kasihan

Janganlah memandang rendah saudaramu, pada hari kemalangannya. –Obaja 1:12

Ayat Bacaan & Wawasan:
Obaja 1:8-15

Sebuah video berdurasi lima menit berisi berbagai adegan kecelakaan yang berhubungan dengan salju menjadi fokus dari suatu episode acara TV. Di dalamnya ditampilkan orang-orang yang jatuh saat meluncur dari atas atap, menabrak benda-benda saat melesat di atas salju, dan tergelincir di lantai yang dilapisi es. Semua adegan itu membuat penonton di studio dan di rumah tergelak sambil bertepuk tangan. Tawa mereka terdengar paling kencang ketika orang-orang di video itu celaka akibat kekonyolan mereka sendiri.

Video-video lucu ini tidak salah, tetapi semua itu sebenarnya mengungkapkan sesuatu tentang diri kita sendiri: kita cenderung menertawai atau mengambil keuntungan dari hal-hal buruk yang menimpa orang lain. Salah satu kisah serupa tercatat di Kitab Obaja mengenai dua bangsa yang bermusuhan, Israel dan Edom. Edom bersukacita ketika Allah menghukum umat-Nya Israel atas dosa-dosa mereka. Mereka mengambil keuntungan dari Israel, menjarah kota-kota mereka, menghalangi rencana pelarian mereka, dan mendukung musuh-musuh Israel (Ob. 1:13-14). Peringatan Nabi Obaja pun datang kepada Edom, “Janganlah memandang rendah saudaramu, pada hari kemalangannya” sebab “telah dekat hari Tuhan menimpa segala bangsa“ (ay. 12,15).

Ketika kita melihat kesulitan atau penderitaan orang lain, meski sepertinya itu terjadi akibat perbuatan mereka sendiri, kita sepatutnya memilih berbelas kasihan dan bukannya bersikap sombong. Kita tidak berhak menghakimi orang lain. Hanya Allah yang patut melakukannya. Kerajaan dunia ini adalah milik Allah (ay. 21)—hanya Dialah yang berkuasa atas keadilan dan belas kasihan (Karen Pimpo).

Renungkan dan Doakan
Bagaimana reaksi Anda terhadap kesulitan orang lain? Seperti apakah wujud respons yang menunjukkan kasih dan belas kasihan?

Ya Allah yang Pemurah, ampuni aku karena sering merasa paling benar. Terima kasih atas keadilan dan belas kasihan-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Sabtu, 05 November 2022

BANTINGAN DALAM HIDUP

Bacaan: 2 Korintus 11:24-12:10

NATS: Aku senang dan rela di dalam kelemahan.... Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Korintus 12:10)

Sebagian orang sama seperti mobil abu-abu saya yang mungil. Mereka terus-menerus mengalami bantingan dalam hidupnya.

Selama lima tahun memiliki mobil penumpang kecil ini, telah empat kali ia dibawa ke bengkel untuk dikenteng. Ada mobil yang tidak pernah dibawa ke tukang reparasi sepanjang ia dipakai, tetapi mobil saya jelas tidak termasuk dalam kelompok ini. Pada waktu yang tidak bersamaan, tiga sudut kendaraan ini telah berderit-derit. Dan tak berapa lama kemudian salah satu sudutnya rusak lebih parah.

Dari satu sisi, kondisi mobil kecil yang sering membuat kesal ini masih lebih baik daripada hancur berantakan. Mobil itu mempunyai banyak bagian yang usianya belum lima tahun, membuat bagian-bagian tertentu dari mobil tersebut lebih baru dari usia yang seharusnya.

Menurut Yakobus 1:2-4, orang-orang yang lebih sering "terbanting" lebih baik daripada orang-orang yang jarang mengalaminya. Meski tidak seorang pun dari antara kita yang akan meminta kesulitan atau mengharapkannya, firman Tuhan menunjukkan bahwa pergumulan membuat kita menjadi lebih kuat.

Lihatlah teladan Paulus dalam 2 Korintus 11:1-33. Ia mendaftarkan banyak hal buruk yang terjadi padanya ketika ia melayani Allah. Kemudian dalam 2 Korintus 12:1-21 ia menyebut "duri dalam daging" yang menyebabkannya menderita. Paulus bukannya ingin mengeluh, melainkan sedang hendak menunjukkan bahwa kuasa Allah bekerja paling nyata pada saat kita berada dalam keadaan yang paling lemah.

Seperti Paulus, pada saat kita terbanting, marilah kita mencari kehendak Allah untuk membentuk kita menjadi lebih baik -- JDB

ALLAH MENGIZINKAN PENCOBAAN DALAM HIDUP BUKAN UNTUK MERUSAK, MELAINKAN UNTUK MEMPERBAIKI

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 04 November 2022

JALAN DAMAI

Bacaan: Roma 3:19-26

NATS: Jalan damai tidak mereka kenal (Roma 3:17)

Pekabar Injil G.F. Pentecost bercerita tentang seseorang yang datang menemuinya pada suatu kebaktian karena merasa sangat berdosa. Hati nurani orang itu terus-menerus menghakiminya. Ia sangat marah kepada Pentecost, dan juga kepada D.L. Moody, yang berkhotbah minggu sebelumnya. Melalui khotbah mereka berdua, orang tersebut mendapat teguran keras mengenai dosa-dosanya.

"Anda dan Moody seharusnya tidak pernah datang ke kota ini!" teriaknya. "Sebelum kalian datang, saya tidak pernah dibuat gelisah oleh dosa-dosa saya. Kalian berbicara tentang damai sejahtera dan sukacita, tetapi kalian telah membuat jiwa saya bagaikan neraka yang menyala-nyala. Saya tidak dapat absen dari kebaktian-kebaktian ini, tetapi menghadirinya hanya membuat perasaan saya lebih buruk. Kalian menjanjikan keselamatan, tetapi yang saya jumpai hanyalah siksaan. Saya harap Anda segera pergi, supaya saya dapat memperoleh kembali damai sejahtera yang pernah saya rasakan."

Apakah Anda dihantui oleh beban rasa bersalah? Apakah mendengarkan khotbah, hadir di gereja--bahkan membaca Renungan Harian -- hanya menambah rasa bersalah dan membuat Anda semakin gelisah? Kelegaan akan pengampunan dosa dan damai sejahtera yang datang dari hati nurani yang suci tidak hanya diperoleh dari mendengarkan Injil. Anda harus mempercayainya dan beriman kepada Kristus secara pribadi (Roma 3:21-24).

Terimalah anugerah keselamatan Allah secara cuma-cuma hari ini juga! Inilah satu-satunya jalan damai -- RWD

HATI KITA AKAN TETAP GELISAH
SAMPAI KITA MENEMUKAN KETENANGAN DI DALAM ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 03 November 2022

LANGKAH PERTAMA

Bacaan: Yesaya 57:14-21

NATS: Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia (Yeremia 9:24)

Saya merasa sedih karena dewasa ini begitu banyak khotbah dan buku yang semata-mata hanya membahas cara-cara untuk berhasil dalam mengatasi penderitaan, masalah, dan pergumulan hidup. Tentu saja masih ada tempat bagi khotbah-khotbah tentang kehidupan sehari-hari dan buku-buku kiat dengan topik lain. Namun, tanpa mengajarkan kebenaran-kebenaran Alkitabiah yang sejati tentang Allah, kekuatanNya, kuasaNya, kemurahanNya, dan pengurbananNya melalui Yesus Kristus, mereka tidak mendapatkan pertolongan untuk membangun dasar rohani yang kokoh bagi kehidupan mereka.

Jika kita menerima kenyataan dari kebenaran-kebenaran teologis sejati ini, kita memiliki dasar yang sehat bagi suatu kehidupan yang saleh. Saat pertama kali kita mengetahui dan memahami Allah, yang disebut Yesaya sebagai "Yang Mahatinggi dan "Yang Mahamulia" (Yesaya 57:15), kita memperoleh kemantapan hidup yang pokok untuk menghadapi segala kesulitan yang akan menghadang kita.

Namun, apa yang biasanya disarankan pertama kali ketika sebuah pernikahan terancam retak? Datanglah pada seorang konselor pernikahan. Bergabunglah dengan kelompok terapi. Bacalah sebuah buku populer tentang pernikahan yang sukses. Anjuran-anjuran ini memiliki beberapa keuntungan, tetapi langkah pertama dalam memecahkan setiap persoalan adalah mengoreksi diri apakah kita memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Allah, dan memohon kebijaksanaan Allah.

Tuhan, tolonglah kami untuk memandang Engkau dan firmanMu sebagai langkah pertama kami dalam mengatasi segala persoalan kami -- HVL

BANYAK BUKU YANG DAPAT MENGAJAR KITA TETAPI HANYA ALKITAB YANG DAPAT MENGUBAH KITA

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 02 November 2022

Mengandalkan TUHAN Allah

Bacaan Alkitab hari ini:
Zakharia 9-10

Pernahkah Anda merasa sangat percaya diri? Pernahkah Anda begitu yakin akan lulus ujian akhir karena Anda sudah belajar mati-matian, dan karena diam-diam—di lubuk hati Anda—Anda menganggap diri Anda cerdas? Pernahkah Anda yakin bahwa Anda akan memenangkan tender karena Anda punya koneksi orang dalam dan Anda meyakini bahwa kualitas produk perusahaan Anda lebih baik dari para pesaing Anda? Harta, posisi, keterampilan, pengetahuan, bahkan kerohanian kita dapat mengelabui diri kita, sehingga kita merasa mampu menghadapi situasi atau tantangan tertentu. Kenyataannya, cukup sering bahwa perasaan percaya diri seperti itu merebut takhta Allah di hati kita.

Firman Tuhan mencatat, "... sekalipun mereka sangat bijaksana, Tirus mendirikan tembok benteng bagi dirinya dan menimbun perak seperti debu dan emas seperti lumpur di jalan. Namun sesungguhnya, Tuhan akan membuatnya miskin dan akan melontarkan kekuatannya ke dalam laut ... (9:2-4)." Sangat mudah bagi Tuhan untuk membalikkan situasi yang kita anggap menguntungkan diri kita dan membuat kita merasa mampu. Sebaliknya, firman Tuhan juga mencatat bahwa Allah itu dapat diandalkan, "Aku berkemah dekat rumah-Ku sebagai pengawal terhadap mereka yang lalu-lalang; tidak akan ada lagi penindas mendatanginya, sebab sekarang Aku sendiri telah mengindahkannya." (9:8). "... Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu ... (9:11)." "TUHAN, Allah mereka, akan menyelamatkan mereka pada hari itu ... (9:16).” "TUHANlah yang membuat awan-awan pembawa hujan deras, dan hujan lebat ... (10:1)." "... Aku akan mengadakan pembalasan, sebab TUHAN semesta alam memperhatikan kawanan ternak-Nya, ... (10:3)." "Aku akan membuat kuat kaum Yehuda dan Aku menyelamatkan keturunan Yusuf. Aku akan membawa mereka kembali, sebab Aku menyayangi mereka; dan keadaan mereka seakan-akan tidak pernah ditolak oleh Aku, sebab Akulah Tuhan, Allah mereka, dan Aku akan menjawab mereka." (10:6). Betapa jauh lebih meyakinkan jika kita mengandalkan TUHAN Allah.

Jika Anda masih mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kemampuan Anda, bertobatlah! Bukankan pandemi Covid-19 sudah memperlihatkan betapa lemahnya manusia? Jika Allah tidak berbelas kasihan, mungkin kita tidak terluput. Tetapi Allah sungguh dapat diandalkan! Janji firman-Nya telah terbukti dengan dipulihkannya bangsa Yehuda. Kita juga mengalami pemulihan melalui inkarnasi Kristus. Apakah Anda sudah  hidup dengan mengandalkan Tuhan? [GI Mario Novanno]

Sumber: Renungan GKY

Selasa, 01 November 2022

Tidak Punya Apa-Apa?

Bacaan: KELUARAN 4:1-5

TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat." (Keluaran 4:2)

Seorang pria diajak sepupunya berlibur di luar kota. Di kota itu sepupunya mempunyai sebuah vila yang megah. Pria itu merasa senang, namun kemudian ia menjadi sedih. "Sepupuku punya segalanya, sedangkan aku tidak punya apa-apa, " keluhnya. Saat sudah di rumah, malamnya istri pria itu menyembunyikan bantal dan gulingnya. "Mana bantal dan gulingku?" tanyanya kepada istrinya. "Bantal dan gulingmu?" istrinya mengernyitkan dahi, "Bukankah tadi kau mengatakan kau tidak punya apa-apa?"

Banyak dari kita merasa miskin. Padahal jika diamati, banyak sekali yang kita miliki. Kita merasa demikian karena kerap melihat milik orang lain. Saat apa yang ada pada mereka tidak ada pada kita, segera kita berpikir, "Aku tidak punya apa-apa." Hal serupa dirasakan oleh Musa. Hari itu Tuhan mengutusnya memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Spontan Musa menolak. Musa membayangkan sosok pemimpin itu seperti Firaun, punya kuasa dan wewenang besar. Musa melihat keduanya tidak ada padanya. Jadi Musa merasa panggilan Tuhan itu mustahil. Tuhan bertanya pada Musa, "Apakah yang ada di tanganmu?" Jawab Musa, "Tongkat" (ay. 2). Alasan Tuhan bertanya ialah untuk membuka mata Musa bahwa dirinya bukan tidak punya apa-apa. Pada Musa ada tongkat, dan itu cukup untuk menjalankan misi dari Tuhan.

Mulai hari ini jangan kita mengatakan, "Aku tidak punya apa-apa, " karena itu kebohongan besar. Bukankah kita anak-anak Tuhan. Bukalah mata lebar-lebar, lihatlah dengan saksama betapa banyak berkat Tuhan curahkan dalam kehidupan kita. Alih-alih mengeluh, "Aku tidak punya apa-apa, " mari senantiasa kita mengucap syukur kepada Tuhan! --LIN/www.renunganharian.net

KELIRU JIKA KITA MENGATAKAN TIDAK PUNYA APA-APA KARENA SEBAGAI ANAK-ANAK TUHAN KITA PUNYA SEGALANYA.

Sumber: Renungan Harian