Bertumbuh bersama melalui firman Tuhan dan rasakan pengalaman berjalan bersama Tuhan setiap hari
Jumat, 30 September 2022
Kamis, 29 September 2022
Rabu, 28 September 2022
Selasa, 27 September 2022
Senin, 26 September 2022
Minggu, 25 September 2022
Sabtu, 24 September 2022
Jumat, 23 September 2022
Kamis, 22 September 2022
MENGAPA SAYA?
Bacaan: Lukas 17:11-19
NATS: Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring (Lukas 17:15)
Beberapa tahun yang lalu, seorang pemuda bernama Edi (bukan nama sebenarnya) yang penampilannya jauh dari rapi, bertobat dan percaya kepada Kristus dalam suatu acara kebangunan rohani. Beberapa hari kemudian, meskipun dengan penampilan yang masih berantakan -- namun sudah dibasuh oleh kasih Kristus -- Edi dikirim ke rumah saya agar saya dapat mencarikan gereja untuknya. Sejak saat itulah ia menjadi anggota gereja saya.
Meskipun Edi membutuhkan dan telah dibantu dalam hal kerapian diri dan tatakrama yang dasar, tetapi ada satu sifat yang tetap tidak terubahkan, yakni kasihnya yang belum terarah kepada Kristus.
Suatu hari Minggu sesudah kebaktian, Edi tiba-tiba muncul di samping saya dan tampaknya agak bingung. Ia mengeluh, "Mengapa saya? Saya tak habis pikir, mengapa saya?" Wah, celaka, pikir saya. Ia kini telah menjadi orang Kristen pengerutu. Namun kemudian, dengan tangan terentang ia terus berkata, "Dari begitu banyak manusia yang ada di dunia ini, yang jauh lebih hebat dan pintar daripada saya, mengapa Tuhan justru memilih saya?" Ia kemudian menepuk tangannya dengan sukacita.
Selama bertahun-tahun saya telah mendengar banyak orang Kristen, termasuk saya sendiri, mengucapkan pertanyaan yang sama, "Mengapa saya?" terutama pada saat kesukaran datang dalam hidup. Namun Edi adalah orang pertama yang saya dengar mempertanyakan hal itu justru dalam konteks pembicaraan tentang anugerah Allah. Banyak orang yang juga bertobat pada malam yang sama dengan Edi, tetapi saya bertanya-tanya, berapa dari mereka yang dengan rendah hati bertanya, "Mengapa saya? Mengapa Tuhan memilih saya?" Marilah kita lebih sering mempertanyakan hal itu -- JEY
UCAPAN SYUKUR HARUS MENJADI SIKAP YANG BERKESINAMBUNGAN TIDAK HANYA DILAKUKAN SEKALI-SEKALI
Sumber: Renungan Harian
Rabu, 21 September 2022
Selasa, 20 September 2022
Senin, 19 September 2022
Datang Kepada Tuhan Saat Kesulitan Hidup Melanda
1 Petrus 5: 7 “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
Mendengar perang yang berdampak pada ekonomi ditambah harga barang-barang kebutuhan naik, tidak ayal membuat kita khawatir akan hari esok. Apakah penghasilan yang diterima saat ini masih cukup untuk kedepannya? Haruskah saya mencari pekerjaan tambahan agar kebutuhan keluarga tetap terpenuhi dengan baik? Atau justru harus menurunkan gaya hidup?
Perasaan itu juga ikut menghantui keluarga kami akhir-akhir ini. Namun setelah melihat kebelakang, ternyata penyertaan Tuhan selama kami hidup itu begitu luar biasa. Sayangnya kami sering lupa bahwa di masa sesulit apapun, sebenarnya Tuhan telah memelihara dan memberikan jalan keluar.
Matius 6: 33-34 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Ayat ini mengingatkan kepada kita agar datang kepada Tuhan di masa sesulit apapun karena Dialah yang menyediakan apa yang kita butuhkan. Dia adalah sumber dari segala yang kita miliki di dunia ini. Oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir karena sebagai anak-Nya, kita tidak akan dibiarkan-Nya jatuh tergeletak.
Sahabat, jika ingin kehidupan Anda dipenuhi oleh pemeliharaan Allah, marilah kita berseru kepada-Nya dalam doa, ucapan syukur dan iman yang tekun. Melaluinya kita akan mengalami damai sejahtera (Filipi 4: 6-7), menerima kekuatan dari Tuhan, dan pertolongan-Nya yang tidak pernah terlambat pada waktunya (Ibrani 4:16).
Sumber: Jawaban.com
Minggu, 18 September 2022
TIADA MASA DEPAN TANPA PENGAMPUNAN
[[Kebencian menimbulkan pertengkaran; cinta kasih mengampuni semua kesalahan. ]] (Amsal 10:12—BIS
No Future Without Forgiveness (Tiada Masa Depan Tanpa Pengampunan). Demikianlah judul buku karya Uskup Desmond Tutu dari Afrika Selatan. Tutu memaparkan bahwa rekonsiliasi tidak dapat dilakukan dengan menyangkal masa lalu. Rekonsiliasi terjadi ketika fakta masa lalu diakui, permohonan maaf diucapkan, dan pengampunan diberikan. Pengampunanlah yang membuka jalan bagi kedua belah pihak yang pernah bertikai untuk menapaki masa depan dengan langkah yang mantap dan ketegaran hati.
“Kebencian menimbulkan pertengkaran; cinta kasih mengampuni semua kesalahan” (Amsal 10:12—BIS). Ada dua hal yang kontras yang dipaparkan oleh amsal ini. Kebencianlah yang melahirkan pertengkaran dan cinta kasihlah yang mengampuni kesalahan. Semua orang dapat bertengkar karena terbakar oleh kebencian, tetapi tidak semua orang dapat menyelesaikan pertengkaran. Hanya orang yang mempunyai cinta kasih yang mampu menyelesaikan pertengkaran melalui pengampunan. Pengampunan tidak berarti melupakan, tetapi memberikan makna yang baru. Pengampunan tidak berarti menghapus luka yang ada, tetapi membuka lembaran yang baru.
Apakah pada saat ini kita sedang terlibat dalam pertengkaran? Bila kita merasa menang, ingatlah ada orang yang terluka. Bisa jadi pertengkaran akan terus berlanjut karena ada salah satu pihak yang belum merasa puas. Bila kita merasa kalah, jangan sampai dendam menyelinap di dalam kalbu. Dendam hanya akan memperpanjang masalah.
Cinta kasih melahirkan pengampunan. Pengampunan membuka masa depan.(Wahyu Pramudya)
Sumber: Amsal Hari Ini
Sabtu, 17 September 2022
Kekuatan untuk Menghadapi Krisis
Filipi 4:12-13 “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Pemerintah baru saja menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi maupun non subsidi pada Sabtu, 3 September 2022 lalu. Ini merupakan dampak dari krisis global yang mulai kita rasakan di Indonesia. Bahkan menurut Presiden Joko Widodo, saat ini semua negara sedang menghadapi ancaman krisis. Tidak hanya krisis pangan, namun juga keuangan dan energi. Hal ini terjadi akibat perubahan iklim dan geopolitik global.
Hal senada juga disampaikan Bill Gates. Menurutnya, dunia harus mewaspadai ancaman krisis global sebagai dampak dari serangan Rusia ke Ukraina. Selain itu, krisis global juga akan terjadi sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Krisis ini akan memiliki dampak yang sangat tinggi di semua negara.
Lalu apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan saat menghadapi krisis? Menurut Thomas Andersen seorang konsultan ekonomi, mereka akan mencari penghiburan dari segelas minuman keras, satu pak rokok atau tempat hiburan malam. Ia juga berpendapat bahwa saat ekonomi lesu, ternyata bisnis minuman keras dan perjudian justru melonjak. Dari tempat ini, orang merasa mendapat hiburan dari serangan krisis. Namun hal ini tidak tepat. Pada kenyatannya, melarikan diri dari kenyataan akan membuat orang tersebut semakin terperosok ke dalam lubang krisis.
Sahabat, memang krisis tidak dapat dihindari dan bisa terjadi kapan saja. Bahkan pada zaman Perjanjian Lama pun krisis pernah dialami bangsa Israel.
Habakuk 3: 17-18 – “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.”
Ayat ini menggambarkan kondisi krisis yang berat pada zaman itu. Namun Habakuk memiliki respon yang berbeda, dia tetap mempercayai dan meyakini pertolongan Tuhan.
Rasul Paulus memberikan beberapa tips dalam menghadapi krisis, seperti berikut:
Pertama, kita harus menyadari bahwa Tuhan selalu ada di setiap musim hidup kita, baik musim kekurangan atau kelimpahan.
Kedua, Tuhan adalah Allah yang berkuasa dan mampu menolong kita, sehingga kita dapat berkata, segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan.
Jadi sahabat, tidak ada kekuatan dalam menghadapi krisis selain di dalam Yesus Kristus Juruselamat kita. Amin.
Sumber: Jawaban.com
Jumat, 16 September 2022
Kamis, 15 September 2022
Rabu, 14 September 2022
Selasa, 13 September 2022
Minggu, 11 September 2022
Sabtu, 10 September 2022
Jumat, 09 September 2022
Kamis, 08 September 2022
Rabu, 07 September 2022
Selasa, 06 September 2022
Senin, 05 September 2022
Air Kehidupan yang Memerdekakan
Yohanes 4: 13-14 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Sahabat, jika saat ini Anda sedang putus asa atau patah semangat dalam pelayanan, maka kita perlu membaca kisah seorang utusan Injil di India, Sherwood Eddy. Saat memulai pelayanannya, Sherwood Eddy sangat bersemangat. Namun hanya dalam waktu satu tahun, dia sudah kehilangan gairah untuk melayani. Semakin dia ingin maju tetapi yang dia rasakan adalah kekeringan dan kejenuhan, seperti di dalam penjara. Bahkan dia ingin berhenti saja.
Ditengah keputusasaannya, Sherwood Edy memohon pertolongan kepada Tuhan. Dia sungguh-sungguh berdoa dan diingatkan Roh Kudus dari Yohanes 4:14 – “Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Dari ayat ini Sherwood Edy bertobat untuk berhenti menimba dari sumurnya sendiri. Dia menyadari bahwa selama ini yang dia gunakan dalam pelayanan adalah sumur kepandaian, keahlian dan kekuatan dalam dirinya. Sehingga ketika berhadapan dengan persoalan, dia merasakan bahwa sumur hatinya mulai kering. Sejak saat itu, setiap pagi Sherwood Edy datang kembali kepada sumber mata air yang mengalirkan kehidupan kekal dan memerdekakan. Dia merasakan jamahan Roh Kudus yang mengalirkan kesegaran baru dalam hatinya, sehingga dia kembali bersemangat melayani Tuhan.
Sahabat, dalam menghadapi pekerjaan, keluarga atau pelayanan, sering kita akan menemui tantangan, hambatan atau penghalang. Jika kita merasa mampu mengatasinya dengan kekuatan kita, inilah yang disebut kesombongan rohani. Merasa bisa, mampu, kuat atau kaya, tetapi sebenarnya kita miskin dan telanjang seperti jemaat di Laodikia. Kondisinya tidak dingin atau panas, tapi suam. Seharusnya sebagai anak-anak Tuhan kita harus selalu bersemangat dalam melayani Tuhan seperti tertulis dalam Roma 12: 11 - Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Bagaimana caranya agar kita selalu bersemangat dalam melayani Tuhan? Pertama kita harus memiliki rasa haus. Yesus berkata "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! (Yohanes 7: 37) Kedua, kita harus meminta, Yesus berkata: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu (Lukas 11: 9-13). Ketiga, terima dengan Iman. Yesus berkata: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu (Markus 11:24).
Sahabat jika Anda sedang berada di sumur hati yang kering, milikilah jiwa yang haus akan Allah. Datanglah dan minumlah, maka Dia akan memberikan kesegaran dan memulihkan Anda. Amin.
Sumber: Jawaban.com
Minggu, 04 September 2022
Sabtu, 03 September 2022
Belajar Cukup
Bacaan: FILIPI 4:10-20
... sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (Filipi 4:11)
Belajar mencukupkan diri itu tidak mudah. Di seminari, saya belajar banyak untuk mencukupkan diri dengan makanan, uang sponsor dan juga kebutuhan-kebutuhan lain. Pembimbing rohani di kampus menasihati bahwa kami harus pandai-pandai mengatur diri, contohnya: perlu membuat catatan anggaran bulanan, dan membuat daftar kebutuhan yang perlu dibeli saat berbelanja. Ini mengajarkan kami untuk bertanggung jawab akan apa yang Tuhan sudah percayakan kepada kami.
Paulus sudah memberi teladan dalam pelayanannya, ada frasa "aku telah belajar" (ay. 11) menandakan bahwa ia pun juga melatih dirinya sedemikian rupa. Paulus bisa gagal dalam mencukupkan diri, dan kita juga bisa seperti itu. Selama ia mengalami kesulitan hidup, ia tidak ditinggalkan sendiri. Banyak jemaat yang mengirimkan bantuan, dan itu ia anggap sebagai berkat yang tidak terduga dari Tuhan (ay. 14). Ia tahu itu pekerjaan Allah, Allah yang menggerakkan mereka untuk memenuhi kebutuhan Paulus (ay. 15-16, 18).
Bertanggung jawab akan apa yang kita miliki itu sangat perlu sebab itu datangnya dari Tuhan. Paulus sudah merasakan kasih Allah yang mencukupkan kebutuhannya sehingga ia tidak perlu khawatir lagi. Kita dapat menjadi pribadi yang kuat saat kesulitan datang dan terus mengalami kepuasan yang Allah berikan. Mencukupkan diri adalah latihan, teruslah berjuang untuk membuat diri kita tidak berfoya-foya dengan harta yang kita miliki. --YDS/www.renunganharian.net
TUHAN AKAN MENCUKUPKAN KEBUTUHAN KITA, MAKA KITA SEHARUSNYA LEBIH BIJAKSANA DALAM MENGATUR BERKAT TUHAN.