Jumat, 30 September 2022

Siapa Yang Duduk Di Takhta?

Bacaan: Obaja 1:7

Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan.
- Mazmur 118:8-9

Ada satu ayat penghakiman yang kita lewati karena kita perlu tahu dulu konteksnya. Kita telah mengetahui bahwa dosa Edom adalah berbuat jahat kepada saudaranya sendiri, dan bahwa Tuhan akan membalas perbuatan mereka dengan setimpal. Dengan kata lain, karena Edom berbuat jahat terhadap saudaranya sendiri maka yang mereka anggap saudara justru akan menghancurkan mereka.

Hukuman inilah yang diberitakan dalam ayat 7. Orang-orang Edom akan diusir dari wilayah mereka, diperdaya, dikalahkan, dan dijebak. Oleh siapa? Musuh-musuh mereka? Tidak! Jawabannya adalah oleh teman-teman sekutu, sahabat-sahabat, dan orang yang makan sehidangan dengan mereka. Ingat, sama seperti budaya Tionghoa, budaya Israel juga menganggap makan bersama adalah suatu tindakan kebersamaan yang penting. Intinya, orang-orang yang dianggap Edom sebagai saudaralah yang dipakai Tuhan untuk menjadi alat penghakiman-Nya. Lihat betapa setimpalnya hukuman yang Tuhan berikan kepada mereka! Mata ganti mata, gigi ganti gigi.

Ini juga yang akan terjadi kepada kita jika kita mengandalkan orang-orang lain melebihi Tuhan. Tidak ada salahnya meminta tolong atau memiliki orang-orang tertentu untuk menjadi support group. Bagaimanapun, ini yang Tuhan kehendaki (Gal. 6:2). Namun, menjadi sesuatu yang berbahaya jika kita menggantungkan hidup kita kepada mereka. Kasih setia manusia seperti kabut pagi dan embun (Hos. 6:4). Anda menggantungkan pengharapan dan tujuan hidup kepada anak, pasangan, atau orangtua. Anda mengandalkan rekan kerja dalam bisnis. Anda mengidolakan hamba Tuhan tertentu sebagai panutan hidup. Bagaimana kalau suatu saat mereka melakukan sesuatu yang mengecewakan Anda, entah disengaja atau tidak? Tidakkah akan lebih sulit memaafkan, atau setidak-tidaknya berempati dengan kelemahan mereka, khususnya jika orang-orang itu bukan bagian dari keluarga kita?

Ketika Anda memaksa orang lain untuk duduk di takhta yang hanya Tuhan yang bisa menempati, cepat atau lambat orang itu akan jatuh. Mari andalkan Tuhan Yesus sebagaipelindung dan pemimpin hidup Anda sebab Dia-lah satu-satunya  Hakim di semesta ini yang bisa berlaku adil kepada setiap insan dunia.

Refleksi diri:

Apakah ada pribadi tertentu yang menjadi pengharapan dan tujuan hidup Anda selain Tuhan? Siapa orang yang Anda andalkan atau idolakan melebihi Tuhan?
Bagaimana upaya Anda untuk mendudukkan kembali Tuhan Yesus di takhta tersebut?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Kamis, 29 September 2022

Untouchable Baby

Bacaan: RATAPAN 5

Mengapa Engkau melupakan kami selama-lamanya, meninggalkan kami demikian lama? ... apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? (Ratapan 5:20, 22)

Ada sebuah buku yang membahas dengan unik tentang "Untouchable Baby" yang di dalamnya menceritakan kondisi pertumbuhan anak yang krisis kasih sayang. Orang tua bayi tersebut sangat tidak memedulikannya dan akhirnya bayi ini bertumbuh menjadi seorang dewasa yang tidak menyenangkan. Ia menjadi marah kepada orang tuanya dan juga pada Tuhan yang membuatnya seperti ini. Namun, akhirnya ia sadar jika ia tidak dapat menuntut orang lain mengasihinya. Dialah yang harus belajar untuk berinisiatif mengasihi orang lain.

Kisah Ratapan ini menggambarkan betapa terpuruknya bangsa Israel. Di dalam doa Yeremia yang memohon pemulihan ini tergambar bahwa kondisi bangsanya begitu buruk-milik pusaka menjadi milik bangsa asing (ay. 2), memiliki keluarga yang tidak utuh (ay. 3), harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup (ay. 4-5), tertindas (ay. 8), kelaparan (ay. 9). Semua ini diakui oleh Yeremia sendiri terjadi karena dosa mereka (ay. 16, 22) sehingga Tuhan benar-benar seakan-akan meninggalkan mereka. Doa Yeremia ialah ingin Allah menyatakan belas kasihan-Nya kepada umat pilihan ini (ay. 21).

Di dalam doa, kita dapat mengeluh kepada Tuhan akan apa yang sudah terjadi dalam kehidupan kita. Kita mulai menuduh Tuhan bertindak tidak adil. Sadarlah, haruskah kita menuntut selalu pada Dia untuk memberi yang terbaik sesuai kemauan kita? Yang terpenting adalah datanglah kepada Tuhan dan Tuhan akan membuat kita belajar kehendak-Nya dalam setiap kejadian yang terasa pahit itu. --YDS/www.renunganharian.net

KEJADIAN PAHIT SEHARUSNYA TIDAK MEMBUAT KITA TERUS MENGELUH TAPI MEMOHON BELAS KASIHAN DAN PERTOLONGAN-NYA.

Rabu, 28 September 2022

OBAT UNTUK KEBENCIAN

Bacaan: Yohanes 21:18-25

NATS: Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku (Yohanes 21:22)

Kita setuju dengan pernyataan bahwa "semua manusia diciptakan sama" dan bahwa kita dianugerahi "hak-hak tertentu yang tak dapat diambil orang lain." Namun kita tidak dapat menjalani hidup ini tapa berjumpa dengan kenyataan bahwa hidup tidak memperlakukan semua orang dengan sama. Ini merupakan kenyataan yang harus kita pelajari untuk dapat menerima tanpa rasa benci.

Berbagai ketidakadilan hidup tampak dalam banyak tingkatan. Penyakit kanker merusak tubuh seorang anak, sementara seorang perokok dan peminum berat dapat hidup sampai usia senja. Beberapa orang menikmati kesehatan yang baik, sedangkan yang lain tidak. Sebagian orang tidak mendapat hambatan apa-apa, sementara orang lain memiliki keterbatasan-keterbatasan yang mencolok. Beberapa orang bekerja keras dan tetap miskin; beberapa lainnya dilahirkan dalam keluarga kaya atau tampak memiliki serangkaian kesempatan yang menguntungkan.

Ketika Yesus memberi tahu Rasul Petrus bahwa ia akan mati sebagai seorang martir karena imannya, ia menanyakan apa yang akan terjadi pada Yohanes. Tampaknya ia berpikir bahwa tidak adil kalau Yohanes tidak mati dengan cara yang sama. Namun Yesus memberitahu bahwa apa yang terjadi pada Yohanes bukanlah urusannya. Hal ini adalah urusan Allah. Tanggung jawab Petrus sederhana: ia harus mengikut Kristus.

Ketika Anda memandang orang lain dan timbul kebencian terhadap ketidakadilan hidup, ubahlah fokus Anda. Pandanglah Yesus dan ikutilah Dia. Ketidakadilan hidup hanyalah sementara. Kita akan menikmati keadilan yang sempurna saat di surga kelak -- HVL

KEBENCIAN DATANG DARI MEMANDANG ORANG LAIN KESUKAAN DATANG DARI MEMANDANG ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 27 September 2022

Dosa Dari Neraka

Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejaTuhan.
- Amsal 16:18

Lagi-lagi… Baru saja beberapa waktu yang lalu kita menyudahi bacaan-bacaan yang sarat pesan penghukuman Tuhan melalui renungan eksposisi kitab Amos, kini kita memulai kisah penghukuman yang lain. Bedanya, kali ini penghakiman tersebut bukan menimpa umat Tuhan melainkan Edom, bangsa yang berabad-abad bermusuhan dengan Israel sejak zaman leluhur mereka, Esau, yang berseteru dengan Yakub.

Orang Edom sombong karena banyak hal. Pertama, mereka bermukim di tempat tinggi, yakni pegunungan Seir (ay. 3-4) dan mengandalkan keuntungan strategis lokasi mereka, khususnya dalam peperangan. Kedua, banyak orang bijak di Edom (ay. 8). Elifas, salah satu teman Ayub, adalah berasal dari Teman (Ayb. 2:11). Ketiga, mereka memiliki banyak pahlawan-pahlawan perang (ay. 9). Tidak heran mereka congkak.

Kita tentu pernah mendengar bahwa kesombongan adalah dosa yang paling dibenci Tuhan. C.S. Lewis pernah berkata bahwa dosa-dosa yang lain merupakan pekerjaan setan melalui natur binatang kita. Namun, kesombongan adalah dosa yang sama sekali bukan melalui natur binatang kita, melainkan langsung dari neraka. Inilah dosa pertama, yang mengakibatkan kejatuhan Iblis (yang biasa disebut Lucifer). Kesombongan adalah dosa yang sering dianggap remeh tetapi sesungguhnya sangat berbahaya.

Yang lebih celaka adalah kadang kala kita dapat memakai kesombongan untuk mengalahkan dosa-dosa kecil. Sewaktu kita selesai merenungkan kitab Amos yang penuh dengar teguran, baiklah kita kemudian membuat rencana jangka panjang untuk menyelesaikan dosa tersebut. Kenapa? “Yah, aku kan orang yang baik?” Nanti, ketika kita berhasil, kita akan mengatakan, “Tuh, kan? Sudah kubilang aku adalah orang yang baik.” Iblis pun tertawa, kata C.S. Lewis.

Bagaimana cara menghindari jebakan Batman yang satu ini? Mungkin kutipan dari C.S. Lewis ini dapat membantu, “Kerendahan hati bukanlah memikirkan kekurangan diri, tapi mengurangi memikirkan diri sendiri.” Ketika Anda di dalam perjalanan menjadi pengikut Kristus, Tuhan dan sesama-lah yang menjadi fokus Anda. Tidak heran hukum yang terutama (Mat. 22:34-40) menyebut dua aspek ini, tanpa embel-embel “tetapi kamu harus memulai dari mengasihi diri sendiri.” Tidak. Kita sudah mengasihi diri sendiri karena diri sendirilah yang mula-mula kita pikirkan.

Refleksi diri:

Bagaimana cara Anda lolos dari terjebak dosa kesombongan yang memikirkan diri sendiri?
 Ketika mengambil keputusan apa pun, siapakah yang terlebih dahulu menjadi objekpertimbangan Anda? Yesus? Sesama? Atau diri sendiri?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Senin, 26 September 2022

Keluarga yang Utuh

Sebuah kota atau keluarga yang terpecah-pecah dan bermusuhan satu sama lain akan hancur. –Matius 12:25 (BIS)

Ayat Bacaan & Wawasan:
Efesus 2:17-22

Pada tanggal 16 Juni 1858, ketika baru terpilih sebagai kandidat partai Republik untuk Senat Amerika Serikat dari negara bagian Illinois, Abraham Lincoln menyampaikan pidatonya yang terkenal, “Keluarga yang Terpecah-pecah”, yang menyoroti ketegangan di antara berbagai pihak di Amerika terkait isu perbudakan. Pidato ini mengusik banyak orang, baik teman maupun lawan Lincoln. Lincoln menganggap penting untuk memakai istilah “keluarga yang terpecah-pecah”, yang diucapkan Yesus di Matius 12:25, karena istilah tersebut sangat dikenal dan mengena. Lincoln menggunakan ungkapan ini agar pidatonya “masuk ke benak setiap orang sehingga mereka menyadari betapa gentingnya kondisi saat ini.”

Bila keluarga yang terpecah-pecah tak dapat bertahan lama, maka sebaliknya, keluarga yang utuh akan sanggup bertahan dari kehancuran. Secara prinsip, demikianlah seharusnya keluarga Allah (Ef. 2:19). Walaupun terdiri atas orang-orang dari berbagai latar belakang, bersama kita telah diperdamaikan dengan Allah (dan sesama) melalui kematian Yesus di kayu salib (ay. 14-16). Dengan mengingat kebenaran ini (lih. Ef. 3), Paulus memerintahkan orang percaya: “Berusahalah sungguh-sungguh untuk hidup dengan damai supaya kesatuan yang diciptakan oleh Roh Allah tetap terpelihara” (4:3 BIS).

Hari ini, saat ketegangan yang meningkat sedang mengancam kesatuan di antara kita, seperti dalam keluarga dan umat Tuhan, kiranya Allah memberi hikmat dan kekuatan agar kita dapat memelihara kesatuan itu dengan pertolongan Roh Kudus. Kita pun akan dimampukan-Nya menjadi terang di tengah dunia yang gelap dan terpecah-pecah (Arthur Jackson).

Renungkan dan Doakan
Bagaimana Allah dapat menjadikan Anda sebagai pembawa damai di tengah keluarga? Ayat Alkitab mana saja yang dapat menolong Anda mengatasi ketegangan dan perpecahan dalam hubungan dengan orang lain?

Tuhan Yesus, berilah aku hikmat, keberanian, dan kekuatan untuk hidup dengan menjaga perdamaian dengan semua orang.

Sumber: Our Daily Bread

Minggu, 25 September 2022

PERCAYA SEPENUH HATI

Bacaan: Mazmur 34:15-22

NATS: TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarNya (Amsal 15:29)

Penulis berita olahraga bernama Waddy Spoelstra dan istrinya Jean adalah orangtua berusia 80 tahun yang setiap hari memperlihatkan pentingnya hidup dalam iman kepada Yesus Kristus.

Jean menderita kerusakan jantung yang tersumbat selama tiga tahun. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan beberapa saat yang lalu, dokternya berkata, "Jantungmu sudah bagus dan paru-parumu bersih. Sepertinya keduanya sedang dalam proses pemulihan." Ketika Waddy menanggapinya dengan "Puji Tuhan," sang dokter membalas, "Itu dia! Anda berdua mempunyai sikap yang positif. Anda percaya pada doa yang dijawab. Seperti yang saya katakan sebelumnya, doa adalah sebuah bagian besar dari suatu perawatan kesehatan."

Sangatlah menggembirakan mendengar seorang dokter menyatakan hubungan antara doa dan perawatan pasien. Meskipun demikian, hal ini bukanlah sesuatu yang baru. Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa doa dapat mempercepat proses kesembuhan, tidak peduli apakah yang berdoa pasien yang bersangkutan atau orang lain.

Namun sebenarnya kita tidak membutuhkan berbagai penyelidikan untuk membuktikan bahwa doa mampu bekerja. Firman Allah telah menyatakannya dengan jelas kepada kita.

Pernahkah Anda menggunakan waktu untuk berbicara dengan Tuhan mengenai pencobaan-pencobaan yang Anda alami? Dia tahu bagaimana memenuhi kebutuhan Anda -- baik melalui campur tanganNya secara langsung (Mazmur 34:18), maupun melalui kelegaan karena kehadiranNya (Mazmur 34:19). Percayalah padaNya saat ini juga dengan segenap hatimu -- JDB

DOA SETIAP HARI ADALAH OBAT TERBAIK UNTUK PERAWATAN SEHARI-HARI

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 24 September 2022

MEMUJA TUHAN ATAU KEKAYAAN?

[[Janganlah bersusah payah untuk menjadi kaya. Batalkanlah niatmu itu. ]] (Amsal 23:4—BIS)

Dokter Richard Teo telah meraih apa yang menjadi impian banyak orang: kesuksesan, harta, dan popularitas. Pada usia muda, namanya telah tenar sebagai salah satu dokter bedah kosmetik di Singapura. Sayangnya, ia menderita kanker paru stadium empat. Sebelum ia tutup usia pada usia 40 tahun, di dalam sebuah pertemuan Richard Teo pernah berkata, “Saya telah mengalaminya, makin dalam lubang kita gali, makin terbenam kita di dalamnya, lalu makin hebat pula kita memuja kekayaan dan kehilangan fokus. Bukannya memuja Tuhan, kita malah memuja kekayaan. Itulah naluri manusia. Sangat sulit menghindarinya.” 

“Janganlah bersusah payah untuk menjadi kaya. Batalkanlah niatmu itu” (Amsal 23:4—BIS). Demikianlah peringatan yang jelas dari kitab Amsal ini. Nasihat ini kontras dengan semangat zaman sekarang yang di dalamnya orang didorong untuk mengumpulkan harta lebih banyak dan lebih banyak lagi. Mengapa kitab Amsal memberikan peringatan ini? Sang Guru Agung itu pernah bersabda bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kita harus memilih: mengabdi kepada Tuhan atau harta. Jika kita mengejar harta dan menjadi kaya, maka peringatan dalam kesaksian Dokter Richard Teo perlu kita renungkan, “Bukannya memuja Tuhan, kita malah memuja kekayaan.”

Pengejaran kekayaan dapat menggelapkan mata sehingga kita tak lagi menyembah Sang Pencipta.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Jumat, 23 September 2022

ANDA PERCAYA ALLAH?

Bacaan: 1Timotius 6:6-19
NATS: Jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah (1Timotius 6:17)

Uang memang tidak jahat, tetapi uang dapat membawa kita pada berbagai pencobaan. Bacaan Alkitab hari ini mengungkapkan tentang sebuah jerat yang berbahaya: lebih berharap pada uang daripada berharap pada Allah (1Timotius 6:17).

Seringkali kita menyatakan percaya kepada Allah, namun kita bersikap sebaliknya. Sepertinya kita merasa lebih terjamin oleh setumpuk uang daripada janji pemeliharaan Allah. Namun Paulus menegaskan bahwa uang adalah sesuatu yang tak menentu. Mungkin suatu ketika kita akan kehabisan uang, tetapi kita tidak akan pernah kekurangan kuasa Allah yang mampu menyediakan kebutuhan dan kesenangan kita.

Jika kita menyadari terbatasnya uang yang kita miliki, kita dapat menghargai kuasa Allah yang tak terbatas. Saya belajar mengenai hal ini dari sebuah traktat yang menyerupai lembaran uang. Pada bagian belakang traktat tertulis kalimat-kalimat yang menggelitik: "Uang dapat membeli: tempat tidur tetapi bukan kenyamanan tidur. Makanan tetapi bukan selera makan. Rumah tetapi bukan keharmonisan keluarga. Hiburan tetapi bukan kebahagiaan. Sebuah salib tetapi bukan Juruselamat. Bangku-bangku gereja tetapi bukan surga. Apa yang tak dapat dibeli dengan uang, diberikan oleh Yesus Kristus dengan cuma-cuma."

Jika Kristus adalah Juruselamat Anda, jangan biarkan diri Anda terbelenggu oleh kekuatiran akan hal-hal materi. Berharaplah pada Kristus dan kekayaan rohani-Nya. Anda akan menikmati hal-hal yang tak dapat dibeli dengan uang. Paulus menyimpulkannya demikian: "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar" (1Timotius 6:6) -- JEY

ORANG YANG MERASA CUKUP TIDAK AKAN PERNAH MISKIN, 
ORANG YANG TAK PERNAH MERASA CUKUP TIDAK AKAN PERNAH KAYA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 22 September 2022

MENGAPA SAYA?

Bacaan: Lukas 17:11-19

NATS: Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring (Lukas 17:15)

Beberapa tahun yang lalu, seorang pemuda bernama Edi (bukan nama sebenarnya) yang penampilannya jauh dari rapi, bertobat dan percaya kepada Kristus dalam suatu acara kebangunan rohani. Beberapa hari kemudian, meskipun dengan penampilan yang masih berantakan -- namun sudah dibasuh oleh kasih Kristus -- Edi dikirim ke rumah saya agar saya dapat mencarikan gereja untuknya. Sejak saat itulah ia menjadi anggota gereja saya.

Meskipun Edi membutuhkan dan telah dibantu dalam hal kerapian diri dan tatakrama yang dasar, tetapi ada satu sifat yang tetap tidak terubahkan, yakni kasihnya yang belum terarah kepada Kristus.

Suatu hari Minggu sesudah kebaktian, Edi tiba-tiba muncul di samping saya dan tampaknya agak bingung. Ia mengeluh, "Mengapa saya? Saya tak habis pikir, mengapa saya?" Wah, celaka, pikir saya. Ia kini telah menjadi orang Kristen pengerutu. Namun kemudian, dengan tangan terentang ia terus berkata, "Dari begitu banyak manusia yang ada di dunia ini, yang jauh lebih hebat dan pintar daripada saya, mengapa Tuhan justru memilih saya?" Ia kemudian menepuk tangannya dengan sukacita.

Selama bertahun-tahun saya telah mendengar banyak orang Kristen, termasuk saya sendiri, mengucapkan pertanyaan yang sama, "Mengapa saya?" terutama pada saat kesukaran datang dalam hidup. Namun Edi adalah orang pertama yang saya dengar mempertanyakan hal itu justru dalam konteks pembicaraan tentang anugerah Allah. Banyak orang yang juga bertobat pada malam yang sama dengan Edi, tetapi saya bertanya-tanya, berapa dari mereka yang dengan rendah hati bertanya, "Mengapa saya? Mengapa Tuhan memilih saya?" Marilah kita lebih sering mempertanyakan hal itu -- JEY

UCAPAN SYUKUR HARUS MENJADI SIKAP YANG BERKESINAMBUNGAN TIDAK HANYA DILAKUKAN SEKALI-SEKALI

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 21 September 2022

"SAYA TIDAK MENYUKAINYA"

Bacaan: Yohanes 13:31-35

NATS: Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu...kamu harus saling mengasihi (Yohanes 13:34)

Ketika mulai bekerja di pabrik, Missy bertekad untuk menjadi terang bagi Tuhan. Tetapi ketika ia bertemu dengan Louise, rekan kerjanya, ia sadar bahwa hal itu tak akan mudah dilakukan. Louise yang kurang ajar, keras hati dan kasar itu selalu mencemooh apa saja yang Missy kerjakan. Tatkala Missy mencoba bersahabat dan bercerita tentang Yesus, Louise menolaknya dan berkata, "Saya sudah tahu. Tak ada gunanya semua itu."

Missy pun berdoa memohon pertolongan Allah. Ia membuka Yohanes 13:34, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu." Karena itu Missy tetap berusaha menunjukkan kasih. Namun, ia selalu menemui kesulitan.

Sepulang dari bekerja keras seharian, Missy membuka Alkitabnya dan berdoa kepada Allah. Saat itu, kembali terbaca olehnya Yohanes 13:34. "Tetapi saya sama sekali tak menyukai Louise!" keluh Missy.

Suatu hari Louise duduk di samping Missy pada jam istirahat dan berkata, "Missy, kamu satu-satunya orang yang memperhatikan diriku." Akhirnya Louise menumpahkan segala kesedihan dan masalahnya. Missy merangkulnya, dan mereka pun bersahabat. Louise pergi ke gereja bersama Missy dan melalui suatu pergumulan, Louise membuka hatinya bagi Yesus.

Kisah nyata ini berakhir bahagia, tetapi tidak semua akan berakhir demikian. Bagaimanapun juga, sebagai pengikut Yesus yang setia, kita harus memancarkan terang-Nya lewat kasih kita -- DCE

ORANG YANG PALING TIDAK KITA SUKAI MUNGKIN JUSTRU PALING MEMBUTUHKAN KASIH KITA

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 20 September 2022

Tahu dan Mau 

Bacaan: Wahyu 1:1-3 

Bagian pembuka Kitab Wahyu ini menunjukkan empat hal. Pertama, Yesus Kristus berkenan memberikan wahyu (1). Kedua, wahyu itu bertujuan supaya orang-orang tahu hal yang akan segera terjadi (1). Ketiga, wahyu itu diberikan melalui malaikat kepada Yohanes (1-2). Keempat, orang yang berbahagia ialah yang mau membacakan, mendengarkan, dan menuruti wahyu itu (3).

Dari keempat hal itu, tampak bahwa Tuhan tidak ingin orang-orang percaya hidup dalam ketidaktahuan. Sebab, ketidaktahuan bisa menyebabkan kekhawatiran, yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpercayaan. Terlebih lagi, pada saat itu, jemaat dianiaya oleh berbagai pihak karena iman mereka.

Tuhan hendak menguatkan iman mereka. Tuhan memandang perlu jemaat mengetahui hal-hal yang akan terjadi, baik maupun buruk, juga hal-hal yang bisa menjadi pengharapan mereka, tak lupa hal-hal yang perlu mereka lakukan dalam segenap kondisi itu. Catatannya adalah jemaat harus mau melakukan hal-hal yang ditunjukkan oleh Tuhan dalam wahyu itu. Tahu dan mau, itulah yang dikehendaki oleh Tuhan; tahu hal yang akan terjadi, mau melakukan hal yang semestinya dilakukan.

Kiranya hal itu tidak hanya berlaku bagi jemaat-jemaat yang dahulu menerima kiriman surat berisi wahyu kepada Yohanes. Firman Tuhan terbuka bagi kita pada saat ini, bahkan dapat kita baca dengan bahasa kita sendiri dalam bentuk buku cetak maupun digital. Di negara kita pun tak ada larangan untuk beredarnya Alkitab. Kita dapat dengan mudah mengakses firman Tuhan sehingga tahu hal-hal yang Tuhan firmankan kepada kita.

Untuk menjadi tahu itu mudah. Hanya saja, untuk menjadi mau, itu perkara lain. Orang bisa saja sangat tahu akan isi firman Tuhan, tetapi tidak mau melakukannya. Itulah tantangan saat ini. Kalau zaman dahulu, untuk tahu saja sulit karena keterbatasan teknologi, sekarang di tengah segala kemudahan, tantangannya adalah mau menuruti firman.

Marilah kita tidak menyia-nyiakan kemudahan mengakses firman Tuhan. Mari kita baca, tahu, dan menurutinya. [KRS]

Sumber: Santapan Harian

Senin, 19 September 2022

Datang Kepada Tuhan Saat Kesulitan Hidup Melanda

1 Petrus 5: 7 “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

Mendengar perang yang berdampak pada ekonomi ditambah harga barang-barang kebutuhan naik, tidak ayal membuat kita khawatir akan hari esok. Apakah penghasilan yang diterima saat ini masih cukup untuk kedepannya? Haruskah saya mencari pekerjaan tambahan agar kebutuhan keluarga tetap terpenuhi dengan baik? Atau justru harus menurunkan gaya hidup?

Perasaan itu juga ikut menghantui keluarga kami akhir-akhir ini. Namun setelah melihat kebelakang, ternyata penyertaan Tuhan selama kami hidup itu begitu luar biasa. Sayangnya kami sering lupa bahwa di masa sesulit apapun, sebenarnya Tuhan telah memelihara dan memberikan jalan keluar.

Matius 6: 33-34 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Ayat ini mengingatkan kepada kita agar datang kepada Tuhan di masa sesulit apapun karena Dialah yang menyediakan apa yang kita butuhkan. Dia adalah sumber dari segala yang kita miliki di dunia ini. Oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir karena sebagai anak-Nya, kita tidak akan dibiarkan-Nya jatuh tergeletak.

Sahabat, jika ingin kehidupan Anda dipenuhi oleh pemeliharaan Allah, marilah kita berseru kepada-Nya dalam doa, ucapan syukur dan iman yang tekun. Melaluinya kita akan mengalami damai sejahtera (Filipi 4: 6-7), menerima kekuatan dari Tuhan, dan pertolongan-Nya yang tidak pernah terlambat pada waktunya (Ibrani 4:16).

Sumber: Jawaban.com

Minggu, 18 September 2022

TIADA MASA DEPAN TANPA PENGAMPUNAN

[[Kebencian menimbulkan pertengkaran; cinta kasih mengampuni semua kesalahan. ]] (Amsal 10:12—BIS

No Future Without Forgiveness (Tiada Masa Depan Tanpa Pengampunan). Demikianlah judul buku karya Uskup Desmond Tutu dari Afrika Selatan. Tutu memaparkan bahwa rekonsiliasi tidak dapat dilakukan dengan menyangkal masa lalu. Rekonsiliasi terjadi ketika fakta masa lalu diakui, permohonan maaf diucapkan, dan pengampunan diberikan. Pengampunanlah yang membuka jalan bagi kedua belah pihak yang pernah bertikai untuk menapaki masa depan dengan langkah yang mantap dan ketegaran hati.

“Kebencian menimbulkan pertengkaran; cinta kasih mengampuni semua kesalahan” (Amsal 10:12—BIS). Ada dua hal yang kontras yang dipaparkan oleh amsal ini. Kebencianlah yang melahirkan pertengkaran dan cinta kasihlah yang mengampuni kesalahan. Semua orang dapat bertengkar karena terbakar oleh kebencian, tetapi tidak semua orang dapat menyelesaikan pertengkaran. Hanya orang yang mempunyai cinta kasih yang mampu menyelesaikan pertengkaran melalui pengampunan. Pengampunan tidak berarti melupakan, tetapi memberikan makna yang baru. Pengampunan tidak berarti menghapus luka yang ada, tetapi membuka lembaran yang baru.

Apakah pada saat ini kita sedang terlibat dalam pertengkaran? Bila kita merasa menang, ingatlah ada orang yang terluka. Bisa jadi pertengkaran akan terus berlanjut karena ada salah satu pihak yang belum merasa puas. Bila kita merasa kalah, jangan sampai dendam menyelinap di dalam kalbu. Dendam hanya akan memperpanjang masalah. 

Cinta kasih melahirkan pengampunan. Pengampunan membuka masa depan.(Wahyu Pramudya)


Sumber: Amsal Hari Ini 

Sabtu, 17 September 2022

Kekuatan untuk Menghadapi Krisis

Filipi 4:12-13 “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Pemerintah baru saja menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi maupun non subsidi pada Sabtu, 3 September 2022 lalu. Ini merupakan dampak dari krisis global yang mulai kita rasakan di Indonesia. Bahkan menurut Presiden Joko Widodo, saat ini semua negara sedang menghadapi ancaman krisis. Tidak hanya krisis pangan, namun juga keuangan dan energi. Hal ini terjadi akibat perubahan iklim dan geopolitik global.

Hal senada juga disampaikan Bill Gates. Menurutnya, dunia harus mewaspadai ancaman krisis global sebagai dampak dari serangan Rusia ke Ukraina. Selain itu, krisis global juga akan terjadi sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Krisis ini akan memiliki dampak yang sangat tinggi di semua negara.

Lalu apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan saat menghadapi krisis? Menurut Thomas Andersen seorang konsultan ekonomi, mereka akan mencari penghiburan dari segelas minuman keras, satu pak rokok atau tempat hiburan malam. Ia juga berpendapat bahwa saat ekonomi lesu, ternyata bisnis minuman keras dan perjudian justru melonjak. Dari tempat ini, orang merasa mendapat hiburan dari serangan krisis. Namun hal ini tidak tepat. Pada kenyatannya, melarikan diri dari kenyataan akan membuat orang tersebut semakin terperosok ke dalam lubang krisis.

Sahabat, memang krisis tidak dapat dihindari dan bisa terjadi kapan saja. Bahkan pada zaman Perjanjian Lama pun krisis pernah dialami bangsa Israel.

Habakuk 3: 17-18 – “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.”

Ayat ini menggambarkan kondisi krisis yang berat pada zaman itu. Namun Habakuk memiliki respon yang berbeda, dia tetap mempercayai dan meyakini pertolongan Tuhan.

Rasul Paulus memberikan beberapa tips dalam menghadapi krisis, seperti berikut:

Pertama, kita harus menyadari bahwa Tuhan selalu ada di setiap musim hidup kita, baik musim kekurangan atau kelimpahan.

Kedua, Tuhan adalah Allah yang berkuasa dan mampu menolong kita, sehingga kita dapat berkata, segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan.

Jadi sahabat, tidak ada kekuatan dalam menghadapi krisis selain di dalam Yesus Kristus Juruselamat kita. Amin.

Sumber: Jawaban.com

Jumat, 16 September 2022

PENANGKAL PESIMISME

Bacaan: Mazmur 85

NATS: TUHAN akan memberikan kebaikan (Mazmur 85:13)

Seperti gerhana mampu menutupi matahari, demikian pula pesimisme dan keraguan dapat membawa kita pada kegelapan rohani. Seringkali kita menghadapi situasi yang begitu mengecewakan sehingga kita berpikir bahwa Allah Yang Mahakuasa sekalipun tak dapat menolong kita untuk mengatasinya.

Ketika Robert Cushman menulis tentang keputusasaannya saat berada di Mayflower pada tahun 1620, ia menampakkan sikap pesimis. Ia menulis, "Jika kita ingin membuat sebuah perkebunan di New England, berarti Allah harus membuat sebuah mukjizat! Apalagi dengan mempertimbangkan betapa sedikitnya bahan makanan yang kita miliki dan (yang paling gawat) tidak adanya kesatuan di antara kita. Jika harus meramalkan kehancuran kita, rasanya kepala saya hampir pecah dan saya tahu hal itu akan menyakitkan hati kalian. Karena itu saya hanya minta satu hal. Bersiaplah mendengar kabar buruk tentang kita. Saya tak melihat satu pun jalan keluar. Tetaplah berdoa." Dan, melampaui ketakutan Cushman, Allah mengirim para musafir yang kemudian menetap di daerah liar tersebut dan membuat wilayah itu menjadi subur.

Penulis Mazmur 85 menaikkan pujian atas pemeliharaan Allah. Ia tahu bagaimana Allah memelihara bangsa Israel di masa lampau (ayat 1-4). Karena itu kini ia meminta agar Allah menyelamatkan umat-Nya yang bertobat dari kejahatannya (ayat 5-8) dan dengan yakin ia menantikan jawaban atas doa tersebut (ayat 9-14).

Jangan ragukan kemampuan Allah untuk mencukupkan segala sesuatu. Dia akan membimbing kita melewati saat-saat paling gelap dalam kehidupan [VCG]

JIKA KEHIDUPAN MENEKAN ANDA
TETAPLAH MEMANDANG KE ATAS!

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 15 September 2022

False Security: In Your Prosperity

Bacaan: Amos 6:1-7

Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri.
- Pengkhotbah 5:12

George Orwell, seorang novelis Inggris, mengatakan, “Rich people are poor people with money” (orang kaya adalah orang miskin dengan uang). Ini mungkin gambaran yang tepat untuk orang-orang Israel yang ditegur Amos dalam perikop hari ini yang kita baca. Bayangkan, begitu mewahnya hidup mereka sampai-sampai bisa tidur di ranjang dari gading dan makan daging–makanan mewah di zaman itu (ay. 4). Mereka kira mereka aman dan tenteram. Mereka kira kekayaan mereka adalah tanda bahwa Tuhan merestui tindakan mereka. Kenyataannya tidak. Tuhan mengatakan bahwa bahkan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan pun dapat hidup dalam kelimpahan seperti mereka (ay. 2).

Pada zaman itu, kekayaan bukanlah sesuatu yang cepat lenyap seperti di zaman sekarang. Di zaman ini, salah investasi sedikit, ditipu rekan bisnis, kartu kredit hilang, tabungan dibobol, bisa menjungkir-balikkan hidup seseorang. Pada masa itu, kekayaan lebih sulit untuk berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Di masa kini, secara umum orang kaya lebih banyak kekhawatiran daripada orang-orang miskin. Di masa itu, orang-orang kaya hidup stress-free.

Inilah yang Tuhan sampaikan, bahwa Dia bisa mengambil kekayaan mereka sewaktu- waktu. Jika Tuhan mengizinkan Ayub menjadi miskin, padahal Ayub adalah orang yang benar di hadapan-Nya, kenapa Dia tidak boleh melakukan demikian terhadap orang yang jelas-jelas layak dihukum?

Permasalahan di zaman yang serba cepat ini bukan ketenteraman dalam harta. Sebaliknya, permasalahannya adalah kekhawatiran terhadap harta. Namun, jika kita telisik lebih jauh, sebenarnya problem kita dan orang-orang Israel dilatarbelakangi anggapan yang sama: bahwa uanglah yang akan menyelamatkan kita. Sakit? Uang yang menyelamatkan. Birokrasi pemerintahan yang berbelit-belit? Uang yang menyelamatkan. Anak kekurangan perhatian? Uang yang menyelamatkan, dan sebagainya. Padahal yang bisa menyelamatkan hidup kita satu-satunya ya cuma Tuhan Yesus. Uang bukan segalanya, tapi Yesus adalah Sang Penyelamat kekal baik dari dosa atau pun dari segala permasalahan yang kita hadapi. Kalau uang memang penyelamat kita, kenapa kita perlu mati-matian menyelamatkannya, bahkan dari tangan Tuhan sekalipun?

Refleksi diri:
Adakah kebiasaan atau tindakan Anda sehari-hari yang didasari dari anggapan uanglah yang akan menyelamatkan?

Bagaimana Anda sekarang akan bersikap terhadap uang?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Rabu, 14 September 2022

TANPA KOMITMEN, TIDAK ADA RENCANA

[[Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga. ]] (Amsal 12:27)

“ Unless commitment is made, there are only promises and hopes; but no plans ” (Jika tidak ada komitmen, maka janji tinggal janji, harapan tinggal harapan semata; tetapi tidak ada rencana). Demikianlah tutur Peter F. Drucker, seorang mahaguru manajemen. Komitmenlah yang mengubah janji dan harapan menjadi sebuah rencana konkret. Banyak orang telah berhasil mengungkapkan janji dengan cara yang spektakuler, tetapi kemudian janji tinggal janji. Orang-orang lainnya mengungkapkan harapan mereka dengan indah, tetapi kemudian hanya tinggal harapan yang tidak pernah mewujud menjadi kenyataan. Di mana letak kesalahannya? Tidak adanya atau kurangnya komitmen. Komitmenlah yang mengubah janji dan harapan menjadi rencana. Mengapa orang tidak dapat membuat komitmen dan melaksanakannya?

“Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga” (Amsal 12:27). Salah satu alasan utama mengapa orang tidak dapat berkomitmen dan melaksanakannya adalah kemalasan. Orang malas tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebaliknya, sifat rajinlah yang dapat membuat seseorang mengambil komitmen dan melaksanakannya. Hal ini pasti akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa namun memang tidak mudah. Akan tetapi, orang yang rajin pantang menyerah.

Mari kita mengingat kembali berapa banyak rencana, harapan, dan janji yang tidak mewujudnyata? Singkirkan kemalasan, gantilah dengan sikap rajin, maka keberhasilan ada di depan mata.
 (Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Selasa, 13 September 2022

Apakah Pertumbuhan Rohani Anda Jalan di Tempat?

Bacaan Hari ini:
Efesus 1:4-5 “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.”

Beberapa waktu lalu, seorang pria datang ke kantor saya dan berkata, “Saya seorang Kristen, tetapi saya merasa pertumbuhan rohani saya jalan di tempat. Saya tidak merasa berkembang.”

Tanya saya, "Menurut Anda apa masalahnya?"

Jawabnya, "Sepertinya karena saya kurang mengasihi Tuhan."

Saya berkata, “Tidak. Masalah Anda bukanlah karena Anda kurang mengasihi Tuhan. Masalah Anda adalah Anda tidak mengerti betapa Dia sangat mengasihi Anda.”

Mengasihi selalu merupakan respons pertama dari kasih. Alkitab berkata, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yohanes 4:19). Ketika Anda berkata, "Saya tidak mengasihi Tuhan," itu karena Anda tidak mengerti betapa Dia sangat mencintai Anda.

Allah bahkan sudah mengasihi Anda sebelum Bumi ini Ia ciptakan. Ini dikatakan dalam Alkitab: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:4).

Untuk dapat memahami tujuan dan panggilan hidup Anda, Anda harus mulai memahami sifat Allah. Allah adalah kasih. Kasih adalah esensi dari sifat-Nya, dan pusat dari kasih-Nya adalah Anda. Anda diciptakan untuk dikasihi oleh Allah.

Jika Anda telah memahami kebenaran yang mendalam ini dan menyimpannya di dalam jiwa Anda, maka Anda akan menemukan kekuatan, kepercayaan diri, dan kedamaian yang luar biasa. Allah menciptakan seluruh alam semesta ini sedemikian rupa untuk menunjang keberadaan manusia, sehingga Dia dapat menciptakan Anda dan mengasihi Anda.

Hal terpenting yang harus Anda ketahui ialah bahwa Allah menciptakan Anda untuk mengasihi Anda. Dan hal terpenting yang harus Anda lakukan ialah mengenal dan membalas kasih-Nya. Berbeda dengan makhluk hidup lainnya, Anda diciptakan menurut gambar dan rupa Allah supaya Anda dapat mengasihi Dia.

Kebanyakan orang menjalani sepanjang hidup mereka dengan melewatkan tujuan hidup yang dikehendaki Allah. Mereka tahu segala macam hal—harga saham, skor olahraga, teknologi terkini—tetapi mereka tidak mengenal Allah. Mereka kehilangan kesempatan untuk menemukan kedalaman kasih Allah dan semua berkat yang telah Dia sediakan bagi mereka. Namun itu tidak boleh terjadi dengan Anda. 

Prioritas Allah atas hidup Anda sangatlah jelas. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi Anda untuk melayani, menaati, dan berpegang pada-Nya. Tujuan pertama Anda haruslah untuk mengasihi-Nya.

Renungkan hal ini:
- Apa tanggapan Anda terhadap kebenaran firman bahwa panggilan pertama Anda ialah untuk menikmati hubungan dengan Allah?
- Renungkan hubungan Anda dengan Allah. Apakah itu lebih cenderung tentang peraturan, hukum, dan ritual, ketimbang tentang kasih? Jika demikian, mengapa?
- Menurut Anda mengapa terkadang sangat sulit bagi kita untuk berhenti bekerja, untuk sebaliknya, beristirahat di dalam kasih Allah?

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Minggu, 11 September 2022

APA YANG SAYA LUPAKAN?

Bacaan: Ulangan 8

NATS: Jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya (Ulangan 8:11)

Begitu sulit rasanya bagi saya untuk melupakan rasa malu yang saya alami ketika saya tak dapat mengingat alamat rumah saya sendiri! Itu bukanlah kali pertama saya harus menanggung perasaan malu karena ingatan saya yang lemah. Saya sering lupa tentang hal-hal kecil seperti nomor telepon dan tempat saya memarkir kendaraan. Bahkan pernah terjadi ketika saya hendak memperkenalkan teman atau rekan bisnis, ternyata saya lupa nama mereka. Hal ini lebih menjengkelkan dibandingkan ketika saya pergi ke toko dan lupa apa yang harus dibeli. Meski hal seperti ini seringkali terjadi, namun saya dapat segera melupakannya.

Dalam Ulangan 8 diungkapkan bahwa Musa berulangkali memperingatkan bangsa Israel yang seringkali mudah melupakan Allah. Ia berkata bahwa pada masa-masa yang menyenangkan, mereka cenderung melupakan apa yang Tuhan kerjakan bagi mereka pada masa kesesakan. Musa memperingatkan bahwa kesenangan dapat membuat mereka lupa untuk senantiasa bergantung pada Tuhan. Mereka harus menyadari bahwa tanpa kekuatan dari Allah, mereka bahkan tak dapat memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri.

Peringatan yang disampaikan oleh Musa ini juga berlaku bagi kita. Kita harus selalu mengingat apa yang telah Allah kerjakan bagi kita, memuji Dia atas apa yang Dia berikan bagi kita dan bersyukur atas pengampunan yang diberikan-Nya. Dan di atas segalanya, Tuhan kita memang layak untuk selalu diingat sebagaimana Dia ada! [MRD II]

INGATAN ADALAH SUMBER SEGALA PUJIAN

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 10 September 2022

DASAR KARANG

Bacaan: Mazmur 119:65-72

NATS: Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapanMu (Mazmur 119:71)

Saat itu usia saya baru menginjak 30-an. Saya seorang istri dan ibu yang penuh pengabdian, seorang pekerja Kristen yang mendampingi suami. Namun sesungguhnya saya sedang dalam perjalanan yang tak ingin dilakukan oleh siapa pun, suatu perjalanan ke bawah. Saya sedang menuju kehancuran yang dihindari oleh hampir semua orang, kehancuran akibat kepuasan dan kebanggaan terhadap diri sendiri yang demikian kuat.

Akhirnya saya mengalami kelegaan yang sangat luar biasa saat terhempas ke dasar batu karang. Saya menemukan sesuatu yang tak terduga: Batu karang tempat saya dihempaskan tidak lain adalah Kristus sendiri. Hanya dengan berpijak pada Kristuslah saya dapat membangun kembali seluruh sisa hidup. Namun kali ini sebagai manusia yang bersandar penuh pada Allah -- bukan lagi sebagai manusia yang bergantung pada dirinya sendiri seperti dahulu. Pengalaman terhempas ke dasar batu karang ini menjadi titik balik dan satu pengalaman terpenting bagi pertumbuhan rohani dalam perjalanan hidup saya.

Kebanyakan orang tidak akan berpikir tentang hal-hal rohani saat mereka terhempas pada titik terendah dalam hidupnya. Duka nestapa yang mereka alami seringkali justru diperberat oleh orang-orang Kristen yang berpandangan dangkal tentang apa yang dialami dan mengapa mereka menderita. Namun Bapa surgawi kita justru memandangnya sebagai suatu kesempatan untuk mengajarkan sesuatu kepada kita melalui proses yang menyakitkan itu. Orang yang mengetahui rahasia hidup bergantung pada Allah akan berkata, "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapanMu" (Mazmur 119:71) -- JEY

KETIKA ORANG KRISTEN TERHEMPAS KE DASAR BATU KARANG IA AKAN MENEMUKAN BAHWA KRISTUS ADALAH LANDASAN YANG KOKOH

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 09 September 2022

SERUKAN NAMANYA

Bacaan: Roma 10:1-13

NATS: Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan (Roma 10:13)

Gary Burge, seorang guru Alkitab, sedang berdiri di salah satu ujung jalan di Gaza yang panjang dan lengang. Ia berada di Israel untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan buku tentang orang-orang percaya di Palestina, dan ia ingin mendiskusikan hal ini dengan seorang yang bernama Dr. Hassan di rumah sakit Ali Arab. Rumah sakit itu terletak di ujung jalan satunya, maka mulailah ia berjalan ke arah itu. Segera ia menyadari mengapa jalan tersebut lengang. Pada satu sisi, milisi Israel sedang berjaga-jaga, dan pada sisi lainnya terdapat gerombolan orang-orang muda Palestina.

Baru setengah jalan, keheningan terguncang oleh teriakan-teriakan kemarahan, bunyi batu-batu yang dilemparkan menghantam perisai plastik militer, dan letusan senjata yang memuntahkan peluru-peluru karet. Burge spontan berlari. Saat mencapai rumah sakit, ia berteriak panik, "Dr. Hassan! Saya datang mencari Dr. Hassan!" Pintu sedikit terkuak, dan sebuah tangan menariknya ke dalam. Burge telah menyerukan nama orang yang dapat menyelamatkan nyawanya.

Bagi orang-orang yang berdosa, "di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12). Yesuslah nama itu, "nama di atas segala nama" (Filipi 2:9). Kita semua terlahir dalam dosa. Kita tidak memiliki harapan untuk menyelamatkan diri kita sendiri (Efesus 2:8-9). Kita berada dalam kondisi putus asa. Satu-satunya jalan keluarnya adalah berseru kepada Yesus, yang telah berjanji akan menyelamatkan kita dari semua dosa-dosa kita. Namun untuk itu kita perlu meminta kepadaNya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda telah berseru kepadaNya? -- DCE

UNTUK DAPAT MASUK KE SURGA YANG PENTING ADALAH SIAPA YANG ANDA KENAL

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 08 September 2022

Rindu Dengkuran Suami

Seorang perempuan yang sedang berduka karena ditinggal suaminya didatangi sahabatnya.

Perempuan itu pun bercerita tentang mendiang suaminya kepada sahabatnya itu. Ia menyatakan penghargaan atas hal-hal sederhana yang dilakukan sang suami.

"Dulu aku jengkel dan sering marah karena suamiku itu sering mendengkur dan kentut sembarangan," cerita perempuan itu.

Perempuan itu melanjutkan. "Namun saat ia masuk rumah sakit dan kondisinya bertambah parah, dengkuran dan bunyi kentut yang biasanya membuatku jengkel dan marah, malah membuatku senang karena menjadi tanda bahwa ia masih hidup."

"Sekarang, menjelang tidur, aku merindukan bebunyian yang dulu membuatku jengkel dan marah itu sambil mengenangnya," tutup perempuan itu.

"Untuk segala sesuatu ada masanya," begitu kata Pengkhotbah. Ada waktu untuk menangis, tertawa, meratap, dan menari.

Empat hal tersebut juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ada saja peristiwa, baik secara pribadi maupun bersama keluarga, yang membuat kita mengucurkan air mata atau terbahak-bahak. Pada kesempatan lain, kesedihan yang mendalam membuat kita meratap. Namun, kita juga mendapat kesempatan untuk menari karena mengalami perkara yang membahagiakan. Setiap orang hendaknya bersiap untuk menerima "giliran" dalam keempat hal tersebut.

Kelak ketika kita berpisah dengan orang yang kita kasihi, entah penyesalan entah kenangan manis yang melekat, tergantung pada apa yang kita lakukan sekarang. Selama masih ada waktu, bahkan untuk hal yang menjengkelkan, belajarlah menikmatinya. Kelak, mungkin hal itulah yang justru kita rindukan.

Mari belajar untuk mencintai, menghargai, dan bersyukur atas keberadaan orang-orang terdekat kita.

"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. ...ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;" (Pengkhotbah 3:1,4)

Sumber: Renungan Kristen

Rabu, 07 September 2022

ORANG BEBAL 

[[Dengarkanlah suara TUHAN ..., maka keadaanmu akan baik dan nyawa¬mu akan terpelihara. ]] (Yeremia 38:20) 

Orang bebal adalah yang orang tidak mau mendengarkan nasihat dari orang lain. Ia selalu merasa dirinya benar meski sesungguhnya ia sadar bahwa ia salah. Ia akan mencari alasan untuk membenarkan diri. Ia juga termasuk orang yang tidak mau berubah. Orang bebal tidak pernah bisa belajar dari pengalaman. Orang bebal tidak cuma bodoh, tetapi juga keras kepala. 

Raja Zedekia dapat dikategorikan sebagai orang bebal. Pertemuan Zedekia dengan Yeremia di pasal 38 ini merupakan pertemuan yang terakhir. Zedekia menyadari bahwa hanya melalui Yeremia, ia bisa mendapatkan kebenaran sejati. Namun, Zedekia masih mengharapkan adanya perubahan dari firman Allah. Tentunya firman Tuhan tetap sama. Zedekia harus tunduk kepada para perwira raja Babel bila ingin tetap hidup. Zedekia menolak nasihat Yeremia karena takut dilecehkan oleh orang Yehuda yang telah menyeberang ke Babel. Zedekia membuktikan dirinya bebal dengan lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan. Seandainya ia menuruti nasihat Yeremia, maka apa yang ia takutkan tidak akan terjadi karena Tuhan yang akan menjamin keselamatannya (Yeremia 38:20). 

Kadang kala kita sama seperti Zedekia. Kita lebih mengkhawatirkan apa kata orang daripada mendengarkan apa kata Tuhan. Apalagi kalau suara Tuhan itu tidak sesuai dengan keinginan dan harapan kita. Firman-Nya, baik yang enak didengar ataupun tidak, akan membuat keadaan kita terjamin bila kita menaati-Nya. Dialah yang akan menjamin dan memelihara hidup kita.
(Eddy Nugroho)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Selasa, 06 September 2022

Meminta Petunjuk-Nya

Bacaan: HAKIM-HAKIM 6:33-40

Dan demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun. (Hakim-hakim 6:40)

Pemilihan Tuhan atas Gideon untuk menyelamatkan bangsa Israel dari orang Midian dan orang Amalek membuatnya masih ragu, namun ia tidak segan meminta tanda dari-Nya, yakni guntingan bulu domba yang basah oleh embun tetapi tanah sekitarnya kering. Setelah Tuhan mengabulkan permintaannya itu, Gideon meminta yang terjadi sebaliknya. Tetapi alih-alih murka terhadapnya, Tuhan meluluskan kemauannya untuk menguatkan panggilan-Nya terhadapnya.

Tuhan bukanlah Pribadi yang jauh tinggi di atas sekedar memberikan kita perintah dan dengan ketus menghukum jika kita tidak menaati-Nya, melainkan ketika hati kita masih tidak memercayai-Nya, kita bebas untuk menanyakan lagi, bagaikan berdiskusi dengan sahabat karib dan suara-Nya yang lembut akan menegaskan kehendak-Nya atas hidup kita.

Keterbatasan kita sering kali mengaburkan kuasa-Nya yang hendak bekerja dengan dahsyatnya atas diri kita, tetapi kalau kita senantiasa melekat kepada Tuhan, kita akan tahu pasti bahwa urapan-Nya atas kita tidaklah salah dan dengan kekuatan dari-Nya niscaya kehendak-Nya menjadi ya dan amin.

Semua keraguan yang kita bawa dalam doa dan pergumulan yang kita sampaikan dari hati ke hati dengan Tuhan, tidak akan sia-sia. Allah Yang Maha Pengasih akan menggantikan ganjalan dalam hati yang mematahkan semangat kita, menjadi semangat yang berkobar, mantap untuk melangkah maju meraih hidup yang berarti bagi-Nya. --KSD/www.renunganharian.net

JANGANLAH MUNDUR SAAT ANDA RAGU AKAN PANGGILAN TUHAN, MELAINKAN MENDEKATLAH KEPADA TUHAN DAN SABDA-NYA AKAN MELEGAKAN HATI ANDA.

Senin, 05 September 2022

Air Kehidupan yang Memerdekakan

Yohanes 4: 13-14 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

Sahabat, jika saat ini Anda sedang putus asa atau patah semangat dalam pelayanan, maka kita perlu membaca kisah seorang utusan Injil di India, Sherwood Eddy. Saat memulai pelayanannya, Sherwood Eddy sangat bersemangat. Namun hanya dalam waktu satu tahun, dia sudah kehilangan gairah untuk melayani. Semakin dia ingin maju tetapi yang dia rasakan adalah kekeringan dan kejenuhan, seperti di dalam penjara. Bahkan dia ingin berhenti saja.

Ditengah keputusasaannya, Sherwood Edy memohon pertolongan kepada Tuhan. Dia sungguh-sungguh berdoa dan diingatkan Roh Kudus dari Yohanes 4:14 – “Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

Dari ayat ini Sherwood Edy bertobat untuk berhenti menimba dari sumurnya sendiri. Dia menyadari bahwa selama ini yang dia gunakan dalam pelayanan adalah sumur kepandaian, keahlian dan kekuatan dalam dirinya. Sehingga ketika berhadapan dengan persoalan, dia merasakan bahwa sumur hatinya mulai kering. Sejak saat itu, setiap pagi Sherwood Edy datang kembali kepada sumber mata air yang mengalirkan kehidupan kekal dan memerdekakan. Dia merasakan jamahan Roh Kudus yang mengalirkan kesegaran baru dalam hatinya, sehingga dia kembali bersemangat melayani Tuhan.

Sahabat, dalam menghadapi pekerjaan, keluarga atau pelayanan, sering kita akan menemui tantangan, hambatan atau penghalang. Jika kita merasa mampu mengatasinya dengan kekuatan kita, inilah yang disebut kesombongan rohani. Merasa bisa, mampu, kuat atau kaya, tetapi sebenarnya kita miskin dan telanjang seperti jemaat di Laodikia. Kondisinya tidak dingin atau panas, tapi suam. Seharusnya sebagai anak-anak Tuhan kita harus selalu bersemangat dalam melayani Tuhan seperti tertulis dalam Roma 12: 11 - Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

Bagaimana caranya agar kita selalu bersemangat dalam melayani Tuhan? Pertama kita harus memiliki rasa haus. Yesus berkata "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! (Yohanes 7: 37) Kedua, kita harus meminta, Yesus berkata: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu (Lukas 11: 9-13). Ketiga, terima dengan Iman. Yesus berkata: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu (Markus 11:24).

Sahabat jika Anda sedang berada di sumur hati yang kering, milikilah jiwa yang haus akan Allah. Datanglah dan minumlah, maka Dia akan memberikan kesegaran dan memulihkan Anda. Amin.

Sumber: Jawaban.com

Minggu, 04 September 2022

Melihat yang Tak Terlihat

Baca: Mazmur 54:1-9

"Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan, dan mataku memandangi musuhku." (Mazmur 54:9)

Apa yang terlihat oleh mata jasmani dari situasi-situasi yang terjadi di sekitar sering kali menjadi faktor utama yang memengaruhi hati kita. Manakala dihadapkan pada masalah yang berat atau situasi yang sulit, respons hati kita pun menjadi negatif. Seketika itu pikiran dan hati kita dipenuhi dengan ketakutan dan keraguan, takut tak bisa menyelesaikan masalah; rasa ragu dan bimbang bermunculan, iman pun menjadi goyah. Selama mata kita tertuju kepada besarnya masalah dan apa yang tampak secara kasat mata, yang kita pikirkan hanyalah ketidakmampuan dan ketidakberdayaan kita.

Ketika melihat pasukan tentara Aram lengkap dengan kuda dan keretanya sedang mengepung kota, bujang Elisa pun dihantui oleh ketakutan dan kekuatiran yang luar biasa. Mengapa bisa terjadi? Karena bujang Elisa ini fokus pada masalah karena melihat musuh ada di depan matanya. Bujang itu pun berkata, "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" (2 Raja-Raja 6:15b). Mendengar hal itu berdoalah Elisa kepada Tuhan, "'Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.' Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (2 Raja-Raja 6:17). Roh Tuhan menjamah bujang Elisa itu, maka ia pun dapat melihat apa yang tak terlihat oleh mata jasmaninya, yaitu ada bala tentara sorgawi lengkap dengan kuda dan kereta berapi yang mengelilingi Elisa. Ternyata ada kekuatan adikodrati yang mahadasyat yang menyertai dan melindungi Elisa dari serangan-serangan musuh.

Sebagai orang percaya, seharusnya kita menyikapi masalah dengan sudut padang yang berbeda: masalah sebagai kesempatan untuk kita melihat pekerjaan Tuhan yang ajaib, membawa kita semakin mendekat kepada Tuhan, memiliki penyerahan diri penuh kepada-Nya, dan semakin mengandalkan Dia. Saat kita punya kepekaan rohani seperti ini kita akan mampu melihat segala sesuatu melalui mata rohani hal-hal yang tidak kelihatan oleh mata jasmani.

Jika mata kita tertuju kepada Tuhan dan janji firman-Nya, kita akan mampu bertahan di segala keadaan dengan kemantapan iman, sebab "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13).

Sumber: Renungan Kristen

Sabtu, 03 September 2022

Belajar Cukup

Bacaan: FILIPI 4:10-20

... sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (Filipi 4:11)

Belajar mencukupkan diri itu tidak mudah. Di seminari, saya belajar banyak untuk mencukupkan diri dengan makanan, uang sponsor dan juga kebutuhan-kebutuhan lain. Pembimbing rohani di kampus menasihati bahwa kami harus pandai-pandai mengatur diri, contohnya: perlu membuat catatan anggaran bulanan, dan membuat daftar kebutuhan yang perlu dibeli saat berbelanja. Ini mengajarkan kami untuk bertanggung jawab akan apa yang Tuhan sudah percayakan kepada kami.

Paulus sudah memberi teladan dalam pelayanannya, ada frasa "aku telah belajar" (ay. 11) menandakan bahwa ia pun juga melatih dirinya sedemikian rupa. Paulus bisa gagal dalam mencukupkan diri, dan kita juga bisa seperti itu. Selama ia mengalami kesulitan hidup, ia tidak ditinggalkan sendiri. Banyak jemaat yang mengirimkan bantuan, dan itu ia anggap sebagai berkat yang tidak terduga dari Tuhan (ay. 14). Ia tahu itu pekerjaan Allah, Allah yang menggerakkan mereka untuk memenuhi kebutuhan Paulus (ay. 15-16, 18).

Bertanggung jawab akan apa yang kita miliki itu sangat perlu sebab itu datangnya dari Tuhan. Paulus sudah merasakan kasih Allah yang mencukupkan kebutuhannya sehingga ia tidak perlu khawatir lagi. Kita dapat menjadi pribadi yang kuat saat kesulitan datang dan terus mengalami kepuasan yang Allah berikan. Mencukupkan diri adalah latihan, teruslah berjuang untuk membuat diri kita tidak berfoya-foya dengan harta yang kita miliki. --YDS/www.renunganharian.net

TUHAN AKAN MENCUKUPKAN KEBUTUHAN KITA, MAKA KITA SEHARUSNYA LEBIH BIJAKSANA DALAM MENGATUR BERKAT TUHAN.

Jumat, 02 September 2022

JIKA KEADAAN MENJADI KRITIS

Bacaan: Mazmur 138:1-8

NATS: Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku (Mazmur 138:7)

Luyada Gbuda, yang menjabat sebagai ketua sebuah denominasi di Zaire, menggambarkan keadaan di negara itu pada tahun 1993. Berkali-kali ia menggunakan kata "gawat"

Secara politis bangsa Zaire selalu mengalami kerusuhan dan kemungkinan terjadi perang selalu ada. Secara ekonomis negara ini terperangkap dalam inflasi yang serius. Tak seorang pun memiliki uang untuk membeli barang yang jumlahnya juga sedikit ditoko-toko. Harga bahan bakar membumbung tinggi. Bangsa Zaire sangat menderita.

Pada waktu Gbuda mengadakan perjalanan mengunjungi orang-orang beriman di Zaire, ia memberi kekuatan berdasarkan kata-kata Daud dalam Mazmur 138:1-8. Daud menantang pendengarnya untuk merenungkan kebesaran Allah dan memuji Dia atas sumber pertolongan yang sejati (Mazmur 138:6).

Pemazmur yakin akan kemampuan Allah untuk menyelamatkannya walaupun kesulitan mengelilinginya (Mazmur 138:7). Dan ia dapat melihat ke masa depan dengan penuh harapan karena ia ingat bagaimana Tuhan telah memeliharanya di masa yang lampau (Mazmur 138:3).

Kita semua pasti mengalami kesulitan. Bahkan mungkin saat ini Anda sedang mengalami krisis. Anda terluka dan takut. Meskipun demikian, Anda tetap dapat memuji Allah atas kuasa, kasih dan belas kasihanNya. Berhentilah sejenak dan ingatlah bahwa Dia dapat dipercayai. Inilah hal yang tepat -- dan seharusnya kita lakukan -- dalam menjalani masa krisis -- DCE

KESULITAN KITA AKAN TERASA KECIL BILA KITA INGAT AKAN KEBESARAN ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 01 September 2022

BUNGA DAN DOLLAR

Bacaan: Matius 6:25-34

NATS: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:23)

Beberapa tahun yang lalu saya sedang cuti dari tugas sebagai utusan Injil, karena merasa cemas akan kebutuhan keuangan yang terus meningkat. Suatu pagi di rumah pertanian tempat saya tinggal, saya berbicara kepada Tuhan dan akhirnya menyerahkan kebutuhan-kebutuhan tersebut kepada-Nya.

Kemudian, saya berjalan-jalan melintasi sebuah padang yang penuh dengan bunga. Ketika melihat ke bawah, saya menemukan selembar uang senilai satu dolar! Ketika memungut uang tersebut, saya merasa bahwa Allah menghendaki agar saya tahu bahwa Dia akan memelihara dan memenuhi kebutuhan saya. Bila Dia mau, bunga-bunga pun dapat diubah-Nya menjadi uang! Sejak saat itu, uang dolar tersebut selalu saya bawa untuk mengingatkan saya akan kuasa Allah yang mampu memelihara.

Dalam Matius 6, Tuhan Yesus menunjuk pada pemeliharaan Bapa-Nya atas "burung-burung di udara" dan "bunga bakung di ladang" dalam mengilustrasikan kerinduan-Nya untuk memenuhi kebutuhan kita (ayat 26,28-29). Dia juga mengajarkan bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita perlukan jika kita mendahulukan perkara-perkara rohani. Daripada merasa kuatir akan kebutuhan diri sendiri, lebih baik kita mencurahkan segenap perhatian pada Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Jika demikian, maka dapat di pastikan bahwa tidak hanya beberapa atau kebanyakan, tetapi segala sesuatu yang kita butuhkan akan dipenuhi.

Mari kita sering bertanya pada diri sendiri: Adakah saya sibuk memikirkan hal-hal materi atau memikirkan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya? Kita tak dapat mengerjakan keduanya sekaligus [JEY]

JIKA SEMUA YANG KITA INGINKAN ADALAH MENYENANGKAN ALLAH
KITA AKAN MEMILIKI SEMUA YANG KITA BUTUHKAN

Sumber: Renungan Harian