Senin, 31 Oktober 2022

Perkataan Kehidupan

"Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman." (Amsal 10:11)

Mulut mempunyai kuasa yang begitu hebat. Dengan mulut kita dapat membunuh atau membangun semangat hidup. Dengan mulut, kita dapat menguatkan maupun menjatuhkan.

Menjatuhkan tidak selalu berarti mengucapkan kata-kata kasar atau caci maki. Menjatuhkan dapat kita lakukan dengan hal sederhana seperti mengkritik.

Berapa kali kita mengkritik orang lain dalam sehari? Mungkin hanya dengan membuat komentar seperti, "Baju kamu kok nggak oke hari ini?" atau "Belom keramas ya? Rambutmu keliatan berminyak." Komentar-komentar seperti ini mungkin memang simple, tapi dampaknya luar biasa, dapat mematahkan semangat orang lain.

Bayangkan saja, seandainya orang tersebut sedang terkena masalah yang berat di rumah, dan ketika ia menemui kita, yang ada hanyalah kritikan soal penampilan dan hal lainnya. Sebisa mungkin, cobalah untuk tidak mengkritik orang lain, kecuali pendapat kita memang diminta.

Ada kritikan yang didasari fakta atau alasan yang benar, yang bisa membangun dan memperbaiki. Namun, ada yang didasari oleh alasan tidak baik (seperti ingin menjatuhkan atau mempermalukan).

Apapun alasannya, kritikan bersifat memprotes atau menyanggah pihak lain. Memang baik untuk mencoba memperbaiki sesuatu, tapi jika dengan berbuat demikian kita mematahkan semangat orang lain, sepertinya perlu diingat kembali bahwa mulut kita seharusnya menjadi sumber kehidupan dan bukan kematian.

Isilah hari-hari kita dengan kata-kata yang membangun, maka setiap orang akan diberkati dengan kehadiran kita.

Sumber: Renungan Kristen

Minggu, 30 Oktober 2022

APA YANG TELAH KITA PELAJARI?

Bacaan: Keluaran 2:11-25

NATS: Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau (Ulangan 8:2)

Bagi pemain gelandang belakang sebuah tim sepakbola sekolah menengah umum, pernyataan yang berbunyi "orang baik bertahan sampai akhir" tampaknya terlalu buruk. Setelah mereka kalah dalam suatu pertandingan melawan sebuah tim yang bermain curang, ia bertanya, "Mengapa Allah tidak membela kita dengan memberi kemenangan?"

Musa juga dapat mengajukan pertanyaan yang sama. Walaupun dibesarkan di istana raja Mesir, ia memilih untuk tetap menjadi bagian dari bangsanya, bangsa Israel yang tertindas. Ketika melihat seorang Mesir memukuli seorang Israel tanpa ampun, Musa membunuh orang Mesir itu. Tetapi bukannya dibela oleh Allah, ia justru harus lari dari Mesir dan selama 40 tahun menjadi penggembala domba di Midian.

Delapan puluh tahun setelah Musa meninggalkan Mesir, akhirnya ia tahu mengapa Allah membiarkan ia direndahkan. Ia mengerti mengapa Allah mengizinkan bangsa Israel menjalani penindasan selama 40 tahun lebih dan pengembaraan di padang gurun selama 40 tahun berikutnya. Tepat sebelum bangsa Yahudi menyeberangi Sungai Yordan menuju Tanah Perjanjian, Musa menceritakan kepada mereka bahwa tujuan Allah adalah untuk membuat mereka rendah hati dan menguatkan mereka dalam menjalani tahun-tahun pencobaan yang panjang (Ulangan 8:2) sehingga mereka dapat mengenal Allah dengan cara yang baru dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya.

Tuhan memandang bahwa perkembangan moral dan rohani untuk jangka panjang lebih penting daripada kebahagiaan jangka pendek. Apa yang kita pelajari dari hari-hari pengujian kita? -- HVL

ALLAH MENGGUNAKAN HAMBATAN HIDUP UNTUK MENOLONG KITA BERGERAK MAJU

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 29 Oktober 2022

Hidup Ini Adalah Kesempatan

Ibrani 9:27 “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.”

Saya memiliki seorang teman yang kaya secara materi. Namun saat suaminya meninggal, ia menjadi begitu ketakutan, bahkan untuk tinggal di rumahnya sendiri yang cukup besar. Saat saya mencoba menanyakan apa yang menjadi ketakutannya, jawaban yang diberikan membuat saya sedikit terkejut. Ia takut jika tiba-tiba muncul arwah suaminya saat ia ada dalam rumahnya.

Ketakutannya yang berlebihan membuatnya memutuskan untuk mengunjungi ketiga anaknya yang berada di luar negeri secara berbeda setiap bulannya. Dan saat berada di Indonesia, ia tidak tidur di rumahnya, melainkan berkunjung ke rumah keluarganya, dan teman-teman yang berbeda setiap hari.

Hingga akhirnya dalam satu kesempatan ia mengatakan semua harta yang dimilikinya saat ini adalah kesian-siaan. Saudara, sahabat yang selalu mengelilinginya disaat suaminya masih hidup, satu persatu meninggalkannya. Dan ia merasa benar-benar sendiri dalam kehidupannya saat ini. Ia pun memutuskan untuk menjual rumahnya yang terlihat nyaman, hanya karena suatu ketakutan.

Saat Tuhan memanggil suatu hari nanti, tak seorangpun dapat mengelak. Harta, kekayaan, jabatan, bahkan semua keindahan dunia tak akan mampu menahan kemahakuasaan Allah atas hidup kita. Ayub berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21).

Yang perlu kita pahami saat ini bukanlah tentang bagaimana kita bisa menghindari kematian. Namun bagaimana caranya agar saat ajal menjemput, kita sudah benar-benar siap menghadapinya. Tetaplah dalam kondisi percaya di dalam hati dan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan.

“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” (Roma 10:9-10).

Setiap orang yang mengaku percaya pada-Nya dipanggil untuk bisa menghidupi karya penebusan itu sendiri, dengan menjadi orang yang sungguh-sungguh mampu menampilkan gambaran Kristus dalam hidupnya.

Saya menjadi teringat satu lagu rohani yang berjudul “HIDUP INI ADALAH KESEMPATAN”, dan ketika saya mencoba untuk benar-benar memaknai lirik di dalamnya, saya benar-benar seperti mewajibkan hidup saya untuk melakukan pilihan terbaik, yaitu mengiring Yesus seumur hidupku. Karena hidup ini hanya sekali, maka lakukan segala sesuatu untuk menyenangkan hati-Nya. Tidak akan pernah ada kesempatan kedua saat kita dipanggil menghadap Sang Pemilik Kehidupan.

Putuskan hari ini juga untuk memilih hidup bersama-Nya, karena dalam kesudahan hidup di dunia ada jaminan kekal bahwa kita akan masuk ke dalam kediaman-Nya, surga yang indah kekal (Yohanes 14:1-3).

Sumber: Jawaban.com

Jumat, 28 Oktober 2022

SEAKAN TANPA PENGHARAPAN

Bacaan: Kejadian 42:1-7, 25-36

NATS: Dan Yakub, ayah mereka, berkata kepadanya:"...Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu!" (Kejadian 42:36)

Yakub yang malang telah mencapai batas akhir dalam pengharapannya. Tatkala mendengar berita yang menyedihkan dari anak-anaknya yang baru saja tiba dari Mesir, ia berkata dengan cemas, "Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu!" (Kejadian 42:36).

Yusuf telah diambil darinya. Kelaparan hebat melanda tanah Kanaan. Simeon telah ditahan sebagai sandera. Dan sekarang Benyamin, anak bungsunya, diinginkan sebagai jaminan untuk membebaskan kakaknya. Semua peristiwa yang berdatangan menyerang ini hampir terlalu berat untuk dapat ditanggung seorang tua seperti ia. Dalam keadaan bingung dengan semua kejadian ini, ia merasa bahwa segala sesuatu telah berbalik menyerangnya. Namun, sebenarnya Allah sedang mengerjakan tujuan-tujuanNya yang bijak.

Ketika badai hebat dalam kehidupan Yakub mulai reda, nyatalah dengan jelas bahwa keadaan-keadaaan yang menekan ini semata-mata terjadi bagi kebaikannya. Semuanya berada dalam satu rangkaian yang menyebabkan kepindahan mereka ke Mesir dimana kelak Tuhan membuat keturunannya menjadi bangsa yang besar. Meskipun Yakub telah mengeluarkan perkataan bahwa semuanya telah menentangnya, tetapi dari sudut pandang Allah semuanya adalah untuk kebaikannya.

Ketika segala sesuatu nampak tak berpengharapan lagi, tetaplah berpegang pada kebenaran bahwa, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Roma 8:28). Lalu, daripada terus mengeluh, Anda akan dapat berkata dengan penuh keyakinan diri bahwa, "Allah sedang mengerjakan kebaikan bagi saya!" -- RWD

BILA ANDA TAHU BAHWA TANGAN ALLAH MENGERJAKAN SEGALA SESUATU ANDA DAPAT MENYERAHKAN SEGALANYA KE DALAM TANGANNYA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 27 Oktober 2022

PERSAHABATAN SEJATI

Bacaan: Mazmur 116:1-7

NATS: Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu (Yohanes 14:27)

Phillips Brooks, mantan pendeta Gereja Trinitas Episkopal Boston, yang mungkin lebih dikenal sebagai pengarang lagu O Little Town of Betlehem (Kota Kecil di Betlehem). Ia adalah seorang pendeta yang sangat sibuk tetapi selalu terlihat santai dan tidak berbeban, bersedia menyediakan waktunya kepada siapa pun yang sedang membutuhkannya.

Beberapa waktu sebelum Brooks meninggal, seorang sahabatnya yang masih muda menulis surat kepadanya dan bertanya mengenai rahasia kekuatan dan ketenangannya. Dengan tanggapan yang sepenuh hati, Brooks mengutarakan tentang hubungan pribadinya dengan Kristus yang terus bertumbuh.

Ia menulis, "Semakin saya merenungkannya, semakin saya sadar bahwa tahun-tahun terakhir ini saya memiliki damai dan kepuasan yang sebelumnya tidak ada. Suata pengenalan yang lebih mendalam dan kasih yang lebih sungguh dari Yesus Kristus.... Saya tidak dapat menceritakan pada Anda betapa pribadinya pertumbuhan itu bagi saya. Dia ada di sini. Dia mengenal saya dan saya mengenal Dia. Ini adalah hal yang paling nyata di dunia. Setiap hari semakin nyata. Dan seseorang bertanya-tanya dengan sukacita, akan bertumbuh menjadi seperti apa pada tahun-tahun yang akan datang."

Suatu kesaksian yang nyata tentang kekuatan dan ketenangan yang Juruselamat sediakan bagi kita! Suatu pendorong yang kuat bagi kita semua yang mengenal Dia sebagai Juruselamat untuk dapat semakin bertambah dekat setiap hari dan memiliki persekutuan yang semakin dalam dengan Yesus! Hanya hubungan seperti itu yang dapat memberikan damai sejahtera dan kesukaan -- VCG

DAMAI MENGALIRI JIWA KETIKA KRISTUS BERTAHTA DI HATI KITA

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 26 Oktober 2022

ESOK YANG TAK TERDUGA

Bacaan: Matius 6:25-34

NATS: Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat (2Korintus 5:7)

Kita seringkali berharap dapat melihat semua hal yang akan terjadi dalam hidup kita. Dengan demikian kita dapat mempersiapkan, mengatur atau menghindarinya.

Seorang bijaksana berkata, "Meskipun kita tidak dapat melihat semua hal dalam kehidupan, tetapi Allah dapat!" Sebuah kalimat yang lebih baik dan menentramkan hati!

Baru-baru ini, saya dan Emily, cucu saya yang berusia 10 tahun, bersama-sama merebus telur untuk sarapan. Saat kami memandangi air yang mendidih dan mengira-ngira kapan telur itu akan matang, Emily berkata, "Sayang kita tidak dapat membuka kulit telur itu untuk melihat proses di dalamnya." Saya setuju dengan ide yang dipikirkan oleh cucu saya. Namun bila hal itu dipraktekkan, telur itu akan rusak. Oleh karena itu kami harus mengandalkan diri sendiri dengan mengira-ngira, tanpa dapat memastikan hasilnya.

Sekarang kita beralih bicara tentang hal-hal lain yang ingin kita lihat tetapi tidak dapat -- seperti hari esok. Sayang sekali kita tidak dapat "membuka" hari esok untuk melihat apakah di dalamnya ada kehidupan yang menyenangkan atau tidak. Namun mencampuri hari esok sebelum waktunya, seperti membuka kulit telur yang sedang dimasak, akan merusak hari ini maupun hari esok.

Karena Yesus telah berjanji untuk memelihara kita setiap hari -- termasuk hari esok -- kita dapat hidup dengan iman dari hari ke hari dengan penuh penyerahan diri (Matius 6:33-34).

Saya dan Emily memutuskan untuk menyerahkan hari esok dengan keyakinan penuh ke tangan Tuhan. Bagaimana dengan Anda? -- JEY

KITA HANYALAH MERANCANG MASALAH JIKA KITA TERLALU MEMIKIRKAN HARI ESOK

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 25 Oktober 2022

Bukan Cara tapi Prinsip

Bacaan: YESAYA 28:23-29

Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan. (Yesaya 28:29b)

Ibu Eri bersaksi bahwa setelah berpuasa 40 hari 40 malam, kanker payudaranya yang sudah stadium 3 sembuh secara ajaib. Ibu Lis yang mendengar kesaksian itu berkata, "Sungguh, inilah jawaban doaku!" Rupanya, Ibu Lis mengalami pergumulan yang sama, yakni menderita kanker payudara stadium 3. Dengan antusias, ia berpuasa 40 hari 40 malam. Namun setelah lewat waktu yang ditetapkan, ia tidak mengalami kesembuhan. Pada akhirnya, Ibu Lis menjadi kecewa kepada Tuhan.

Seperti Ibu Lis, banyak orang menjadi salah paham kepada Tuhan. Melihat seseorang disembuhkan dengan satu cara, mereka beramai-ramai mengadopsi cara yang sama. Begitu pula ketika melihat orang lain mencapai kesuksesan dengan satu cara, tanpa berpikir panjang mereka menerapkan cara yang sama. Bisa ditebak, begitu hasilnya berbeda, mereka menjadi kecewa kepada Tuhan! Mereka lupa bahwa Tuhan adalah Pribadi unik, kreatif dan tak terduga. Jika cara Tuhan selalu sama, bagaimana Dia dapat dikatakan unik dan kreatif? Dan jika cara Tuhan dapat diterapkan pada semua kasus yang sama, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa jalan-jalan-Nya sungguh tak terduga? Kebenarannya adalah, cara Tuhan tidak dapat diprediksi sehingga tidak dapat disebut sebagai teori.

Bukan berpatokan kepada cara, kita harus berfokus kepada prinsip. Ketika kita sakit, berpeganglah kepada prinsip bahwa Tuhan adalah Sang Penyembuh! Begitu pula ketika kita dalam kesesakan, berpeganglah kepada prinsip bahwa Tuhan adalah Sang Penyelamat! Bagaimana cara Tuhan menolong, percayakanlah semua kepada hikmat dan kebijaksanaan-Nya. --LIN/www.renunganharian.net

SEKALIPUN CARA KERJA ALLAH BERBEDA-BEDA, HASILNYA SELALU SAMA, YAKNI SEMPURNA DAN MENAKJUBKAN.

Senin, 24 Oktober 2022

Rasa Syukur: Empat Cara untuk Membangun Sukacita

Bacaan Hari ini:
Filipi 4:4 “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Rasul Paulus mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4) Dia tidak mengajarkan untuk bersukacita hanya di saat baik saja. Alkitab mengajarkan bahwa—bahkan di tengah masa sulit sekali pun—Anda dapat bersukacita jika mengikuti empat strategi sederhana ini:

Bersyukur kepada Tuhan dalam segala hal. Ketika Anda berdoa, sertailah dengan ucapan syukur. Emosi manusia yang paling sehat ialah rasa syukur. Bahkan, itu meningkatkan imunitas Anda, membuat Anda lebih tahan terhadap stres, dan lebih sedikit rentan terhadap penyakit.

Orang yang bersyukur adalah orang yang bahagia. Tetapi orang yang tidak bersyukur akan sengsara, karena tidak ada yang membuat mereka bahagia. Mereka tidak pernah puas. Apa pun tidak pernah cukup baik.

Akan tetapi, bila Anda memupuk sikap syukur—bersyukur dalam segala keadaan—stres Anda akan berkurang.

Jangan khawatir akan apa pun. Khawatir tidak akan mengubah apa pun. Itu ibaratnya kesal tanpa alasan.

Tidak ada seorang pun yang terlahir sebagai seorang pencemas. Kekhawatiran adalah respons yang dipelajari. Anda mempelajarinya dari orang tua Anda. Anda mempelajarinya dari rekan-rekan Anda. Anda mempelajarinya dari pengalaman Anda. Itu suatu kabar baik, sebab fakta bahwa kekhawatiran bisa dipelajari, berarti kekhawatiran juga bisa tidak dipelajari.

Bagaimana caranya? Yesus berkata dalam Matius 6:34, “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Dalam budaya saya, kita mengatakannya seperti ini: Jangan buka payungmu sebelum hujan mulai turun. Atau, singkat kata, jalanilah hari lepas sehari.

Doakan segalanya. Daripada khawatir, gunakan waktu Anda untuk berdoa. Jika Anda berdoa sebanyak yang Anda khawatirkan, maka Anda akan memiliki jauh lebih sedikit kekhawatiran.

Apakah Tuhan tertarik dengan cicilan mobil Anda? Ya, Dia tertarik pada setiap detail kehidupan Anda. Oleh karena itulah, Anda dapat membawa masalah apa pun yanng Anda hadapi kepada-Nya.

Pikirkan tentang hal-hal yang benar. Jika Anda ingin mengurangi tingkat stres dalam hidup Anda, Anda harus mengubah cara pikir Anda, karena cara Anda berpikir menentukan perasaan Anda. Dan cara Anda merasa menentukan bagaimana Anda bertindak. Alkitab mengajarkan bahwa, jika Anda ingin mengubah hidup Anda, Anda perlu mengubah apa yang Anda pikirkan.

Untuk memikirkan hal-hal yang benar dibutuhkan sebuah pilihan yang dipikirkan dengan seksama. 

Apa hasil dari tidak khawatir, mendoakan segala hal, bersyukur, dan fokus pada hal yang benar?

Paulus berkata, “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:7).

Renungkan hal ini:
- Apa yang sedang Anda khawatirkan? Katakanlah dengan jujur kepada Tuhan mengapa Anda khawatir.
- Jika Anda berdoa sebanyak yang Anda khawatirkan, menurut Anda bagaimana hidup Anda saat ini? Allah berfirman bahwa Dia memelihara hati dan pikiran Anda di dalam Kristus. Bersyukurlah kepada-Nya dalam segala hal, bahkan ketika Anda tak dapat memahami apa yang sedang Tuhan rencanakan dalam hidup Anda.
- Apa yang paling Anda pikirkan saat ini? Menurut Anda apa yang Tuhan ingin Anda pikirkan? Apakah kedua hal ini sejalan? Jika tidak, mengapa?

Anda harus memilih untuk memikirkan hal-hal positif dan fokus pada Firman Tuhan.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Minggu, 23 Oktober 2022

PENYERAHAN DIRI

Bacaan: Mazmur 77:1-20

NATS: Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah, supaya Ia mendengarkan aku (Mazmur 77:2)

Walter Cizsek, seorang Kristen dari negara bekas Uni Soviet, dipenjara dan dianiaya oleh penguasa karena imannya kepada Kristus. Ia dipaksa untuk mengambil keputusan yang menggentarkan jiwa: bekerjasama atau hukuman mati. Bekerjasama dengan pembohong dan pembunuh? Tidak akan pernah! Tetapi menghadapi kematian yang mengerikan? Bagaimana mungkin ia sanggup menanggungnya?

Dalam keadaan nyaris kehilangan iman kepada Allah, Walter mulai berdoa dengan perasaan putus asa. Pada akhirnya ia mampu untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Bapa. Ia menulis bahwa kehendak Allah tidaklah "di luar sana" melainkan "di dalam situasi tempat saya berada. Dia menginginkan saya menerima situasi ini dari tanganNya, menyerahkan kendali dan menempatkan diri sepenuhnya dalam rencanaNya." Walter mampu melakukan hal ini karena ia dikuatkan oleh kasih setia Tuhan,

Pernahkah Anda merasa ditinggal oleh Allah? Pernahkah Anda mengalami kondisi seperti pemazmur yang berteriak dalam keputusasaan, "Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setiaNya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? (Mazmur 77:9). Kesusahan yang dialami sang pemazmur mereda tatkala ia mengingat dan merenungkan karya Allah yang ajaib dan menyadari bahwa ia sepenuhnya dipelihara oleh Allah (Mazmur 77:10-20).

Saat kita "menyerahkan kendali" dan menempatkan diri sepenuhnya dalam rencana Allah, perasaan ditinggal oleh Allah akan sirna -- VCG

TAK SEORANG PUN YANG MENYERAHKAN DIRI KEPADA ALLAH AKAN MERASA DITINGGAL OLEH ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 22 Oktober 2022

Waspada Dengan Cinta Uang

Bacaan: 1 Timotius 6:6-10

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang - 1 Timotius 6:10a

Sebuah buku berjudul Bethany Gate yang ditulis oleh H. Tatang lstiawan, membahas tentang kasus yang menimpa sebuah gereja besar di Indonesia. Kasusnya melibatkan ayah, anak, menantu, dan jemaat yang saling menggugat di pengadilan. Mereka yang berselisih justru diperdamaikan dan dinasihati oleh tokoh agama lain dan menjadi tontonan umum. Gereja dengan aset nilai triliunan bisa membuat hati seseorang menjadi gelap. Para pelayan Tuhan di gereja itu hidup dengan fasilitas yang mewah. Berkali-kali keluhan orang tentang pengelolaan keuangan gereja yang tidak transparan, mereka abaikan. Buah dari penekanan pada berkat finansial sebagai bukti perkenanan Tuhan, membuat tubuh Kristus pun tercabik-cabik. Sebuah kerusakan yang membuat kesaksian Kristus dikorbankan.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita tentang ancaman bahaya jika terlalu fokus pada uang. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Karena memburu uang beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Penulis kitab Ibrani berkata agar kita tidak menjadi hamba uang tetapi mencukupkan diri dengan apa yang ada (Ibr. 13:5). Hal senada disampaikan oleh Yohanes Pembaptis ketika menasihati para prajurit, jangan merampas dan memeras, cukupkanlah dirimu dengan gajimu. (Luk. 3:14). Tuhan Yesus sendiri juga menegaskan kita supaya jangan mengabdi kepada Mamon, yaitu harta kekayaan kita (Mat. 6:24), karena saat kita menyembah Allah pada saat yang bersamaan kita tidak bisa menyembah uang. Menyembah uang sama dengan menyembah berhala! Hanya Yesus yang harus kita sembah.

Alkitab tidak hanya memberikan peringatan tetapi juga janji bahwa Tuhan akan mencukupkan semua kebutuhan kita, bukan keinginan kita. Mengapa banyak orang jatuh ke dalam dosa penggelapan uang? Karena sebagian besar dari mereka berambisi memenuhi keinginannya dengan cara apa pun. Pelajaran pentingnya adalah di dalam menjalani hidup janganlah dikuasai oleh uang. Sekalipun penting, uang tetaplah alat, bukan tujuan. Jangan dibalik. Ketika uang sudah menjadi tujuan hidup kita, sesungguhnya kita sedang menjauhkan diri dari Tuhan Yesus dan sedang menuju kejatuhan. Waspadalah saudaraku akan bahaya cinta uang!

Refleksi diri:

Bercermin pada perenungan hari ini, apakah Anda puas dengan penghasilan Anda selama ini? Jika puas, apa buktinya?
Apa yang ingin Anda lakukan untuk menghindari dan mengatasi bahaya cinta uang?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Jumat, 21 Oktober 2022

FITNAHAN YANG TERSEMBUNYI

Bacaan: Amsal 6:12-15

NATS: Siapa menyembunyikan kebencian, dusta bibirnya; siapa mengumpat adalah orang bebal (Amsal 10:18)

Allah membenci pemfitnah. Mereka adalah bajingan dan penjahat dengan kebencian yang terpendam dalam hati, dan tipuan ada dalam bibirnya.

Beberapa orang telah mengubah fitnahan menjadi suatu seni. Mereka tidak akan menggunakan pisau daging untuk membunuh. Mereka adalah pembunuh yang lebih licin dari itu. Mereka telah belajar memfitnah melalui bahasa tubuh, sekerjap kedipan bahkan senyuman yang licik.

Jonathan Swift, yang paham benar tentang keburukan dari memfitnah, menggambarkan seorang pemfitnah sebagai seseorang yang dapat "menimbulkan pencemaran dalam satu kerutan dan meruntuhkan reputasi dengan satu kedipan." Robert Louis Stevenson menggaris-bawahi, "Kebohongan yang paling kejam seringkali disampaikan dalam sikap diam." Ketika seseorang diserang dalam suatu percakapan, para pendengar lainnya dapat terlibat dalam perbuatan itu hanya dengan satu anggukan.

Penulis Amsal menceritakan orang-orang dalam zamannya yang menggunakan bahasa tubuh mereka untuk menghancurkan orang lain. Mereka berkedip, bergerak atau mengangkat bahu untuk melakukan fitnahan, dan tetap merasa aman dengan semuanya itu. Bagaimanapun juga, sulit untuk dapat menyangkal satu gerakan atau untuk membuktikan kejahatan yang dilakukan dengan satu kedipan. Cara mereka sangatlah halus, tetapi mematikan seperti peluru yang menghujam jantung.

Apakah Anda perlu meminta pertolongan Allah, sumber kasih dan kebenaran, untuk menolong Anda mengontrol kata-kata dan sikap Anda hari ini? Lalu demi Dia, demi Anda sendiri dan demi orang lain, lakukanlah! -- HWR

HATI-HATILAH DENGAN LIDAH ANDA IA ADA DI TEMPAT YANG BASAH DAN MUDAH TERGELINCIR

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 20 Oktober 2022

MENYAKITI HATI ALLAH

Bacaan: Mazmur 51:1-19

NATS: Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa, dan melakukan apa yang Kauanggap jahat (Mazmur 51:6)

Dengan menyakiti hati orang lain berarti kita juga menyakiti hati Allah. Jika saya berbuat salah kepada Anda, saya juga bersalah kepada-Nya. Jika saya mencuri barang Anda, saya mencuri dari Dia. Jika saya berdusta kepada Anda, saya berdusta kepada Dia yang adalah kebenaran. Jika saya mengambil nyawa Anda, saya menghancurkan apa yang berharga bagi Allah. Kebenaran di atas sering dilupakan karena lemahnya moralitas pada budaya kita saat ini.

Seorang pejabat tertinggi di sebuah lembaga keuangan Jepang menangis sedih sambil menyalahkan diri atas kejatuhan perusahaannya. Kita pun mungkin menyesal jika perbuatan kita menimbulkan penderitaan yang tak seharusnya ditanggung orang lain. Penyesalan ini patut dihargai. Namun, jika kesalahan itu disengaja, maka permintaan maaf yang disertai airmata itu tidaklah cukup tanpa pengakuan dosa kepada Allah. Sebelum kita memandang dosa sebagaimana adanya, yakni pemberontakan terhadap Allah, maka kita belum dapat mengatasinya.

Tatkala digoda oleh istri Potifar, Yusuf berkata, "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (Kejadian 39:9). Dan dalam Mazmur 51:6 Daud mengakui, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa." Tentu saja Daud tahu bahwa ia telah merampas istri orang lain dan membunuh seorang serdadu yang setia. Meskipun demikian ia menuju pada pokok permasalahan, tanpa mengemukakan banyak alasan atau pembenaran diri sendiri. Ia telah berdosa terhadap Allah! Pengakuan seperti inilah yang diinginkan Allah, karena Dia rindu memberikan kemurahan dan pengampunan kepada kita -- DJD

TAK ADA DOSA YANG "KECIL" KARENA SEMUA DOSA MENENTANG ALLAH YANG KUDUS DAN TAK TERBATAS

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 19 Oktober 2022

Jangan Buat Keputusan Saat Ketakutan

Bacaan: Yohanes 18:38b-19

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia,
- Yohanes 19:8

Hidup adalah seni menggambar tanpa sebuah penghapus, jadi berhati-hatilah dalam mengambil keputusan di tiap lembaran berharga dalam hidup. Jangan buat keputusan selagi emosi marah atau pun saat khawatir dan takut. Buatlah keputusan saat pikiran jernih dan hati tenang.

Pilatus berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. Di satu sisi, ia menghadapi banyak orang Yahudi yang berteriak kejam menuntut eksekusi orang yang tidak bersalah, Yesus Kristus. Di sisi lain, pria ini tampaknya menentang pemerintah yang berkuasa dan Pilatus tidak dapat membuat pengadilan itu kembali ke Roma. Pilatus tidak bisa lolos dari keputusannya.

Apakah ketakutan Pilatus berasal dari banyak orang Yahudi yang ingin membunuh Yesus atau ketakutannya terhadap otoritas Romawi atau konsekuensi dari membunuh orang yang tidak bersalah? Pada akhirnya yang kita tahu hanyalah bahwa Pilatus takut, ia membuat keputusan dan bertindak karena takut. Keputusan karena rasa takut akhirnya bukan saja mengorbankan orang yang tidak bersalah tetapi juga mengkhianati keadilan dan fakta kebenaran.

Ketakutan dapat menyebabkan kita membuat keputusan buruk. Keputusan yang kita buat karena takut memang tidak memiliki konsekuensi yang sama seperti keputusan Pilatus. Namun, hasil keputusan itu tetap serius. Kadang-kadang bahkan dapat memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi kita, bagi anggota keluarga kita, dan bagi komunitas kita. Ya, jangan buat keputusan karena rasa khawatir dan ketakutan. Ambillah waktu tenang, minta Tuhan memberikan ketenangan agar dapat mengambil keputusan yang jernih dan tepat.

Saudara, ketakutan tidak perlu dan tidak boleh menjadi kekuatan pendorong di balik setiap keputusan yang kita buat. Di dalam Kristus kita telah dibebaskan dari segala macam hal, termasuk ketakutan. Sebagai anak-anak Tuhan yang merdeka, jangan kita terjebak untuk mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan ketakutan yang menguasai diri kita. Carilah Tuhan untuk ketenangan. Jika dirasa belum tenang, mintalah Tuhan tunjukan teman yang tepat agar bisa berbagi dan berdoa bersama. Jika masalah datang, tenangkan pikiran. Tak perlu memaksakan mengambil keputusan saat pikiran sedang kusut dan takut.

Salam jernih dan tenang ketika ambil keputusan.

Refleksi diri:

Apakah Anda pernah mengambil keputusan di saat sedang takut? Bagaimana dampak keputusan tersebut?

Apa yang Anda akan lakukan jika satu saat diperhadapkan dengan situasi menakutkan dan harus mengambil keputusan?

Sumber: Renungan GII Hok Im Tong

Selasa, 18 Oktober 2022

Rumah Kita yang Sejati

Tubuhku rindu kepada-Mu (Mazmur 63:2)

Ayat Bacaan & Wawasan:
Mazmur 63

“Bobbie, si Anjing Ajaib” adalah anjing blasteran yang terpisah dari tuannya saat mereka pergi berlibur musim panas di suatu tempat yang jaraknya kira-kira 3.500 km dari rumah. Tuannya mencari Bobbie ke mana-mana tetapi dengan hati sedih terpaksa pulang tanpa anjing itu.

Enam bulan kemudian, menjelang akhir musim dingin, Bobbie yang kurus tetapi tabah muncul di depan rumah tuannya di Silverton, Oregon. Entah bagaimana, Bobbie berhasil menempuh perjalanan panjang berbahaya mengarungi sungai, padang pasir, dan gunung-gunung yang berselimutkan salju untuk menemukan jalan pulang ke rumah orang-orang yang dikasihinya.

Kisah Bobbie menjadi inspirasi bagi banyak buku, film, dan lukisan dinding di kota asalnya. Kesetiaannya menyentuh hati kita juga, dan ini mungkin karena Allah telah meletakkan kerinduan yang jauh lebih mendalam di hati kita. Seorang teolog kuno, Agustinus, menggambarkannya demikian: “Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu sendiri, dan hati kami selalu gelisah sampai kami mendapatkan peristirahatan di dalam Engkau.” Ketika Daud bersembunyi dari orang-orang yang mengejarnya di padang belantara Yehuda, ia menyampaikan kerinduan serupa lewat doa indah yang penuh penyerahan diri: “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” (Mzm. 63:2).

Daud memuji Allah karena “kasih setia-[Nya] lebih baik dari pada hidup” (ay. 4). Tidak ada yang dapat dibandingkan dengan-Nya! Melalui Yesus, Allah mencari kita dan memberi kita jalan untuk kembali pulang kepada kasih-Nya yang sempurna, sejauh apa pun kita telah pergi dari-Nya. Saat kita berpaling kepada-Nya, kita menemukan rumah kita yang sejati (James Banks).

Renungkan dan Doakan
Apa yang paling Anda harapkan saat bertemu Yesus suatu hari nanti? Bagaimana Anda akan mencari Dia hari ini?

Tuhan Yesus, terima kasih, Engkau telah memberiku jalan untuk datang kepada-Mu melalui hidup-Mu, kematian-Mu, dan kebangkitan-Mu.

Sumber: Our Daily Bread

Senin, 17 Oktober 2022

MENETAP DI HATI

[[Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setianya. ]] (Mazmur 118:1)

Melinda Beck, dalam artikel di The Wall Street Journal pada tanggal 23 November 2010, menyimpulkan hasil riset bertahun-tahun tentang dampak rasa bersyukur bagi kesehatan emosi dan tubuh. Menurutnya, orang dewasa yang bersyukur lebih mempunyai energi, lebih optimistis, lebih terlibat di dalam relasi sosial, dan lebih berbahagia daripada mereka yang tidak bersyukur. Anak-anak yang bersyukur juga mendapatkan nilai yang lebih baik; menetapkan target yang lebih tinggi; merasa puas dengan keluarga, rekan, dan sekolah. Baik orang dewasa maupun anak-anak yang bersyukur lebih jarang mengeluh sakit kepala dan sakit perut.

Pemazmur mengajak umat Tuhan untuk bersyukur atas kebaikan-Nya. Kebaikan Tuhan itu tidak datang dan pergi, tetapi berlangsung terus-menerus. Pemazmur ingin menegaskan bahwa landasaan untuk bersyukur adalah karakter atau sifat Tuhan yang penuh dengan kebaikan, bukan apa yang kita rasakan dan kita alami. Jika ungkapan syukur itu kita landaskan pada apa yang kita rasakan dan kita alami, rasa syukur itu akan datang dan pergi. Tidak menetap di hati.

Tak selamanya di dalam kehidupan ini kita dapat melihat dan merasakan bukti kebaikan Tuhan. Masalah, sakit penyakit, dan pergumulan hidup dapat membuat kita bertanya-tanya tentang kehadiran dan kebaikan-Nya. Dalam kondisi seperti ini, dapatkah iman kita pada kasih dan kebaikan Tuhan tetap membuat kita mengucapkan syukur? Rasa syukur yang menetap di hati.
(Wahyu Pramudya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Minggu, 16 Oktober 2022

Resep Bahagia

Bacaan: AMSAL 11:24-31

Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. (Amsal 11:25)

Sepulang melakukan kunjungan dan pelayanan sosial ke sebuah lembaga pemasyarakatan, salah seorang pemuda berkata, "Tadinya saya berpikir bahwa tujuan saya dan teman-teman berkunjung ke sana ialah untuk menguatkan para warga binaan, menolong dan melayani serta berbagi berkat kepada mereka melalui bantuan sosial serta kehadiran kami. Ternyata setelah di sana, justru sayalah yang merasa sangat diberkati melalui keramahan dan pelayanan mereka, juga dengan menyaksikan semangat dan ketulusan mereka saat mengikuti kebaktian. Sayalah yang justru dikuatkan dan diteguhkan untuk terus bertekun melayani Tuhan." Ia pun berjanji akan lebih sering terlibat dalam pelayanan ini.

Umumnya kita senang menerima sesuatu dari orang lain, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga hal-hal lain seperti pujian, perhatian, juga pelayanan yang baik. Namun ada sisi lain yang juga perlu kita lakukan jika ingin berbahagia, yakni dengan memberi. Menunjukkan kemurahan hati dan berbagai tindakan kebajikan. Serta berbagi berkat kepada orang-orang yang memerlukannya. Pemberian kita yang kecil dapat membuat seseorang tersenyum. Memberi semangat dan pengharapan kepada orang-orang yang lemah dan nyaris putus asa. Menjadi jawaban bagi doa-doa orang lain.

Ini selaras dengan pengajaran Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa: Lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kis 20:35). Ketika kita dengan rela berbagi berkat kepada orang lain, bukan hanya secara materi, tetapi juga dalam rupa-rupa kebaikan, maka kita sendiri akan mengalami kebenaran ini. Itulah resep hidup berbahagia. --HT/www.renunganharian.net

ORANG YANG MEMBAGIKAN BERKATNYA KEPADA ORANG LAIN TIDAK AKAN KEKURANGAN SESUATU YANG BAIK, MALAHAN IA SEDANG MELIPATGANDAKANNYA.


Sabtu, 15 Oktober 2022

Lepaskan Manusia Lama dan Siap Berproses

Kolose 3: 9-10 “Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.”

Saya sangat senang mendapatkan barang-barang yang baru, apalagi barang itu memang saya butuhkan. Misalnya handphone, laptop, rumah, dan mobil. Jika saya diberi barang-barang tersebut,  saya senang sekali dan antusias.

Menjadi ciptaan baru tentunya juga anugerah terbesar dalam hidup kita. Tetapi menjadi manusia baru, memerlukan kerja keras, waktu yang lama, perjuangan yang tidak mudah, dan seringkali prosesnya tidak selalu enak. Sebagai ciptaan yang baru, kita diperintahkan untuk meninggalkan manusia lama dan terus menerus diperbarui.

Nah proses pembaruan ini seringkali tidak mudah, kita harus mau berproses terus-menerus sampai menjadi serupa dengan Kristus. Sama seperti antivirus yang ada di perangkat laptop kita yang harus diperbarui atau update setiap bulannya. Dengan begitu, dia bisa menghalau virus-virus baru yang bisa menyerang laptop kita. Jika sekali saja kita lupa untuk meng-update antivirus kita, maka laptop kita akan mudah diserang virus-virus baru, dan lama kelamaan akan merusak laptop kita.

Begitu juga hidup kita. Menjadi manusia baru dan berproses, artinya tidak mungkin hidup kita akan sama saja setiap hari. Akan selalu ada manusia lama kita yang harus dikikis, dilepaskan, dan diubah. Mungkin awalnya kita mudah kecewa dengan keadaan, tapi ketika menjadi manusia baru, Roh Kudus akan memberikan kita hikmat, menuntun hidup kita, dan menolong kita untuk bisa menerima keadaan ini dan belajar bahwa mungkin ada maksud baik dibalik kekecewaan ini.

Mungkin dulu demi mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain, akhirnya berbohong. Tapi setelah kita mengenakan manusia baru, kita justru merasa tidak damai sejahtera saat berbohong kepada orang lain. Roh Kudus akan terus menegur kita sampai akhirnya kita mengetahui bahwa hal itu salah, mengakuinya, dan tidak mengulanginya lagi.

Marilah kita menikmati semua proses yang Tuhan berikan, sehingga setiap harinya kita mengalami pembaruan, dan hidup semakin serupa Kristus.

Sumber: Jawaban.com

Jumat, 14 Oktober 2022

Sumber: Renungan My Utmost (B. Indonesia)

Tetaplah benar di hadapan Allah dan biarkan Dia berbuat sekehendak-Nya membentuk Anda, maka Anda akan mendapati Dia menghasilkan jenis roti dan anggur yang akan bermanfaat bagi anak-anak-Nya yang lain.

Panggilan dan Pembentukan Menurut Cara Allah

“Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam tubuhku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kolose 1:24)

Kita mungkin pernah melakukan penahbisan rohani kita sendiri dan mencoba menjadikannya sebagai panggilan Allah. Namun, saat kita benar dengan Dia, Dia akan menyisihkan semuanya itu. Kemudian, Dia mengizinkan kita merasakan suatu kepedihan yang dalam dan luar biasa untuk mengarahkan perhatian kita pada sesuatu, yang bahkan tidak pernah kita mimpikan bahwa ini mungkin panggilan-Nya bagi kita. Dalam sesaat yang cemerlang dan bersinar, kita melihat maksud-Nya dan kita berkata, “Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8).

Panggilan ini tidak ada kaitannya dengan pengudusan pribadi, tetapi dibentuk menjadi roti yang dipecahkan dan anggur yang dicurahkan. Meskipun demikian, Allah tidak pernah dapat menjadikan kita anggur, jika kita menolak jari-jari yang dipilih-Nya sendiri dan cara-Nya sendiri untuk dipakai memeras kita. Kita berkata, “Kalau saja Allah mau menggunakan jari-jari-Nya sendiri dan menjadikanku roti yang dipecahkan dan anggur yang dicurahkan dengan cara yang khusus, aku takkan berkeberatan!” Akan tetapi, kemudian, ketika Dia memakai seseorang yang tidak kita sukai -- atau serangkaian situasi yang kepadanya kita katakan tidak akan mau tunduk -- untuk memeras kita, kita berkeberatan.

Kita sekali-kali tidak boleh mencoba untuk memilih “tempat martir” kita sendiri. Jika kita akan dijadikan anggur yang tercurah, kita harus diperas. Buah anggur akan menjadi air anggur hanya bila buah itu diperas.

Saya ingin tahu apakah jari dan jempol Allah telah digunakan untuk memeras Anda? Apakah Anda telah menjadi sekeras batu pualam dan meloloskan diri? Jika Anda belum cukup masak dan Allah memeras Anda juga, anggur yang dihasilkan akan terasa sangat pahit. Untuk menjadi seorang kudus berarti unsur-unsur hidup lahiriah mengalami hadirat Allah yang sesungguhnya, sedangkan unsur-unsur itu dalam kasih karunia-Nya dihancurkan dalam pelayanan-Nya. Kita harus ditempatkan dalam Allah dan dibawa bersesuaian dengan maksud-Nya, sebelum kita dapat menjadi roti yang dipecahkan di tangan-Nya.

Tetaplah benar di hadapan Allah dan biarkan Dia berbuat sekehendak-Nya dalam diri Anda, maka Anda akan mendapati Dia menghasilkan jenis roti dan anggur yang akan bermanfaat bagi anak-anak-Nya yang lain.

Kamis, 13 Oktober 2022

PERASAAN DAN KESETIAAN

Bacaan: Mazmur 36:5-12

NATS: Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan (Mazmur 36:6)

Saat masih kuliah, teman sekamar saya bertunangan dengan seorang wanita yang bertempat tinggal kurang lebih 1300 km jauhnya. Ia adalah seorang yang selalu merasa kuatir dan pesimis, sehingga senantiasa mempertanyakan kedekatan hubungan mereka. Ia kuatir mereka bakal berpisah. Jika ia tidak menerima surat sehari saja, ia langsung yakin bahwa tunangannya tidak lagi mencintainya dan akan segera memutuskan hubungan dengannya.

Saya dibuat begitu jengkel dengan kekuatirannya sehingga mendesaknya untuk menelepon si gadis. Ia pun selalu mendapati bahwa segalanya tidak berubah dan cinta gadis itu tak pernah goyah. Setelah merasa lega, ia menepis keraguannya, dan berjanji tidak akan ragu lagi--tetapi ternyata ia hanya dapat bertahan selama tiga hari!

Meski terkadang iman kita goyah dan mempertanyakan kasih Allah, kepada Dia tetaplah setia. Bahkan saat kita meragukan janji-janji-Nya, merasa jauh dari hadirat-Nya, atau terjerumus kedalam dosa, kesetiaan-Nya tetap "sampai ke awan" (Mazmur 36:6). Kita dapat meyakini bahwa Allah akan selalu menggenapi semua yang pernah dikatakan-Nya (1Tesalonika 5:24; 2Tesalonika 3:3). Dan janji-janji-Nya didukung oleh karakter-Nya yang sempurna.

Pada saat Anda merasa jauh dari Allah, ingatlah bahwa perasaan hati-Nya tak pernah berubah kepada Anda. Ini bukan masalah bagaimana perasaan Anda saat ini, melainkan kenyataan tentang kesetiaan Allah yang seteguh batu karang -- DCE

PERCAYA AKAN KESETIAAN ALLAH
MENGHILANGKAN KEKUATIRAN KITA

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 12 Oktober 2022

BERSERAH, BUKAN MENYERAH

[[Jangan membual tentang hari esok, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. ]] (Amsal 27:1—BIS)

“Saya tidak pernah menyangka bahwa Tuhan akan memanggil anak saya pada usia yang masih muda. Ia pergi lebih cepat daripada saya, ayahnya. Beberapa rencana pun akhirnya tidak terlaksana,” tutur seorang ayah setelah ibadah kedukaan berakhir. Ya, kita tidak akan pernah tahu masa yang akan datang.

“Jangan membual tentang hari esok, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi nanti” (Amsal 27:1—BIS). Amsal ini mengajarkan kebenaran mendasar di dalam hidup manusia: kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bagaimana seharusnya kita menyikapi ketidaktahuan ini? Amsal mengajarkan sikap yang jelas: jangan membual tentang hari esok.  Membual berarti menyombongkan diri. Untuk apa menyombongkan diri tentang sesuatu yang belum terjadi dan malah kita tidak mengetahui akan terjadi atau tidak?

Lawan dari sikap menyombongkan diri adalah berserah. Berserah berarti memahami keterbatasan diri. Berserah bukanlah menyerah. Berserah berarti beriktikad untuk menjalani apa yang ada dengan sebaik-baiknya sambil menyerahkan setiap rencana ke dalam tangan Tuhan.

Masa depan adalah misteri, jalanilah hari ini dengan segenap hati (Wahyu Pramudya).

Sumber: Amsal Hari Ini

Selasa, 11 Oktober 2022

Misteri Ukuran Koin

Bacaan: 1 RAJA-RAJA 21:1-16

Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati dan gusar ... berbaringlah ia di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan. (1 Raja-raja 21:4)

Seorang pemuda mengeluhkan beratnya permasalahan yang dihadapinya. Ayahnya mengambil koin dan memintanya memegang koin itu dengan tangan terentang ke depan. "Bagaimana ukurannya?" tanya ayahnya. "Kecil sekali ayah, " jawabnya. "Sekarang dekatkan ke matamu. Bagaimana ukurannya?" tanya beliau lagi. "Semakin mendekat, koin ini tampak semakin besar, " jawabnya. "Seperti itulah sebuah masalah, anakku!" kata ayahnya, "Apabila kau terus-menerus memusatkan perhatianmu kepadanya, ia akan tampak semakin besar, bahkan menguasai hidupmu."

Begitu negosiasinya mengenai kebun anggur milik Nabot tidak disetujui, Ahab menjadi uring-uringan. Ia lalu membaringkan dirinya di tempat tidur, menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan. Kita mungkin berpikir betapa sepelenya masalah Ahab. Dibanding seluruh harta kekayaan miliknya yang adalah seorang raja, sebuah kebun anggur tentu tidak ada artinya. Masalahnya adalah cara pandang Ahab. Ketimbang merentangkan tangannya, Ahab memilih mendekatkan tangan berisi koin keinginan itu ke matanya. Alhasil, keinginannya membesar menguasai dirinya, sehingga ia membiarkan Izebel, istrinya yang licik itu, melakukan tindakan keji terhadap Nabot.

Tidak ada di dunia ini kehidupan tanpa masalah. Namun, tidak ada pula kehidupan yang hanya berisikan masalah. Merana atau bahagia, semua itu tergantung bagaimana kita memperlakukan koin-koin pemasalahan di tangan kita. Akankah kita mendekatkan koin-koin itu kemudian membiarkannya menguasai kehidupan kita, ataukah kita merentangkan tangan supaya Tuhan bisa mengambil alih? Pilihan ada di tangan kita. --LIN/www.renunganharian.net

KETIKA MATA KITA TERTUJU KEPADA ALLAH, MAKA TIDAK ADA LAGI RUANG BAGI KOIN-KOIN PERMASALAHAN UNTUK MENGUASAI KEHIDUPAN KITA.

Senin, 10 Oktober 2022

Permintaan Remeh Sang Putri

Yesaya 49:16 Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku. 

Seorang hamba Tuhan sedang dalam perjalanan menghadiri sebuah pertemuan sebagai pembicara tapi dia harus berhadapan dengan kemacetan yang menjengkelkan. Sebuah doa dinaikkan olehnya agar ditibakan tepat pada waktunya. Ternyata ia tiba beberapa menit sebelum acara dimulai. Puji Tuhan.

Setibanya di sana, tidak ada lahan parkir yang tersedia, dan dia berdoa lagi. Saat berdiri di muka peserta, komputer yang harus digunakan tiba-tiba bermasalah, doa dinaikkan lagi.

Pada penghujung hari, sambil duduk mengerjakan setumpuk urusan yang tertunda, terbesitlah rasa "kurang enak" dalam hatinya, mengarah pada rasa bersalah. Sepanjang hari mendoakan hal-hal yang remeh. Bukankah urusan Allah adalah perkara yang besar, yang dahsyat? Buat repot saja?

Keesokan harinya, putri kecilnya datang dengan setumpuk masalahnya kepada sang ayah. Semua masalah yang kecil, urusan anak-anak. Pensil yang tidak dapat diserut tajam, rambut boneka kusut tidak bisa disisir, bahkan punggung yang gatal dan putrinya tidak dapat menggaruknya sendiri! Ia pun melayani putrinya dengan penuh kasih dan kelembutan.

Teringatlah ia akan Mazmur 103:13 "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." Sungguh, seperti apa yang dilakukan kepada anaknya, seperti itu pula yang dilakukan Bapa di sorga untuknya.

Yesaya 49:15-16 mengingatkan kita, bahwa bisa saja seorang ibu lupa mengasihi anaknya. Tetapi Allah tidak pernah lupa mengasihi kita anak-anak-Nya. Allah meyakinkan kita, nama kita ada di telapak tangan-Nya. Terukir dan tetap ada di sana.

Kedekatan seperti ini berlaku bagi setiap manusia yang takut dan bersandar hanya pada-Nya. Sama seperti putri kecil umur 5 tahun datang dengan segudang "persoalan", kita juga dipersilahkan datang dengan aneka ragam masalah.

Masalah sehari-hari? Oke! Masalah kecil dan sederhana? Oke juga! Masalah kecil yang sangat pribadi -- mungkin terkesan remeh? Dengan tersenyum, Ia mengangguk manis dan berkata dengan sabar, "Silahkan!"

Yesaya 49:15-16 Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku. 

Sumber: Renungan Kristen

Minggu, 09 Oktober 2022

TAK ADA FAST FOOD DALAM ALKITAB

Bacaan: Mazmur 119:1-24

NATS: Aku hendak merenungkan titah-titahMu dan mengamat-amati jalan-jalanMu (Mazmur 119:15)

Saya senang sekali melihat sapi-sapi berbaring di padang sambil memamah biak. Namun, apa yang dikunyah oleh sapi-sapi itu? Dan mengapa demikian banyak waktu yang mereka habiskan hanya untuk mengunyah?

Pertama-tama yang dilakukan oleh seekor sapi adalah mengisi perutnya dengan rumput atau makanan lainnya. Kemudian barulah makanan tersebut dikunyah dalam jangka waktu yang lama. Dalam proses itu, makanan yang telah berada di dalam perut ditarik dan dikunyah ulang. Makanan itu dicerna sarinya dan diubah menjadi susu yang padat gizi. Memakan waktu yang lama? Ya. Membuang-buang waktu? Tidak, jika mereka hendak memberi susu yang kaya gizi.

Istilah "memamah biak" atau "mengunyah" dapat digunakan untuk menggambarkan proses perenungan yang kita lakukan dalam berwaktu teduh. Penulis Mazmur 119:1-176 jelas sekali melakukan banyak perenungan saat ia membaca firman Tuhan. Tidak ada fast food atau "langsung jadi" baginya! Jika kita mengikuti teladannya dalam hal membaca Alkitab dengan teliti dan penuh doa, kita akan:

Dikuatkan dalam melawan dosa (Mazmur 119:11)

Menemukan sukacita saat mempelajari lebih banyak hal tentang Allah (Mazmur 119:15-16)

Menemukan kebenaran-kebenaran rohani yang menakjubkan (Mazmur 119:18)

Menemukan nasehat-nasehat yang penuh hikmat bagi kehidupan sehari-hari (Mazmur 119:24)

Perenungan lewat waktu teduh lebih dari sekadar membaca Alkitab dan mempercayainya. Perenungan berarti menerapkan Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.

Firman Tuhan tidaklah dimaksudkan untuk menjadi fast food. Luangkanlah waktu yang cukup untuk perenungan -- JEY

UNTUK MENJADI ORANG KRISTEN YANG SEHAT JANGAN PERLAKUKAN ALKITAB SEPERTI MAKANAN KECIL

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 08 Oktober 2022

Rendah Hati dan Lemah

Bacaan: ZEFANYA 3:9-20

"Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama TUHAN." (Zefanya 3:12)

Kita kerap mendengar nasihat untuk selalu berpikir positif, percaya pada kemampuan diri sendiri, dan dilarang menyerah agar kita mampu bangkit dari keterpurukan. Kemudian kita diminta untuk terus giat dan melakukan segala upaya agar hidup kita mengalami perubahan. Kita terus didorong untuk tidak menjadi pribadi yang lemah dan selalu optimis. Dunia mengajarkan bahwa orang-orang yang kuatlah yang akan menang.

Namun Nabi Zefanya menyampaikan apa yang seharusnya dilakukan umat Tuhan agar mereka terbebas dari keterpurukan yang terjadi. Sungguh menarik ketika memahami bahwa Tuhan justru tidak memulihkan kehidupan umat yang merasa dirinya kuat, berhikmat, atau mampu membangun kejayaannya sendiri. Tuhan justru memulihkan umat yang rendah hati dan lemah. Zefanya berkata bahwa mereka adalah "sisa" artinya bagian kecil dari Israel (ay. 13), tidak banyak dari umat Tuhan yang rendah hati untuk mengakui bahwa dirinya lemah. Mereka benar-benar mengandalkan Tuhan sehingga mereka pun dipulihkan. Tuhan bergirang melihat kerendahan hati mereka dan Tuhan membuat mereka umat yang ternama dan terpuji di antara segala bangsa (ay. 20).

Seorang yang rendah hati dan merasa diri lemah bukanlah orang yang mengasihani diri sendiri. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang mengakui bahwa tanpa Tuhan mereka tidak akan mampu berbuat apa-apa. Karena merasa lemah, mereka selalu mencari pertolongan Tuhan. Tuhan berkenan dengan kerendahan hati dan membangkitkan mereka dari keterpurukannya. Tetapi orang-orang yang angkuh, direndahkan-Nya. --Hagai/www.renunganharian.net

SAAT KITA BERADA DALAM KETERPURUKAN, KITA DAPAT MEMILIH: TETAP MERASA DIRI KUAT ATAU MERASA DIRI LEMAH DAN MENCARI PERTOLONGAN TUHAN.

Jumat, 07 Oktober 2022

KAPAN HARUS BERBICARA

Bacaan: Efesus 5:22-23

NATS: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong (1 Korintus 13:4)

Komunikasi yang baik amatlah penting dalam sebuah pernikahan yang bahagia. Penyair Ogden Nash nampaknya telah menemukan cara yang dapat menolong kita untuk berkomunikasi secara efektif. Dengan gayanya yang jenaka, Nash menulis:

Jika engkau ingin pernikahanmu mendesis
Dengan cinta di dalam cawan kasih,
Kapan pun engkau berbuat salah, akuilah itu;
Kapan pun engkau benar, diamlah!

Ada kebenaran yang amat menolong terkandung dalam kalimat-kalimat di atas -- kebenaran yang didukung oleh Alkitab.

Marilah kita lihat dua hal utama. Pertama, jika kita salah, kita perlu mengakuinya. Tidak hanya dalam pernikahan, tetapi semua jenis hubungan mendapat manfaat dari kejujuran seperti ini (Amsal 12:22). Melindungi diri sendiri saat kita bersalah membuat penyelesaian masalah menjadi sesuatu hal yang tak mungkin dicapai.

Di sisi lain, hidup akan sama sulitnya jika kita bersikeras bahwa kita selalu benar. Menurut 1Korintus 13:4, "Kasih...tidak memegahkan diri dan tidak sombong." Tak seorang pun yang merasa senang berada di dekat orang yang selalu memuji dirinya sendiri.

Ada dua pedoman sederhana dalam pernikahan yang menyenangkan hati Allah, yakni: Akuilah kesalahan dan diamlah di saat benar. Kedua hal ini merupakan cara ampuh untuk menjaga hubungan supaya tetap kuat -- JDB

JAGALAH AGAR UCAPAN KITA LEBIH BAIK DARIPADA KITA DIAM JIKA TIDAK, DIAMLAH

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 06 Oktober 2022

DOSA "KECIL" YANG TAK BERBAHAYA?

Bacaan: Ibrani 3:12-19

NATS: Nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari...supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa (Ibrani 3:13)

Apa yang terjadi dengan kota Efesus yang megah itu? Dalam Perjanjian Baru sering disebutkan bahwa kota Efesus merupakan salah satu pusat kebudayaan dan perdagangan pada zaman itu. Berlokasi di muara Sungai Cayster, Efesus terkenal karena pelabuhannya yang sibuk, jalan-jalan rayanya yang lebar, gedung-gedung olahraganya, tempat pemandiannya, gedung ampiteater, dan terutama adanya kuil Artemis yang indah. Apa yang menyebabkan kota Efesus berangsur-angsur mengalami kemunduran hingga pelabuhannya tak lagi dipadati kapal-kapal dan tak lagi menjadi kota besar yang maju?

Apakah kota itu dilanda wabah penyakit, diserang musuh, atau dihancurkan oleh gempa bumi? Tidak, kota itu mengalami keruntuhan karena endapan lumpur yang tidak aktif dan tidak membahayakan. Selama bertahun-tahun, partikel-partikel endapan itu secara perlahan memenuhi pelabuhan sehingga memisahkan kota itu dari perekonomian yang dijalankan para pedagang antarpulau.

Saat kejahatan kecil beraksi, sedikit ketidaktaatan mungkin tampak tidak berbahaya. Namun, coba biarkan "endapan lumpur" dosa itu menumpuk, maka kita akan mendapati diri kita jauh dari Allah. Dan, kita akan mengalami kehancuran rohani dalam kehidupan. Dalam kitab Ibrani kita diperingatkan akan bahaya "tipu daya dosa" (3:13). Yakobus mengatakan bahwa kenikmatan dosa benar-benar merupakan topeng kematian (1:15).

Allah melarang kita menimbun lumpur dosa dalam kehidupan kita! -- VCG

DOSA-DOSA "KECIL" LAMA-KELAMAAN MENUMPUK MENJADI MASALAH BESAR

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 05 Oktober 2022

Percaya pada Sang Pemegang Kendali Kehidupan

Yesaya 55:8-9 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

Sebuah lagu dengan lirik ‘tak ku tau kan hari esok…’, bagi saya adalah lagu dengan lirik yang mendalam. Jangankan untuk satu hari kedepan, bahkan satu detik ke depan saja tidak ada yang bisa memastikan. Banyak hal yang bisa terjadi. Tapi yang pasti kemungkinannya ada tiga, bisa saja kejadiannya menyenangkan, biasa saja, atau kejadian di luar dugaan yang tidak menyenangkan kita.

Mungkin pada satu detik sebelumnya, seseorang mengendarai motor dengan nyaman. Namun di detik lainnya, ada motor lain yang menyenggol orang tersebut hingga jatuh. Di lain tempat ada yang saat itu sedang sehat-sehat saja. Namun di detik berikutnya dia dipanggil ke rumah Bapa. Ada yang saat itu belum mendapat pekerjaan, namun beberapa detik berikutnya mendapat kabar bahwa dia diterima di kantor lain yang sudah dia lamar.

Banyak hal yang bisa terjadi dalam 1 detik kedepan, tetapi kita tidak tahu situasi apa yang akan terjadi.

Keadaan ini membuat kita membutuhkan Sang Pemegang Kendali yang kita percaya mampu merenda kehidupan kita dengan indah. Kita bersyukur karena sudah dipilih oleh Allah, untuk menjalani kehidupan kedepannya dengan penuh harapan. Kita percaya rancangan Tuhan pasti rancangan yang indah. Masalahnya kita sangat mudah melupakan point ini.

Saya percaya karya Tuhan dalam hidup kita sangatlah banyak dan tidak terhitung. Dari kita kecil sampai saat ini, banyak hal yang sudah Tuhan berikan lewat kehidupan yang sehat, pekerjaan yang baik, keluarga yang menyenangkan, kesembuhan dari berbagai penyakit, atau harapan-harapan yang diinginkan dan sudah dijawab oleh Tuhan.

Dari banyaknya berkat Tuhan ini, seringkali kita lupa saat hal buruk datang. Di detik sebelumnya, kita sedang mengagungkan Tuhan karena perbuatan-Nya yang ajaib, tetapi ketika masalah atau situasi yang tidak menyenangkan datang, di detik berikutnya kita langsung menyalahkan Tuhan. Berpikir Tuhan sangat kejam.

Nah sahabat,  apapun yang kita rasakan hari ini, mari kita percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pemegang Kendali dalam hidup kita. Walaupun saat ini, kita sama sekali tidak mengerti mengapa Tuhan izinkan hal ini terjadi, tetapi kedepannya kita pasti melihat pelangi yang indah, rancangan yang penuh harapan, dan jawaban-jawaban yang memuaskan dari pertanyaan kita sebelumnya. Pada akhirnya kita bisa melihat kembali keajaiban Tuhan, kehebatan Tuhan, dan keagungan Tuhan dalam merencanakan kehidupan kita di dalam tangan-Nya.

Sumber: Jawaban.com

Selasa, 04 Oktober 2022

Rencana Jahat yang Ketahuan

Bacaan: ESTER 2:19-23

Tetapi perkara itu dapat diketahui oleh Mordekhai, lalu diberitahukannyalah kepada Ester, sang ratu, dan Ester mempersembahkannya kepada raja atas nama Mordekhai. (Ester 2:22)

Pernahkah Anda sedang asyik membicarakan seseorang, lantas orang yang sedang Anda bicarakan ternyata mendengar isi pembicaraan tersebut? Situasi yang masih bisa diterima jika isi pembicaraan terkait hal yang positif. Namun, jika isi pembicaraan adalah keburukan orang tersebut, terlebih fitnah, sangat mungkin akan timbul kemarahan dari orang yang dibicarakan. Saya pernah mengalaminya. Peristiwa kecil yang membuat saya lebih berhati-hati jika hendak membicarakan orang lain, bahkan sedapat mungkin saya hindari.

Hari itu, pembicaraan dua orang penjaga pintu terdengar oleh Mordekhai yang sedang duduk di pintu gerbang istana raja. Kedua penjaga itu mungkin tak menyangka bahwa pembicaraan rahasia mereka yang termasuk rencana jahat, didengar oleh Mordekhai, sosok yang dekat dengan Ratu Ester. Rencana jahat itu pun terbongkar setelah pihak istana menyelidiki, lalu kedua orang tadi menerima hukuman mati. Sementara, jasa Mordekhai ditulis dalam kitab sejarah, karena ia telah melakukan tindakan penting yang menyelamatkan nyawa Raja Ahasyweros.

Pesan apakah yang dapat kita pelajari dari kisah Mordekhai tadi? Pertama, jangan pernah membahas rencana jahat karena kalau Tuhan tidak berkenan, Ia dapat membuat orang lain mengetahui rencana itu, yang mendatangkan masalah bagi kita. Kedua, jadilah berani saat mendengar ada rencana jahat dengan melaporkannya pada orang yang tepat. Meskipun hal itu mungkin akan berisiko, tetapi kita melakukan hal yang benar dan mungkin dapat menyelamatkan nyawa orang lain. --Obaja/www.renunganharian.net

ALLAH TAK PERNAH BERKENAN DENGAN RENCANA JAHAT,
YANG DAPAT DIA BUKA DALAM SEKEJAP MATA.

Senin, 03 Oktober 2022

Tidak Terhubung

Bacaan: MATIUS 5:21-26

"... pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu." (Matius 5:24)

Tentu sebal bila saat berbicara di telepon, tiba-tiba jaringannya mati. Kita tidak lagi terhubung dengan si pendengar. Kita berbicara, tetapi si pendengar tidak mendengar kata-kata kita. Tetapi ketika kita bertemu langsung pun, bisa tetap tidak terhubung. Mungkin kita berbicara kurang keras jadi si pendengar kurang mengerti maksud pembicaraan kita. Atau saat kita berbicara, si pendengar sibuk melihat telepon genggamnya atau memandangi orang-orang di sekelilingnya. Perkataan kita masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

Hal serupa dapat terjadi saat berbicara kepada Tuhan. Kita merasa "tidak terhubung". Kita berdoa, tetapi doa-doa kita seolah tidak sampai ke telinga Tuhan. Buru-buru kita menyalahkan Tuhan. Kita menuding "gangguan jaringan" tersebut karena Tuhan tidak mau mendengarkan baik-baik perkataan kita. Padahal, gangguan bersumber pada diri kita sendiri! Kita tidak "terhubung" dengan Tuhan karena belum berdamai dengan sesama. Mungkin terjadi perselisihan atau dalam hati tersimpan kemarahan dan kebencian. Mungkin kita sudah berbuat kesalahan, namun enggan meminta maaf. Atau sebaliknya kita berkeras hati tidak mau memaafkan kesalahan orang lain.

Telinga Tuhan tidak kurang tajam untuk mendengar kata-kata kita. Kalau sampai "tidak terhubung" terjadi, maka "gangguan jaringan" disebabkan sikap hati kita belum beres. Jadi Tuhan memilih sengaja tidak mendengar apa yang kita ucapkan. Sebelum lanjut berbicara kepada Tuhan, lenyapkan "gangguan jaringan" dengan pergi berdamai. Mari membuang kebencian dan kemarahan. Apabila sadar sudah berbuat kesalahan, mari meminta maaf. Lalu, bersedialah untuk memaafkan kesalahan orang lain, walaupun mungkin orang itu tidak datang meminta maaf kepada kita. --LIN/www.renunganharian.net

SETIAP ORANG YANG MAU MENGUPAYAKAN HIDUP DAMAI DENGAN SESAMA, AKAN MENIKMATI PERBINCANGAN DENGAN TUHAN YANG TANPA HAMBATAN.

Minggu, 02 Oktober 2022

BERMASALAH DENGAN PENGKRITIK

Bacaan: Nehemia 4:1-6

NATS: Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan (Amsal 12:18)

Pengkritik umumnya banyak bicara namun sedikit memberi dukungan yang membangun. Mereka lebih suka membuat diri mereka tampak baik, dengan membuat orang lain tampak buruk.

Seandainya Nehemia mendengarkan para pengkritik, tembok yang mengelilingi kota Yerusalem tak akan pernah dibangun kembali. Sebagian kritik mereka memang tepat. Tembok itu memang telah menjadi puing-puing dan api telah menghanguskan batu-batu yang ada sehingga menyebabkannya hancur dan roboh (4:2-3). Tetapi para pengkritik itu hanya banyak berbicara dan tidak berbuat untuk membantu.

Bertahun-tahun yang lalu, Theodore Roosevelt mencatat, "Bukan tukang kritik yang harus diperhitungkan, bukan pula orang yang menunjukkan bagaimana seseorang yang kuat dapat tersandung atau bagaimana seharusnya seseorang dapat berlaku lebih baik. Penghargaan hanya diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh ikut berjuang di medan laga, dengan wajah penuh debu, keringat dan darah...dan yang...seandainya mengalami kegagalan, kegagalan itu tetap didukung keberanian yang teguh sehingga tiada tempat bagi jiwa-jiwa yang kaku dan penakut, yang tak mengenal kemenangan maupun kekalahan."

Lewat contoh ini, di manakah Anda berada? Apakah saat ini Anda sedang dihujani kritik yang tak adil tatkala melayani Kristus? Jika ya, majulah terus dan Allah akan menghargai usaha keras Anda. Atau, Anda justru termasuk orang yang suka mengkritik orang lain? Jika demikian, sudah tiba saatnya Anda harus keluar dari kelompok yang suka menghancurkan itu dan bergabung dengan kelompok yang suka membangun -- HWR

PENONTON SELALU DAPAT MENGKRITIK PEMAIN TETAPI UNTUK MENJADI PEMAIN DIBUTUHKAN KETRAMPILAN DAN PENGABDIAN

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 01 Oktober 2022

SIAPA YANG BODOH?

Bacaan: 1 Korintus 3:1-15

NATS: Sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya (1 Korintus 3:13)

Setiap orang di lingkungan itu tahu siapa Carl. Ia adalah seorang petani yang telah berkeluarga, dan dedikasinya bukanlah semata-mata pada ladang subur yang dimilikinya. Ia juga dikenal karena dedikasinya yang lebih besar pada apa yang ia sebut sebagai "ladang tuaian Allah."

Tetangga-tetangganya kadang-kadang menganggapnya bodoh, terutama pada keengganannya untuk bekerja pada hari Minggu. Ia lebih senang pergi ke gereja, mengunjungi orang-orang di sekitarnya, dan memperhatikan kehidupan keluarganya. Menempatkan Allah pada prioritas yang lebih tinggi daripada ladangnya, dianggap sebagai hal yang benar-benar bodoh.

Pada suatu hari Minggu ketika tetangga-tetangganya sedang terburu-buru mengumpulkan hasil tuaian karena ramalan akan adanya badai, seperti biasanya Carl tetap pergi ke gerja. Seorang tetangganya mengejek, "Pikirkanlah Carl, di akhir bulan kami akan memperoleh upah yang besar karena pekerjaan kami. Tetapi engkau tidak akan mendapat apa-apa, semua itu karena kerja yang engkau lakukan buat Tuhan. Bagian apa yang akan kau dapatkan?" Dengan tenang dan pasti Carl menjawab, "Bekerja bagi Tuhan juga ada upahnya, tetapi tidak harus diterima pada akhir bulan. Masalahnya sekarang, ketika hari pembayaran upah itu tiba, bagian apa yang akan engkau dapatkan?"

Upah yang manakah yang menjadi prioritas dalam hidup Anda? Upah yang Anda terima pada setiap akhir bulan, atau pada hari ketika Anda berada di hadapan Kristus? Sekaranglah waktunya untuk mengevaluasi kembali tujuan hidup Anda, karena satu hari kelak, Tuhan akan memberi upah pada pilihan-pilihan bijaksana yang telah Anda buat -- JEY

MELAYANI TUHAN ADALAH INVESTASI YANG DAPAT MENGHASILKAN KEUNTUNGAN ABADI

Sumber: Renungan Harian