Selasa, 31 Mei 2022

Berlari Lebih Cepat

Bacaan: MAZMUR 5

TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu. (Mazmur 5:4)

Kijang-kijang Afrika biasanya terbangun ketika matahari mulai menampakkan sinarnya. Itu juga menjadi penanda bahwa mereka harus berlari lebih cepat dari singa-singa. Jika mereka tidak melakukannya, mereka akan terbunuh. Hal yang sama dilakukan oleh para singa. Ketika matahari mulai menampakkan sinarnya, mereka harus berlari lebih cepat dari seekor kijang kecil yang paling lamban atau mereka akan mati kelaparan. Tak peduli apakah mereka adalah singa atau kijang kecil, saat matahari terbit, lebih baik bagi mereka untuk cepat berlari.

Secara rohani, apa yang dilakukan kijang dan singa itu mengingatkan bahwa kita terlibat dalam peperangan rohani setiap hari. Firman Tuhan pada hari ini menyatakan bagaimana Daud mengungkapkan betapa ia membutuhkan pertolongan Allah. Ia datang ke hadirat Tuhan pagi-pagi sekali, untuk mencari tuntunan dan perlindungan-Nya. Daud sadar sepenuhnya bahwa hanya penyertaan dan kekuatan Tuhanlah yang mampu memberinya kemenangan dalam peperangan rohani setiap hari.

Dalam sebuah khotbahnya, Charles Spurgeon pernah berkata, "Jika kita tidak mencari Tuhan, maka Iblislah yang akan mencari kita." Dengan pemahaman ini, tentu kita tidak akan menunggu sampai diserang oleh Iblis, baru kemudian memikirkan strategi untuk lari dari musuh jiwa kita itu. Ketika matahari mulai menunjukkan sinarnya, kiranya di saat yang sama kita terbangun, mengatur persembahan di hadapan Tuhan dan menanti-nantikan kekuatan-Nya. Dengan demikian kita menerima kekuatan baru untuk berlari lebih cepat dalam kehidupan yang penuh tantangan ini. --SYS/www.renunganharian.net

SAAT MATAHARI MENUNJUKKAN SINARNYA, ITU MENJADI PENGINGAT
BAGI KITA UNTUK BERLARI LEBIH CEPAT MENANTI-NANTIKAN TUHAN.

Senin, 30 Mei 2022

Berhenti Sejenak untuk Berdoa

Mereka tidak meminta keputusan Tuhan. –Yosua 9:14

Ayat Bacaan & Wawasan:
Yosua 9:7-15

Sebuah hidran menyemburkan air ke jalan, dan saya melihat kesempatan. Beberapa mobil di depan telah terguyur, dan pikir saya, Wah, cuci mobil gratis! Sudah sebulan mobil saya tidak dicuci dan debunya sangat tebal. Jadi saya pun menginjak gas dan menerjang guyuran air itu.

Krek! Kejadiannya sangat cepat. Pagi itu mobil hitam saya sudah terpanggang sinar matahari yang memanaskan jendela dan bagian dalam mobil. Sebaliknya, air hidran itu sangat dingin. Begitu air dingin itu mengenai kaca depan mobil, kacanya retak dari atas ke bawah seperti kilat. Cuci mobil “gratis” itu akhirnya membuat saya rugi besar.

Seandainya saja saya berhenti sejenak untuk berpikir, atau bahkan berdoa. Pernahkah Anda mengalami hal serupa? Bangsa Israel mengalaminya, dalam keadaan yang jauh lebih berat. Allah telah berjanji akan menolong mereka mengusir bangsa-bangsa lain ketika mereka masuk ke tanah yang telah Allah berikan kepada mereka (Yos. 3:10) supaya mereka tidak tergoda menyembah allah-allah palsu (Ul. 20:16-18). Namun, salah satu bangsa melihat kemenangan Israel dan menggunakan strategi roti basi untuk menipu orang Israel supaya percaya bahwa mereka datang dari tempat jauh. “Orang-orang Israel mengambil bekal orang-orang itu, tetapi tidak meminta keputusan Tuhan. Maka Yosua mengadakan persahabatan dengan mereka dan mengikat perjanjian dengan mereka” (Yos. 9:14-15, cetak miring ditambahkan), tanpa menyadari bahwa mereka telah mengelak dari perintah-perintah Allah.

Ketika doa menjadi pilihan pertama dan bukan langkah terakhir, kita membuka diri untuk menerima petunjuk, hikmat, dan berkat Allah. Kiranya Dia menolong kita agar mengingat untuk “berhenti sejenak” hari ini (James Banks).

Renungkan dan Doakan
Keputusan apa yang pernah Anda ambil dengan terburu-buru, dan tidak membicarakannya terlebih dahulu dengan Allah? Hal apa yang perlu Anda bicarakan dengan-Nya hari ini?

Terima kasih, Bapa, untuk hikmat yang Engkau berikan “dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit” (Yak. 1:5) kepada mereka yang memintanya. Tolonglah aku untuk lebih sering berhenti sejenak dan berbicara kepada-Mu.

Sumber: Santapan Rohani

Minggu, 29 Mei 2022

PENGENDALIAN PIKIRAN

Bacaan: 2 Korintus 10:1-5

NATS: Semua yang mulia...semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8)

Ketika seorang pendeta mengunjungi sebuah keluarga muda, sang istri berkata kepadanya, "Kami adalah orang Kristen baru, dan meskipun saya telah diselamatkan, saya masih menjalani kehidupan duniawi -- mengutuk, berpesta pora, dan sebagainya. Masa lalu selalu menghantui saya. Menghancurkan damai sejahtera yang saya miliki."

Pendeta itu menjawab, "Ketika hal-hal seperti itu masuk dalam pikiran, analisa dan kenali sumber kejahatannya. Kemudian dengan pertolongan Allah, usir dan buang dari hidupmu. Terakhir, ganti semua itu dengan cara memenuhi pikiranmu dengan kebenaran Allah."

Sang isteri mendengar nasihat itu dan belajar mengontrol pikirannya. Beberapa bulan kemudian ia memberikan kesaksian, "Saya tidak lagi dikalahkan oleh masa lalu saya."

Apa yang kita pikirkan adalah hal yang penting, karena tutur kata dan tindakan kita menunjukkan apa yang kita renungkan dan pikirkan. Alkitab menyatakan, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati" (Matius 12:34). Hal-hal jahat yang masuk dalam pikiran dapat muncul ke permukaan tanpa kita sadari. Bila kita mengizinkan pikiran-pikiran yang tidak baik mendominasi pikiran kita, watak kita akan menjadi kacau.

Ketika pikiran yang berdosa masuk ke dalam kepala Anda, tolaklah dengan sungguh-sungguh pikiran kotor itu. Kutip ayat Alkitab, lantunkan lagu rohani, atau berdoa. Dengan pertolongan Allah, secara berangsur-angsur Anda akan dapat "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:5) -- HGB

DALAM KERAMAIAN, JAGALAH LIDAHMU, DALAM KESENDIRIAN, JAGALAH PIKIRANMU!

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 28 Mei 2022

BALIKKANLAH ARAH

Bacaan: Amsal 15:1-7

NATS: Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman (Amsal 15:1a)

Beberapa tahun yang lalu, sebuah unit penelitian di bidang komunikasi di Kenyon College mengadakan suatu tes dengan bekerjasama dengan Angkatan Laut Amerika Serikat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana kualitas nada suara akan mempengaruhi para pelaut ketika mereka diberi pesan. Sejumlah eksperimen menyatakan bahwa bagaimana cara seseorang diberi pesan akan menentukan respon yang ia ekspresikan.

Sebagai contoh, jika seseorang diajak berbicara dengan nada suara yang lembut, ia akan menjawab dengan nada suara yang sama pula. Tetapi bila ia diteriaki, jawaban yang diberikannya juga dengan nada yang sama. Hal ini juga berlaku pada komunikasi langsung pribadi ke pribadi, lewat interkom, maupun telpon.

Pelajaran ini mengingatkan saya pada Amsal 15:1, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." Apa yang kita katakan dan bagaimana kita mengatakannya tidak hanya menghasilkan reaksi yang berbeda pada seseorang, tetapi juga menentukan terjadinya konflik atau perdamaian sebagai hasilnya. Betapa banyaknya perdebatan sia-sia yang dapat dihindari dan situasi bersitegang yang dapat dikurangi bila kita mau mempraktekkan kebenaran dari ayat ini!

Suatu saat, bila seseorang berbicara kepada Anda dengan nada kasar atau marah, balikkanlah arah situasi dengan cara mengekspresikan kelemahlembutan, ketenangan jiwa dan penuh cinta kasih. Suatu jawaban yang lemah lembut dapat membuat hubungan kita dengan sesama menjadi berbeda -- DJD

UNTUK KELUAR DARI SITUASI YANG PANAS COBALAH DENGAN JAWABAN YANG LEMBUT

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 27 Mei 2022

Siapa yang Buta?

Bacaan: YOHANES 9

Jawabnya, "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." (Yohanes 9:25)

Sesaat setelah Yesus mencelikkan mata orang buta, orang-orang Farisi terus-menerus menginterogasinya. Tidak sekali mereka bertanya, "Bagaimana matamu menjadi melek?" Ia pun menjelaskan bagaimana Yesus mengoleskan adukan tanah ke matanya, lalu ia membasuh dirinya dan sekarang dapat melihat. Masih tidak percaya, mereka memanggil orang tuanya untuk memastikan kebenaran itu.

Betapa menyedihkan mengetahui orang-orang Farisi, sekalipun melihat karya Allah dinyatakan di depan mata, mereka tidak juga mau percaya. Padahal, orang yang tadinya buta itu, walaupun tidak melihat Yesus, mau percaya kepada pekerjaan-pekerjaan Allah (ay. 31-33). Siapa sebenarnya yang buta? Sadar atau tidak, kita pun sering kali bertindak seperti orang-orang Farisi. Mata rohani kita seolah tertutup kepada pekerjaan-pekerjaan Allah. Kita tahu Allah Mahakuasa, tetapi begitu persoalan datang, kita tidak percaya Dia mampu memberi jalan keluar. Kita tahu Allah adalah Sang Penyembuh, tetapi kita tidak yakin Dia menyembuhkan penyakit kita. Kita tahu karya pengorbanan Yesus sudah menyelamatkan kita dari maut, tetapi kita masih hidup di dalam ketakutan dan penghakiman. Kita tahu Allah mengasihi, tetapi tidak yakin Dia merancangkan damai sejahtera bagi kehidupan kita.

Sekiranya ada di antara kita masih hidup dalam "kebutaan", Allah rindu mencelikkan mata kita. Bukan hanya mengenal Pribadi-Nya, kita dibawa untuk melihat pekerjaan-pekerjaan-Nya yang luar biasa dinyatakan dalam kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita. Mulai saat ini, jangan mau menjadi buta! Terhadap kasih dan kuasa Allah, mari kita memercayainya! --LIN/www.renunganharian.net

BAGI SETIAP KITA YANG MENGAKUI ALLAH ITU MAHAKUASA, JANGAN SAMPAI MENJADI "BUTA" LALU TIDAK PERCAYA AKAN AJAIBNYA PEKERJAAN-NYA.

Kamis, 26 Mei 2022

Bahasa Tangan

Bacaan: LUKAS 24:50-53

Ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga. (Lukas 24:51)

Tangan mengekspresikan pengendalian atau penguasaan. Sesuatu yang masih dalam jangkauan tangan kita berarti masih bisa kita kendalikan. Ketika media massa mengabarkan suatu urusan telah ditangani oleh pihak yang berwajib, artinya petugas negara sudah mengendalikan proses penyidikannya. Menolak campur tangan berarti menampik kendali dari luar.

Kisah kenaikan Yesus ke surga adalah kisah penyerahan kendali atau kuasa atas seluruh semesta ciptaan ini kepada satu tangan, yaitu tangan Dia yang dilantik di surga sebagai Raja Semesta, Penguasa kekal langit dan bumi, Tuhan Yesus Kristus. Lukas melukiskan ketika Dia meninggalkan para murid-Nya kala itu, tangan-Nya sedang memberkati mereka (ay. 51). Tangan penuh kuasa ini sedang naik kian meninggi dalam posisi di atas segala sesuatu yang berlangsung di bumi ini. Mengendalikannya dengan wibawa penuh. Seperti judul lagu rohani, He's Got the Whole World in His Hands.

Sejujurnya hidup kita banyak dipengaruhi oleh bahasa tangan yang terarah kepada kita. Syukurlah jika itu tangan-tangan sentuhan bersahabat. Tetapi, nyatanya banyak tangan teracung menuding, memojokkan, menusuk, merampas, memeras, melempar, dan menggampar yang menghadirkan derita. Jangan gundah, jangan cemas. Saat itu arahkan mata kita ke atas. Ada Tangan pemegang kendali atas segalanya yang sedang memberkati kita. Serahkanlah beban kita dalam kendali tangan-Nya. Bagi-Nya senantiasa tersedia beribu jalan untuk memberkati kita. --PAD/www.renunganharian.net

BARANG SIAPA MELETAKKAN SEGALA SESUATU DI TANGAN TUHAN, IA AKAN MELIHAT TANGAN TUHAN DI DALAM SEGALA SESUATU.

Rabu, 25 Mei 2022

DENGAN TUJUAN

Bacaan: Kejadian 50:15-21

NATS: Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28)

Ketika seorang gembala sapi mengajukan permohonan untuk memperoleh polis asuransi, seorang pegawai perusahaan asuransi bertanya, "Pernahkah Anda mengalami suatu kecelakaan?" Setelah mengingat sesaat, gembala itu menjawab, "Tidak, tetapi seorang penjahat pernah menendang tulang rusuk saya hingga patah pada musim panas yang lalu, dan beberapa tahun yang silam seekor ular berbisa memagut pergelangan kaki saya."

"Anda menganggap kejadian tersebut sebagai suatu kecelakaan?" tanya pegawai tersebut dengan heran. "Sekarang, saya pikir mereka melakukannya dengan sengaja," jawab gembala itu.

Cerita di atas mengingatkan kita pada kebenaran Alkitab bahwa tidak ada kecelakaan dalam hidup anak-anak Allah. Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita membaca bagaimana Yusuf memahami pengalamannya yang sulit dan tampak seperti malapetaka yang besar. Ia dilemparkan ke dalam sumur dan kemudian dijual sebagai budak. Ini adalah ujian terbesar bagi imannya, dan dari sudut pandang manusia hal ini nampak seperti kasus yang tragis dari ketidakadilan. Bukan penyertaan Allah untuk membawanya pada tujuan tertentu. Namun Yusuf kemudian belajar bahwa "Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan" (Kejadian 50:20).

Apakah Anda sedang melewati air pencobaan dan kekecewaan yang dalam? Apakah segala sesuatu tampak seperti mengancam Anda? Sesuatu yang tampak tidak menguntungkan ini bukanlah suatu kecelakaan. Tuhan mengizinkan banyak hal terjadi dengan tujuan untuk memberkati. Karena itu, percayalah kepadaNya dengan setia. Jika Anda mengenal Tuhan, suatu hari kelak Anda akan memuji Dia untuk segala hal yang diizinkanNya terjadi! -- RWD

ALLAH MENGUBAH PENCOBAAN MENJADI KEMENANGAN

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 24 Mei 2022

Simbol Pengorbanan

Bacaan: Kisah Para Rasul 20:17-27

"Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asalkan aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk bersaksi tentang Injil anugerah Allah." (Kisah Para Rasul 20:24)

Dalam seni religius, burung Pelikan digambarkan sebagai simbol tentang pengorbanan diri. Sekalipun beberapa informasi menyebut bahwa burung Pelikan termasuk burung yang malas, yang tampak dari caranya berburu ikan yang terlihat tanpa semangat. Tetapi ada hal positif yang selalu dilakukannya! Burung Pelikan menjadi simbol pengorbanan karena ujung paruh mereka yang berwarna merah. Konon, bila ibu Pelikan tidak mendapatkan makanan untuk anaknya, ia akan menusukkan paruhnya ke dalam dadanya dan memberikan darahnya sendiri untuk anaknya.

Berbicara tentang pengorbanan diri, kita diingatkan pada gereja mula-mula dalam memandang apa yang telah diperbuat Kristus kepada umat manusia. Demi kasih-Nya yang besar dan demi menyelamatkan umat-Nya dari hukuman kekal, Ia telah mengorbankan diri-Nya dengan tubuh bersimbah darah. Darah itu pula yang menyelamatkan manusia berdosa dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib. Pengorbanan Kristus pula yang memberi kita contoh bagaimana seharusnya umat-Nya berbuat kepada sesama. Dan Rasul Paulus pun telah menunjukkan sikap memberi diri atau pengorbanan diri semacam ini dalam ucapan perpisahannya dengan jemaat Efesus (ay. 24).

Sejujurnya, hakikat kita sebagai orang berdosa membuat kita lebih cenderung memiliki sifat tamak daripada sikap rela berkorban. Namun hari ini, kiranya pemberian diri Kristus mendorong hati kita untuk menyatakan kasih yang sama kepada sesama yaitu mempraktikkan kasih yang rela memberi dan berkorban bagi sesama. --SYS/www.renunganharian.net

KASIH ALLAH SELALU MENDORONG DIRI KITA UNTUK MEMBERI DIRI
DAN BERKORBAN DEMI KEBAHAGIAAN ORANG LAIN.

Senin, 23 Mei 2022

Memulihkan, Bukan Melupakan

Bacaan: ROMA 4

"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah orang yang dosanya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya." (Roma 4:7-8)

"To forgive is to forget, " kata orang, "Mengampuni itu melupakan." Maka, Henry W. Beecher, seorang pendeta dari Amerika Serikat dan tokoh anti perbudakan yang terkenal, menulis, "I can forgive, but I cannot forget, " is only another way of saying, "I will not forgive." "Saya mengampuni, tetapi saya tak bisa melupakan, " adalah cara lain untuk mengatakan, "Saya tak akan mengampuni."

Anda setuju dengan itu?

Ayat nas hari ini memberi gambaran yang jelas: diampuni adalah "ditutupi dosanya" dan "kesalahannya tidak diperhitungkan". Ketika Tuhan mengampuni kita, Dia sama sekali tidak lupa tentang dosa-dosa kita-Sang Mahatahu tidak lupa, Dia ingat seluruhnya dan sepenuhnya-tetapi Tuhan "menutupi" dosa-dosa kita dengan rahmat-Nya dan "tidak memperhitungkan" dosa-dosa kita sedemikian rupa sehingga pengampunan-Nya membuat dosa-dosa kita sama sekali tidak mengganggu apalagi menghalangi kasih-Nya yang besar kepada kita.

Seluruh pengalaman terekam dalam ingatan kita. Namun, ingatan kita bukanlah hard disk yang file-file-nya bisa kita hapus semau kita. Ketika kita memaafkan seseorang, kita bisa saja masih sepenuhnya ingat kesalahan orang itu. Tetapi, jika kesalahannya kita sikapi sedemikian rupa sehingga relasi kita dengan dia tidak terganggu, berarti kita telah sungguh memaafkannya. Sebaliknya, jika kesalahan itu masih mengganggu relasi kita dengan orang itu, kita belum memaafkan dia.

Demikianlah ihwalnya. Mengampuni itu bukan melupakan. Mengampuni adalah menyikapi kesalahan sedemikian rupa sehingga kesalahan yang ada tidak lagi mengganggu relasi kita dengan orang yang bersalah. --EE/www.renunganharian.net

MENGAMPUNI ITU BUKAN SOAL MELUPAKAN, MELAINKAN SOAL
PULIHNYA RELASI DENGAN PIHAK YANG BERSALAH.-O.S. RAILLE

Minggu, 22 Mei 2022

DOKTER YANG BIJAK

Seorang wanita tua yang sudah lemah terjatuh hingga tulang pinggulnya patah. Dokter berusaha menyembuhkannya sedapat mungkin, tetapi ia tahu wanita itu harus menjalani masa penyembuhan yang lama dan tidak mengenakkan.

Keesokan harinya, ketika sang dokter mengunjungi wanita itu di rumah sakit, ia mendapati wanita itu merasa sangat cemas.

"Oh, dokter," tanyanya, "berapa lama saya harus berbaring di tempat tidur?"

Dengan bijaksana dan lemah lembut dokter itu menjawab, "Hanya satu hari... Satu hari setiap saat!"

Jawaban yang bijak. Hal itu mengingatkan kita pada perkataan Yesus: "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34).

Bukan hanya itu, kita juga mesti ingat bahwa kesusahan esok hari mungkin saja tidak pernah terjadi. Seorang wanita saleh yang telah menjalani hidup cukup lama untuk mempelajari intisari kehidupan berkata, "Saya memiliki banyak kesulitan dalam hidup saya, tetapi sebagian besar kesulitan itu ternyata tidak pernah terjadi!"

Apakah kita dibebani oleh kecemasan tentang apa yang akan terjadi di hari esok? Apakah masa depan kita tampak suram dan penuh dengan kesukaran? Ingatlah bahwa anugerah dan bimbingan diberikan kepada kita bagai manna di padang gurun, satu hari setiap saat!

Sumber: Renungan Kristen

Sabtu, 21 Mei 2022

PERINGATAN UNTUK WASPADA

Bacaan: 1 Petrus 5:8-11

NATS: Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8)

Beberapa bulan setelah kepindahan keluarga kami ke sebuah daerah pedesaan di Texas bagian tengah, saya berpikir bahwa sudah tidak terdapat ular lagi di daerah tersebut. Para penduduk yang tinggal di dekat sana mengatakan bahwa sudah lama mereka tidak melihat ular, dan hal itu membuat saya merasa lega.

Suatu siang, saya membuka pintu gudang peralatan dan mendapati seekor ular berbisa melingkar di sudut ruangan. Saya lalu memanggil istri dan anak perempuan saya agar kami semua bersikap waspada. Kemudian saya membunuh ular itu dengan cangkul.

Adanya ular di gudang peralatan itu menjadi peringatan yang berharga agar kami bersikap waspada. Selama ini saya begitu ceroboh dengan percaya begitu saja bahwa tak ada lagi ancaman adanya ular di daerah itu.

Alkitab mengatakan bahwa kita harus bersikap waspada terhadap kehadiran si Iblis, musuh rohani kita. "Sadarlah dan berjaga-jagalah!" 1Petrus 5:8 mengingatkan kita, "Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." Dalam menjalani hidup hari lepas hari, kita tidak boleh menganggap bahwa Setan tidak ada, tetapi kita juga tidak perlu takut terhadap kehadirannya. Dengan mengetahui kemampuan Iblis yang merusak, maka kita harus bergantung pada kuasa Allah untuk "melawannya dengan iman yang teguh" (ayat 9).

Berhati-hati dan berjaga-jagalah! Inilah peringatan kewaspadaan yang kita butuhkan setiap hari [DCM]

KEBENARAN ALLAH ADALAH PELINDUNG TERBAIK TERHADAP MUSLIHAT IBLIS

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 20 Mei 2022

TEGURAN YANG BERMANFAAT

Bacaan: Pengkhotbah 7:1-6

NATS: Mendengar hardikan orang berhikmat lebih baik dari pada mendengar nyanyian orang bodoh (Pengkhotbah 7:5)

Saya suka bergaul dengan orang-orang yang mempunyai rasa humor yang segar. Mengikuti perbincangan yang dibumbui gelak tawa sangatlah menyenangkan.

Saya juga menyukai diskusi serius mengenai masalah-masalah penting di bidang rohani, moral dan politik, terutama bila para peserta diskusi mengungkapkan sudut pandang mereka yang berbeda dengan berapi-api dan penuh semangat.

Namun saya tidak menikmati perbincangan yang di dalamnya saya ditegur, baik secara langsung maupun tak langsung. Sulit sekali untuk berhadapan dengan kekurangan, kelemahan dan dosa-dosa saya sendiri.

Bila mengingat masa lalu, bagaimanapun saya harus mengakui bahwa beberapa dari teguran yang saya terima memberi keuntungan moral dan rohani bagi saya. Ibu Grevengoed, guru idola saya saat di SMP kelas 2, menyatakan kekecewaannya atas perilaku saya yang tak senonoh di kelas lain. Ketika saya berusia 17 tahun, Henry Vanden Brink dengan lembut menegur saya karena menertawakan sebuah gambar cabul yang ditunjukkan oleh seorang teman. Pada kesempatan lain, seorang pendeta tua memarahi saya di depan teman-teman karena dengan tidak sopan saya menggunakan sebuah ayat Alkitab untuk menciptakan suasana lucu. Pelajaran-pelajaran di masa muda ini telah tertanam dalam diri saya hingga kini.

Teguran memang menyakitkan, tetapi bermanfaat; yakni untuk mengikis hal-hal yang dapat merusak diri kita. Karena itu terimalah dengan ucapan syukur. Ingatlah, "Seorang kawan memukul dengan maksud baik" (Amsal 27:6) [HVL]

SEBUAH TEGURAN DAPAT MENJADI GURU YANG LEBIH BAIK
DARI PADA SEBUAH PUJIAN

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 19 Mei 2022

Bapa Segala Dusta

Apabila Iblis berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. –Yohanes 8:44

Ayat Bacaan & Wawasan:
Yohanes 8:39-47

Lama-lama Victor kecanduan pornografi. Banyak temannya menyukai pornografi, dan akhirnya ia terjerumus juga. Namun, sekarang ia mengerti kalau itu salah—ia berdosa terhadap Allah—dan kebiasaan itu melukai hati istrinya. Ia berjanji akan menjaga hidupnya sehingga ia tidak akan melihat hal-hal cabul lagi. Namun, ia khawatir tindakan itu sudah terlambat. Dapatkah pernikahannya diselamatkan? Mungkinkah ia kembali bebas dan sepenuhnya diampuni?

Musuh kita si iblis menawarkan godaan seolah-olah itu bukan masalah besar. Semua orang melakukannya. Apa bahayanya? Namun, begitu kita tahu niat jahatnya, iblis mengatakan hal lain lagi. Sudah terlambat! Kau sudah terlalu jauh melangkah! Tidak ada harapan lagi sekarang!

Si musuh akan mengatakan apa saja untuk menghancurkan kita saat kita masuk dalam peperangan rohani. Yesus berkata, ”[Iblis] adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yoh. 8:44).

Jika iblis adalah pendusta, maka kita tidak seharusnya mendengarkannya. Kita tidak perlu menurutinya ketika ia berkata bahwa dosa kita bukan masalah besar, dan juga ketika ia berkata sudah tidak ada harapan lagi bagi kita. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita untuk menolak perkataan iblis dan hanya mendengarkan Dia. Marilah menghayati sungguh-sungguh janji-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (ay. 31-32) - Mike Wittmer

Renungkan dan Doakan
Dosa apa yang membuat Anda merasa putus asa? Menurut Anda, siapakah sumber keputusasaan itu, iblis atau Tuhan Yesus? Janji apa dari Alkitab yang ingin Anda pegang dan raih hari ini?

Tuhan Yesus, Engkau mati dan bangkit kembali untuk membebaskan aku dari belenggu dosa. Tolonglah aku untuk hidup dalam kebebasan itu hari ini!

Sumber: Our Daily Bread

Rabu, 18 Mei 2022

Menanamkan Keyakinan

Bacaan: Kisah Para Rasul 2:14-40

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (2 Timotius 1:7)

Craig Groeschel, pendiri gereja Life.Church Amerika, saat pertama bertemu Amy, istrinya, terkejut karena Amy mengatakan ia hanyalah mahasiswi rata-rata. Saat itu Amy baru menempuh tahun kedua di kuliahnya. Alasannya, ia bukanlah murid yang menduduki peringkat terbawah, tetapi juga tidak pernah berada di peringkat teratas. Padahal, Craig sangat terkesan pada kecerdasan dan ketajaman pikirannya. Beberapa bulan setelah mengenal Amy, Craig menanamkan keyakinan padanya dengan berkata, "Kau tidak rata-rata. Allah membuatmu sangat, sangat cerdas." Mulai semester selanjutnya, berbekal gambar diri yang baru, Amy tidak pernah mendapat kurang dari A selama sisa studi di universitas.

Petrus adalah murid Yesus yang sok pemberani, tetapi takut ketika bertindak. Peristiwa penyangkalan Petrus merupakan bukti betapa pengecut ia sebenarnya (Mat 26:69-75). Namun, segalanya berubah ketika Yesus, sesaat setelah kebangkitan-Nya, berkata kepadanya, "Peliharalah domba-domba-Ku" (Yoh 21:15-17). Yesus menanamkan keyakinan dalam dirinya bahwa "kau bisa, kau mampu dan kau Kuutus". Perubahan supranatural pun terjadi. Keberanian Petrus yang sebelumnya terbatas oleh tekanan kini menjadi tak tertahankan. Petrus tidak lagi sok berani, melainkan benar-benar pemberani. Terbukti, pada hari Pentakosta, dengan berani Petrus berdiri di hadapan orang banyak dan berkata, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis dalam nama Yesus Kristus ..." (ay. 38). Oleh seruannya, tiga ribu orang diselamatkan dan jemaat mula-mula terbentuk.

Kepada kita semua, Yesus menanamkan keyakinan yang sama. Setiap kali kita merasa tidak mampu, Yesus berkata, "Kau bisa, kau mampu dan kau Kuutus." --LIN/www.renunganharian.net

TIDAK ADA ROH KETAKUTAN DAPAT TETAP BERTAHAN DI DALAM DIRI SESEORANG SETELAH IA MENGALAMI PERJUMPAAN TAK TERLUPAKAN BERSAMA TUHAN.

Selasa, 17 Mei 2022

MENGELUH ATAU MEMUJI?

Bacaan: Mazmur 103:1-10

NATS: Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut (Filipi 2:14)

Ada beberapa orang yang begitu kecewa jika tidak ada hal-hal yang dapat dikeluhkan. Mereka sedemikian dikuasai masalah-masalah kecil sehingga tidak lagi mengingat seluruh berkat yang sudah diperoleh.

Selama bertahun-tahun lamanya menjadi dokter, saya berjumpa dengan sejumlah pasien yang tampaknya suka sekali mengeluh soal kondisi fisik mereka. Saya memeriksa mereka dan tidak menemukan sedikit pun gangguan kesehatan, tetapi mereka tetap saja merengek dan mengeluh. Sakit yang ini, sakit yang itu, yang semuanya itu hanyalah untuk mengungkapkan, "Saya merasakan tidak enak di sekujur tubuh." Menurut pendapat saya, semua itu cuma imajinasi mereka saja. Kalau saja mereka mau menghitung berkat-berkat yang sudah mereka peroleh, mereka akan segera melupakan masalah-masalahnya mereka.

Begitu berbeda dengan kasus seorang wanita yang sangat tua, miskin dan lemah, yang ditanya demikian, "Bu, bagaimana kesehatan Anda?" "Oh, saya sangat bersyukur," jawabnya. "Gigi saya tinggal dua, tetapi syukur kepada Allah karena posisi keduanya saling berhadapan!"

Sebelum Anda memulai hari yang baru, daripada memikirkan masalah-masalah Anda, lebih baik hitunglah berkat-berkat Anda. Pakailah kata-kata dalam Mazmur 103 sebagai penuntun dan nyanyikanlah sebuah lagu ucapan syukur bagi Tuhan. Jika Anda adalah anak tebusan Allah, pujilah Dia! Anda memiliki berkat yang luarbiasa [MRD]

DARIPADA BERKELUH KESAH
LEBIH BAIK HITUNGLAH BERKAT-BERKAT ANDA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 16 Mei 2022

ALLAH SELALU BESERTA KITA

Bacaan: Yosua 1:1-9

NATS: Seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau (Yosua 1:5)

Bangsa Israel tampaknya mengalami krisis yang hebat. Musa, pemimpin mereka, telah mati. Apa yang akan mereka lakukan? Siapa yang akan memimpin mereka? Apakah ini saatnya mereka binasa di padang gurun?

Tentu saja tidak! Meskipun Musa telah mati, Allah tentu saja tidak turut mati! Dia berkata dengan tegas kepada pemimpin baru, Yosua, tentang tindakan selanjutnya yang harus dikerjakan: "HambaKu Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini...." (Yosua 1:2). Kemudian Tuhan menyampaikan kata-kata jaminan berikut ini kepada Yosua:"...seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu..." (Yosua 1:5-6).

Benar bahwa Musa telah mati, tetapi Allah masih tetap hidup. Dan rencana Allah untuk bangsa Israel akan terus berjalan.

Betapa menyenangkannya bagi kita hari ini! Meskipun permasalahan datang menghadang, pemimpin yang besar telah gugur, orang yang kita kasihi telah mati, dan semua pertolongan serta penghiburan manusia gagal, Allah tidaklah mati. Dia selalu beserta kita.

Apakah Anda bimbang dengan pemeliharaan dalam hidup ini -- keseian, tidak diperhatikan, dan hancur hati? Ingatlah, iman kita bersandar pada Allah yang hidup. Seperti Allah menyertai Musa, Yosua, dan bangsa Israel, Allah pun menyertai kita. Renungkanlah bimbingan Allah saat ini dan alamilah damai sejahtera Allah -- RWD

KETIKA KITA TIDAK MEMILIKI APA-APA KITA MENEMUKAN BAHWA ALLAH SAJA SUDAH CUKUP

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 15 Mei 2022

DIPUASKAN

Bacaan: 1 Timotius 6:1-12

NATS: Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu (Ibrani 13:5)

Pada suatu pagi yang redup dan diliputi oleh hujan, saya duduk di ruang belajar dan memandang ke luar jendela. Saya melihat seekor burung murai gemuk sedang menarik tiga ekor cacing dari rerumputan, menelannya dan kemudian terbang ke atas kabel telepon. Berjarak hanya tiga meter dari saya, burung itu mulai menyanyi. Selama setengah jam saya duduk dan menikmati cara murai itu membawakan lagu "Pujilah Tuhan!"

Murai itu tidak mengeluhkan soal warna atau ukuran cacing, ia puas dengan apa yang sudah ditemukannya. Ia sungguh puas. Ia sangat senang dengan apa yang sudah disediakan Bapa surgawi baginya.

Seorang gadis muda yang ayahnya tergolong tukang mengeluh, berkata kepada ibunya, "Saya tahu kesukaan setiap orang di rumah ini. Johnny suka hamburger, Janie suka es krim, Willie suka pisang dan ibu suka ayam." Ayahnya yang merasa jengkel karena belum dilibatkan dalam daftarnya bertanya, "Bagaimana dengan ayah? Apa yang ayah sukai?" Gadis lugu itu pun menjawab, "Ayah suka semua yang tidak kita miliki."

Rasul Paulus mengungkapkan, "Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan" (Filipi 4:11). Kita juga membaca dalam Ibrani 13:5, "Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.'" Perkataan ini cukup untuk memuaskan siapa pun [MRD]

UCAPAN SYUKUR ADALAH TANAH TEMPAT SUKACITA TUMBUH SUBUR

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 14 Mei 2022

BUKAN DARI DUNIA

Bacaan: Yohanes 17:6-21

NATS: Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia (Yohanes 17:18)

Seorang pemuda yang baru saja hidup di dalam biara menulis kepada ayahnya betapa indahnya berada di sana. Setiap pukul 02.00 pagi para biarawan akan bangun dan menyanyikan nyanyian-nyanyian sakral.

Ayahnya, seorang yang bijaksana dan penuh pengertian, membalas dengan menulis kepada anaknya, "Anakku tersayang: Ibumu dan aku sangat bahagia mengetahui engkau telah menemukan panggilanmu. Tetapi ingatlah selalu satu hal: Kami, juga banyak orangtua lainnya seperti kami, telah harus bangun berkali-kali setiap pukul 02.00 pagi untuk memberi susu, mengganti popok atau baju anak-anak kami yang basah, dan selama proses itu kami pun telah menemukan panggilan kami yang sama sakralnya."

Hidup memuliakan Allah di dunia yang jahat ini bukanlah sekadar hidup benar dengan berada di luar dunia itu, tetapi hidup benar secara batiniah tanpa harus keluar dari dunia. Yang terpenting bukanlah di mana kita hidup, tetapi bagaimana kita menjalani hidup. Inti doa Tuhan Yesus bagi pengikut-pengikutnya dalam Yohanes 17:1-26, jika dikalimatkan kembali, sebenarnya adalah: "Biarlah mereka tetap di dalam dunia, tetapi jangan biarkan mereka hidup seperti mereka yang hidup di dalamnya."

Namun bagaimana kita dapat bertahan untuk tetap "di dalam dunia tanpa menjadi bagian darinya"? Hanya dengan senantiasa mengarahkan hati kita kepada firman kebenaran dan menaati firman itu (Yohanes 17:17).

Kita harus hidup di dalam dunia, tetapi kita harus terus berjaga agar dunia dan nilai-nilainya tidak tinggal di dalam diri kita -- DJD

BERJAGALAH DENGAN FIRMAN AGAR KITA DAPAT BERJAGA DARI DUNIA

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 13 Mei 2022

Sulit Mengampuni Mungkin Ini Penghalangnya

Yohanes 13: 34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.

Salah satu perbedaan terpenting yang harus kita lakukan saat belajar mengampuni adalah mengampuni orangnya, bukan tindakannya. Saat kita terus menerus merenungkan kesalahan orang tersebut, pikiran kita bisa menjadi penghalang untuk kita bisa mengampuni orang tersebut dan melakukan belas kasih Tuhan.

Yohanes 13: 34 berkata, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”

Tuhan mengampuni kita karena Dia mengasihi kita, bukan karena kita yang menuntut pengampunan sambil mengaku dosa. Oleh karena itu, Tuhan ingin kita pun saling mengasihi, tidak menghakimi, bahkan mengutuk perbuatan orang lain. Satu-satunya yang layak menghakimi adalah Tuhan.

Menunjukkan belas kasihan dengan mengampuni memang tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin. Kita bisa mengusahakan untuk melakukannya. Jika kita mau terbiasa mengampuni orang lain, kita bisa melihat kedalaman hati orang tersebut dan menerima belas kasih Tuhan daripada memberikan penghakiman. Semoga kita dipenuhi keberanian dan kekuatan untuk mengampuni kesalahan orang lain, serta bisa mengasihi mereka seperti Tuhan terlebih dulu mengasihi kita.

Hari ini, renungkanlah apakah Anda masih sulit mengampuni orang yang melukai hati Anda? Apakah Anda mau berkomitmen untuk mengampuni orang lain seperti Tuhan telah mengampuni kesalahan Anda? Tuhan memberkati.

Hak cipta First15.org, diambil dari renungan Crosswalk.com

Kamis, 12 Mei 2022

BANYAK OMONG

Bacaan: Titus 2:1-8

NATS: Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! (Mazmur 141:3)

Seseorang menghadiri suatu pertemuan di mana pembicara tamu berbicara dengan panjang lebar. Ketika pendengarnya itu sudah tidak tahan lagi, ia bangkit berdiri dan keluar dengan perlahan-lahan melalui pintu samping. Di koridor ia berjumpa dengan seorang sahabatnya yang mengajukan pertanyaan, "Apakah orang itu sudah selesai berbicara?" "Ya," jawab orang itu, "orang itu sudah selesai sejak tadi, tetapi ia tidak menyadarinya! Ia cuma tidak mau berhenti!"

Berbicara yang seperlunya dan yang berharga untuk disampaikan adalah sesuatu yang semestinya kita lakukan dengan orang lain setiap hari. Namun, jika kita mau jujur dengan diri kita sendiri, kebanyakan dari pembicaraan kita tak lebih dari sekadar suatu omong kosong. Tuhan Yesus memperingatkan, "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman" (Matius 12:36).

Berhentilah sejenak dan pikirkanlah, apa yang biasa kita bicarakan dalam percakapan sehari-hari dengan orang lain? Tentang apa kebanyakan pokok pembicaraan kita? Apakah kita telah berbicara terlalu banyak dan tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara? Apakah yang kita bicarakan itu memberi keuntungan kepada orang lain? Dan lebih dari itu semua, apakah perkataan kita memuliakan Allah?

Tuhan dapat memampukan kita berbicara untuk membangun orang lain, bukan justru hanya sekadar asal berbicara. Hari ini juga, jadikanlah kata-kata Daud berikut ini sebagai doa kita: "Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!" (Mazmur 142:3) -- RWD

JIKA PIKIRAN KITA SEDANG KOSONG JANGAN LUPA MEMATIKAN SUARANYA

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 11 Mei 2022

"INI KESALAHAN SAYA"

Bacaan: Yakobus 1:13-18

NATS: Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya (Yakobus 1:14)

Langkah pertama dalam mengatasi dosa adalah dengan mengakui bahwa kitalah yang bertanggungjawab atas dosa itu. Menyalahkan orang lain berarti mengalihkan persoalan yang sebenarnya.

Seseorang telah menabrak mobil lainnya di tempat parkir. Ia sama sekali tidak menengok untuk memastikan bahwa jalan telah aman dan tidak mau mengakui bahwa kesalahan ada padanya. Namun sebaliknya, ia keluar dari mobilnya, berteriak berang kepada wanita yang mengemudikan mobil yang ia tabrak, serta menyalahkan pengemudi itu mengapa mengambil jalan di dekat mobilnya. Saya kemudian tahu bahwa laki-laki itu terus saja menyalahkan wanita tersebut ketika ia bicara kepada agen asuransinya. Akhirnya wanita itu mau menerima meskipun dengan perasaan tertekan dan sedih yang amat dalam.

Peristiwa ini mirip dengan apa yang terjadi di Taman Eden. Setelah Adam memakan buah terlarang, ia menyangkali kesalahannya dan melimpahkan kesalahan itu kepada perempuan yang diciptakan Allah.

Kadang-kadang kita melakukan hal seperti itu. Ketika kita melakukan suatu kesalahan, kita segera mencari orang lain yang bisa disalahkan; bahkan Allah sekalipun. Namun Yakobus berkata bahwa kita berdosa karena menuruti keinginan-keinginan kita sendiri.

Apakah Anda merasa terganggu dengan suatu dosa yang tak mau hilang? Mungkin Anda tak mampu mengatasinya karena Anda menyalahkan orang lain. Mungkin Anda menyalahkan Allah karena membiarkan Anda melakukan dosa itu. Omong kosong! Anda tidak akan pernah dapat mengatasi dosa sampai Anda mau mengakui bahwa "ini kesalahan saya!" -- DCE

MENYALAHKAN ORANG LAIN BERARTI MENGALIHKAN PERSOALAN YANG SEBENARNYA

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 10 Mei 2022

Kasih Karunia Tuhan Membuat Kita Mampu Melakukan Hal yang Tampak Mustahil

Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati - Lukas 6:36

Yolanda adalah seorang ibu yang memiliki hubungan mendalam dengan Tuhan. Dia merawat keluarganya dalam kasih dan nasihat Tuhan. Imannya menopang keluarga itu untuk melalui setiap pencobaan, tetapi tidak ada yang dapat bersiap untuk pencobaan apa yang akan datang.

Suatu hari, kejadian tak terduga mengubah hidup Yolanda selamanya. Sebuah mobil yang dikendarai oleh seorang pemuda menabrak mobilnya dan menyebabkan kecelakaan mengerikan yang merenggut nyawa kedua anak Yolanda seketika.

Pihak berwenang melayangkan tuntutan yang tepat. Namun pemuda tersebut mendapatkan belas kasih pengadilan dan ditempatkan dalam masa percobaan. Selama lima tahun mengalami cobaan yang berat, Yolanda dihubungi pengacaranya untuk melakukan pertemuan dengan pemuda yang telah merenggut nyawa kedua anaknya dan memberikan pertanggungjawaban atas tindakannya yang tragis.

Mereka bertemu di ruang konferensi, saling berhadap di seberang meja. Sementara para pengacara dan staf pengadilan mengamati situasi tersebut. Pemuda itu berbicara sembari menghindari kontak mata dan berusaha memberikan pembelaan bagi dirinya. Dia mengeluhkan banyak hal yang menyebabkan kecelakaan pada hari itu. Namun beberapa hal yang dikatakannya tidak masuk akal, bahkan dia tidak meminta pengampunan dari Yolanda usai merenggut nyawa kedua anaknya.

Pengacara, staf pengadilan, dan semua orang yang ada di ruangan itu terduduk diam dan mengantisipasi apa yang akan dikatakan atau dilakukan Yolanda. Setelah lima tahun menderita, kini ia duduk di seberang orang yang menyebabkan seluruh penderitaannya. Hatinya berseru kepada Tuhan.

Tuhan Yesus berseru kepada Yolanda berkali-kali dengan lembut kepadanya dan memberikan bimbingan.

“Yolanda,” panggil-Nya. “Anak itu tersesat, dia membutuhkan Aku. Dia tidak memiliki siapa-siapa di sini. Keluarganya membiarkan dia datang ke sini sendirian, dia membutuhkan-Ku.”

“Tapi Tuhan, apa yang harus saya lakukan?”

“Putriku, Aku memilikimu. Aku selalu milikmu, dan Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Tapi dia membutuhkan Aku. Dia tidak memiliki apa-apa, Dia tidak memiliki siapa-siapa. Maafkan dia Yolanda, berikan pengampunan untuknya.”

Firman Tuhan terus terngiang di telinganya, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6:36)

Dia bertanya kepada dirinya sendiri, “Bagaimana aku bisa memaafkannya? Bagaimana Tuhan? Tapi aku tahu bahwa Tuhan telah mengampuniku terlebih dahulu.”

Setelah merenung beberapa saat, Yolanda menarik nafasnya dalam-dalam dan memecah kesunyian di ruangan itu. Dia menatap wajah pemuda yang masih menunduk ke arah meja dan berkata, “Aku mengasihimu dengan kasih Tuhan. Aku memaafkanmu.”

Semua orang menatapnya. Mereka terkejut dan terpana seakan tidak percaya apa yang mereka dengar. Pemuda itu perlahan mengangkat kepalanya dan mata mereka bertemu untuk pertama kali. Ekspresi kebingungannya bergejolak berusaha memahami apa yang baru saja dikatakan Yolanda.

Dengan anugerah yang hanya bisa datang dari Tuhan Yesus, Yolanda berdiri dan merentangkan tangannya kemudian berkata, “Aku memaafkanmu!”

Melihat itu, pemuda itu berlari mengitari meja dan memeluknya. Dia membenamkan wajahnya di dadanya dan air mata mengalir dengan deras, dia menangis tersedu-sedu. Yolanda memeluknya erat seperti anaknya. Dia mengasuhnya, menepuk kepada pemuda itu dan berkata, “Tidak apa-apa sayang, tidak apa-apa.” Dia menangis tak terkendali.

Kemudian dia berdoa, “Tuhan Yesus, ambillah urapan untuk pelayanan yang ada pada anak-anakku dan berikan padanya. Beri dia porsi ganda! Dia datang ke sini sebagai Saulus, biarkan dia pergi sebagai Paulus!”

Saat dia berdoa, lututnya terasa lemas. Namun dia menahan pemuda itu dengan kuat dalam pelukan keibuan yang penuh pengampunan itu. Tidak ada yang tidak menangis di ruangan itu karena kasih Kristus yang luar biasa diperlihatkan dalam tindakan pengampunan yang luar biasa. Kemudian mereka berdua dibebaskan untuk melanjutkan hidup mereka dengan damai.

Tuhan kita adalah kasih, Dia menunjukkan pengampunan-Nya saat Dia mengorbankan anak-Nya yang tunggal untuk kita. Melalui Kristus, kita menerima pengampunan yang luar biasa dan membebaskan kita dari dosa masa lalu. Yesus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,” (Lukas 23:34).

Karena Yesus, kita dapat mengangkat kepala kita. Berjalan dalam kasih Allah, dan merasakan pengampunan keibuan.

Hak Cipta © Gene Markland. Digunakan dengan izin.

Senin, 09 Mei 2022

TETANGGA YANG BAIK

Bacaan: Lukas 10:25-37

NATS: Dan barang siapa memberi air sejuk secangkir sajapun... ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya (Matius 10:42)

Setelah menceritakan kisah tentang orang Samaria yang murah hati, Yesus berkata bahwa kita harus menganggap semua orang yang kita temui sebagai sesama manusia dan melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk menolong mereka saat mereka membutuhkan.

Saya menerima tanggung jawab ini dengan sungguh-sungguh, tetapi terkadang saya gagal -- seperti yang saya alami baru-baru ini dalam suatu liburan. Di depan sebuah restauran, seorang laki-laki muda meminta pertolongan saya. Ia dan istrinya berada hampir 500 km jauhnya dari rumah dan telah kehabisan uang untuk memperbaiki radiator mobil. Mereka sama sekali tidak membawa buku cek maupun kartu kredit.

Dengan sopan saya katakan bahwa saya tidak memiliki uang untuk dipinjamkan. Saya berkata jujur karena dua hari sebelumnya saya telah menghabiskan 400 ribu rupiah lebih untuk membeli pompa air, dan simpanan uang saya semakin menipis. Namun sebenarnya, saya membawa buku cek dan sebuah kartu kredit sehingga bisa saja saya memberi sedikit uang dan mengatakan tentang kasih Kristus kepada mereka -- tetapi saya tidak melakukannya.

Saya mencoba menenangkan suara hati saya dengan berkata kepada diri sendiri bahwa saya tidak dapat menolong setiap orang, atau orang muda itu tidak seharusnya meninggalkan rumah dengan uang yang sedikit. Namun saya tahu bahwa saya sedang mencari-cari alasan. Kita harus berhati-hati dalam memberikan bantuan keuangan kepada orang lain, tetapi dalam hal ini saya percaya bahwa saya telah kehilangan kesempatan untuk menolong seseorang. Dan ini sangat mengganggu saya.

Tuhan, tolonglah kami tiap-tiap hari agar mampu menjadi sesama yang baik pada setiap kesempatan -- HVL

MELAKUKAN PERBUATAN-PERBUATAN BAIK LEBIH BAIK DARIPADA PERASAAN MENGASIHI

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 08 Mei 2022

Salah Paham

Bacaan: LUKAS 23:33-43

Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Lalu mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. (Lukas 23:34)

Jika ada komentar atau nasihat yang ditujukan kepada saya, sering teramat cepat saya bereaksi. Sebab saya cukup peka terhadap penilaian negatif. Biasanya spontan saya membela diri atau menjelaskan panjang lebar sebelum selesai mendengarkan. Itu karena saya khawatir orang salah paham terhadap saya. Tentu ada cukup banyak orang yang kesal. Sebab dengan berbuat demikian, saya menunjukkan sikap seolah saya tidak pernah salah.

Semakin saya menyadari saat ini bahwa sikap saya sungguh berkebalikan dengan sikap Yesus yang penuh kasih dan rendah hati. Padahal Yesus tidak pernah melakukan kesalahan. Peristiwa penyaliban Yesus dilatarbelakangi oleh kebencian dan hasutan para ahli Taurat. Namun kebanyakan orang hanya ikut-ikutan mengejek-Nya karena salah mengerti. Tidak sekadar menghina melalui perkataan, mereka juga menganiaya dan turut menyoraki penderitaan serta "ketidakberdayaan" Yesus tanpa belas kasihan. Bahkan penjahat yang disalib pun turut mengejek-Nya (ay. 39). Bagaikan domba yang digiring ke tempat pembantaian (Yes 53:7), Yesus tidak banyak bicara. Dia menerima semua cerca dan hujat. Bahkan Yesus berdoa agar Bapa mengampuni mereka.

Tidak setiap kali kita perlu dan dapat menjelaskan agar semua orang mengerti maksud baik kita. Sebagai pengikut Kristus, kesalahpahaman orang lain terhadap kita pasti kita alami. Kita pun diminta untuk cerdik, namun tetap tulus (Mat 10:16). Bahkan kalau memang Tuhan kehendaki, kita perlu merelakan diri menderita sebagai akibat kesalahpahaman. --HEM/www.renunganharian.net

KIRANYA TUHAN MEMBERI KEKUATAN KEPADA KITA UNTUK MEMAAFKAN
KESALAHPAHAMAN DAN CERCAAN ORANG KEPADA KITA.

Sabtu, 07 Mei 2022

APA KABAR?

Bacaan: 2 Korintus 5:1-10

NATS: Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari (2 Korintus 4:16)

Wilfred Yoder adalah salah satu dari orang Kristen yang sangat bersemangat yang saya kenal, walaupun ia sangat menderita selama bertahun-tahun akibat penyakit radang sendi. Jika orang menyapanya, "Apa kabar?" ia dengan berseri-seri menjawab, "baik!"

Mereka yang tahu persis akan kesakitan yang dideritanya akibat penyakit itu kadang-kadang mempertanyakan apakah ia berkata jujur atau tidak. "Bagaimana mungkin Anda mengatakan bahwa keadaan Anda baik bila Anda berada dalam keadaan sangat kesakitan?" Jawaban Wilfred selalu demikian: "Apa yang saya rasakan tidaklah berpengaruh pada bagaimana diri saya. Anda lihat, bagian dari diri saya yang sakit hanyalah merupakan kulit luar, bukan diri saya yang sebenarnya, dan diri saya yang sebenarnya ada dalam keadaan baik!"

Apa yang disebut sebagai kulit luar oleh Wilfred, disebut Paulus sebagai kemah (2Korintus 5:1). Dan "diri sesungguhnya" yang dimaksudkan Wilfred, disebut Paulus sebagai manusia batiniah (2Kor 4:16).

Meskipun kemah tempat kediaman Wilfred di bumi itu menyakitkan dan sedang menuju kehancuran, ia menyadari bahwa kemah itu hanyalah tempat sementara bagi manusia batiniahnya. Suatu hari kelak ia akan menggantikannya dengan rumah yang tetap yang menunggunya di surga. Itulah keyakinannya. Hingga saat itu menjadi kenyataan, manusia batiniah Wilfred secara nyata diperbarui dari hari ke hari.

Bagaimana kabar Anda hari ini? Apakah kemah Anda merosot keadaannya? Ingatlah, jika Kristus adalah Juruselamat dan Tuhan Anda, tubuh yang sempurna menunggu Anda suatu hari kelak. Tidak peduli bagaimana keadaan luar kita, dari dalam diri kita, kita dapat berkata bahwa, "Saya dalam keadaan baik!" -- JEY

MESKIPUN KEADAAN TUBUH KITA SEMAKIN LAYU KEADAAN ROHANI KITA SEMAKIN BERTUMBUH

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 06 Mei 2022

KEUNTUNGAN SEMATA

Bacaan: Amsal 23:1-5

NATS: Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal (Yohanes 6:27)

Kita hidup di zaman materialistis. Orang Kristen pun terpikat menguras banyak tenaga dan uang untuk memperoleh segala perlengkapan dan barang mewah dengan kemegahan dan daya tariknya. Itulah sebabnya mengapa sangat penting memelihara nilai-nilai rohani dalam pikiran kita.

Apakah Anda telah mengerahkan seluruh tenaga untuk dunia ini, sementara Anda mengabaikan nilai-nilai surgawi? Yesus berkata, "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal" (Yohanes 6:27). Apakah Anda telah mencoba menuntun seseorang kepada Kristus dan menawarinya makanan yang dapat mengenyangkannya untuk selamanya?

Jika Anda ingin tahu seberapa materialistisnya Anda, ikuti tes kecil ini: Misalkan seseorang menawari tiga juta rupiah untuk setiap orang yang sungguh-sungguh Anda bimbing kepada Kristus. Apakah kemudian Anda akan bersaksi kepada lebih banyak orang daripada yang sedang Anda lakukan selama ini? Mungkinkah Anda mau melakukannya karena uang, sekalipun menempuh risiko besar atau ditertawakan, yang biasanya membuat Anda ragu dalam melakukan ketaatan pada perintah Kristus? Apakah kecintaan Anda kepada uang lebih kuat dibandingkan kecintaan Anda kepada Allah maupun jiwa-jiwa sesama kita?

Apa tujuan utama hidup Anda? Untuk apa kita bekerja? Yesus bertanya kepada kita hari ini, seperti halnya Dia bertanya kepada Petrus, "Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" (Yohanes 21:15) [HGB]

KEDUNIAWIAN ADALAH SUATU GAYA HIDUP SEAKAN KEKEKALAN TELAH LENYAP

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 05 Mei 2022

KEKUATAN MUSIK

Bacaan: Ulangan 31:14-30

NATS: Maka Musa menuliskan nyanyian ini dan mengajarkannya kepada orang Israel (Ulangan 31:22)

Seorang mahasiswa bergumul dengan pikiran-pikiran negatif yang selalu ada dalam benaknya. Meskipun ia telah berdoa dan membaca Alkitab dengan teratur, hal itu tidak mampu membantunya melepaskan diri dari pergumulan tersebut. Ia lalu memutuskan untuk meminta bantuan dari seorang konselor Kristen.

"Musik apakah yang kamu dengarkan?" tanya si konselor. Ketika mahasiswa itu mengatakan bahwa musik rock sekuler yang didengarkannya, konselor itu berkomentar, "Bayangkanlah seolah dirimu adalah sehelai kertas besar. Setiap musik yang kau dengar adalah api yang membakar tepi kertas. Engkau memohon kepada Tuhan agar memulihkan kertas yang telah rusak itu, dan dengan firmanNya Dia mulai memulihkanmu. Namun kau terus membakarnya. Mulai sekarang, biasakanlah mendengar musik rohani dan lihat apa yang akan terjadi nanti." Mahasiswa itu melakukan saran itu dan ia berhasil memulihkan pikirannya.

Allah menggabungkan kekuatan musik dengan kebenaran supaya anak- anakNya lebih dekat kepadaNya. Dalam Ulangan 32:1-52 Musa mengajarkan kepada generasi baru Israel sebuah lagu panjang yang terdiri dari 43 ayat. Lagu ini menyatakan kesetiaan Allah sekaligus merupakan suatu kesaksian bagi bangsa Israel ketika mereka berhasil masuk ke Tanah Perjanjian dan melupakan Allah. Lagu ini memiliki dua tujuan. Pertama, menunjukkan kepada bangsa Israel bahwa Allah berhak atas kasih mereka. Kedua, memanggil mereka kembali kepadaNya ketika mereka sampai pada kekuatan yang penghabisan (Ulangan 32:36-39).

Jangan meremehkan kekuatan musik. Ia dapat melakukan dua hal, menghalangi pekerjaan Roh Kudus atau membuat Anda semakin mengasihi Kristus -- DJD

JIKA TAK ADA KEHARMONISAN DALAM HIDUP ANDA COBALAH MENGUBAH MUSIK ANDA

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 04 Mei 2022

KEJUJURAN DENGAN SURATKABAR

Bacaan: Ibrani 13:7-21

NATS: Hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik (Ibrani 13:18)

Ketika masih sekolah, saya bekerja bersama ayah selama liburan. Setiap pagi kami berhenti di sebuah toko penjual bahan makanan untuk membeli suratkabar terbitan pagi.

Suatu pagi tatkala kami berangkat kerja, ayah mendapati bahwa secara tak disengaja ia telah mengambil dua buah surat kabar. Mulanya ayah berpikir akan membayar harga suratkabar yang terambil itu esok paginya, namun kemudian setelah merenungkannya sejenak ia berkata, "Lebih baik saya kembalikan sekarang surat kabar ini. Saya tidak ingin orang di toko itu mengira saya tidak jujur." Ayah masuk ke dalam mobil, kembali ke toko tersebut dan mengembalikan suratkabar tersebut.

Sekitar seminggu kemudian, seseorang mencuri uang dari toko penjual bahan makanan itu. Ketika polisi menunjukkan waktu berlangsungnya kejadian, pemilik toko itu teringat bahwa hanya ada dua orang di toko waktu itu, dan ayah adalah salah seorang yang ada di sana saat itu. Pemilik toko yang segera mencoret nama ayah sebagai orang yang dicurigai itu berkata, "Orang ini sangat jujur. Ia kembali ke sini hanya untuk mengembalikan suratkabar yang diambilnya dengan tak disengaja." Polisi kemudian memusatkan penyelidikan pada orang satunya yang segera mengakui perbuatannya. Kejujuran ayah memberi kesan yang mendalam pada pemillik toko yang non-Kristen itu, dan pada saya.

Sebagai orang Kristen, apakah perilaku Anda sudah sesuai dengan perkataan Anda? Bagaimana Anda secara jujur menjawab pertanyaan ini? [HGB]

HIDUP ANDA TERBUKA SEPERTI SURATKABAR, APAKAH ORANG MEMBACA KEJUJURAN DALAM DIRI ANDA?

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 03 Mei 2022

TELADAN KRISTUS

[[Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. ]] (Yohanes 13:15)

Palestina, sebagaimana negara Timur Tengah lainnya, memiliki kondisi alam yang panas dan cenderung gersang. Saat musim panas tiba, jalanan menjadi kering dan penuh debu tebal. Sebaliknya, saat musim penghujan datang, jalanan menjadi becek penuh lumpur. Karena itu, dalam tradisi Yahudi, setiap orang yang masuk ke dalam rumah biasanya membasuh kakinya. Biasanya di rumah orang kaya tersedia pelayan yang secara khusus bertugas untuk membasuh kaki.

Malam itu, Tuhan Yesus dan kedua belas murid-Nya sedang bersiap untuk mengadakan perjamuan malam. Ini adalah perjamuan terakhir sebelum Dia disalibkan. Sebelumnya, di ruangan itu, Lukas mencatat bahwa terjadi pertengkaran di antara para murid tentang siapa yang terbesar (Lukas 22:24). Di tengah keadaan demikian, Tuhan Yesus mengambil sehelai kain lenan, menuangkan air ke dalam baskom, berjongkok, dan membasuh kaki mereka, kemudian menyeka dengan kain (Yohanes 13:4-5). Dia yang adalah Tuhan dan Guru malah mengambil peran sebagai pelayan.

Kerap orang beranggapan bahwa makin tinggi jabatan dan makin banyak kekayaan yang dimiliki seseorang, maka makin berhaklah ia untuk dihargai dan dihormati dengan lebih baik daripada orang lain. Itu keliru sebab Kristus justru meneladankan bahwa status tinggi bukan halangan bagi seseorang melayani sesamanya. Dia berkata, “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (ayat 15).
(Ayub Yahya)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Senin, 02 Mei 2022

ACARA SIAPA? 

[[Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku. ]] (Mazmur 143:8) 

Hari itu Mita berulang tahun yang ketujuh belas. Sejak semalam teman-temannya kasak-kusuk. Pagi harinya tak seorang pun menyapanya. Ini bagian dari strategi mereka. Maksudnya, malam hari mereka akan mengunjunginya untuk memberikan kejutan meriah kepadanya. Sayangnya, sore hari mereka menerima berita bahwa Mita mengalami kecelakaan hebat, dan nyawanya tidak tertolong. Teman-teman Mita ingin memberikan kejutan unik, tetapi mereka tidak sempat mewujudkannya. 

Betapa sering kita seperti teman-teman Mita, yang sibuk sendiri dengan strategi dan persiapan-persiapan yang heboh tanpa terlebih dulu menyapa Tuhan dan mencari kehendak-Nya. Pikiran kita penuh dengan konsep buatan diri kita sendiri sehingga tidak ada tempat untuk firman Tuhan. 

Pemazmur mengungkapkan bahwa ia sangat ingin mengetahui rencana Tuhan sebab ia percaya bahwa jalan itulah yang harus ditempuh untuk memperoleh kehidupan. Ia sedang dalam pergumulan berat, bahkan merasa lelah (ayat 4). Sekalipun demikian, ia masih mengingat perbuatan Tuhan di masa lalu dan menyadari bahwa ia tidak sanggup menjalani hidupnya sendirian tanpa pimpinan Tuhan. Ia tidak mau melangkah dengan kemampuan dan kehendaknya sendiri (ayat 10). Bukankah ini pilihan yang tepat? 

Bagaimana dengan hidup kita? Seberapa padatkah rencana aktivitas kita sepanjang hari ini? Sudahkah kita datang kepada Tuhan dan mendengar suara-Nya untuk menjalani hari ini dalam kebenaran-Nya? Berdoalah agar Tuhan menuntun kita melakukan apa yang Dia ingin kita lakukan hari ini. 
(Helen Aramada)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Minggu, 01 Mei 2022

Musuh dalam Selimut

Bacaan: MARKUS 14:12-25

Ketika mereka sedang duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku." (Markus 14:18)

Mengutip dari Wikiquote bahasa Indonesia, "musuh dalam selimut" diartikan sebagai orang terdekat yang diam-diam berkhianat; mempunyai musuh yang dekat dengan kita dan dapat mencelakai kita; dan musuh dalam kalangan sendiri. Karena "musuh" itu orang yang sangat dekat dengan kita, biasanya kita tidak tahu siapa dia hingga waktu yang akan memberitahukannya. Tanpa kita duga, pribadi yang kita nilai bersahabat, adalah musuh yang menikam diri kita dari belakang.

Di mata para murid, Yudas Iskariot bisa jadi adalah sosok murid yang baik dan bersahabat, tapi tidak di mata Yesus. Yesus tahu sejak awal bahwa Yudas Iskariot yang akan menjual dan menyerahkan diri-Nya. Yesus tahu bahwa Yudas adalah musuh dalam selimut. Di malam perjamuan Paskah itu Yesus pun memberitahukan dengan jelas bahwa "musuh" itu adalah salah seorang dari antara mereka. Ya, Yudas Iskariot bisa disebut sebagai seorang berwajah ganda atau pintar bersandiwara. Di depan Guru dan murid-murid lain ia tampak bersahabat, tetapi di belakang, ia siap menusuk Sang Guru.

Kita mungkin mencela sikap Yudas. Tetapi apakah kita menyadari bahwa sikap itu juga yang kerap tercermin dalam perilaku orang-orang kristiani di masa kini? Tidak sedikit orang menyebut diri murid Kristus, dibaptis, dan melayani-Nya, tetapi dalam perilaku hidup sehari-hari mereka menunjukkan perbuatan yang "menikam Yesus" dengan maksud dan tindakan jahatnya. Apa yang diucapkan Yesus tentang Yudas Iskariot kiranya mengingatkan kita: apakah kita benar-benar seorang murid yang mengasihi-Nya? Atau ada maksud lain di balik kedekatan kita kepada-Nya? --SYS/www.renunganharian.net

TAMPAK DEKAT SAJA DENGAN KRISTUS TERNYATA TIDAK MEMBERI JAMINAN APAKAH KITA BENAR-BENAR PENGIKUT-NYA YANG SEJATI.