Kamis, 30 Juni 2022

ANDA INGIN BERHIKMAT?

Bacaan: Amsal 10:1-9

NATS: Tuhanlah yang memberikan hikmat (Amsal 2:6)

Seringkali kita mendengar orang mempertanyakan kebijaksanaan dari para pemimpin di sekitar kita. Sangatlah mudah untuk melemparkan tuduhan-tuduhan terhadap para pemimpin di pemerintahan, perusahaan, pendeta, guru, atau anggota-anggota partai tertentu, dan menilai mereka tidak cocok menjadi pemimpin.

Dalam kenyataannya, kita telah memusatkan perhatian pada tempat yang salah. Daripada mengritik orang lain, lebih baik kita mengevaluasi diri sendiri, apakah dalam kehidupan sehari-hari kita telah berhikmat atau belum.

Namun, bagaimana caranya kita beroleh hikmat? Pertama-tama, kita harus "takut akan TUHAN" dan "mengenal yang Mahakudus" (Amsal 9:10). Cara terbaik untuk memperoleh hal ini adalah dengan membaca firman Tuhan.

Kita juga harus meminta pertolongan Tuhan untuk berhikmat. Yakobus menulis, "Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah" (Yakobus 1:5). Sama seperti raja Salomo memohon hikmat Allah untuk menolongnya memimpin bangsa Israel (1Raja 3:9), kita pun harus senantiasa bergantung pada Tuhan bila kita hendak berjalan di jalan yang benar.

Amsal 10:1-32 mengatakan, bila kita bijak, kita akan mendatangkan sukacita bagi orang tua (Amsal 10:1), kita akan mengumpulkan pada musim panas (Amsal 10:5) dan kita juga akan memperhatikan perintah-perintah (Amsal 10:8).

Jika suatu saat Anda tergoda untuk mengritik seseorang, pikirkanlah dua kali. Minta Allah menyelidiki hati Anda. Lalu tanyakan pada diri Anda, "Apakah aku mencari hikmat seperti yang dijanjikan Allah dalam firmanNya?" -- JDB

KITA TAKKAN PUNYA WAKTU UNTUK MENCARI KESALAHAN ORANG LAIN KALAU KITA SELALU SIBUK MENCARI HIKMAT

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 29 Juni 2022

Jangan Biarkan Keangkuhan Memandu Anda

Bacaan Hari ini:
Filipi 2:3 “Tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.”

Setiap konflik yang Anda alami dalam sebuah hubungan pasti ada unsur keangkuhan terlibat di dalamnya.

Apa huruf tengah dari kata "pride (kesombongan)"? I (saya). Apa huruf tengah dari kata "crime (kejahatan)"? I (saya). Apa huruf engah dari kata "sin (dosa)"? I (saya)

Kita semua punya masalah “saya!” “Saya” mau itu, dan “saya” mau itu ada sekarang juga—pada akhirnya ini mencetuskan segala macam masalah. Bahkan keangkuhan ialah akar dari dosa-dosa lainnya. Oleh karena itu, dalam hubungan apa pun, jangan pernah biarkan keangkuhan memandu Anda.

Alkitab berkata, “Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Filipi 2:3).

Dalam ayat ini, Paulus membahas dua macam keangkuhan yang menciptakan konflik. Salah satunya ialah ambisi egois, dan yang satunya lagi ialah tinggi hati. Ambisi egois berkata, "Ini semua tentang saya." Sementara tinggi hati berkata, "Saya selalu benar."

Ambisi egois menyebabkan segala macam masalah. Yakobus 3:16 mengatakan, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.” Ketika Anda mengalami kegalauan di tempat kerja Anda, gereja Anda, rumah Anda, pernikahan Anda, atau bahkan dengan pemerintahan, ketahuilah bahwa ambisi dan kecemburuan egoislah penyebabnya.
Tinggi hati adalah sikap di mana Anda merasa selalu benar. Terjemahan lain dari Filipi 2:3 mengatakan, “Jangan mementingkan diri sendiri; jangan hidup sekadar untuk memberi kesan baik kepada orang lain. Hendaklah rendah hati dengan menganggap orang lain lebih baik daripada Saudara sendiri” (FAYH).

Orang-orang melakukan ini di tiap area kehidupan, tapi ini sangat jelas terlihat di media sosial; sungguh suatu godaan besar untuk membuat diri Anda terlihat lebih hebat di Internet daripada di kehidupan nyata.

Dalam kitab Galatia, Paulus menyebutkan berbagai akibat dari hidup dengan keangkuhan. Dia mengatakan bahwa, ketika Anda menjalani kehidupan yang egois, keangkuhan akan muncul dalam berbagai macam bentuk. Dia menyebutkan beberapa bentuk yang nyata—memuaskan hawa nafsu, pesta pora dan mabuk mabukan. Tetapi sebagian besarnya adalah dosa yang berkaitan dengan orang lain. Galatia 5:19-21 mengatakan, “Tetapi, apabila Saudara menuruti kecenderungan yang salah itu, hidup Saudara akan menghasilkan kejahatan-kejahatan ini: pikiran kotor, hawa nafsu, penyembahan berhala, kepercayaan kepada roh-roh jahat, kebencian dan perkelahian, iri hati dan amarah, usaha untuk memperoleh yang paling baik untuk diri sendiri, keluhan dan celaan, perasaan bahwa semua orang bersalah kecuali kelompoknya sendiri -- dan akan timbul ajaran yang salah, kedengkian, pembunuhan, pemabukan, pesta liar, dan sebagainya. Sekali lagi saya katakan, bahwa siapa juga yang hidup seperti itu, tidak akan mewarisi Kerajaan Allah.”

Keangkuhan menyebabkan semua jenis perselisihan.

Bila Anda ingin bahagia dalam hubungan Anda, maka Anda harus hidup rukun. 

Renungkan hal ini:
- Manakah dari hubungan-hubungan Anda yang dipimpin oleh keangkuhan? Manakah yang dicirikan dengan kerendahan hati?
- Apa saja cara praktis yang bisa Anda lakukan untuk mempertahankan kerendahan hati dalam suatu hubungan?
- Bagaimana selama ini Anda telah menyaksikan kesombongan merusak atau menghancurkan beberapa hubungan Anda? Apa yang dapat Anda lakukan hari ini untuk membantu memulihkan koneksi-koneksi tersebut?

Jika Anda ingin hidup rukun, Anda harus memiliki kerendahan hati. Jangan pernah biarkan keangkuhan menjadi pemandu Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Selasa, 28 Juni 2022

KEADILAN ALLAH

Bacaan: Mazmur 58:1-11

NATS: Orang benar itu akan bersukacita, sebab ia memandang pembalasan, ia akan membasuh kakinya dalam darah orang fasik (Mazmur 58:11)

Pengadilan negara bagian Illinois menjatuhkan hukuman mati bagi John Wayne Gacy atas tindakan penculikan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap 33 orang pemuda. Gacy adalah manusia iblis, bengis dan kejam. Saya akui bahwa saya senang mendengar vonis tersebut karena itu berarti ia tidak lagi menjadi ancaman bagi masyarakat.

Namun banyak pertanyaan muncul di benak saya. Bagaimana seharusnya sikap orang percaya ketika melihat orang jahat mendapat hukuman? Haruskah kita bersukacita melihat orang jahat mengalami penderitaan atas kejahatan yang dilakukannya?

Kita akan menemukan jawabannya dalam Mazmur 58:1-11, di mana Daud berdoa agar Allah menjatuhkan keadilan pada orang-orang fasik yang memusuhinya. Ia memohon, "Ya Allah, hancurkanlah gigi mereka dalam mulutnya" (Mazmur 58:7). "Biarlah mereka seperti siput yang menjadi lendir, seperti guguran perempuan yang tidak melihat matahari" (Mazmur 58:9). Ini merupakan doa yang sangat keras!

Namun kita harus melihat prinsip dari doa ini. Daud berdoa agar keadilan Allah dijatuhkan atas orang-orang jahat yang tidak pernah mau bertobat. Mereka seperti "ular tedung tuli" yang mengabaikan setiap usaha untuk membawa mereka berbalik dari kesalahan (Mazmur 58:4-6).

Allah adalah Allah yang adil. KekudusanNya ditegakkan ketika para penganiaya anak-anak, pembunuh, dan manipulator menerima ganjaran atas kejahatan mereka.

Marilah bersukacita karena Allah tidak pernah mentolerir kejahatan. Namun, bersukacitalah juga karena Allah itu murah hati. Melalui pengurbanan anakNya, kita mendapat pengampunan. Keadilan Allah tidak pernah mengecewakan -- DCE

PEMBALASAN ADALAH HAK ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Senin, 27 Juni 2022

DOA YANG BERBAHAYA

[[Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah ... dan kamu akan menerimanya. ]] (Yohanes 15:7) 

Banyak orang salah menafsirkan ayat ini dan menganggap bahwa apa yang mereka doakan, pasti akan dikabulkan. Padahal justru sangat berbahaya jika Tuhan meluluskan setiap permintaan kita. Mengapa? Karena keterbatasan kita membuat kita tidak tahu apa yang akan terjadi seandainya doa-doa kita dikabulkan. Dosa telah mencemari keinginan-keinginan kita sehingga apa yang kita minta kerap kali hanya untuk memuaskan hawa nafsu kita.

Oleh karena itu, ayat ini harus dibaca dengan lengkap sesuai konteksnya sehingga kita mengerti bahwa Tuhan mengabulkan doa kita jikalau kita hidup benar, meminta sesuai kehendak-Nya, dan menghasilkan banyak buah bagi kemuliaan Allah. 

Sejak kecil Frank Slazak sudah berdoa agar suatu hari kelak ia dapat terbang ke ruang angkasa. Ketika NASA membuka kesempatan itu, ia mendaftarkan diri dan lolos dalam dua seleksi yang sangat ketat. Ia sangat yakin Tuhan mengabulkan doanya. Namun, betapa kecewanya dirinya ketika ternyata pada akhirnya yang terpilih adalah Christa McAuliffe. Pada tanggal 28 Januari 1986, Challenger meledak 70 detik sesudah diluncurkan. Saat itu barulah Frank sadar bahwa seandainya ia ikut dalam penerbangan itu, ia sudah mati. Tuhan tidak mengabulkan doanya karena Dia memiliki rencana yang jauh lebih indah baginya. 

Jika saat ini doa-doa kita tidak dikabulkan, jangan marah atau putus asa. Tetaplah memandang kepada-Nya karena Dia tahu apa yang terbaik bagi kita.
 (Ruth Retno Nuswantari)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Minggu, 26 Juni 2022

Untuk Mendapatkan Kebahagiaan, Berikan Hidup Anda untuk Tuhan

Bacaan Hari ini:
Filipi 1:21 “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”

Kebahagiaan datang dari melayani dan membaktikan hidup Anda. Jika Anda belum memahami hal ini, Anda akan kesulitan untuk bahagia seumur hidup Anda. Kebahagiaan datang dari pengorbanan diri, bukan pada kepuasan diri.

Rasul Paulus bisa mengatakan dirinya bahagia karena, di masa-masa kelam dalam hidupnya sekalipun, ia memberikan hidupnya untuk membantu orang lain.

Bisakah Anda mengatakan hal itu tentang hidup Anda? Anda tidak akan pernah bisa mengatakan itu apabila Anda hidup untuk diri sendiri, sebab Anda tidak akan pernah menemukan kebahagiaan pada status sosial atau gaji Anda.

Paulus tahu bahwa untuk bahagia, dia harus tetap fokus pada tujuannya dan bukan pada masalahnya. Dia merangkum tujuannya itu dalam Filipi 1:21: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”

Apabila Anda diminta untuk melengkapi kalimat ini, kata apa yang akan Anda isi? “Karena bagiku hidup adalah _________.” Apakah itu hiburan? Olahraga? Pakaian? Keluarga? Teman-teman? Karir? Anda mungkin akan mengisinya dengan hal-hal yang baik. Tetapi tak ada satu pun yang pantas menggantikan Dia yang menciptakan Anda dan yang memberi Anda kehidupan: Yesus Kristus.

Jawaban Anda itu akan menentukan seberapa bahagia Anda dalam hidup. Jika Anda menjawab "uang" atau "kesuksesan" atau "kesenangan" atau "kekuasaan,” maka Anda tidak akan bahagia hampir di sepanjang hidup Anda. Masalahnya bukanlah apakah ada yang salah dengan hal-hal itu; tetapi selain Kristus, tak ada hal lain yang pantas mendapatkan tempat pertama.

Anda tidak diciptakan untuk menghasilkan banyak uang, tiada, lalu mendermakan uang Anda. Tuhan punya tujuan yang jauh lebih besar bagi hidup Anda.

Hanya ada satu jawaban yang akan menuntun Anda pada kebahagiaan: Hidup adalah Kristus.

Renungkan hal ini:
- Hal-hal baik apa yang selama ini Anda fokuskan dalam hidup yang bukan merupakan tujuan akhir Anda dalam hidup? Bagaimana Anda akan melengkapi kalimat tadi?
- Mengapa dengan melayani orang lain membantu Anda ketika melewati masa-masa sulit?
- Apa saja cara spesifik Anda untuk “memberikan hidup Anda” dalam pelayanan Anda hari ini?

Untuk mendapatkan kehidupan yang benar-benar Anda inginkan, berikanlah hidup Anda untuk Tuhan.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Sabtu, 25 Juni 2022

Mengenyahkan Suara Penipuan

Bacaan: KEJADIAN 3:1-19

Jadi, iman timbul dari apa yang didengar, dan apa yang didengar itu berasal dari pemberitaan tentang Kristus. (Roma 10:17)

Seorang anak kecil menangis. "Aku bodoh, " katanya sambil menggenggam kertas hasil ujian Matematikanya yang mendapat nilai 20. Sang ibu kemudian menghampirinya dan sambil mengelus rambut anaknya beliau berkata, "Itu tidak benar. Kamu anak yang pandai. Hanya saja, kamu perlu lebih rajin belajar."

Di kehidupan ini, kita pun kerap mendengar suara-suara melemahkan seperti: "Kau bodoh, kau tidak berguna atau kau tidak punya masa depan." Suara-suara demikian dinamakan suara penipuan. Suara penipuan adalah suara selain firman Tuhan yang bertujuan menggantikan kebenaran dengan kebohongan. Suara penipuan berasal dari Iblis. Di taman Edenlah suara itu pertama diperdengarkan. Dalam wujud ular, Iblis menyuarakan penipuan kepada Hawa dengan mengatakan apabila ia memakan buah pohon di tengah-tengah taman, ia tidak mati, melainkan menjadi seperti Allah, tahu membedakan yang baik dan yang jahat. Begitu Hawa mengikuti suara si penipu, ia seketika terdorong jatuh ke dalam dosa.

Satu-satunya cara untuk mengenyahkan suara-suara penipuan adalah dengan membenamkan diri ke dalam suara firman. Sebagai contoh, ketika Iblis menyuarakan betapa berdosanya diri kita, kita menangkisnya dengan mengatakan bahwa oleh pengorbanan Kristus kita diampuni dan diterima kembali (Rm 8:1-2). Begitu pula ketika Iblis menyuarakan kalau masa depan kita bakal suram, kita dapat mengatakan bahwa di dalam Tuhan selalu ada hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11). Firman Tuhan adalah satu-satunya standar kebenaran yang teruji. Jadi, mulai hari ini, jangan mau ditipu dan dibodoh-bodohi lagi! --LIN/www.renunganharian.net

SETIAP KALI IBLIS MEMBISIKKAN SUARA-SUARA PENIPUAN KE TELINGA KITA, TERIAKKAN KEPADANYA KEBENARAN FIRMAN TUHAN!

Jumat, 24 Juni 2022

LIHAT SIAPA YANG MEMBACA ANDA

Bacaan: 1Petrus 1:13-25

NATS: Maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini (1Petrus 1:17)

Saya pernah mendengar tentang seorang hakim yang menggunakan stiker bemper untuk mendorong seseorang agar mengendarai mobil dengan baik. Dalam sidang ia menawarkan dua pilihan hukuman pada orang yang bersalah karena mengemudi dalam keadaan mabuk.

Pilihan pertama adalah dengan menempelkan pesan berikut di bemper kendaraan mereka: "Mobil ini milik seorang pemabuk yang sedang dihukum." Hampir semua pelanggar lebih senang dengan pilihan kedua: Mengikuti program pengobatan pecandu alkohol. Kebanyakan orang lebih memikirkan apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka dan ingin menjaga kesan yang baik.

Untuk perilaku-perilaku tertentu, orang juga tidak mau menanggung malu. Sebagai contoh, sedikit dari kita yang mau berjalan berkeliling dengan tulisan pada punggung yang berbunyi: "Bahaya: saya orang Kristen yang tidak pernah meluangkan waktu untuk berdoa atau membaca Alkitab." Kita pun tidak akan mau memakai tulisan yang berbunyi: "Peringatan: saya anak Allah yang terlalu banyak bergosip" atau "Berhati-hatilah: saya dikuasai oleh nafsu dan bukan kasih."

Jika Allah menghendaki kita memakai tanda-tanda seperti itu, apakah keinginan kita untuk dihormati orang lain membuat kita takut menyatakan kondisi rohani kita yang sesungguhnya? Cara kita menjawab pertanyaan tersebut akan berbicara banyak tentang rasa malu kita di hadapan Tuhan, yang selalu menilai kita dengan tepat (1Petrus 1:17). Apakah mungkin kita lebih takut pada pendapat orang lain daripada pendapat-Nya? [MRD II]

HIDUPLAH DEMI PERKENAN ALLAH
DAN BUKAN DEMI PERKENAN MANUSIA

Sumber: Renungan Harian

Kamis, 23 Juni 2022

KELAPARAN ROHANI

Bacaan: Mazmur 119:169-176

NATS: Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku (Mazmur 119:103)

Kebanyakan dari kita hidup di negara-negara yang berlimpah dengan makanan dan penduduknya tidak kelaparan. Karena itu, kita tidak pernah tahu tentang gejala-gejala kelaparan. Pada mulanya, para korban tak pernah puas untuk mengharapkan makanan. Namun, dengan berlalunya waktu, tubuh menjadi lemah, pikiran menjadi tumpul, dan keinginan akan sesuatu yang dapat dimakan pun berkurang. Itulah kenyataannya, orang yang kelaparan akan mencapai titik puncak, yakni ketika mereka bahkan tidak menginginkan makanan yang diletakkan di depan mereka.

Kelaparan rohani juga seperti itu. Jika setiap hari kita memakan Firman Allah, maka secara alami kita akan merasa "lapar" bila kita tidak bersaat teduh. Namun, bila kita terus mengabaikannya, kita dapat kehilangan keinginan untuk mempelajari Kitab Suci. Dan, kita membuat diri kita sendiri kelaparan.

Berapa lama Anda meluangkan waktu untuk membaca Alkitab dan merenungkan kebenaran-kebenarannya? Apakah Anda merasa kehilangan Firman Allah tatkala Anda mengabaikannya? Thomas Guthrie menulis, "Jika Anda lebih mencintai suatu kesenangan lebih daripada doa-doa Anda, sebuah buku lebih daripada Alkitab, seseorang lebih daripada Kristus, atau suatu kegemaran lebih daripada pengharapan akan surga--waspadalah."

Jika Anda kehilangan nafsu untuk memakan "roti kehidupan," akuilah kelalaian Anda dan mintalah Allah untuk membangkitkan kembali selera Anda akan Firman Allah. Hindarilah kelaparan rohani! [RWD]

ALKITAB YANG SERING DIBACA
ADALAH PERTANDA JIWA YANG TIDAK KELAPARAN

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 22 Juni 2022

HILANGNYA KUASA

Bacaan: Yohanes 14:15-26

NATS: Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu (Kisah 1:8)

Saya tidak tahu banyak tentang mesin. Saya bingung, karena meskipun telah diutak-atik, video yang akan saya pakai untuk kelompok PA di gereja ternyata tidak mau berfungsi. Untung ada seseorang yang melihat kesulitan saya dan bersedia membantu. Saya berdiri memperhatikannya dengan penuh penghargaan ketika ia memeriksa segala yang berhubungan dengan video itu dam kemudian menancapkan kabel yang belum dihubungkan ke stop-kontak yang ada di dinding.

Mengapa saya tidak terpikir ke situ? Saya terlalu sibuk dengan monitor dan kabel-kabel yang menghubungkan satu sama lain sehingga saya malah tak teringat pada bagian yang penting itu. Saya lupa powernya.

Begitulah kira-kira para malaikat memandang bodoh kepada saya saat mereka memperhatikan kehidupan saya. Mereka tentu heran dengan segala usaha saya dalam menjalani hidup ini tanpa power dari Allah. Saya membuat mereka bingung dan sedih. Bagaimana mungkin saya dapat melupakan kuasa Roh Kudus yang ada di dalam saya yang dapat memimpin dan memberikan power dalam hidup saya?

Jawabannya tentu patut disesali. Ada "kabel" yang lepas. Ketika saya sibuk menyenangkan diri sendiri, saya kehilangan power yang berasal dari hubungan pribadi yang indah dengan Yesus. Roh KudusNya akan memampukan saya melakukan kehendak Allah, memenuhi panggilan dan menggenapi tujuan-tujuanNya. Namun saya harus dihubungkan melalui "kabel" doa, merenungkan firman Allah dan "ditancapkan" pada power Allah -- bukan saya.

Tuhan, tolong kami melihat gambaran yang lebih besar dan mau menghubungkan diri dengan Sumber Kekuatan itu, yakni Roh Kudus -- MRD II

ORANG KRISTEN YANG MENGABAIKAN KUASA ROH KUDUS BAGAIKAN LAMPU YANG TIDAK DINYALAKAN

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 21 Juni 2022

Menolak Membenarkan Diri

Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. –Markus 7:8

Ayat Bacaan & Wawasan:
Markus 7:6-13

Seorang polisi bertanya kepada pengemudi apakah ia tahu alasan mobilnya dihentikan. “Tidak tahu,” jawab si pengemudi dengan bingung. “Bu, Anda mengirim pesan dengan ponsel sambil mengemudi,” sang polisi menjelaskan dengan sabar. “Bukan, bukan mengirim pesan!” protes wanita itu sambil menunjukkan teleponnya sebagai bukti. “Aku sedang mengecek e-mail!”

Mengecek e-mail dengan ponsel tidak membebaskan seseorang dari hukum yang melarang pengemudi menggunakan ponsel sambil berkendara! Maksud peraturan itu bukanlah untuk mencegah orang memakai ponsel atau mengirim pesan, melainkan agar fokus pengemudi tidak teralihkan saat berkendara.

Yesus menuding para pemimpin agama pada masa-Nya mencari celah sebagai alasan untuk tidak mengikuti hukum Allah. “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah,” kata Yesus, mengutip perintah “Hormatilah ayahmu dan ibumu” sebagai bukti (Mrk. 7:9-10). Dengan berlindung di balik ketaatan beragama, para pemimpin kaya raya yang munafik itu menelantarkan keluarga mereka sendiri. Dengan dalih uang mereka adalah “persembahan kepada Allah”, mereka menyatakan tidak perlu lagi menolong ayah dan ibu mereka yang sudah tua. Yesus pun langsung menyoroti inti permasalahannya. “Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu,” kata-Nya (ay. 13). Selain tidak menghormati orangtua mereka sendiri, mereka juga tidak menghormati Allah.

Bisa jadi usaha kita membenarkan diri tidak kentara. Kita melakukannya saat kita menghindari tanggung jawab, berdalih atas perilaku egois kita, dan menolak perintah Allah yang sudah jelas. Jika semua itu menggambarkan perilaku kita, yakinlah, kita hanya menipu diri sendiri. Yesus mengundang kita untuk menukar kecenderungan hati kita yang egois dengan bimbingan Roh untuk menaati setiap perintah yang baik dari Bapa (Tim Gustafson).

Renungkan dan Doakan
Dalam hal apa saja Anda sering mencoba membenarkan diri? Bagaimana sikap berdalih itu sejalan dengan hikmat Alkitab?

Ya Allah, aku membutuhkan hikmat-Mu, untuk mengetahui apa yang benar. Jauhkanlah aku dari upaya untuk menyangkal kesalahanku sendiri. Tolonglah aku untuk hidup sejalan dengan bimbingan Roh-Mu.

Sumber: Santapan Rohani

Senin, 20 Juni 2022

SILAKAN MARAH ASALKAN …

[[Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa. ]] (Efesus 4:26-27) 

Mungkin tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak pernah marah selama hidupnya karena marah itu sangat manusiawi. Tua muda, kaya miskin, lelaki perempuan, hamba Tuhan orang awam, semuanya pasti pernah marah. Yesus, Juru Selamat kita, juga pernah memarahi orang-orang yang berjualan di Bait Allah karena tempat yang seharusnya dipakai untuk beribadah malah dijadikan tempat bisnis demi mencari keuntungan pribadi, bahkan Dia menyebutnya sebagai sarang penyamun.

Rasul Paulus menasihati jemaat di Efesus agar segera meredakan hati yang marah supaya tidak menimbulkan dosa. Banyak ayat di Alkitab yang mengatakan bahwa kemarahan dapat membawa orang pada kejahatan (Mazmur 37:8), membesarkan kebodohan (Amsal 14:29), menimbulkan pertengkaran (Amsal 15:18), melakukan pembunuhan (Kejadian 49:6), dan menimbulkan kerusakan lainnya. Dan jika kita terus-menerus marah, maka kita bukanlah manusia baru yang sejati. 

Apa akibat kemarahan? Orang lain menjadi sakit hati karena kita telah melukainya. Orang yang marah umumnya mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh, di luar kontrol, dan sangat emosional. Sesudah amarah mereda, sebaiknya kita mawas diri, lalu meminta maaf kepada orang-orang yang kita marahi dan memohon pengampunan dari Tuhan. Tentunya dengan hati yang tulus dan murni. Ketika orang lain dan Tuhan memaafkan kita, kita akan merasa lega. Sebaiknya jangan pernah memperpanjang waktu marah karena Iblis akan menggiring kita untuk berbuat dosa. (Tjetjep Gunawan)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Minggu, 19 Juni 2022

Bagaimana Caranya Mengampuni?

Bacaan Hari ini:
2 Korintus 5:18-20 “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” 

Pada tahun 1956, lima misionaris Amerika pergi ke bagian timur hutan Amazon di Ekuador untuk melakukan kunjungan kedua mereka ke suatu suku yang masih terisolasi yang bernama suku Huaorani. Suku ini punya budaya membunuh, dan riset antropologi menunjukkan bahwa sebanyak 54 persen dari suku ini meninggal oleh karena pembunuhan. 

Benar saja, segera setelah para misionaris ini  turun dari pesawat, mereka tewas ditombak oleh beberapa anggota suku ini. Pembunuhan brutal ini menjadi berita yang menggemparkan seluruh dunia dan menjadi sampul majalah Life, Time, dan Newsweek. Banyak surat kabar melaporkan kematian para misionaris ini, termasuk di antaranya misionaris Nate Saint dan Jim Elliot.

Namun, beberapa tahun kemudian, Elisabeth dan Valerie Elliot (istri dan putri Jim) dan Rachel Saint (saudara perempuan Nate) memutuskan untuk pindah ke desa Huaorani untuk menunjukkan kasih dan pengampunan mereka serta melakukan pelayanan kepada orang-orang yang telah membunuh keluarga mereka tersebut. Hingga pada akhirnya, Mincaye, pemimpin suku tersebut beserta lima orang yang terlibat dalam pembunuhan para misionaris itu pun menjadi orang Kristen.

Pengampunan yang ditunjukkan oleh Elisabeth Elliot dan Rachel Saint tidak akan masuk ke nalar Anda apabila Anda belum mengalami pengampunan dari Tuhan. Begitu Anda mengalami pengampunan dari Tuhan, bagaimana seharusnya Anda mengampuni? Lakukanlah empat hal yang dilakukan oleh kedua wanita ini:

Lepaskan hak Anda untuk membalas dendam. Roma 12:19 mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” Serahkanlah segalanya pada Tuhan. Dia akan mengurusnya, dan Dia akan melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada yang bisa Anda lakukan.

Balas kejahatan dengan kebaikan. Bagaimana Anda bisa tahu kapan Anda telah sepenuhnya mengampuni seseorang? Anda bisa mendoakan agar Tuhan memberkati orang-orang yang pernah menyakiti Anda itu. Alkitab berkata, "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu” (Lukas 6:27-28).

Ulangi langkah-langkah ini ketika diperlukan. Kitab Matius mencatat percakapan tentang pengampunan antara Yesus dengan Petrus: “Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. (Matius 18: 21-22). Kadang pengampunan itu harus kita beri tanpa henti.

Selamatkan sesama dengan Kabar Baik pengampunan Allah. Alkitab berkata dalam 2 Korintus 5:18-20, “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.”   

Renungkan hal ini: 
- Menurut Anda mengapa begitu sulit untuk melepaskan hak Anda untuk membalaskan dendam?
- Dalam hubungan apa Anda perlu merespons kejahatan dengan kebaikan? Apa cara Anda untuk mampu melakukannya minggu ini?
- Siapa orang-orang yang Anda kenal yang perlu mendengar pesan damai dan pengampunan Tuhan ini?

Pengampunan itu sulit. Tetapi itu akan jadi lebih mudah ketika Anda berhenti mencoba membenarkan diri Anda sendiri dan sebaliknya, mengampuni orang lain, sebab Tuhan telah lebih dulu mengampuni Anda.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Sabtu, 18 Juni 2022

Bukan Basa-basi

Bacaan: ROMA 12:9-21

Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. (Roma 12:9)

Ketika saya dan istri menjalani isolasi mandiri di rumah setelah terinfeksi Covid-19, kami memiliki ruang gerak yang sangat terbatas. Tetapi kami hampir tidak mengalami kesulitan sama sekali dalam memenuhi berbagai kebutuhan yang biasanya harus dibeli di pasar. Orang-orang yang dekat dengan kami, yakni anggota-anggota jemaat dan sahabat serta kerabat dengan antusias menawarkan diri untuk menolong kami. "Saya sedang di pusat perbelanjaan. Barang apa yang perlu saya belikan?" tanya seorang ibu. "Kami mau bawakan apa untuk sarapan?" tanya keluarga lain di suatu pagi. "Kami bersedia mengasuh dan merawat anak-anak kalian sampai kalian pulih, " keluarga lain menawarkan. "Jangan segan-segan memberitahu jika butuh sesuatu, " tegas beberapa orang. Selama ini kami tahu bahwa mereka mengasihi kami. Namun pengalaman inilah salah satunya yang membuktikan bahwa kasih mereka bukan basa-basi.

Pengalaman ini juga yang kemudian semakin mendorong saya untuk menegaskan kepada orang-orang yang kami layani, "Jangan segan mengabari kami jika ada yang bisa kami bantu. Ini bukan basa-basi. Kami serius!" ujar saya. Dan itulah yang berusaha kami lakukan ketika ada orang-orang yang memerlukan pertolongan, khususnya bagi mereka yang menjalani isolasi Covid.

Rasul Paulus menasihatkan jemaat di Roma agar tidak berpura-pura dalam mengamalkan kasih. Bukan hanya manis di mulut. Tetapi dengan tulus. Tidak munafik. Tidak ada tipuan di dalamnya. Riil. Apa adanya. Begitulah kasih Allah kepada kita. Dan itulah yang Dia kehendaki untuk kita kerjakan senantiasa. --HT/www.renunganharian.net

MEMANG, MENGASIHI ITU ADALAH KATA KERJA!

Jumat, 17 Juni 2022

Memberi karena Kasih

Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. –Matius 6:4

Ayat Bacaan & Wawasan:
Matius 6:1-4

Setiap pagi, Glen membeli kopi di lantatur (drive-thru) terdekat. Setiap kali melakukannya, ia tidak lupa membayari pesanan pelanggan dalam mobil di belakangnya, sambil berpesan agar kasir mengucapkan pesan selamat pagi kepada pelanggan tersebut. Glen tidak mengenal orang-orang yang ditraktirnya. Ia juga tidak mengetahui reaksi mereka, ia merasa itu hanyalah “hal sederhana yang bisa ia lakukan” untuk orang lain. Akan tetapi, pada suatu kesempatan, ia mengetahui dampak dari tindakannya ketika membaca surat anonim yang dikirimkan kepada redaksi surat kabar di kotanya. Kebaikan yang dilakukannya pada tanggal 18 Juli 2017 telah mendorong orang dalam mobil di belakangnya mengurungkan niat untuk bunuh diri pada hari itu.

Setiap hari Glen berbagi dengan pengendara mobil di belakangnya tanpa pamrih. Hanya sekali itu ia dapat mengetahui dampak dari pemberiannya yang sederhana. Ketika Yesus berkata, “Janganlah diketahui tangan kiri [kita] apa yang diperbuat tangan kanan [kita]” (Mat. 6:3), Dia mendorong kita untuk memberi kepada sesama tanpa perlu mencari-cari pengakuan, seperti yang dilakukan Glen.

Ketika kita memberi kepada sesama karena kasih kita kepada Allah, tanpa memikirkan pujian atau pengakuan dari orang lain, kita dapat percaya bahwa pemberian itu—baik besar atau kecil—akan digunakan Allah untuk memenuhi kebutuhan mereka yang menerima-Nya (Kirsten Holmberg).

Renungkan dan Doakan
Pernahkah Anda menerima berkat dari seseorang tanpa tahu siapa pemberinya? Bagaimana Anda dapat lebih sering memberi secara “tersembunyi”?

Terima kasih, Bapa, karena Engkau memakai diriku untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Engkau juga memenuhi kebutuhanku melalui orang lain. Tolong aku untuk tidak mencari-cari pujian ketika memberi, melainkan melakukannya dengan cara yang memuliakan-Mu.

Sumber: Santapan Rohani

Kamis, 16 Juni 2022

PRIA ANEH DI GEREJA

Ketika Pendeta Clark akan memasuki ruang kebaktian, seorang pengurus gereja melapor kepadanya.

"Pak, ada seorang pria aneh duduk di bangku tengah. Kostumnya mirip penyihir. Ia memakai anting-anting besar. Berwajah seram. Bagaimana jika ia mengacau ibadah? Apa yang harus kita lakukan?" ucap pengurus gereja itu dengan tergesa-gesa.

Dengan tenang sang pendeta berkata, "Sambutlah dia. Tunjukkan bahwa kita mengasihinya. Jangan berprasangka buruk. Belum tentu ia ingin mengacau."

Pagi itu Pendeta Clark mengajak jemaat bersalaman dengannya. Bahkan seusai ibadah, ia mengajak si pria aneh minum kopi bersama. Ternyata pria itu banyak bertanya tentang Injil.

Merasa diterima, pria itu terus datang lagi, sampai akhirnya dibaptiskan!

Kristus meminta kita menjadi orang yang membawa pengaruh dalam hidup sesama. Bagai garam yang memberi rasa. Bagai terang yang membuat orang bisa melihat seperti apa Yesus itu.

Namun, terang dalam diri kita bisa pudar jika hati kita dipenuhi prasangka buruk. Prasangka menciptakan ketakutan. Rasa takut membuat kita menutup diri. Membangun tembok. Itulah yang membuat terang kita tak dapat bercahaya di depan orang. Akibatnya, mereka tak bisa melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa di sorga.

Apakah kita sering berprasangka buruk terhadap orang lain? Di sekitar kita banyak "orang aneh", yakni mereka yang "berbeda" dengan kita. Belum tentu mereka seburuk yang kita bayangkan. Justru sebenarnya banyak dari mereka membutuhkan sentuhan kasih dari kita.

Jadi, belajarlah berprasangka baik! Bangunlah jembatan, bukan tembok. Kita akan mampu menjadi garam dan terang!

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16)

 

Rabu, 15 Juni 2022

DICIPTA UNTUK MEMBUMBUNG

Bacaan: Roma 6:1-14

NATS: Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum taurat, tetapi dibawah kasih karunia (Roma 6:14)

Pada saat saya pergi ke kebun binatang, saya melewati kandang elang. Saya sama sekali tidak suka melihat burung yang gagah itu bertengger di dalam sarangnya hari demi hari. Sayap mereka yang coklat mengkilap membungkus tubuh mereka seperti jas tua yang tidak pas. Mereka diciptakan untuk berada di ketinggian, untuk menari-nari di antara awan. Bukan untuk dikurung di dalam kandang. Burung-burung itu diciptakan untuk terbang.

Banyak orang yang menyatakan bahwa mereka adalah orang Kristen yang terkurung di dalam kandang seperti elang tersebut. Mereka diciptakan untuk hidup sebagai warga negara kerajaan surga ysng bebas merdeka, tetapi mereka dipenjarakan oleh dosa mereka sendiri. Keadaan mereka pasti menghancurkan hati Allah. Dia tahu bahwa mereka dapat bebas, tetapi mereka sendiri telah menempatkan diri di dalam sebuah kandang. Dan ironisnya, kandang itu adalah kandang dengan pintu-pintu yang terbuka.

Rasul Paulus berkata bahwa kita yang telah meletakkan kepercayaan kita kepada Kristus, telah mati bersama Dia terhadap dosa yang membelenggu kita pada kehidupan kita yang lama. Dan sekarang kita hidup di dalam Dia. Kita bukanlah orang yang dahulu lagi, karena itu kita harus berhenti menjalani hidup seperti yang biasa kita jalani dahulu.

Pikirkanlah dengan sungguh-sungguh kebenaran itu. Ingatkan terus diri Anda tentang hal itu. Melalui Kristus, Anda telah dimerdekakan! Anda tidak lagi terkurung dalam sebuah kandang. Akuilah dosa Anda dan mulai percaya kepadaNya. Anda diciptakan untuk membumbung tinggi -- HWR

KRISTUS ADALAH PINTU KELUAR DARI KUNGKUNGAN DOSA

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 14 Juni 2022

PENJINAKAN HARIMAU

Bacaan: Yakobus 3:1-8

NATS: Tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah (Yakobus 3:8a)

Bree, cucu perempuan saya, menyukai sirkus, tetapi ia takut pada harimau. Sebenarnya ia tidak punya alasan yang kuat untuk takut, karena kucing tua yang besar itu telah dijinakkan dan berada di dalam kandang. Binatang itu pun memiliki berat badan yang berlebihan, dan saya menduga tak lama lagi ia akan kehilangan giginya. Bersama singa-singa lainnya, si belang yang cantik itu menjalani kegiatan rutinnya dengan patuh, sesuai perintah yang diberikan.

Anda dapat menjinakkan harimau, singa, macan tutul, cheetah, dan binatang buas lainnya, khususnya bila ia telah bersama Anda sejak lahir. Namun menurut Rasul Yakobus, Anda tidak dapat menjinakkan lidah manusia. Ia menulis, "Ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan" (Yakobus 3:8).

Yakobus juga menggunakan analogi lain yang hidup untuk menggambarkan kekuatan yang luar biasa dari anggota tubuh yang kecil ini. Sebuah kekangan pada mulut kuda dapat mengendalikan seluruh tubuhnya (Yakobus 3:3). Sebuah kemudi yang kecil dapat menggerakkan kapal yang besar dalam badai yang mengamuk (Yakobus 3:4). Sebatang korek api atau bahkan percikan kecil, dapat membakar hutan yang besar (Yakobus 3:5). Demikian pula dengan lidah. Melalui organ tubuh yang kecil, kita dapat melakukan perkara yang besar.

Bahkan di bawah disiplin diri yang keras dan pemantauan yang terus-menerus, lidah yang secara alamiah memang sukar dikendalikan, menyimpan sesuatu yang berbahaya di bawah permukaan. Anda dapat menjinakkan harimau, namun hanya dengan doa dan kewaspadaan yang ketatlah Anda dapat mengontrol lidah Anda -- DCE

ORANG YANG TIDAK DAPAT MENJAGA LIDAHNYA TIDAK AKAN DAPAT BERBICARA DENGAN BAIK

Sumber: Renungan Harian

Senin, 13 Juni 2022

Apakah Sebenarnya Pengampunan itu?

Bacaan Hari ini:
Lukas 23:34 “Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Pengampunan mungkin jadi sesuatu yang paling disalahgunakan, salah diterapkan, dan salah dimengerti dalam budaya kita. Mungkin Anda berpikir Anda tahu apa pengampunan itu, tetapi, seperti kebanyakan orang, sebenarnya Anda tidak tahu.

Berikut ini sebuah kuis untuk membantu Anda mengukur pemahaman Anda mengenai pengampunan; tentukanlah apakah setiap pernyataan berikut ini benar atau salah.

1. Seseorang tidak boleh dimaafkan sampai mereka memintanya.

2. Pengampunan itu meminimalkan kesalahan dan rasa sakit yang ditimbulkan oleh orang lain.

3. Pengampunan itu memulihkan kepercayaan dan menyatukan kembali hubungan.

4. Anda belum benar-benar mengampuni hingga Anda melupakan kesalahan orang lain.

5. Ketika Anda melihat seseorang terluka, adalah tugas Anda untuk mengampuninya.  

Ketika Anda membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Allah katakan tentang pengampunan, Anda akan menemukan bahwa kelima pernyataan di atas salah.

Pertama, pengampunan yang sejati itu tulus. Tidak ada persyaratan yang melekat padanya. Anda tidak meraihnya. Anda tidak layak mendapatkannya. Anda tidak bisa menawarnya. Pengampunan tidak didasarkan pada janji Anda untuk tidak pernah melakukannya lagi. Berikanlah pengampunan kepada orang lain baik mereka memintanya atau tidak.

Ketika Yesus mengulurkan tangan-Nya di kayu salib dan berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34), sesungguhnya tidak ada yang memintanya. Tidak ada yang berkata, "Yesus, ampuni saya atas apa yang telah kami lakukan terhadap-Mu." Dia menawarkan pengampunan. Dia mengambil inisiatif.

Kedua, pengampunan tidak meminimalkan tingkat keseriusan suatu kesalahan. Ketika seseorang meminta pengampunan Anda dan Anda menjawab, “Itu bukan masalah besar. Itu tidak sakit, kok,” sebenarnya Anda sedang memurahkan pengampunan. Jika kesalahan itu bukan suatu masalah besar, tentunya Anda tidak perlu meminta atau menawarkan pengampunan.

Pengampunan ialah untuk hal-hal besar. Anda tidak menggunakannya untuk hal-hal sepele; hal-hal kecil dalam hidup hanya memerlukan kesabaran dan penerimaan. Kesalahan besar dalam hiduplah yang membutuhkan pengampunan—dan kesalahan itu tidak boleh dikecilkan. Jika sebuah kesalahan adalah masalah besar, maka akuilah itu. Dan kemudian ampuni, atau mintalah pengampunan.

 Jadi, lain kali Anda menyinggung seseorang, atau diri Anda sendiri, ingatlah dua hal ini: Pertama, pengampunan itu tidak ada syaratnya. Dan, kedua, pengampunan tidak pernah mengecilkan kesalahan.

Renungkan hal ini:
- Apakah ada seseorang yang telah Anda maafkan, tetapi dengan syarat? Bagaimana Anda dapat bergerak menujupengampunan yang tulus hari ini?
- Mengapa begitu sulit untuk menawarkan pengampunan kepada seseorang yang tidak memintanya? Bagaimana caranya agar Anda dapat memaafkan, bahkan ketika pelaku tidak pernah memintanya?
- Bagaimana sikap Anda tentang pengampunan berubah ketika Anda merenungkan bagaimana Kristus telah mengampuni Anda?

Memahami pengampunan adalah langkah pertama untuk menjalaninya.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Minggu, 12 Juni 2022

KASIHNYA YANG TAK BERUBAH

Bacaan: Roma 8:31-39

NATS: Sebab aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup...tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, TUHAN kita (Roma 8:38-39)

Ketika suatu Sabtu pagi Gillian menemukan anak perempuannya telah terbunuh, ia mengalami keputusasaan. Selama 18 bulan ia telah memohon kepada Allah untuk mengatasi penderitaannya. "Saya diberitahu bahwa Allah itu kasih. Tetapi mengapa Dia tidak memperlihatkan kasihNya kepada saya?" tulisnya.

Kemudian pada bulan Oktober 1981, Gillian mengalami apa yang disebutnya sebagai "keajaiban kecil -- suatu pijar-pijar kecil kehangatan yang ada di dalam jiwa saya, yang tumbuh dengan menggunakan kasih -- kasih Yesus." "Yesus yang terkasih," katanya, "pencarian saya untuk menemukanMu telah melewati banyak jalan, tetapi ketika tiba waktu yang tepat, Engkau menunjukkan jalan yang benar kepadaku."

Pencarian Gillian berakhir ketika ia menemukan Kristus sebagai Juruselamatnya, tetapi kebutuhannya akan Kristus baru dimulai. Beberapa bulan kemudian, suaminya mulai menyeleweng. Pernikahan mereka yang telah berusia 20 tahun berakhir dengan perceraian. "Saya telah berkali-kali mengalami kegagalan," tulisnya, "tetapi saya tahu kasih Allah kepada saya adalah nyata, dan saya bersandar pada pengenalan bahwa Dia mengasihi saya."

Rasul Paulus mengenal kasih Allah dalam perjalanan menuju Damaskus (Kisah 9:1-43). Dan setelah melewati waktu bertahun-tahun, ia juga mengalami kegagalan. Tidak ada yang lebih berharga dibanding kata-kata yang menakjubkan yang ditulisnya dalam bacaan Alkitab kita hari ini.

Apakah Anda sedang mencari kasih Allah yang tak pernah berubah? Anda akan menemukannya bila jika Anda mencariNya dengan sepenuh hati -- DJD

HANYA ORANG YANG MENGENAL KRISTUS YANG DAPAT MENGALAMI CINTA KASIH ALLAH

Sumber: Renungan Harian

Sabtu, 11 Juni 2022

Berkat

Bacaan: BILANGAN 6:22-27

"TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau." (Bilangan 6:24)

Dalam sehari, berapa kali kita menggunakan kata "berkat"? Saat berdoa, kita meminta agar Tuhan memberkati kita, serta memberkati orang-orang yang kita kasihi. Kita berdoa agar Dia memberkati usaha kita. Saat berkomunikasi, baik secara lisan maupun pesan elektronik, banyak orang mengakhirinya dengan berkata, "Tuhan memberkati" atau disingkat GBU (God Bless You). Namun, apa konsep pemahaman kita mengenai berkat?

Banyak orang dengan mudahnya menghubungkan kata "berkat" dengan materi, yakni harta benda dan kekayaan, juga kesehatan fisik, memiliki keturunan yang banyak, panjang umur, serta kesuksesan usaha. Ini tidak sepenuhnya salah. Namun dalam Alkitab, berkat adalah segala sesuatu yang Allah berikan kepada anak-anak-Nya. Jadi berkat itu juga berupa perlindungan dan perkenanan Tuhan atas kita. Juga damai sejahtera dan sukacita yang kita alami karena mengenal dan menaati Dia. Pengampunan dosa dan keselamatan di dalam Kristus bahkan menjadi berkat terbesar yang Allah berikan bagi kita.

Allah adalah sumber segala berkat. Dialah sumber setiap pemberian yang baik serta setiap anugerah yang sempurna (Yak 1:17). Allah ingin agar bangsa Israel memahami hal ini, sehingga para imam diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umat-Nya. Dan tentunya, Allah juga ingin kita mengetahui ini. Bahwa hanya Dialah yang berkuasa memberkati kita. Karena itu, janganlah kita hanya berfokus kepada berkat, tetapi bersyukur dan memuliakan Sang Pemberi Berkat. Sepatutnya jugalah kita mempergunakan setiap berkat tersebut sesuai dengan kehendak Allah, Sang Sumber Berkat. --HT/www.renunganharian.net

KEPADA ALLAH YANG MEMBERI KITA SEGALA BERKAT SEPANTASNYALAH KITA UCAPKAN SYUKUR DENGAN PUJIAN DAN SEGALA HORMAT.

Jumat, 10 Juni 2022

TELADAN SEORANG JANDA

[[“Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” ]] (Lukas 21:4)

Lou Xiaoying adalah seorang janda berusia 88 tahun yang menjadi pemulung di kota Jinhua, provinsi Zhejiang, China. Saat ini, ia sedang terbaring lemah akibat penyakit ginjal yang kronis. Sebagai seorang pemulung, ia boleh saja miskin, tetapi “prestasinya” sungguh luar biasa. Ia telah menyelamatkan 30 bayi yang dengan sengaja dibuang oleh orangtua mereka di tempat pembuangan sampah.

Kisah janda Lou ini dapat dianalogikan dengan kisah sang janda miskin dalam Lukas 21:1-4. Si janda miskin ini juga telah memberi dari kekurangannya. Ia bahkan memberikan seluruh nafkahnya. Persembahan sang janda miskin yang hidup pada 2.000 tahun yang lalu ini dipuji oleh Tuhan Yesus. Dan kini, pada zaman modern ini, ada seorang janda Lou yang terus berupaya untuk memberi di tengah kemiskinannya. Sesungguhnyalah, Tuhan tak pernah memandang hina persembahan dari orang yang berkekurangan.

Kita yang hidup berkecukupan sering kali tidak peduli terhadap mereka yang hidup berkekurangan. Saat beroleh kesempatan memberi, kita justru menghitung untung rugi. Hal ini sangat kontras dengan perbuatan si janda miskin. Melalui teladannya hari ini, kiranya kita boleh kembali diingatkan untuk mampu memaknai kasih karunia Tuhan yang telah kita terima selama ini dengan cara berbagi. Janda yang miskin itu sudah memberi teladan bagi kita dan memang itulah yang berkenan di hadapan-Nya.
 (Tjetjep Gunawan)

Sumber: Amsal Hari Ini

Kamis, 09 Juni 2022

PENDERITAAN YANG MENYEMPURNAKAN

Bacaan: Ayub 23:1-10

NATS: Allah, sumber segala kasih karunia...akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya (1Petrus 5:10)

Sebagai anak-anak Bapa surgawi, kita patut bersyukur karena Dia sangat mengasihi kita sehingga Dia mau mendidik kita. Bagaimanapun cara Allah mengarahkan dan menentukan jalan hidup kita, semata-mata "untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya" (Ibrani 12:10).

Dalam bukunya yang berjudul Flashes of Truth (Cahaya Kebenaran), James Duff mengungkapkan bahwa, "Warna yang dipoleskan pada benda-benda tembikar harus melalui proses pembakaran terlebih dahulu. Jika tidak, warna-warna itu akan mudah luntur. Sebelum dibakar warna keemasan yang terdapat pada benda-benda tembikar hanya berupa cairan hitam belaka. Dua atau tiga kali pembakaran yang pertama akan menghapus warna-warna tersebut sehingga pembakaran itu harus dilakukan berulangkali.

"Demikian pula hubungan Allah dengan kita. Allah belum selesai bekerja di dalam kita ketika Dia memasukkan kita ke dalam perapian penderitaan dan dukacita yang menyala-nyala.... Untuk apa? Agar melalui api itu, keindahan karakter--yang dikerjakan oleh sang Penjunan--dapat tinggal tetap di dalam diri kita."

Apakah Anda sedang berada dalam tungku penderitaan? Ingatlah, Bapa surgawi mengasihi Anda. Jika Dia tidak mengasihi Anda, Dia tidak akan mempedulikan Anda. Dalam hikmat-Nya yang besar Dia "meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu" (1Petrus 5:10). Maka, sekalipun Anda tidak mengerti jalan-jalan-Nya, percayalah kepada-Nya dan bersyukurlah atas penderitaan yang Dia izinkan terjadi untuk menyempurnakan kita [RWD]

KARAKTER KRISTIANI BAGAIKAN PERMATA INDAH YANG DIBENTUK OLEH TEKANAN DAN DIPOLES OLEH KESUKARAN

Sumber: Renungan Harian

Rabu, 08 Juni 2022

SELALU DIBUTUHKAN

Bacaan: Mazmur 119:89-96

NATS: FirmanMu itu Pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku (Mazmur 119:105)

Barang itu mungkin seperti barang kuno saat ini. Namun beberapa tahun yang lalu orang-orang di semua bidang perdagangan dan lapangan kerja menganggap bahwa penggaris adalah barang yang sangat dibutuhkan. Alat ini digunakan untuk membuat perhitungan matematika secara cepat.

Dr. Burt Nanus mengingat kembali hari pertamanya di sekolah teknik tahun 1953. Seorang profesor menasehati mahasiswa baru untuk membeli sebuah penggaris yang paling baik yang mereka mampu. Profesor tersebut mengatakan kepada mereka, "Anda akan tergantung pada penggaris ini sepanjang hidup dalan profesi Anda." Nanus akhirnya melaksanakan anjuran tersebut dan membeli sebuah penggaris. Kemudian setelah ia lulus dan melanjutkan ke MIT, ia tidak pernah menggunakan penggaris itu lagi. Kalkulator telah menggantikannya.

Sesuatu yang pada hari ini kita anggap sangat dibutuhkan, mungkin akan menjadi usang dengan cepat. Keesokan harinya barang-barang tersebut mungkin akan dibuang sebagai barang kuno yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kita. Namun paling sedikit ada satu barang dari masa lalu yang selalu kita butuhkan dan tidak akan pernah menjadi usang. Barang itu adalah Alkitab, firman Allah yang kudus. Tidak perduli berapa banyak perubahan teknologi dan kemajuan silih berganti, Alkitab akan tetap suatu kepastian yang mampu memberikan jawaban yang tepat terhadap permasalahan yang rumit tentang asal, tujuan, kebiasaan dan tujuan akhir kita.

Oleh karena itu, tetaplah berpegang pada Alkitab. Anda selalu membutuhkannya -- VCG

ALKITAB MUNGKIN TUA TETAPI KEBENARAN-KEBENARANNYA SELALU BARU

Sumber: Renungan Harian

Selasa, 07 Juni 2022

"TULISAN TANGAN" ALLAH

Bacaan: Mazmur 119:121-128

NATS: Itulah sebabnya aku mencintai perintah-perintahMu lebih daripada emas, bahkan daripada emas tua (Mazmur 119:127)

Seorang siswa sekolah musik di London bernama Richard Steel, mendapat hadiah sebuah biola tua yang pernah dimiliki oleh kakeknya. Suatu hari Richard menghampiri dan mencoba membantu sopir bus yang sedang mengatasi rintangan yang menyebabkan mobilnya tidak dapat menepi ke pinggir jalan. Setelah meletakkan biola tuanya di tepi jalan, ia turut menggeser rintangan itu. Namun kemudian sopir itu, tanpa melihat buku-buku dan biola Richard, menjalankan bus sehingga menggilas barang-barang itu.

Buku yang tergilas masih dapat diperbaiki lagi. Namun, bagaimana dengan biola tua yang sangat berharga itu?

Setelah memperhatikan bagian-bagian yang remuk, di dalamnya Richard menemukan tanda tangan Stradivarius, pembuat biola yang termasyur itu. Biola tua itu kini tidak berharga lagi dan tidak dapat dibentuk kembali seperti semula. Pusat pelelangan Sotheby memperkirakan benda tersebut berharga lebih dari 1,5 milyar rupiah.

Banyak keluarga Kristen mewariskan Alkitab dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai pusaka rohani. Namun harta benda ini seringkali hanya sebagai barang antik, sampai halaman-halamannya tak terbaca dan janji-janji yang terdapat di dalamnya hanyalah tinggal janji belaka. Kabar baik tentang keselamatan yang diwartakannya terabaikan. Nilai-nilai sejati di dalamnya tak pernah terwujud.

Alkitab lebih dari sekadar catatan peristiwa lama dan kebijaksanaan kuno. Ia adalah Buku yang memuat "tulisan tangan" Allah. Ia berisi kabar baik dan anugerah dari Allah untuk kita. Janganlah menyia-nyiakan. Namun sebaliknya, bacalah, percayalah, dan taatilah -- VCG

BANYAK ORANG MENYIMPAN ALKITAB DI ALMARI BUKAN DI DALAM HATINYA

Sumber: Renungan Harian

Senin, 06 Juni 2022

MENANTI AYAM JANTAN BERKOKOK

Bacaan: Matius 6:25-34

NATS: Sebab itu janganlah kuatir akan hari esok (Matius 6:34a)

Kisah ini menceritakan tentang seseorang yang memelihara ayam. Di antara ayam-ayamnya itu, ada seekor ayam jantan yang terkadang berkokok keras sekali sehingga mengganggu tetangganya. Suatu pagi, tetangga yang terganggu itu memanggil sang peternak dan mengeluh, "Unggas jelekmu itu membuat aku tak bisa tidur setiap malam!"

"Saya tidak mengerti," jawab sang peternak. "Ia jarang sekali berkokok; tetapi bila ia melakukannya, hal itu tidak lebih dari dua atau tiga kali."

"Itu tidak menjadi masalah bagi saya," sahut si tetangga. "Bukan seberapa seringnya ia berkokok yang mengganggu saya! Yang membuat saya tak bisa tidur pada malam hari adalah karena saya tidak tahu kapan ia akan berkokok nantinya!"

Banyak di antara kita yang seperti laki-laki itu. Kita mencemaskan kesulitan dan keadaan tak menyenangkan yang akan muncul esok hari. Kita lebih mencemaskan hari esok daripada menjalani dan menikmati kemurahan yang telah disediakan Allah bagi kita pada hari ini.

Jika Anda mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat, menyimpan dalam hati firmanNya yang terdapat dalam Matius 6:34, "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Ketika Anda mengambil keputusan untuk percaya padaNya, Dia akan memberikan ketenangan bagi jiwa Anda, dan kedamaian dari Allah akan memenuhi hati dan pikiran Anda.

Sahabatku, janganlah berlaku bodoh dengan "menanti ayam jantan berkokok"! -- RWD

KEKUATIRAN MERUPAKAN BAYARAN TERHADAP KESULITAN YANG MUNGKIN TIDAK PERNAH ADA

Sumber: Renungan Harian

Minggu, 05 Juni 2022

MENTARI DALAM KEMEGAHANNYA

[[Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya. ]] (Hakim-hakim 5:31b)

Seorang guru Sekolah Minggu meminta murid-muridnya menyebutkan kebaikan Tuhan bagi mereka. Hari itu cuaca mendung. Jawaban mereka satu per satu bervariasi tentang kebaikan-Nya: dapat bangun pagi, sehat, menikmati sarapan enak, diantar orangtua …. Seorang anak perempuan memberikan jawaban yang cukup mengejutkan, yakni kebaikan-Nya berupa sinar matahari pagi itu. Gurunya bertanya, “Bukankah di luar mendung?” Anak itu menjawab, “Ya, Bu, tapi walaupun mendung, di balik awan matahari tetap bersinar.”

Ya! Betapapun lebatnya hujan dan gelapnya awan, bukankah kita tetap percaya bahwa matahari tetap bersinar? Matahari tidak pernah berhenti memancarkan terang, kehangatan, dan memberi kehidupan. Awan gelap dan hujan lebat tidak selamanya menutupi matahari. Sesudah awan dan hujan berlalu, sinar matahari tampak cerah kembali.

Debora dan Barak bagaikan baru saja melewati awan pekat. Perlawanan terhadap Sisera dan pasukannya bukanlah hal yang mudah bagi pasukan Israel yang tidak memiliki perlengkapan senjata yang memadai. Namun, bersama Tuhan, mereka memperoleh kemenangan. Seluruh pasukan Sisera ditumpas. Sisera mati di tangan Yael (Hakim-hakim 4:21-22). Setelah kemenangan itu, mereka tidak melupakan Tuhan dan menyebutkan satu per satu kebaikan-Nya.

Nyanyian syukur mereka mengingatkan kita untuk menjadi seperti matahari yang terbit dalam kemegahannya. Hidup tidak selalu mudah, tetapi kita diutus untuk tetap hadir menerangi, menghangatkan, memberi keindahan, menghidupkan iman, dan memberi semangat kepada yang lain, demi kemuliaan-Nya. (Helen Aramada)

Sumber: Amsal Hari Ini 

Sabtu, 04 Juni 2022

BERBICARA DAN BERTINDAK

Bacaan: Yakobus 3:13-18

NATS: Hikmat yang dari atas adalah...tidak munafik (Yakobus 3:17)

Dalam drama Yunani kuno, seseorang yang berada di balik tirai akan memperingatkan pemeran di panggung yang bermain di luar tuntutan skenario. Kita bisa saja mengatakan bahwa orang di belakang tirai itu adalah seseorang yang tidak "melakukan apa yang ia katakan."

Orang yang bertugas di balik tirai ini mengingatkan saya pada suatu masalah yang kita alami sehari-hari sebagai orang Kristen. Banyak dari antara kita yang pandai dalam menyuarakan hal-hal yang rohani namun tak melakukannya. Itulah kemunafikan.

Jika terdapat ketidaksesuaian antara apa yang kita katakan dengan apa yang kita lakukan, kita membuat "pendengar" kita kebingungan di benaknya. Itulah sebabnya mengapa banyak orang yang belum percaya tak menanggapi pesan-pesan rohani secara serius.

Orang Kristen yang memiliki pengaruh terkuat bagi dunia dan yang dapat berbicara tentang Kristus dengan efektif adalah orang Kristen yang mampu menyelaraskan antara tindakan dan kata-katanya. Ketika Yakobus berbicara tentang "hikmat yang dari atas" ia melukiskannya sebagai yang "murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik" (Yakobus 3:17).

Peran kita sebagai orang Kristen sangat berbeda dengan pemain drama Yunani kuno. Mereka memiliki juru bicara yang tidak melakukan apa yang ia katakan dan para pelaku yang tidak berbicara. Kita seharusnya menjadi orang yang berbicara serta melakukan kebenaran -- RWD

TINDAKAN DAN KATA-KATA YANG SELARAS MEMBUAT PESAN MENJADI KERAS DAN JELAS

Sumber: Renungan Harian

Jumat, 03 Juni 2022

DOSA RAHASIA

[[“Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.” ]] (Matius 5:30)

127 Hours adalah judul film nonfiksi mengenai Aron Ralston yang sedang mendaki bukit berbatu. Ketika sebuah batu besar bergeser, lengannya terjepit di antara celah tebing yang sempit. Ia mencoba segala upaya untuk memindahkan batu itu, namun gagal. Hari demi hari berlalu, tak seorang pun datang menolongnya. Maka, satu-satunya cara untuk keluar dari sana adalah ia harus memotong lengannya sendiri dengan menggunakan pisau lipat. Sebuah kisah yang mengerikan. Namun, lebih baik kehilangan satu lengan tetapi tetap hidup, daripada memiliki dua lengan tetapi binasa.

Nats kita pada hari ini mengungkapkan tentang keberadaan Tuhan Yesus sebagai kegenapan hukum Taurat. Hukum Taurat berkata, “Siapa yang membunuh harus dihukum,” sedangkan Yesus berkata, “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum” (Matius 5:21-22). Hukum Taurat berkata, “Jangan berzinah,” sedangkan Yesus berkata, “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah di dalam hatinya” (ayat 27-28). Yesus melihat akar dosa, bukan perbuatan dosanya saja. Dia mengajarkan, “Kalau tangan kita menyesatkan, penggallah!” Lebih baik memiliki lengan buntung daripada memiliki tubuh utuh tetapi masuk neraka (ayat 30).

Adakah sisi gelap dalam kehidupan kita yang perlu “diamputasi”? Tak ada hal yang tersembunyi bagi Allah. Oleh karena itu, kita harus rela atau tega memotong kebiasaan buruk atau segala bentuk “kenikmatan” dosa yang akan membawa kita pada kebinasaan.
 (Eddy Nugroho)

Sumber: Amsal Hari Ini

Kamis, 02 Juni 2022

Anda Hanya dapat Mengatur Apa yang Anda Ukur

Bacaan Hari ini:
Roma 12:3 “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.”

Hambatan pertama dan yang terberat untuk bisa berubah di setiap area kehidupan Anda ialah keangkuhan. Keangkuhan menghalangi Anda untuk jujur akan area dalam hidup Anda yang perlu Anda ubah.

Tapi, nyatanya, kita semua memang harus berubah. Tidak ada seorang pun yang sempurna secara fisik maupun jiwa. Saya tidak sempurna. Anda tidak sempurna. Begitu pula orang yang paling Anda kagumi di dunia.

Alkitab mengatakan bahwa tidak ada yang sempurna di Bumi ini, kecuali Firman Allah. Segala sesuatu di planet ini telah rusak oleh karena dosa. Tetapi kita semua malah pergi ke sana kemari mencoba membuat orang lain terkesan. Kita berpura-pura sempurna.

Jika Anda ingin mengalami perubahan yang kekal dalam hidup Anda, pertama-tama Anda harus dengan rendah hati menilai keadaan Anda saat ini—termasuk mengakui bahwa Anda tidak sempurna. Anda harus mengesampingkan harga diri Anda dan mengakui bahwa Anda punya masalah dengan finansial Anda, kesehatan Anda, atau hal apa pun yang sedang Anda pergumulkan dalam hidup Anda.

Roma 12:3 mengatakan, “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.”

Namun, terkadang Anda tidak bisa melihat diri sendiri secara akurat jika tanpa bantuan orang lain. Apakah Anda berani untuk meminta orang lain untuk mengatakan yang jujur tentang Anda? Apakah Anda bersedia bertanya kepada orang-orang terdekat Anda, “Apa yang harus aku ubah dari diriku?”

Mengapa begitu penting untuk melihat diri sendiri secara akurat? Sebab Anda hanya dapat mengelola apa yang Anda nilai sendiri.

Jika Anda tidak tahu ukuran iman Anda, maka Anda tidak dapat bertumbuh dalam iman. Jika Anda tidak tahu ukuran kesehatan Anda, maka Anda tidak dapat berkembang dan bertumbuh dalam kesehatan. Jika Anda tidak tahu di mana Anda berada secara finansial, maka Anda tidak dapat menetapkan tujuan finansial. Jika Anda tidak tahu di mana Anda berada secara spiritual atau dalam hubungan, maka Anda tidak dapat bertumbuh di area tersebut. Anda hanya dapat mengatur apa yang Anda ukur.

Renungkan hal ini:
- Siapakah orang-orang dalam hidup Anda di mana kepada mereka Anda dapat berbagi secara terbuka dan jujur?
- Apa area dalam hidup Anda yang perlu Anda evaluasi sehingga Anda dapat menetapkan tujuan yang realistis untuk sebuah perubahan?
- Apa saja cara agar Anda dapat memantau pertumbuhan dan kemajuan Anda?

Apakah Anda siap untuk perubahan hidup yang nyata? Pertama-tama, singkirkan keangkuhan Anda, lalu temukan nilai yang akurat tentang di mana Anda berada hari ini. Hanya dengan begitu, Anda akan dapat melihat area di mana Anda perlu bertumbuh.

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Rabu, 01 Juni 2022

UKURAN HARGA DIRI

Bacaan: Matius 19:13-30

NATS: Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu (Matius 19:30)

Sahabat saya yang menghadiri acara reuni kelas, bersumpah tidak akan menghadiri acara seperti ini lagi. Ia mengungkapkan bahwa ia merasa sangat tidak berharga dan gagal. Beberapa teman sekelasnya telah menjadi dokter, pengacara, atau dokter gigi. Sebagian lainnya memiliki bisnis yang sedang berkembang. Beberapa lagi menjabat posisi penting di perusahaan-perusahaan besar. Hampir setiap orang membicarakan cucu-cucu mereka yang cerdas dan menonjol dalam olahraga.

Sahabat saya itu, di pihak lain, memiliki pekerjaan yang biasa. Cucunya tidak selalu memperoleh nilai A atau menonjol di bidang olahraga. Saya berkata kepadanya bahwa perasaan tidak berharga yang dialaminya berasal dari pengukuran nilai diri dengan standar yang salah.

Allah tidak berpikir lebih atau kurang tentang kita berdasar pekerjaan, rekening bank, rumah atau prestasi akademis kita. Harga dan martabat kita berdasar pada kenyataan bahwa Allah telah menciptakan kita dan AnakNya telah mati bagi kita. Hal yang penting bagiNya adalah tingkat kepercayaan padaNya dan pelayanan yang kita lakukan bagi kemuliaan namaNya.

Yesus berkata bahwa mereka yang mengikut Dia, tanpa memperhatikan status duniawi mereka, akan diberi hadiah karena iman dan ketaatan mereka (Matius 19:16-30). Dan ketika Allah memberi hadiah, banyak di antara mereka akan terkejut atas upahnya itu (Matius 19:30).

Tuhan, tolong kami untuk mengukur harga diri kami dan orang lain dengan standarMu, bukan standar kami -- HVL

TAK SEORANG PUN DIPANDANG GAGAL OLEH ALLAH BILA MELAKUKAN KEHENDAKNYA

Sumber: Renungan Harian