Bertumbuh bersama melalui firman Tuhan dan rasakan pengalaman berjalan bersama Tuhan setiap hari
Minggu, 31 Juli 2022
Sabtu, 30 Juli 2022
Jumat, 29 Juli 2022
Mengelola Kekayaan
Bacaan: 1 RAJA-RAJA 10:14-29
Adapun emas, yang dibawa kepada Salomo dalam satu tahun ialah seberat enam ratus enam puluh enam talenta. (1 Raja-raja 10:14)
Salomo mewarisi takhta yang kokoh dari ayahnya, Daud, serta berbagai kelimpahan materi. Saat itu, musuh-musuh Israel telah takluk dan mereka harus membayar upeti. Tak ada ancaman berarti, sehingga ia dapat membangun Bait Allah. Selain itu, ia juga menjalankan berbagai bisnis, khususnya di bidang perdagangan dan perkapalan. Pendapatannya per tahun ialah sebesar 666 talenta emas, yakni sekitar 22, 6 ton. Itu belum hasil usaha lainnya. Tak heran bahwa saat itu "banyaknya perak di Yerusalem sama seperti batu" (ay. 27).
Lalu, bagaimana Salomo mengelola kekayaan itu? Selain digunakan untuk kepentingan pribadi dan untuk istananya, emas-emas itu digunakan untuk membangun Bait Allah serta berbagai perkakasnya. Juga digunakan untuk kesejahteraan seluruh penduduk Israel (1Raj 4:25). Namun sayangnya, sikap hati yang lurus itu tidak berlangsung seterusnya. Ketika ia menyimpang dari ketetapan Allah dengan mengawini banyak perempuan asing, kekayaannya juga terkuras untuk membiayai hidup seribu istri (1Raj 11:3). Nantinya, ia hanya mewariskan kerajaan yang keropos kepada anaknya, beserta pajak tinggi yang dibebankan kepada rakyat. Itulah penyebab pecahnya kerajaan Israel menjadi dua.
Harta kekayaan-seberapa pun banyaknya-pasti akan habis jika tidak dikelola secara bijak, yakni jika hidup boros, berfoya-foya, serta tidak memikirkan masa depan. Semuanya bermula di saat hidup kita tak lagi selaras dengan firman Tuhan. Karenanya, hendaknya kita terus berpaut kepada-Nya, agar kita melangkah dengan benar, termasuk dalam mengelola harta milik kita. --HT/www.renunganharian.net
BAHKAN GUNUNG EMAS PUN AKAN TANDAS TANPA BEKAS, JIKA KITA TIDAK MENGELOLANYA DENGAN CERDAS.
Kamis, 28 Juli 2022
Rabu, 27 Juli 2022
Pertukaran yang Sangat Berharga
Bacaan: MATIUS 13:44-46
"Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Matius 13:46)
Seorang anak tetangga saya yang berumur 5 tahun menyukai permen cokelat. Suatu hari saya menawarkan permen jeli dengan bentuk binatang yang lucu. Sebelum ia meraihnya di telapak tangan saya, saya memintanya untuk menukarkan dengan permen cokelat di tangan kirinya. Semula ia keberatan, setelah sekian menit ia memandangi terus permen jeli yang lucu, akhirnya ia memutuskan dengan gembira untuk menukarkan permen cokelatnya dengan permen jeli dengan berbagai macam bentuk binatang lucu.
Pertukaran adalah prinsip mencari Kerajaan Allah. Pedagang bersedia menjual seluruh miliknya demi mutiara yang berharga (ay. 46). Kerajaan Allah ibarat seperti mutiara berharga. Semua hal yang kita anggap berharga dalam hidup kita, harus rela ditukarkan demi Kerajaan Allah. Nilai-nilai hidup dalam Kerajaan Allah yang membuat sangat berharga dari apa pun yang selama ini kita anggap berharga. Jika pedagang tadi enggan menjual seluruh miliknya, mustahil ia memperoleh mutiara berharga.
Seperti pedagang di atas, kita pun harus rela menukarkan semua hal yang selama ini kita anggap paling berharga demi mendapatkan Kerajaan Allah. Banyak hal yang selama ini kita anggap berharga seperti kekayaan, status sosial, ego, prestasi, kepandaian, kegagalan, dan sebagainya yang membuat kita enggan menukarkannya dengan Kerajaan Allah. Penyangkalan diri, memikul salib dan mengikut Yesus adalah panggilan Kerajaan Allah (Mat 16:24). Bersediakah kita menukarkan semua yang kita anggap berharga dengan panggilan Kerajaan Allah tadi? --AWS/www.renunganharian.net
PERLU KERELAAN MENUKARKAN SEMUA YANG KITA ANGGAP BERHARGA, DEMI MENDAPATKAN KERAJAAN ALLAH.
Selasa, 26 Juli 2022
Senin, 25 Juli 2022
Minggu, 24 Juli 2022
Sabtu, 23 Juli 2022
Atas Nama Cinta
Bacaan: ROMA 12:9-21
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. (Roma 12:11)
Bagi sebagian ibu bekerja, pulang kerja bukan berarti saatnya istirahat. Mereka masih harus memasak, membereskan rumah, juga mengasuh anak. Bukan karena belum lelah, melainkan cinta terhadap keluarga. Cinta membuahkan kesadaran akan hakikat sebagai istri dan ibu yang bertanggung jawab. Melihat tingkah polah anak yang super aktif pun mereka sebut sebagai pengobat lelah.
Sebagai orang Kristen, hakikat diri kita adalah bait, imam, sekaligus persembahan bagi Allah. Hidup kita adalah sarana menyenangkan hati Allah. Inilah alasan kita harus mengisi hidup dengan kesalehan. Bukan sekadar menjauhi dosa, melainkan juga hidup di dalam kasih dan kekudusan, serupa dengan sifat dan kehendak Allah. Memperbarui budi, sehingga mampu membedakan kebenaran dari kejahatan. Rajin bekerja, bukan sekadar untuk memperkaya diri. Melayani Allah, karena kepada-Nyalah kita menghamba.
Selama ini, bagaimanakah perjuangan kita menghidupi hakikat sebagai orang Kristen? Mungkin kita telah mengusahakan kesalehan. Meninggalkan dosa dan melayani Tuhan. Namun, sungguhkah semuanya itu kita lakukan atas dasar cinta kepada Tuhan? Apakah kita melayani Dia dengan sehat, setia dan efektif? Berguna untuk membangun jemaat, bukan kebanggaan diri. Dilakukan dengan penuh kerinduan, bukan kepura-puraan. Tanpa paksaan, sekaligus tanpa batasan. Tetap semangat melayani, meski banyak merugi. Sebab persembahan diri yang murni bagi Tuhan bukanlah umpan untuk mendapat keuntungan, melainkan dengan rela karena cinta demi menyenangkan-Nya. --EBL/www.renunganharian.net
KETULUSAN CINTA KITA KEPADA TUHAN TAMPAK MELALUI KESETIAAN KITA DALAM MELAYANI-NYA.
Jumat, 22 Juli 2022
Kamis, 21 Juli 2022
Rabu, 20 Juli 2022
Selasa, 19 Juli 2022
Senin, 18 Juli 2022
KEBENARAN VERSUS HARGA DIRII
[[“Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis ….” Lalu ... karena sumpahnya ... diperintahkannya juga untuk memberikannya. ]] (Matius 14:8b-9)
Ketika Pak Chandra pulang dari Cisarua, ia membawa sesisir pisang Ambon yang dibelinya seharga Rp25.000,00 dari harga Rp35.000,00 yang ditawarkan. Sesampai di rumah, istrinya menerima pisang itu sambil berkata, “Wah, kamu pintar memilih! Berapa harganya? Lima belas ribu ya?” Pak Chandra berpikir cepat antara jujur atau mendapat pujian, dan akhirnya menjawab, “Iya, lima belas ribu!” “Hebat deh, suamiku pintar menawar!” puji istrinya. Namun, kebohongan itu membuat Pak Chandra tidak tenang. Akhirnya ia mengaku, dan minta maaf kepada istrinya karena sudah berbohong.
Kita kerap berada dalam suatu momen yang mengharuskan kita berpikir cepat. Tidak cukup waktu untuk mempertimbangkan risikonya. Tetapi, momen-momen ini dapat membekas seumur hidup! Lihat saja Herodes. Dengan spontan ia menawarkan kepada putrinya untuk meminta hadiah apa pun darinya. Ia tidak menyangka bahwa kesempatan itu akan tercatat dalam sejarah sebagai ketidakmampuannya untuk menyatakan keinginan hati yang sesungguhnya. Ia tidak ingin membunuh Yohanes Pembaptis. Namun, ia terlanjur bersumpah dan disaksikan oleh para tamunya. Akhirnya, kepala Yohanes Pembaptis dipenggal.
Milikilah keberanian dalam menyatakan kebenaran melebihi pertimbangan akan harga diri. Tuhan tidak menciptakan kita untuk mengumpulkan pujian dan kebanggaan diri, tetapi untuk menyatakan kebenaran-Nya! Jangan anggap sepele setiap kebohongan “kecil”. Mulailah menyatakan kebenaran sekalipun tidak mudah, sebab untuk itulah kita dipanggil dan diutus.
(Helen Aramada)
Sumber: Amsal Hari Ini
Minggu, 17 Juli 2022
Sabtu, 16 Juli 2022
Jumat, 15 Juli 2022
Kamis, 14 Juli 2022
Rabu, 13 Juli 2022
Selasa, 12 Juli 2022
Senin, 11 Juli 2022
Minggu, 10 Juli 2022
Sabtu, 09 Juli 2022
Di Balik Kata-Kata
Bacaan: AMSAL 18
Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya. (Amsal 18:21)
Dilansir dari Psychology Today bahwa kata-kata yang diterima oleh tubuh akan memengaruhi otak hanya dalam hitungan detik. Akibatnya, struktur kunci di dalam otak yang mengatur memori dan perasaan akan terkena dampaknya seperti dirundung pikiran negatif terus-menerus dan menjadi cepat emosi. Artikel hasil penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa jika seseorang berbicara dengan sembrono, mengucapkan kata-kata negatif atau melakukan kritik yang didorong oleh kebencian akan menimbulkan stres yang sangat berat bagi tubuh, sekalipun kata-kata itu hanya diucapkan secara verbal dalam hati.
Salomo berucap, "Hidup dan mati dikuasai oleh lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." Kita harus menyadari bahwa kata-kata yang kita ucapkan mempunyai kemampuan yang sangat besar menimbulkan dan menghilangkan stres bagi tubuh kita. Bukan hanya diri kita tetapi juga orang lain. Kata-kata positif berfaedah membangkitkan semangat, sukacita bahkan kesehatan dan kehidupan, sedangkan kata-kata negatif berdampak buruk, mematikan semangat dan memperburuk tubuh.
Sering kali, kita di hadapkan pada pilihan untuk berkata-kata yang menghibur, mendorong, lemah lembut, positif dan penuh perhatian atau kata-kata yang mengkritik, mengeluh, tidak sopan, menyakitkan dan lain-lain. Namun ketahuilah bahwa tidak ada kata-kata yang kita ucapkan yang tidak diperhatikan oleh Tuhan. Segala sesuatu yang kita katakan akan memberi kontribusi untuk memajukan kehidupan atau mendatangkan kematian. --PRB/www.renunganharian.net
KITA ADALAH PENDENGAR PERTAMA DARI KATA-KATA KITA.
KITA PULA YANG PERTAMA KALI MENIKMATI DAMPAKNYA.
Jumat, 08 Juli 2022
ENGKAU MENDENGARKAN?
Bacaan: 1 Samuel 3:1-10
NATS: Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hambaMu ini mendengar"
(1 Samuel 3:10)
Salah satu kenangan termanis yang saya miliki semasa kanak-kanak adalah saat ketika ibu membacakan cerita Alkitab untuk saya menjelang tidur pada malam hari. Banyak dari cerita-cerita tersebut yang meninggalkan kesan demikian mendalam dalam diri saya, terutama cerita tentang Samuel yang terdapat dalam 1 Samuel 3:1-21. Masih terngiang di telinga saya cerita ibu tentang tanggapan anak muda tersebut terhadap panggilan Allah: "Berbicaralah, sebab hambaMu ini mendengar" (1 Samuel 3:10).
Kita perlu meneladani sikap Samuel yang mau berhenti sejenak di tengah-tengah gejolak kehidupan untuk mendengarkan suara Tuhan. Dan kita memiliki kesempatan ini bila kita sungguh-sungguh membaca dan mempelajari Alkitab secara teratur. Anda akan menemukan bahwa Roh Kudus berbicara kepada kita melalui firmanNya.
Thomas a Kempis (1379-1471) menyimpulkan hal ini dengan baik. Ia menulis: "Diberkatilah mereka yang tidak memuaskan telinga mereka untuk hal yang sia-sia, melainkan senantiasa mendengarkan pengajaran yang benar. Diberkatilah mereka yang matanya tidak terpaku pada penampakan lahiriah, melainkan lebih melihat hal-hal batiniah. Diberkatilah mereka yang suka meluangkan waktu untuk bersama Allah dan mampu mengatasi segala rintangan dalam berkomunikasi dengan Dia. Renungkanlah semua ini, hai jiwaku, dan dengarkan apa yang Tuhan Allahmu katakan."
Telah berapa lama Anda tidak berkomunikasi dengannya sejak terakhir kali Anda meminta Tuhan membuka hati Anda agar menerima firmanNya? Dia rindu mendengar engkau berkata, "Berbicaralah Tuhan, sebab aku sedang mendengarkan" -- RWD
ALLAH BERBICARA KEPADA MEREKA YANG MAU MENYEDIAKAN WAKTU UNTUK MENDENGAR
Sumber: Renungan Harian